Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan

Kebutuhan Termoregulasi

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Dasar

Di susun oleh :
TRIANI D. HADAM
14420212129

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
1. Konsep Kebutuhan Dasar
Termoregulasi adalah suatu pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme
fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan
normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan.
Hubungan regulasi melalui mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi
suhu.
Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson Manusia mengalami
perkembangan yang dimulai dari proses tumbuhkembang dalam rentang kehidupan
(life span). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu memulainya dengan
bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses yang
disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan sekitar,
dan status kesehatan individu.
2. Konsep Dasar Suhu Tubuh
a. Definisi termoregulasi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologi tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat di
perhatikan secara konstan.(Aziz,2012).
Mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antara panas yang
hilang dan dihasilkan atau lebih sering disebut sebagai termoregulasi. Mekanisme
tubuh harus mempertahankan hubungan antara produksi panas dan kehilangan
panas agar suhu tubuh tetap konstan dan normal. Hubungan ini diatur oleh
mekanisme neurologis dan kardiovaskuler.
Hipertermi merupakan kondisi dimana tubuh mengalami peningkatan suhu
diatas normal, kondisi ini terjadi karena memberikan reaksi terhadap serang racun
yang masuk dalam tubuh secara alami apabila jumlah toksik yang masuk tidak
banyak tubuh akan menetralisir secara normal pula. Namun apabila racun atau
toksik yang ada dalam tubuh sudah melebihi ambang batas, maka akan secara
alami pula tubuh akan memberikan reaksi yang setara.
Normalnya suhu tubuh berkisar 36º C-37º C, suhu tubuh sapat diartikan sebagai
keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh.
Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu
tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Produksi panas dapat
meningkat atau menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya
penyakit atau stres. Suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas maupun dingin
dapat memicu kematian.
b. Etiologi
1. Pengeluaran Panas
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara konstan, pengeluaran panas
secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
a. Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan
objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang
elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke
kulit dan ke pembuluh darah permukaan. Jumlah panas yang dibawa ke
permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang
diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang
lebih dingi disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu
antara objek juga meningkat.
b. Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak
langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas
hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti.
Panas berkonduksi melalui benda padat, gas, cair.
c. Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi
pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan 
kulit. Arus udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara
meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat.
d. Evaporasi
Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.
Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air
yang menguap. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior member
signal kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan
stress emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara untuk
menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan laju
metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan bersisik,
serta hidung dan faring kering.
e. Diaforesis
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada
dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang
mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada
permukaan kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu
tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat, yang menguap
dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Diaphoresis kurang efisien
bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara tinggi.
c. Anatomi fisiologis
Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting : sensor di
bagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem efektor
yang dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas. (Kozier, et al., 2010).
Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh
sebagaimana thermostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan
pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan
hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.
Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set point,
implusakan dikirim untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas
termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan hambatan
produksi panas. Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk
meningkatkan pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior merasakan suhu
tubuh Lebih rendah dari set point, mekanisme konservasi panas bekerja.
Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran aliran darah ke
kulit dan ekstremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui kontraksi
otot volunter dan getaran (menggigil) pada otot. Bila vasokonstriksi tidak efektif
dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai mengigi. Lesi atau
trauma pada hipotalamus atau korda spinalis, yang membawa pesan hipotalamus,
dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol suhu.
Sebagian besar pembentukan panas dalam tubuh dihasilkan oleh organ dalam
terutama hati, jantung, dan otot rangka selama berolahraga. Kemudian panas ini di
hantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang kemudian di
buang keudara dan lingkungan sekitarnya. Adapun anatomi dari gangguan
termoregulasi adalah
1) Kulit
Kulit mempunyai banyak reseptor sensori untuk dingin dan hangat
dibanding reseptor yang terdapat pada organ tubuh lain seperti lidah, saluran
pernapasan, maupun organ visera lain. Jika kulit dingin melebihi suhu tubuh
maka ada tiga proses untuk meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses yaitu
menggigil untuk memproduksi panas, berkeringat untuk menghalangi panas,
dan vasokonstriksi untuk menurunkan kehilangan panas.
2) Hipotalamus
Integritas Pusat pengaturan suhu inti berada di preoptik area hipotalamus
di rangsang, efektor sistem mengirim sinyal untuk mengeluarkan keringat dan
vasodilatasi perifer. Sinyal dari sensitif reseptor dingin dan hipotalamus
memprakarsai efektor untuk vasokonstriksi, menggigil, dan melepaskan
epineprin yang meningkatkan metabolisme sel dan produksi panas. Hal ini
untuk meningkatkan produksi panas dan menurunkan kehilangan panas.
(Aziz,2012).
3) Inti Tubuh.
Selain reseptor oleh kulit, inti tubuh yang merespon terhadap suhu tubuh
pada organ tubuh bagian dalam, seperti visera abnormal, spinal cord, dan lain-
lain. Termoreseptor di hipotalamus lebih sensitif terhadap suhu inti.
(Aziz,2012)
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh antara lain:
1) Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan
suhu tubuh sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap
lingkungan. Pastikan mereka mengenakan pakaian yang cukup dan hindari
pajanan terhadap suhu lingkungan. Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan
30% panas tubuh melalui kepala sehingga ia harus menggunakan tutup
kepala untuk mencegah kehilangan panas. suhu tubuh bayi baru lahir antara
35,5 – 37,5°C. Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu
normal akan terus menurun saat seseorang semakin tua. Para dewasa tua
memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih rendah dibandingkan dewasa muda.
Suhu oral senilai 35°C pada lingkungan dingin cukup umum ditemukan pada
dewasa tua. Namun rata - rata suhu tubuh dari dewasa tua adalah 36°C.
Mereka lebih sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena perburukan
mekanisme pengaturan, terutama pengaturan vasomotor (vasokontriksi dan
vasodilatasi) yang buruk, berkurangya aktivitas kelenjar keringat dan
metabolisme yang menurun.
2) Olahraga Aktivitas
Otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan
karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan
metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti lari jarak jauh
dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 41 °C.
3) Kadar hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar.
Hal ini karena ada variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar
progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Variasi suhu ini dapat
membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh
juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami
periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama 30 detik sampai 5
menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara sebanyak
40ºC, yang sering disebut hot flashes. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan
pengaturan vasomotor.
4) Irama sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5º C sampai 10 º C selama periode 24
jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari,
suhu tubuh meningkat dan mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu
menurun lagi sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan
pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari.
5) Stres
Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan
metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas.
6) Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam
ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu
tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika
kien berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh mungkin rendah
karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi
dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme
suhu mereka kurang efisien.
7) Penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan suhu tubuh
diantaranya adalah :
a. Demam berdarah dengue
Demam dengue /DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam,nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai leukopenia, raum, limfadenopi plsma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh klasifikasi
derajat penyakit infeksi virus dengue :
b. Demam tifoid
Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa keterlibatan struktur
endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi
kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe dapat
menular pada orang lain melalui makan atau yang terkontaminasi.
c. Febris /demam
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara
abnormal. Tipe demam demam yang sering dijumpai antara lain :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi
hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam
yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga
demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal, penyebab suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam dintara dua
serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten yang dikaitkan dengan
malaria. Seorang pasien dengan demam mungkin dapat
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek
90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada
dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.
d. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah Penyebab dari malaria
adalah protozoa dari genus plasmodium, yang selain menginfeksi
manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptile dan
mamalia. Plasmodium terdiri dari 4 spesies :
a. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika (maliganan
malaria)
b. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertian (bening malaria)
c. Plasmodium malariae
d. Plasmodium ovale

d. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari seseorang yang mengalami gangguan termoregulasi yaitu:
1. Suhu tinggi 37,8˚C atau 38 ˚C (Hipertermi)
2. Suhu tubuh <36,5 ˚C (hioptermi)
3. Dehidrasi
4. Kehilangan nafsu makan

e. Macam-mancam gangguan termoregulasi

gangguan pada termoregulasi antara lain sebagai berikut:


1. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang sangat penting.
Peningkatan system imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk
pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi
yang bersifat melawan virus ). Pola demam berbeda bergantung pada
pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak
demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Pirogen, seperti bakteri atau
virus meningkatkan suhu tubuh. Pirogen bertindak sebagai antigen yang
memicu respons sistem imun.
2. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpejan
panas. Tanda dan gejala kurang volume caiaran adalah hal yang umum
selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien
kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan
elektrolit.
3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas
adalah hipertermi.
4. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5 0
C
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.,
mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus hipotermi berat, klien menunjukkan
tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal tidak ada respon terhadap
stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah).
6. Radang beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang
terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan
jaringan secara permanen. Intervensi termasuk tindakan mem Berbuat Baik
(Beneficience) Prinsip beneficience ini oleh Chiun dan Jacobs (1997)
didefinisikan dengan kata lain doing good yaitu melakukan yang terbaik.
Beneficience adalah melakukan yang terbaik dan tidak merugikan orang
lain, tidak membahayakan pasien . Apabila membahayakan, tetapi menurut
pasien hal itu yang terbaik maka perawat harus menghargai keputusan
pasien tersebut, sehingga keputusan yang diambil perawat pun yang terbaik
bagi pasien dan keluarga. anaskan secara bertahap, analgesik dan
perlindungan area yang terkena.
B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan
1. Pengertian Etika Keperawatan
Etika keperawatan adalah kerangka berpikir bagi perawat dalam membuat
keputusan, bertanggungjawab pada masyarakat, anggota tim kesehatan lain dan pada
profesinya, sedangkan etika profesi keperawatan merupakan alat ukur perilaku moral
dalam keperawatan. Organisasi profesi dapat meletakan kerangka berpikir perawat
untuk mengambil keputusan dan bertanggungjawab kepada masyarakat, anggota tim
kes lain dan kepada profesi
2. Tujuan Etik Keperawatan
Menurut American Ethics Commision Bureau on Teaching, tujuan etika profesi
keperawatan adalah mampu:
a. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan.
b. Membentuk strategi / cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam
praktik keperawatan.
c. Menghubungkan prinsip moral / pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan, sesuai
dengan kepercayaannya.
3. Prinsip etik
a. Autonom (Otonomi)
Gagasan otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa orang mampu menalar
dan membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kemampuan untuk membuat penilaian dan pilihan mereka sendiri, yang harus
dihormati oleh orang lain. Pengertian otonomi dapat dilihat sebagai komitmen non-
koersif untuk berperilaku rasional atau sebagai semacam penghormatan terhadap
seseorang. Otonomi dan kebebasan individu memerlukan diskriminasi diri, yang
didefinisikan sebagai otonomi. Ketika seorang perawat menghormati kebebasan
klien untuk membuat keputusan mengenai perawatannya, praktik profesional
menunjukkan otonomi.
b. Beneficience (Berbuat Baik)
Istilah "menguntungkan" mengacu pada hanya berbuat baik. Kebaikan berarti
menghindari perbuatan salah atau kejahatan, menghilangkan perbuatan salah atau
kejahatan, dan meningkatkan kebajikan dalam diri sendiri dan orang lain. Kadang-
kadang ada bentrokan antara ide ini dan otonomi dalam pengaturan perawatan
kesehatan.
c. Justice (Keadilan)
Untuk mencapai kesetaraan dan keadilan bagi mereka yang memelihara
standar moral, hukum, dan kemanusiaan, diperlukan prinsip keadilan. Nilai ini
ditunjukkan dalam praktik profesional ketika perawat berusaha memberikan
perawatan kesehatan yang berkualitas dengan mengikuti hukum, standar praktik,
dan keyakinan.
d. Normal Eficience (Tidak Merugikan)
Prinsip ini mensyaratkan tidak menyebabkan kerugian pada pelanggan, baik
secara fisik maupun psikologis.
e. Veracity (Kejujuran)
Istilah "penuh kebenaran" mengacu pada gagasan ini. Profesional perawatan
kesehatan harus menghargai untuk mengomunikasikan kebenaran kepada setiap
klien dan menjamin bahwa pelanggan mengerti. Prinsip ini berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk jujur.
f. Fidellity (Menepati Janji)
Individu harus mematuhi ide ini dengan menghormati janji dan kewajiban
mereka kepada orang lain. Perawat menindaklanjuti janji mereka dan
merahasiakan informasi pasien.
g. Confidentiality (Kerahasiaan)
Informasi klien harus dijaga kerahasiaannya, sesuai dengan konsep
kerahasiaan. Segala sesuatu dalam dokumen catatan kesehatan klien harus dibaca
secara eksklusif sehubungan dengan perawatan klien.
h. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah kriteria yang tepat dimana kegiatan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang ambigu atau tidak biasa.
i. Informed Consent
"Informed Consent" terdiri dari dua kata: "informed," yang berarti "telah
menerima penjelasan atau informasi," dan "consent," yang berarti "menyetujui atau
memberikan izin." Akibatnya, "informed consent" menunjukkan keputusan yang
dibuat setelah memperoleh pengetahuan. Akibatnya, "informed consent" dapat
didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya
setelah diberitahu tentang tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya dan
bahaya yang terkait (Putri & Kurniasih, 2016).
C. Konsep Asuh Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
 Pengkajian identitas anak berisi tentang : nama, anak yang ke, tanggal
lahir/umur, jenis kelamin, dan agama
 Pengkajian identitas Orang tua berisi tentang : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan,agama, dan alamat.
b. Alasan di rawat
1) Keluhan Utama
seperti perasaan tidak enak badan, lesu, pusing, nyeri kepala
dan kurang bersemangat, serta nafsu makan menurun (teutama pada saat masa
inkubasi).
2) Riwayat kesehatan kesekarang
kaji status kesehatan pasien saat dilakukannya pengkajian
3) Riwayat kesehatanya dahulu
Kaji apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
a) Orang tua
Kaji apakah orang tua klien tidak pernah mengalami penyakit yang
serius.
b) Penyakit keturunan
Kaji jika mempunyai penyakit keturunan.
c) Anggota keluarga yang meninggal
Kaji Anggota keluarga klien yang meninggal.
d) Penyebab meninggal
Kaji penyebab meninggal dari riwayat kesehatan keluarga.
c. Riwayat Keadaan Psikososial
1. Persepsi pasien tentang penyakitnya
2. Konsep diri
3. Hubungan sosial
4. Hubungan sosial
d. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
3. Pemeriksaan fisik
 Kepala
 Rambut
 Wajah
 Mata
 Hidung
 Telinga
 Mulut dan faring
 Leher
 Pemeriksaan integumen
 Pemeriksan abdomen
 Pemeriksaan ekstermitas
 Pola kebisaan sehari-hari
 Pola makan dan minum
 Pola kegiatan atau aktiftas
 Pola eliminasi
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Pemeriksaan darah perifer lengkap
3) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
4) Pemeriksaan widal
5) Pemeriksan urin
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh
b. Hipertermia
c. Hipotermia
d. Ketidakefektifan termoregulasi
3. Intervensi
Diagnosa Noc Nic
1. Risiko ketidakseimbangan Termoregulasi Pengaturan Suhu
suhu tubuh Deng3an kriteria  Monitor suhu setiap 2 jam,
Faktor risiko: hasil: sesuai kebutuhan
 Agens farmaseutikal  Suhu tubuh  Monitor tekanan darah, nadi
 Aktivitas yang dalam rentang dan respirasi
berlebihan normal  Monitor suhu dan warna kulit
 Berat badan ekstrem  Nadi dan RR  Monitor dan laporkan adanya
 Cedera otak akut rentang normal tanda dan gejala dari hipotermia
 Dehidrasi Tidak ada dan hipertermia
 Gangguan yang perubahan warna  Tingkatkan intake cairan dan
mempengaruhi regulasi kulit nutrisi adekuat
suhu  Instruksikan pasien bagaimana
 Pakaian yang tidak mencegah keluarnya panas dan
sesuai untuk suhu serangan panas
lingkungan  Diskusikan pentingnya
 Peningkatan area termoregulasi dan kemungkinan
permukaan tubuh efek negatif dari demam yang
terhadap rasio berat berlebihan
badan  Informasikan pasien mengenai
 Peningkatan kebutuhan indikasi adanya kelelahan
oksigen akibat panas dan penanganan
 Perubahan laju emergensi yang tepat
metabolisme  Sesuaikan suhu lingkungan
 Sedasi untuk kebutuhan pasien
 Sepsis  Berikan medikasi yang tepat
 Suhu lingkungan untuk mencegah dan
ekstrem mengontrol menggigil
 Suplai lemak subkutan  Berikan pengobatan antipiretik,
tidak. Memadai sesuai kebutuhan
 Termogenesis non-
mengigil yang tidak
efisien
 Tidak beraktivitas
 Usia ekstrem
2. Hipertermia Termoregulasi Perawatan Demam
Faktor yang berhubungan Dengan kriteria  Pantau suhu dan tanda-tanda
 Agens farmaseutikal hasil: vital lainnya
 Aktivitas berlebihan  Suhu tubuh  Monitor warna kulit dan suhu
 Dehidrasi dalam rentang  Monitor asupan dan keluaran,
 Iskemia normal sadari perubahan kehilangan
 Pakaian yang tidak sesuai  Nadi dan RR cairan yang tak dirasakan
 Peningkatan laju rentang normal  Bari obat atau cairan IV(misal
metabolisme  Tidak ada antipiretik, agen antibakteri,
 Penurunan persepsi perubahan dan agen anti menggigil)
 Penyakit warna kulit  Tutup pasien dengan selimut
 Sepsis atau pakaian ringan
 Suhu lingkungan tinggi  Dorong konsumsi cairan
 Trauma  Fasilitasi istirahat; pembatasan
aktivitas
 Kompres pada lipatan paha
dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Pantau komplikasi-komplikasi
yang berhubungan dengan
demam serta tanda dan gejala
kondisi penyebab demam
 Pastikan tanda lain dari infeksi
yang terpantau pada orangtua
 Lembabkan bibir dan mukosa
hidung yang kering
3. Hipotermia Termoregulasi Perawatan Hipotermi
Faktor yang berhubungan Dengan kriteria
 Agens farmaseutikal hasil:  Monitor suhu pasien,
 Berat badan ekstrem  Suhu tubuh menggunakan alat pengukur
 Ekonomi rendah dalam rentang dan rute yang paling tepat
 Kerusakan hipotalamus normal  Bebaskan pasien dari
 Konsumsi alkohol  Nadi dan RR lingkungan yang dingin
 Kurang pengetahuan rentang normal  Bebaskan pasien dari pakaian
pemberi asuhan tentang  Tidak ada yang dingin dan basah
pencegahan hipotermia perubahan  Dorong pasien yang
 Kurang suplai lemak warna kulit mengalami hipotermia
subkutan uncomplicated untuk
 Lingkungan bersuhu mengkonsumsi cairan hangat,
rendah tinggi karbohidrat tanpa
 Malnutrisi alkohol atau kafein
 Pemakaian pakaian yang  Berikan pemanas yang pasif
tidak adekuat (misalnya selimut, pakaian
 Penurunan laju hangat, tutup kepala)
metabolisme  Berikan pengobatan dengan
 Terapi radiasi hati-hati
 Tidak beraktivitas  Monitor adanya gejala-gejala
 Transfer panas (mis., yang berhubungan dengan
konduksi, konveksi, hipotermia ringan
evaporasi, radiasi)  Monitor adanya syok
 Trauma pemanasan kembali
 Usia ekstrem  Monitor warna kulit dan suhu
kulit
 Identifikasi faktor medis,
lingkungan dan faktor lain
yang mungkin memicu
hipotermia
4. Ketidakefektifan Termoregulasi Monitor tanda-tanda vital
termoregulasi Dengan kriteria  Monitor tekanan darah, nadi,
Faktor yang berhubungan hasil: suhu, dan status pernafasan
 Fluktuasi suhu  Suhu tubuh dengan tepat
lingkungan dalam rentang  Monitor dan laporkan tanda
 Penyakit normal dan gejala hipotermia dan
 Trauma  Nadi dan RR hipertermia
 Usia yang ekstrem rentang normal  Monitor irama dan laju
 Tidak ada pernafasan
perubahan  Monitor suara paru
warna kulit  Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor warna kulit, suhu,
kelembaban
 Monitor sianosis sentral dan
perifer

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
diberikan
5. Evaluasi
Dari hasil evaluasi yang sudah tertulis yang diharapkan gangguan
termoregulasi teratasi.
D. Mind Mapping & Pathway
1. Mind Mapping

Tanda dan gejala


Faktor yang 1. Suhu tinggi 37,8˚C atau 38 ˚C
mempengaruhi suhu
(Hipertermi)
tubuh
2. Suhu tubuh <36,5 ˚C
1. Usia
2. Olahraga (hioptermi)
3. Kadar hormon 3. Dehidrasi
4. Irama sirkadian
5. Stres 4. Kehilangan nafsu makan
6. Lingkungan

Anatomi fisiologi
Macam-macam gangguan
1. Kulit termoregulasi
2. Hipotalamus
3. Inti tubuh 1. Demam
Termoregulasi 2. Kelelahan akibat panas
3. Hipertermia
suatu pengaturan fisiologi 4. Heat stroke
tubuh manusia mengenai 5. Hipotermia
Etiologi
keseimbangan produksi 6. Radang beku (frosbite)
Pengeluaran
panas panas dan kehilangan panas
1. Radiasi sehingga suhu tubuh dapat di
2. Kondusi perhatikan secara konstan.
3. Konfeksi Konsep Legal Etik
4. Evaporasi
1. Autonom (Otonomi)
5. Diaforesis
2. Beneficience (bernuat baik)
Diagnosa keperawatan 3. Justic (Keadilan)
a. Resiko ketidak 4. Normal Eficience (tidak
seimbangan suhu merugikan
tubuh 5. Veracity (kejujuran)
b. Hipertermia 6. Fidellity (menepati janji)
c. Hipotermia 7. Confidentiality (kerahasiaan)
d. Ketidak efektifan 8. Accountability (akuntabilitas)
termoregulasi 9. Informa Consent
2. Pathhway

7. agens farmaseutikal, 1. perubahan laju metabolisme,


8. aktivitas yang berlebihan, 2. sepsis,
9. berat badan ekstrem, 3. suhu lingkungan ekstrem,
10. dehidrasi, 4. usia ekstrem (bayi prematur dan
11. pakaian yang tidak sesuai untuk lansia),
suhu lingkungan, 5. kerusakan hipotalamus,
12. peningkatan kebutuhan oksigen, 6. trauma.
DAFTAR PUSTAKA

A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
( KDM ), Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya : Health Books
Publishing.

Termoreseptor
Kozier, et al. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, sentral
Proses(di
dan Praktik.
Termoreseptor hipotalamus bagian lain SSP dan
Jakarta
perifer: EGC
(kulit) organ abdomen

Konstanti, & Ni Wayan. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Cetakan I. Jakarta Selatan
Nanda.2015-2017.Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta: EGC
Pusat integrasi
termoregulasi
hipotalamus
Putri, A, Astuti, H. T, & Kurniasih, N. 2016. Pengertian dan Contoh Aspek Legal Etik
Dalam Keperawatan Anastesi. Poltekes Kemenkes Yogyakarta
Adaptasi Neuron Sistem saraf Sistem saraf
perilaku motorik simpatis simpatis

Otot rangka Pembuluh Kelenjar


darah keringat
Kontrol
produksi
panas/pengura Kontrol Kontrol
ngan panas produksi panas pengurangan panas

Risiko Hipertermi Hipotermi Ketidakefektifan


ketidakseimbanga termoregulasi
n suhu tubuh

Anda mungkin juga menyukai