Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui bahwa pada usia anak yang dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan, adalah masa-masa yang sulit dalam beradaptasi
dengan lingkungan sekitar. Ketidakmampuan tubuh anak dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan dapat mengakibatkan anak terpuruk dalam kondisi yang
tidak diinginkan. Salah satu kondisi tersebut yaitu demam/febris. Adakalanya
demam ringan hingga demam panas sekali, sehingga untuk mengobatinyapun
bermacam-macam, mulai dari cara sederhana sampai ada yang harus ke dokter,
atau rumah sakit. Namun jarang orang mengetahui apa penyebabnya. Oleh
karena itu sebagian orang tua menganggap bahwa demam yang dialami anaknya
adalah suatu hal yang wajar, yang biasa terjadi sebagai salah satu proses tumbuh
kembang anaknya, sehingga mereka cenderung mengabaikannya. Beberapa hal
yang mempercepat penyebaran demam di negara sedang berkembang adalah
urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum dan standar hygiene industri
pengolahan makanan yang masih rendah (Soegijanto, 2002).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dan melakukan asuhan keperawatan
yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
pada pasien dengan kasus febris.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis dapat mengerti dan memahami konsep penyakit febris yaitu
sebagai landasan teori dalam pengambilan asuhan keperawatan terhadap
pasien.
b. Penulis mampu mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien
febris.
c. Penulis mampu merumuskan prioritas diagnosa keperawatan untuk
menyusun rencana tindakan pada pasien febris.

1
d. Penulis mampu memprioritaskan dalam memberi tindakan keperawatan
pada pasien febris.
e. Penulis mampu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan
pada pasien febris.

C. Metode Penulisan
1. Interview
Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan komunikasi langsung dengan
klien dan keluarga yang meliputi: biodata, riwayat kesehatan.
2. Observasi
Yaitu pengamatan langsung pada klien yang meliputi; keadaan umum atau
gejala yang timbul pada klien yang terdiri dari tingkat kesadaran, tanda-tanda
vital, pemeriksaan fisik.
3. Studi Dokumenter
Yaitu pengumpulan data dan mempelajari catatan medik keperawatan dan
hasil pemeriksaan penunjang untuk mengetahui perkembangan klien.
4. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data yang berdasarkan reverensi dari kepustakaan.

D. Sistematika Penulisan
BAB I Adalah pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan
BAB II Adalah konsep dasar penyakit, yang terdiri dari pengertian, anatomi dan
fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan,
askep pada pasien, yang meliputi pengkajian fokus (termasuk pemeriksaan
penunjang), pathways keperawatan, fokus intervensi dan rasional serta
pembahasan.
BAB III adalah pembahasan
BAB IV Adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

2
BAB II
ISI

A. KONSEP DASAR FEBRIS


1. Pengertian
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu
tubuh secara abnormal.
Febris/ demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian
yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang
terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher, 1999).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat
termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami demam
bila suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal
(Donna L. Wong, 2003).

Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :


a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut
turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.

3
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,
malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien
dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis
lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada
terhadap inveksi bakterial.

2. Etiologi
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adala cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang
menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien
mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas
38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah

4
diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana
laboratorium dan penunjang medis lainnya.

3. Manifestasi Klinik
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
37,5 ºC-40ºC, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor
yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan,
menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang
spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan
berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000)

4. Patofisiologi
Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan
metabolisme basal. Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan
akibat anoreksia, maka simpanan karbohidrat, protein serta lemak menurun
dan metabolisme tenaga otot dan lemak dalam tubuh cenderung dipecah dan
terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini mengarah pada ketosis
(sacharin, 1996).
Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan
pikiran logis hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keadaan
bingung, pembicaraan menjadi inkoheren dan akhirnya ditambah dengan
timbulnya stupor dan koma (sacharin, 1996).
Kekurangan cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karena
cairan dan elektrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di
hipotalamus anterior. Jadi apa bila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan
dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior akan
mengalami gangguan.
Pada pasien febris / demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan,
yaitu dengan pemeriksaan darah lengkap misalnya : Hb, Ht, dan leukosit.
Pada pasien febris / demam biasanya kadar Hb akan mengalami penurunan,
sedangkan Ht dan leukositnya akan mengalami peningkatan. LED akan

5
meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui penyebabnya,
(pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan
disertai batuk-batuk) (Isselbacher, 1999).

5. Pathways

Agen infeksius Dehidrasi


Mediator inflamasi

Monosit/makrofag tubuh kehilangan cairan elektrolit

Sitokin pirogen

Mempengaruhi penurunan cairan intrasel dan ekstra sel


hipotalamus anterior
Hipertermi
Aksi antipiretik
Peningkatan evaporasi pH berkurang

Resiko defisit Anoreksia


volume cairan

input makanan berkurang

ketidakadekuatan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

6
6. Penatalaksanaan
a. Antipiretik
b. Antibiotik
c. Hindari kompres aklohol dan air es.

7. Teori Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2) Riwayat kesehatan
3) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas.
4) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
5) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
6) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak)
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kesadaran, vital sign, antropometri
c. Pada fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolisme
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perseptual
7) Pola toleransi dan koping stress
8) Pola nilai dan keyakinan
9) Pola hubungan dan peran

7
d. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan proses mtabolik,
dehidrasi, pemajaman pada panas matahari.
2) Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan dehidrasi.
3) Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan keinginan untuk makan (anoreksia).
4) Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit.
(Carpenito, 2000 & Doengoes, 2000)
e. Intervensi
1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan proses mtabolik,
dehidrasi, pemajaman pada panas matahari ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh dari 37.8º C peroral atau 38.8ºC perektal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam maka suhu tubuh
dalam batas normal (36.5 º C – 37.5 º C).
Kriteria hasil : suhu tubuh normal (36-37oC)
Intervensi:
a) Pantau suhu klien
Rasional: Suhu 380 C sampai 41,10 C menunjukkan proses
peningkatan infeksius akut
b) pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur
sesuai dengan indikasi
Rasional: Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah,
mempertahankan suhu mendekati normal
c) Berikan kompres mandi hangat
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam
d) Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional: Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
hipotalamus

8
2) Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan dehidrasi
yang ditandai dengan peningkatan penguapan/ evaporasi (Doenges,
2000).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam maka volume cairan
adekuat dengan membran mukosa, turgor kulit baik, kapiler baik,
tanda vital stabil, keseimbangan dan kebutuhan urin normal
Kriteria hasil : mempertahankan volume cairan adekuat
Intervensi:
a) Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang
tidak terlihat
Rasional: Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan
dan elektrolit penyakit usus yang merupakan pedoman untuk
penggantian cairan
b) Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor
kulit dan pengisian kapiler
Rasional: Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi
c) Kaji tanda vital
Rasional : Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan
cairan
d) Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring
Rasional: Kalau diistirahkan utnuk penyembuhan dan untuk
penurunan kehilangan cairan usus
e) Kolaborasi utnuk pemberian cairan parenteral
Rasional: Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan cairan
untuk mempertahankan kehilangan
3) ketidakadekuatan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan (anoreksia)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam maka kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria hasil : BB stabil/peningkatan BB, nafsu makan meningkat
Intervensi:
a) Dorong tirah baring

9
Rasional: Menurunkan kebutuhan metabolic untuk meningkatkan
penurunan kalori dan simpanan energi
b) Anjurkan istirahat sebelum makan
Rasional: Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi
makan
c) Berikan kebersihan oral
Rasional : Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan
d) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan
Rasional: Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan
konduktif untuk makan
e) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional: Nutrisi yang adekuat akan membantu proses
f) Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi
Rasional: Program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal,
sementara memberikan nutrisi penting.

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
b. foto rontgent
c. USG

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 12 November Jam 17.00 di Ruang
Parikesit
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : An. S
Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Islam

10
Alamat : Juwono
Agama : Islam
Dx Medis : Febris
No Register : 12 222 0489
Tanggal masuk : 12 November Jam 12.05
2) Penanggung jawab
Nama : Tn. T
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Juwono
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Ayah

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : Panas.
2) Riwayat penyakit sekarang
11 hari sebelum rumah sakit klien panas, mencret warna kuning
berlendir. Klien dibawa ke Puskesmas diberi obat gerusan dan salep
tetapi tidak membaik, lalu klien dibawa ke poli anak pada hari jumat
pagi tetapi tidak mondok hanya dianjurkan oleh dokter untuk
mengganti susu formulanya. Hari senin kembali lagi ke poli anak
RSUD kota semarang,karena panas tidak turun-turun dan masih
mencret, klien dilakukan pemasangan infus RL 15 tpm dan dipindah
ke Ruang Parikesit RSUD Kota Semarang.
3) Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan sebelumnya anak tidak pernah mengalami sakit
seperti ini, hanya batuk pilek dan demam biasa tanpa kejang dan
dibawa ke Poli anak RSUD Kota Semarang.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengataka selama hamil tidak pernah sakit parah, tidak pernah
mengalami kesulitan/penyulit kehamilan. Ibu melahirkan bayinya di

11
Bidan. Dari pihak ayah atau ibu tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan.

c. Pola Kesehatan Fungsional


1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya karena masih kecil. Ibu
klien mengatakan sakit adalah suatu keadaan yang tidak nyaman
sehingga menurut ibu klien, anaknya harus sembuh.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum sakit, ibu pasien mengatakan makan 3xsehari, yaitu minum
susuformula dan ASI, juga makar bubur SUN dan nasi yang digerus
dan disaring.
3) Pola eliminasi
Sebelum sakit pasien BAB 1x/hari, BAK 4-5 x/hari. Selama sakit
pasien BAB >3x/hari, konsistensi cair berlendir, baunya khas, BAK
3x/hari.
4) Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit pasien sangat aktif, mulai merangkak dan belajar
berdiri. Selama dirumah sakit pasien banyak tidur, kurang aktif karena
kondisinya yang lemah, anak juga rewel dan nangis.
5) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit, pasien tidur pagi jam 09.00 sampai jam 12.00 siang.
Sore tidur lagi sampe malam dan sebelum shubuh sudah bangun.
Selama sakit pasien tidak bisa tidur pagi karena rewel. Pasien hanya
tidur sebentar ketika siang hari. Malam tidur dari jam 19.00 sampai
jam 04.30.
6) Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
Keluarga mampu menerima kondisi anakanya dan merasa yakin kalau
kondisi anaknya bisa membaik dan bisa sembuh kembali.

12
7) Pola reproduksi dan seksualitas
Klien berjenis kelamin perempuan dan anak ke dua.
8) Pola Hubungan dengan orang lain
Hubungan pasien dengan orang lain / orang tua cukup baik. Orang
terdekat pasien yaitu orang tua terutama ibunya.
9) Persepsi diri dan konsep diri
Harapan keluarga setelah menjalani perawatan, pasien segera sembuh
dan keluarga selalu sehat. Pasien adalah anak kedua dari dua
bersaudara.
10) Pola mekanisme koping
Klien mampu mengekspresikan secara konstruktif apa yang tidak
disukainya.
11) Pola Nilai Kepercayaan / Keyakinan
Orang tua/keluarga menganut agama islam dan tinggal dilingkungan
yang masih menganut adat jawa sehingga nilai dan norma masyarakat
masih menjadi pedoman.

d. Pengkajian Fisik
1) Pengukuran Antropometri
a) Panjang/tinggi badan : 78 cm
b) Berat badan : 7 kg
c) Lingkar kepala : 52,5 cm
d) Lingkar lengan : 13,5 cm
2) Pengukuran tanda-tanda vital
a) Suhu tubuh : 38,1o C
b) Pernafasan : 28 x/menit
c) Nadi : 120 x/menit
3) Keadaan umum : lemah
4) Kesadaran : komposmentis
5) Kepala : Bentuk kepala mesosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada
lesi, rambut hitam, tidak ada luka

13
6) Mata : cekung, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, koordinasi
gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda secara
tak terbatas, tidak ada sekret dan pada saat menangis mengeluarkan
air mata.
7) Hidung : bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung
8) Telinga : simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan
ditelinga/mastoid, serumen tidak ada, reflek pendengaran baik.
9) Mulut : bibir tidak sianosis, mukosa bibir kering, bersih, tidak berbau.
10) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar thiroid, tidak ditemukan
distensi vena jugularis.
11) Thorak :
a) Paru :
I : tidak ada otot bantu nafas
Pa : fokal fremitus sama kiri dan kanan
Pe : sonor
Au : suara nafas vesikuler, tidak ada whezing, tidak ada ronchi
b) Jantung
I : ictus cordis tak tampak
Pa : ictus cordis teraba
Pe : redup
Au : bunyi jantung normal
12) Abdomen :
I : bentung cembung, simetris
Pe : timpani
Pa : tidak ada nyeri tekan, perut teraba keras
Au : bising usu 20x/menit
13) Genetalia : bersih, tidak ada keluhan, tidak terpasang kateter, tampak
kemerahan disekitar anus.
14) Ekstremitas :
Atas : tidak ada edema, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Bawah : tidak ada edema, terpasang infus RL 15 tpm pada kaki kiri.

14
Kulit : turgor kurang, tidak ada sianosis, kulit tidak kering, warna
kuning langsat.

e. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Pemeriksaaan Laboratorium tanggal 12 November 2012
Pemeriksaan Faeces Rutin
Makroskopis
Warna Kuning
Konsistensi Lunak Lembek

Bau Khas
Negatif
Lendir Negatif
Negatif
Darah Negatif
Mikroskopis
Protein faeces Negatif Negatif

Karbohidrat Negatif RNF

Lemak Negatif Negatif

Eritrosit 0-2
Negatif Negatif
Amoeba
Negatif Negatif
Telur cacing
Leukosit 3-4

Bakteri positif 2+

Pemeriksaan Hematologi
LED 45 mm 0-20
Hemoglobin 10,7 g/dL 12,0-16,0
Hematokrit 32,90 % 37-47
Leukosit 19,7 /uL 4,8-10,8
Hitung Jenis
Netrofil 47,7 % 50,0-70,0
Limfosit 39,3 % 35,0-40,0
Monosit 12,7 % 2,0-8,0

15
Eosinofil 0,1 % 2-4
Basofil 0,5 % 0-1
Jumlah trombosit 401 10ˆ3/uL 150-400
Pemeriksaan Kimia Klinik
GDS 110 mg/dL 70-115
Natrium 134,0 mmol/L 134,0-147,0
Kalium 3.50 mmol/L 3,50-5,20
Calsium 1,21 mmol/L 1,12-1,32
2) Theraphy
Infus RL 15 tpm
Ranitidin 2x10 g
Dexametason 3x ¼ amp
Ondansetron 3x 1/3 amp
Ceftriaxon 2x300 mg
3) Diit : Lunak (Bubur)

f. Pengkajian Pertumbuhan
Berat badan bayi lahir : 3,3 kg
Panjang badan lahir : 71 cm
Berat badan sekarang : 7 kg
Panjang badan sekarang : 78 cm
Pada tahap pertumbuhan ada masalah dipengaruhi oleh faktor nutrisi yang
kurang karena pasien susah sekali makan, berat badan kurang dari
normal.
Penghitungan status gizi menggunakan z-score :
1) BB/U (berat badan/umur)
z-score = 7-9.8 = -2.54
1.10
z-score = -2.54 (-3 s/d < -2 SD), jadi berat badan rendah (Gizi kurang)
2) TB/U (tinggi badan/umur)
z-score = 78-75.5 = 0.86
2.90

16
z-score = 0.86 (-2 s/d -2 SD), jadi tinggi badan normal
3) BB/TB (berat badan/tinggi badan)
z-score = 7-10.2 = -3.5
0.9
z-score = -3.5 (-3 SD s/d < -2 SD), jadi berat badan per umur adalah
kurus

g. Pengkajian Perkembangan
1) Personal sosial
Anak sudah bisa minum dengan cangkir
Anak sudah bisa meniukan kegiatan
Anak sudah bisa main bola
Anak sudah bisa menyatakan keinginannya
2) Motorik halus
Anak belum bisa mencoret-coret
Anak belum bisa bermain kubus
3) Bahasa
Anak baru bisa bicara 1 kata, yaitu bapak
Anak belum bisa bicara dengan lancar
4) Motorik kasar
Anak belum bisa berjalan dengan lancar
Anak hanya bisa merangkak dan mulai belajar
Anak sudah belajar membunguk kemudian berdiri
Anak belum bisa berdiri sendiri

17
18
No.Dx Data Fokus Problem Etiologi
1 DS : Ibu mengatakan An. S Hipertermia Peningkatan
panas, sudah diberikan proses metabolik,
obat penurun panas tetapi dehidrasi
panasnya juga tidak turun
DO : Badan teraba panas, suhu
38,1oC, anak rewel, LED
1 jam = 45 mm, HB =
10,7 g/dL, Ht=32,90 %
2 DS : Ibu mengatakan An.S Ketidakseimbangan Intake makanan
tidak mau makan, makan nutrisi kurang dari yang tidak adekuat
hanya habis 3 sendok, kebutuhan tubuh (Mual, muntah,
setelah minum susu klien penurunan asupan
muntah. oral)
DO :
 A : BB= 7kg, TB= 78 cm,
LILA= 13,5 cm, LK= 52,5
cm
 B : Hb= 10,7 g/dL, Ht=
32,90 %, Limfosit= 39,3 %
 C : kurus, kulit pucat,
membran mukosa kering
 D : mual, muntah, tidak
mau makan, muntah ± 3-5 x
sehari
BB/U = -2.54 (Gizi kurang)

TB/U = 0.86 (tinggi badan


normal)

BB/TB = -3.5 (kurus)

3 DS : Ibu mengatakan An. S Resiko defisit Output yang


muntah, diare ada volume cairan berlebihan
ampasnya 3x, konsistensi
cair, batuk.

DO : Klien tampak lemah,


mata cekung, tampak
kemerahan disekitar
19
anus, turgor kulit kurang.
Suhu : 38, 1oC, Natrium :
134.0 mmol/L
2. Analisa Data

20
3. Diagnosa Keparawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan Peningkatan proses metabolik,
dehidrasi
b. Ketidakaseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang tidak adekut (mual, muntah, penurunan
asupan oral).
c. Resiko defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output yang berlebihan

21
4. Intervensi

Rencana Intervensi
Tgl No. DX
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
12/11/2012 1 Tujuan : a. Pantau suhu tubuh klien a. Suhu 38,9 – 41,1oC menunjukkan proses
Setelah dilakukan penyakit infeksi
tindakan keperawatan b. Pantau suhu lingkungan, batasi / b. Suhu lingkungan / jumlah selimut harus
selama 3x24 jam suhu tambah linen tempat tidur sesuai dibatasi untuk mempertahankan suhu
tubuh normal. indikasi. mendekati normal.
Kriteria Hasil : c. Berikan kompres air hangat, hindari c. Membantu mengurangi demam

Suhu tubuh normal (36 penggunaan air es. (penggunaan air es menyebabkan
o
C- 37oC), tidak teraba peningkatan suhu secara actual).
d. Berikan antipiretik bila panas
hangat b. Digunakan untuk mengurangi demam.
20

19
Rencana Intervensi
Tgl No. DX
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
12/11/2012 2 Tujuan : a. Timbang berat badan tiap hari a. Memberikan informasi tentang
Setelah dilakukan kebutuhan diet / keefektifan therapi.
tindakan keperawatan b. Monitor input dan output b. Mengetahui masukan nutrisi
selama 3x24 jam c. Anjurkan ibu pasien untuk c. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisisnya
kebutuhan nutrisi pasien memberikan makan dan susu

terpenuhi. sedikit tapi sering


d. Menjelaskan pada ibu tentang d. Untuk menambah pengetahuan ibu
Kriteria Hasil :
pentingnya asupan nutrisi bagi tentang kebutuhan nutrisi untuk
BB stabil / peningkatan
pertumbuhan anaknya anaknya.
BB, tidak ada tanda
e. Kolaborasi dengan ahli gizi e. Untuk mendapatkan diit
malnutrisi, nafsu makan
meningkat
21

20
Rencana Intervensi
Tgl No. DX
Tujuan dan KH Intervensi Rasional
12/11/2012 3 Tujuan : a. Kaji intake dan output, frekuensi a. Menentukan kehilangan dan kebutuhan
Setelah dilakukan defekasi, karakteristik, jumlah cairan.
tindakan keperawatan b. Kaji TTV
selama 3x24 jam defisit c. Anjurkan ibu klien untuk tetap b. Membantu kesadaran klien

volume cairan dapat memberi ASI sesering mungkin c. Untuk mengganti cairan yang keluar

teratasi. agar caiaran stabil, selain untuk

Kriteria Hasil : mengganti cairan yang keluar ASI juga

Dapat mempertahankan banyak mengandung zat – zat gizi yang


d. Anak diistirahatkan
cairan dan elektrolit sangat diperluakn tubuh.
e. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
dalam tubuh, tidak d. Meningkatkan sirkulasi

ditemukan tanda-tanda e. Mengetahui kemungkinan adanya


f. Motivasi ibu untuk memberikan
dehidrasi dehidrasi pada klien.
cairan peroral sedikit tapi sering
f. Mencegah terjadinya dehidrasi
g. Monitor hasil pemeriksaan
elektrolit dan hematokrit
g. Mengetahui status cairan klien
h. Kolaborasi pemberian theraphy
cairan parenteral h. Meningkatkan konsumsi yang lebih
22

21
5. Implementasi
Waktu No. Dx Implementasi Respon TTD
12/11 1 Mengobservasi keadaan umum dan suhu S : Ibu mengatakan An.S panas 11 hari, pusing, rewel,
17.00 tubuh klien mual,dan menangis
O : Suhu 38,1oC, anak rewel, keadaan umum lemah,
terpasang infus RL 15 tpm
17.05 1 Menganjurkan Ibu untuk memberikan S :-
kompres air hangat O : Ibu mau mengikuti saran dan anjuran
17.10 3 Monitor tetesan infus S : -
O : infus RL 15 tpm
17.30 2 Menganjurkan ibu agar tetap memberikan S : Ibu mengatakan masih memberikan ASInya
ASI nya O : Ibu menyusui anaknya
17.35 2 Menanyakan berat badan anak kepada S : Ibu mengatakan BB anaknya 7 Kg
ibunya O: Anak tampak kurus
17.40 3 Mengkaji tanda-tanda dehidrasi S:-
O : Mata cekung, mukosa kering
17.42 2 Menganjurkan ibu untuk memberikan bubur S : Ibu mengatakan akan mencobanya
dan susu sedikit tapi sering O : Bubur tidak dimakan

51
20.00 1 Memberikan obat intra vena ranitidin, dexa, S : Anak menangis
ondansetron dan ceftriaxon O : Obat masuk melalui intra vena dan tidaak ada
tanda-tanda infeksi
20.05 3 Menganjurkan untuk minum obat penurun S : Ibu mengatakan sudah memberikan obat penurun
panas 4 jam sekali panas
O : Obat masuk melalui oral
13/11/ 1 Mengobservasi keadaan umum pasien dan S : Anak rewel dan nangis
17.00 suhu tubuh O : Suhu tubuh : 38,8oC
17.05 1 Menganjurkan ibu mengkompres anaknya S : Ibu mengatakan sudah mengkompres anaknya
O : Ibu sedang melakukan kompres
17.07 1 Menganjurkan ibu untuk memberikan obat S : Ibu mengerti apa yang saya katakan
penurun panas 4 jam sekali O : Obat masuk melalui oral
17.08 3 Monitor input dan output S : Ibu mengatakan ketika anaknya minum pasti
muntah, muntah sudah 3x, diare dengan
konsistensi cair berlendir
O : Ibu sedang menyusui anaknya
17.09 2 menganjurkan ibu agar tetap memberikan S : Ibu mengatakan tetap memberikan ASInya
ASInya O:-
24

52
17.11 2 Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan S : Ibu mengatakan akan mencobanya
makanan pendamping seperti 4 sehat 5 O:-
sempurna (nasi tim atau nasi + sayuran)
20.00 3 Memberikan injeksi ranitidin dan ceftriaxon S : Anak rewel dan nangis
O : Obat masuk melalui intra vena
20.05 3 Monitor pemberian cairan infus RL 15 tpm S:-
O : Pemberian RL 15 tpm dilanjutkan
14/11 1 Monitor suhu tubuh klien S : Anak rewel dan nangis
17.00 O : Suhu : 38,2oC
17.05 1 Menganjurkan ibu untuk mengompres S : ibu mengatakan iya
anaknya O: ibu mengkompres anaknya
17.10 2 Menganjurkan ibu menyuapi anaknya S : Anak mau makan
O : Makan habis ½ porsi
17.11 2 Menganjurkan ibu untuk memberikan S : ibu mengatakan akan mencobanya
makanan tambahan yaitu 4 sehat 5 sempurna O : -
20.00 3 Injeksi ceftriaxon dan ranitidin S : Anak nangis dan rewel
O : obat masuk melalui intra vena

53
20.03 3 Monitor tetesan infus S:-
O : Pemberian RL 15 tpm dilanjutkan
20.07 1 Menganjurkan untuk minum obat penurun S : ibu mengatakan sudah memberikan obat penurun
25

panas panas
O : obat masuk melalui oral

54
26
6. Evaluasi
Tgl No.Dx Catatan Perkembangan TTD
15/11/2012 1 S : Ibu klien mengatakan anak masih
panas
O: - Suhu 38,1oC.
- Pasien teraba hangat.
A: Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
- Anjurkan pada ibu untuk memberi
kompres air hangat.
15/11/2012 2 S : Ibu mengatakan An. S mau makan.
O: Klien mau makan makanan dari RS
habis ½ porsi.
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan anak makan sedikit tapi
sering
- Motivasi An. S untuk
menghabiskan makannya.
15/11/2012 3 S : Ibu mengatakan An. S tidk muntah
lagi, diare 1x.
O: klien sudah mulai tampak agak aktif,
mukosa bibir lembab.
A: Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan anak untuk minum
sedikit-sedikit tapi sering

27
BAB III
PEMBAHASAN

1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan proses metabolik, dehidrasi


Peningkatan suhu tubuh/ hipertermia adalah keadan dimana seorang
individu mengalami atau beresiko untuk mengalami kenaikan dibuktikan oleh
peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari jangkauan normal. Batasan
karakteristik mayor : suhu lebih dari 37,80 C, kulit hangat, takikardi, karakteristik
minor : kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernafasan, menggigil/
merinding, perasaan hangat atau dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum
(misal : sakit kepala), keletihan, kelemahan, kehilangan nafsu makan, berkeringat.
Penulis memprioritaskan hipertermi sebagai prioritas pertama sesuai
dengan Hirarki Maslow. Dimana menurut Hirarki Maslow kebutuhan fisiologis
terdiri dari kebutuhan oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat
tinggal, istirahat dan seks. Kekurangan kebutuhan tersebut, pasien cenderung
menggunakan semua prasarana untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Hanya saja
mereka akan mempertimbangkan terelebih dahulu kebutuhan yang paling tinggi
prioritasnya. (Aziz Alimul,2006)
Penulis menegakkan diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan
dengan peningkatan proses metabolik, dehidrasi didukung data selama dirumah
sakit dari hasil pengkajian pada tanggal 12 November 2012 didapatkan data
sebagai berikut : Data subjektif : Ibu pasien mengatakan badan anaknya panas
dan anaknya rewel, data objektif : badan teraba panas, suhu tubuh 38,1 0 C, anak
rewel.
Rencana tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
monitor suhu tubuh, rasionalnya adalah untuk menketahui adanya tanda-tanda
peningkatan suhu tubuh, seperti demam, suhu tubuh tinggi (38 0 C), anjurkan pada
orang tua pasien untuk memberikan banyak minum, rasionalnya adalah untuk

28
mencegah terjadinya dehidrasi oleh karena peningkatan suhu tubuh. Berikan
penurun panas, rasionalnya untuk menurunkan demam, antibiotic untuk
membunuh mikri organisme penyebab infeksi. Monitor vital sign dan keadan
umum, rasionalnya untuk mengetahui perkembangan keadaan pasien sebagai
dasar tindakan selanjutnya.
Implementasi yang dilakukan pada An.S yaitu memantau tanda-tanda
vital, suhu tubuh, nadi dan pernafasan, menganjurkan ibu memberikan kompres
hangat, melaksanakan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik
yaitu parasetamol.
Evaluasi proses setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam, suhu tubuh masih panas ditandai dengan : Data subjektif : ibu pasien
mengatakan anaknya masih panas, data objektif : suhu 38,1oC, teraba panas.
Diagnosa ini menjadi prioritas utama karena panas An.S merupakan
keluhan utama dan berdasarkan pada hierarki Maslow yang merupakan keluhan
fisiologis dan apabila tidak diatasi akan mengakibatkan dehidrasi, kejang dan
syok.

2. Ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh b/d Intake makanan yang tidak adekuat (Mual, muntah, penurunan
asupan oral)
Ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh adalah dimana individu yang tidak puasa mengalami / yang beresiko
mengalami penurunan BB yang berhubungan dengan masukan yang tidak
adekuat / metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik
Batas karakteristik mayor : individu yang tidak puasa melaporkan / mengalami
masukan makanan tidak adekuat dari yang dianjurkan dengan / tanpa penurunan
BB / kebutuan metabolik actual / potensial dalam masukan yang berlebihan.
Minor : BB 10-20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi dan kerangka

29
tubuh, lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah dan lingkar otot dan nyeri tekan,
peka rangsang mental dan kekacauan mental penurunan albumin.
Penulis memprioritaskan diagnosa ini sebagai diagnosa kedua dimana
nutrisi diakui sebagai perawatan penting pada penyakit apapun yang
menempatkan klien pada resiko malnutrisi (Perry dan Potter, 2005). Apabila
kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi dapat mengakibatkan resiko marasmus atau
tulang terbalut kulit, dapat terjadi akibat tidak tersedianya bahan pangan, kondisi
semi kelaparan yang berkepanjangan, dan penyapihan yang terlalu dini (Perry dan
Potter, 2005).
Berdasarkan pengkajian didapat keluhan antara lain : Data subjektif : Ibu
mengatakan An.S tidak mau makan, mual, muntah ± 3-5 x sehari, data
objektifnya : A : BB= 7 kg, TB= 78 cm, LILA= 13,5 cm, LK= 52,5 cm, B : Hb=
10,7 g/dL, Ht= 32,90%, Limfosit = 39,3%, C : kurus, kulit pucat, membran
mukosa kering, D : mual, muntah, tidak mau makan, muntah ± 3-5 x sehari.
Rencana keperawatan yang akan dilakukan Timbang berat badan tiap hari
rasionalnya adalah memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan
therapi, monitor input dan output rasionalnya adalah mengetahui masukan nutrisi,
anjurkan ibu pasien untuk memberikan makan dan susu sedikit tapi sering
rasionalnya adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisisnya, menjelaskan pada ibu
tentang pentingnya asupan nutrisi bagi pertumbuhan anaknya rasionalnya adalah
untuk menambah pengetahuan ibu tentang kebutuhan nutrisi untuk anaknya,
kolaborasi dengan ahli gizi rasionalnya adalah untuk mendapatkan diit.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan
mengkaji seberapa banyak nafsu makan / porsi makan yang dihabiskan,
memotivasi pasien untuk menghabiskan makanannya, menimbang BB,
menganjurkan ibu agar tetap memberikan ASI nya dan memberikan makanan
tambahan seperti 4 sehat 5 sempurna.

30
Evaluasi proses setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam, kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi ditandai dengan : data subjektif : Ibu
mengatakan An. S mau makan, data objektif : klien mau makan makanan dari RS
habis ½ porsi.

3. Resiko defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan output yang berlebihan
Resiko defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh adalah kondisi
ketika individu tidak mampu meminum cairan, mengalami atua beresiko
mengalami dehidrasi vaskular, intersitial, atau intraseluler. Batas karakteristik
mayor : ketidakcukupan masukan cairan oral, ketidkseimbangan antara masukan
dan haluaran, penurunan berat badan, kulit atau membran mukosa kering. Minor :
peningkatan natrium serum, penurunan haluaran urin/haluaran urin berlebihan,
urin memekat atau sering berkemih, penurunan turgor kulit, haus/mual/anoreksia.
Berdasarkan pengkajian didapat keluhan antara lain : Data subjektif : Ibu
mengatakan An. S muntah, diare konsistensi cair ada ampasnya 3x, batuk data
objektifnya : klien tampak lemah, mata cekung, tampak kemerahan disekitar
anus, turgor kulit kurang, suhu : 38, 1oC, natrium= 13.4 mmol/L. BC : 1000-925
=75 cc.
Rencana keperawatan yang akan dilakukan kaji intake dan output,
frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus rasionalnya adalah .
menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan. Kaji TTV rasionalnya adalah
membantu mengetahui kesadaran klien. Anjurkan ibu klien untuk tetap memberi
ASI sesering mungkin rasionalnya adalah untuk mengganti cairan yang keluar
agar caiaran stabil, selain untuk mengganti cairan yang keluar ASI juga banyak
mengandung zat – zat gizi yang sangat diperluakn tubuh. Anak diistirahatkan
rasionalnya adalah untuk meningkatkan sirkulasi. Kaji adanya tanda-tanda
dehidrasi rasionalnya adalah mengetahui kemungkinan adanya dehidrasi pada

31
klien. Kolaborasi pemberian theraphy cairan parenteral rasionalnya adalah
meningkatkan konsumsi yang lebih.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan
mengkaji tanda-tanda dehidrasi, monitor TTV dan keadaan umum, memberikan
cairan parenteral sesuai program, memotivasi ibu untuk memberikan ASI sesering
mungkin.
Evaluasi proses setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam, defisit volume cairan dapat teratasi ditandai dengan : data subjektif : Ibu
mengatakan An. S tidk muntah lagi, diare 1x, data objektif : klien sudah mulai
tampak agak aktif, mukosa bibir lembab.

4. Moxibustion
Moxibustion adalah teknik yang berkaitan erat dengan akupunktur. Ini
adalah aplikasi lokal dan terfokus dari panas ke titik akupunktur menggunakan
kompresi substansi, bubuk mudah terbakar ("mugwort" atau "moxa"), yang
dibakar pada atau dekat titik-titik yang akan dirangsang. Penerapannya cukup
berguna dalam kondisi yang disebabkan oleh kasus dingin dan kelembaban
defisiensi (kelemahan) dari fungsi organ. Telah efektif digunakan untuk
pengobatan asma, diare, nyeri rematik, muntah nyeri perut, dan gangguan
ginekologis tertentu.
Moxa ditempatkan baik secara langsung pada kulit (direct moxibustion)
atau diisolasi dari itu oleh lapisan jahe, garam, bawang putih, atau kue aconite
(moxibustion tidak langsung) dan dinyalakan. Tanaman mugwort disimpan dalam
jangka waktu lama lebih dulu kemudian digiling halus. Praktisi melakukan
pengobatan dengan membakar gilingan itu tadi atau memprosesnya lebih jauh
menjadi batangan kecil semacam cerutu. Kemudian bisa dipakai dengan tidak
secara langsung, menggunakan jarum akupunktur, atau kadang-kadang secara
langsung dibakar di atas kulit pasien.

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian didapatkan, data klien Ibu mengatakan An. 11 hari
sebelum rumah sakit klien panas, mencret warna kuning berlendir, tidak mau
makan. Diagnosa yang muncul pada klien An. S adalah : Hipertermia
berhubungan dengan proses inflamasi. Ketidakaseimbangan nutrsi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekut (mual,
muntah, penurunan asupan oral). Resiko defisit volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan
Salah satu rencana dan yang sudah dilakukan pada An. R yaitu : untuk
menurunkan suhu tubuh dengan memberikan kompres air hangat, bila anak panas.
Ketidakaseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh dengan menganjurkan
pada ibu untuk memberikan An. S makan sedikit tapi sering, memotivasi An. S
untuk menghabiskan makannya. Resiko defisit volume cairan dengan
mempertahankan pemberian cairan parenteral.

B. Saran
a. Bagi mahasiswa keperawatan hendaknya lebih memahami tentang hubungan
terapeutik dalam tahap-tahap pemberian Asuhan Keperawatan kepada klien
terutama klien dengan febris dan klien dengan masalah kesehatan yang lain
pada umumnya.
b. Dari pihak institusi diharapkan untuk memberikan informasi melalui media
mengenai febris kepada penderita, keluarga maupun pengunjung agar
penderita febris tidak meningkat dan dapat meminimalisir terjadinya febris
karena sudah tahu tentang febris tersebut.

33
c. Hubungan antara perawat dan tim kesehatan lain, serta kerjasama perawat
dengan keluarga sangat diperlukan untuk membantu perkembangan kondisi
pasien ke arah yang lebih baik.
d. Dari pihak keluarga dalam menjaga kesehatan dan kebersihan atau sanitasi
lingkungan klien hendaknya lebih diperhatikan lagi, khususnya kesehatan
pasien dan keluarga pada umumnya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan :


Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.

Lynda juall, Carpenito, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda juall
Carpenito, Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8), Jakarta:
EGC.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika


Aesculapius.

Mc Closkey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention


Classsification (NIC). Mosby, St. Louise.

Mc Closkey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Outcame Classsification


(NOC). Mosby, St. Louise.

NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2011-2012),


Philadelphia

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta

Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta


Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta

Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim
Terjadi Pada Anak. PERKANI : Surabaya

Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta

35

Anda mungkin juga menyukai