Disusun Oleh :
LULUK YULIANA
K.015.019.001
T.A 2021/2022
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DUTA GAMA KLATEN
Daftar isi
Daftar isi....................................................................................................................i
A. Definisi.............................................................................................................1
B. Klasifikasi febris...............................................................................................1
C. Anatomi Fisiologi............................................................................................3
D. Etiologi.............................................................................................................4
E. Tanda Dan Gejala.............................................................................................5
F. Komplikasi........................................................................................................5
G. Patofisiologi......................................................................................................6
H. Pathway.............................................................................................................7
I. Pemeriksaan Penunjang....................................................................................7
J. Penatalaksanaan Medis...................................................................................10
K. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................11
L. Daftar Pustaka.................................................................................................21
i
A. Definisi
B. Klasifikasi febris
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
1
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai
dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam
septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-
kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria.
2
C. Anatomi Fisiologi
3
e. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior
f. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu
g. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian
mempengaruhi semua otot polos, otot jantung, sel eksokrin
h. Berperan dalam pola perilaku dan emosi Peran hipotalamus
adalah pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan terutama
bergantung pada interaksi antara dua area : area “makan”
lateral di anyaman nucleus berkas prosensefalon medial pada
pertemuan dengan serabut polidohipotalamik, serta “pusat rasa
kenyang:’ medial di nucleus vebtromedial. Perangsangan pusat
makan membangkitkan perilaku makan.
D. Etiologi
4
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Guyton dalam Thobroni, 2015).
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
F. Komplikasi
5
G. Patofisiologi
6
H. Pathway
diare
hipertermi
Intoleransi
Deficit nutrisi
aktivitas
Gangguan pola
tidur
ansietas
I. Pemeriksaan Penunjang
7
Pemeriksaan radiologis :
thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus
diperiksa CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia
darah, serologi terhadap beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan
imunologi, seperti ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.
Pemeriksaan labolatorium :
8
f. Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut
g. Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberkulosis
h. LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.
i. Eosinofilia lazim ditemukan pada demam dengan invasi parasit
seperti askariasis, trichuriasis, schistosomiasis, necatoriasis,
trichinosis, fascioliasis, gnathostomiasis, paragonimiasis, Loefler’s
syndrome dan reaksi alergi
2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung.
Proteinuria ringan bisa dijumpai pada pasien demam dengan berbagai
sebab. Proteinuria juga dijumpai pada keadaan hematuria. Gross
hematuria sering dijumpai pada pasien leptospirosis, malaria berat
(Black Water Fever), batu saluran kemih, DBD, dan kelainan
hemostasis.
3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara
mikroskopik, dapat menemukan berbagai mikroorganisme penyebab
demam, seperti amuba, shigella, berbagai cacing usus, dan berbagai
jenis jamur. Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan dengan kultur dan tes
sensitivitas serta PCR. Bila diperlukan kultur feses sesuai dengan
mikroorganiosme yang dicurigai sebagai penyebab.
4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan
pada pasien demam yang dicurigai malaria. Pemeriksaan darah malaria
harus diambil dari ujung jari (darah tepi, bukan darah vena). Hapusan
darah tebal dan tipis dibuat dalam satu slide, dan untuk darah tebal,
tidak difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah tepi malaria
harus susuai dengan standard.
5. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan
untuk mendeteksi berbagai infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG),
Malaria (falciparum dan vivax), Influenza, Demam tifoid (typhidot),
Leptospirosis, Infeksi HIV.
6. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang diduga
sebagai akibat dari infeksi.
9
7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit
infeksi, seperti NS1 pada DBD
8. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini
untuk menegakkan diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit.
Pemeriksaan serologik untuk mendiagnosa penyebab demam
dimintakan sesuai dengan penilaian klinis. Misalnya, ASTO meninggi
pada demam rematik, ANA positip pada SLE, viral marker hepatitis
seperti anti HCV, HbsAg, IgM anti HVA pada hepatitis akut, dan lain-
lain.
9. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan
temuan dan dugaan klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur
setelah pemberian antibiotik selalu memberikan nilai negatip.
Permintaan kultur jenis bakteri atau jamur tertentu akan lebih terarah
dalam menelusuri etiologi penyebab demam.
10. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan
lain-lain tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah
ditujukan untuk melihat fungsi organ dan gangguan metabolik lain
akibat penyakit yang mendasari atau akibat komplikasinya, dan juga
untuk menunjang diagnosis penyebab demamnya. Misalnya,
tuberkulosis selalu sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi
ginjal terjadi pada Weil’s diseases, hiponatremia bisa terjadi pada
malaria dan DBD, enzim transaminase selalu meninggi pada DBD,
leptospirosis dan malaria.
J. Penatalaksanaan Medis
10
K . DIAGNOSA
1.Hipertemi b.d proses infeksi
2. Cemas b.d Hipertemi
11
12
K. Daftar Pustaka
Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
penunrunan suhu tubuh anak demam usia 1 – 3 tahun di SMC RS
Telogorejo Semarang. Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id
M .Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Praktek.
Yogyakarta : Arr-Ruzz Media
Nur, Rohmah Resty P And Agus Sarwo Prayogi, And Eko
Suryani, (2018) Penerapan Kompres Hangat Pada Anak Demam
Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nyaman Di Rsud
Sleman. Skripsi Thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi
Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta:
DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta:
DPP PPNI.
Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Yang Mengalami demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1, 45. Diakses
dari Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94
Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan
Febris Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar
Bukittinnggi Tahun 2018
.Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46%20siska%20damayanti.
Pdf
Zein, Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan : USU PRESS 2012