Anda di halaman 1dari 75

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PERSEPSI KESEHATAN MENGGUNAKAN TEORI


HEALTH BELIEF MODEL DENGAN PERILAKU KETAATAN
PROTOKOL COVID-19 PADA PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
ANDUONOHU DI KOTA KENDARI

IYANANDA AULIYA SAFRULLAH


K201702070

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2020
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal ini telah kami setujui untuk diajukan pada Seminar Proposal

Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala Waluya Kendari

dalam rangka penyempurnaan penulisan.

Kendari, Desember 2020

Tim Pembimbing

PembimbingI Pembimbing II

Moh. Guntur Nangi, SKM., M.Kes. Juslan, SKM., M.Kes.


NIDN.09-1112-8401 NIDN. 09-1101-8703

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Moh. Guntur Nangi,SKM, M.Kes


NIDN.09-1112-8401

ii
iii
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat

menyelesaikan perbaikan proposal penelitian yang berjudul “Hubungan Persepsi

Kesehatan Menggunakan Teori Health Belief Model dengan Perilaku Ketaatan

ProtokolCovid 19 pada Pedagang Tradisional Anduonohu di Kota Kendari” guna

memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program

Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Mandala Waluya Kendari.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Penyusunan Proposal ini masih

jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang

sifatnya membangun untuk meningkatkan mutu dari Penulisan ini sangat Penulis

harapkan.

Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa pula menghaturkan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Moh. Guntur Nangi, SKM., M.Kes.

selaku Pembimbing I dan kepada Ibu Juslan, SKM., M.Kes.selaku Pembimbing

II atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam

membimbing, mengarahkan, memberi saran maupun kritik sehingga proposal ini

menjadi lebih baik.

Tidak lupa pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Ketua Yayasan Universitas Mandala Waluya Kendari.

2. Rektor Universitas Mandala Waluya Kendari.

3. Para Wakil Rektor Universitas Mandala Waluya Kendari Bidang Akademik,

Non Akademik dan Kemahasiswaan


4. Para Ketua Lembaga (LPPM dan LPM) Universitas Mandala Waluya Kendari

5. Ketua ProgramStudi Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala Waluya

Kendari

6. Tim Penguji Hasil penelitian terdiri dari bapak H.Achmad Kadarman, SKM.,

M.Kes. selaku Penguji I,ibu DR. Yunita Amraeni, M.Kes. selaku Penguji II

dan Ibu Noviati, SKM., MPH selaku Penguji III.

7. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan staf Universitas

Mandala Waluya Kendari yang telah membantu dalam proses pendidikan dan

administrasi.

8. Orangtua Ayahanda dan Ibunda yang mendidik dan membesarkan serta

memberikan restu pada penulis dalam menempuh pendidikan.

9. Teman-teman seangkatan khususnya Program Studi Kesehatan Masyarakat

yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama pendidikan dan saran

perbaikan hasil penelitian ini.

Demikian proposal ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan

terutama penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Mandala

Waluya Kendari.

Kendari, Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................5

C. Tujuan Penelitian............................................................................................6

D. Manfaat Penelitian..........................................................................................7

E. Kebaruan Penelitian.......................................................................................8

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Covid-19.............................................................................18

B. Tinjauan umum Health Belief Model.............................................................31

C. Tinjauan Empiris ........................................................................................38

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Penelitian.....................................................................................41

B. Kerangka Konsep...........................................................................................42

C. Variabel Penelitian.........................................................................................43

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif....................................................43

E. Hipotesis Penelitian .......................................................................................52

3
BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian............................................................................54

B. Waktu dan Lokasi Penelitian..........................................................................54

C. Populasi dan Sampel......................................................................................54

D. Pengumpulan Data.........................................................................................55

E. Pengolahan Data, Analisis dan Penyajian Data.............................................56

F. Etika Penelitian..............................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................62

LAMPIRAN

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pandemi virus corona (Covid-19) terus menginfeksi seluruh belahan

dunia, termasuk Indonesia. Jumlah pasien terinfeksi virus corona pun terus

bertambah setiap hari. Kasus virus corona di Asia Tenggara mencapai 14,1

ribu kasus atau mengisi sekitar satu persen dari total kasus di dunia. Jumlah

itu di dominasi oleh Malaysia dan Filipina, masing-masing dengan 3,8 ribu

kasus dan 3,7 ribu kasus. Kemudian, Indonesia berada di peringkat tiga

dengan hampir 2,5 ribu kasus. Thailand dan Singapura pun mencatat ribuan

kasus positif Covid-19, yakni 2,2 ribu kasus dan 1,4 ribu kasus (Lidwina,

2020). Pandemi Covid 19 di Indonesia diawali dengan temuan penderita

penyakit corona virus 2019 (Covid-19) pada 2 Maret 2020 pada seorang

instruktur senam dan ibunya. Hingga 8 April 2020, telah terkonfirmasi 2.738

kasus positif Covid-19, dengan tingkat kematian diatas dunia sebesar 5,7%.

Ada tiga parameter yang digunakan untuk memahami seberapa besar masalah

covid 19 ini yaitu Rata Penularan, Tingkat kematian dan penularan

asimptomatik/tanpa gejala yang dimungkinkan(Wikipedia, 2020).

Pada bulan Agustus 2020, tercatat jumlah kasus positif di seluruh dunia

telah mencapai 24 juta kasus. Negara dengan kasus terbanyak adalah Amerika

Serikat dengan jumlah 5,9 juta kasus, Brazil dengan jumlah 3,6 juta kasus dan

India dengan jumlah 3,1 juta kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Di

Asia Tenggara pada bulan Oktober 2020 tercatat jumlah kasus positif

5
sebanyak 719.093 kasus, dimana jumlah kasus terbanyak berada di Filipina

dengan jumlah kasus sebanyak 322.497 kasus positif. Sementara Negara

dengan kasus terendah adalah Laos dimana jumlah kasus positif sebanyak 23

kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Satgas penanganan virus corona di Indonesia mengumumkan hingga

Juni 2020, ada tambahan 700 kasus baru yang terinfeksi corona di Indonesia,

sehingga total menjadi 26.473 kasus. Berdasarkan data yang diperoleh,

Indonesia pada bulan Oktober menyumbang setidaknya 42,2% kasus positif

Covid-19 di Asia Tenggara dengan jumlah kasus sebanyak 303.498 kasus.

Per bulan November 2020 terjadi peningkatan jumlah kasus, dimana Satuan

Gugus Tugas Covid-19 Indonesia mencatat setidaknya terdapat 425.796 kasus

positif terkonfirmasi yang berasal dari 502 Kabupaten/Kota dari jumlah total

34 provinsi (Satgas Covid-19, 2020).

Sementara itu, menurut data yang diperoleh dari Tim Satuan Gugus

Tugas Covid-19 Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Oktober 2020

setidaknya terdapat 2.906 jumlah kasus positif terkonfirmasi dengan jumlah

kasus tertinggi berada di Kota Kendari yaitu sebanyak 1.399 kasus atau

sebesar 48,14% dari total jumlah kasus positif Covid-19 yang terdapat di

Sulawesi Tenggara (Satgas Covid-19, 2020).

Salah satu tempat yang menjadi potensi penyebaran Covid-19 adalah di

pasar tradisional,menurut data Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) per

September 2020 menunjukan tingkat kematian sebesar 3,9%. Pasar

tradisional adalah daerah yang memiliki potensi besar dalam penyebaran

6
covid 19, kasus baru atau terbentuk klaster baru karena pasar adalah daerah

yang memiliki contact ratenya tinggi baik antara pembeli atau pengunjung

ataupun sesama pedagang (CNN Indonesia, 2020).

Adanya penambahan kasus hari per hari menggambarkan bahwa

kepatuhan terhadap protokol kesehatan masih belum optimal dilaksanakan

oleh masyarakat khususnya pedagang, maupun pengunjung pasar tradisional.

Dalam menurunkan angka kasus baru Covid-19 di Indonesia khususnya di

pasar, pemerintah melalui kementerian perdagangan mengeluarkan Surat

Edaran Nomor 12 Tahun 2020 tentang Pasar yang beradaptasi dengan

kebiasaan baru (Alam, 2020).

Meski demikian, saat ini masih banyak masyarakat yang bandel dan

tidak mematuhi protokol kesehatan. Penerapan protokol kesehatan merupakan

cara paling ampuh dalam mengatasi penyebaran virus corona penyebab

penyakit Covid-19. Kedisiplinan dalam menerapkan 3M (menggunakan

masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) merupakan langkah efektif

dalam mencegah Covid-19 . Kesadaran terhadap pentingnya penerapan 3M

sebagai bentuk protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19 masih kurang.

Bahkan, masih saja ada yang mengabaikan penerapan protokol dan enggan

memakai masker, mencuci tangan, maupun menjaga jarak (Alam, 2020).

Menurut, ketua satgas penanganan Covid-19, menyebut 90 persen

masyarakat sudah mengetahui tentang pentingnya protokol kesehatan

termasuk menggunakan masker. Namun, angka kepatuhan masih berada di

bawah 50 persen (Satgas Covid-19, 2020).

7
Di kota Kendari, tingkat kepatuhan terhadap protokol kesehatan masih

rendah, ksususnya di pasar tradisional. Pandemi Covid-19 telah merubah

kebiasaan masyarakat dalam kehidupan sehari hari tak terkecuali para

pedagang yg beraktivitas di pasar tradisional anduonohu. Suasana pasar yang

begitu ramai menyebabkan pedagang ataupun pembeli cukup sulit untuk tidak

melakukan perkumpulan atau kerumunan dengan jarak yang begitu dekat

walaupun mereka telah berupaya mencegah penularan virus Covid-19 dengan

menggunakan masker. Seperti yg kita ketahui, bahwa di masa pandemi ini

pemerintah telah memberikan solusi 3 M (Menggunakan masker, mencuci

tangan pakai sabun dan menjaga jarak) akan tetapi dengan melihat aktivitas

masyarakat di pasar memperlihatkan bahwa solusi tersebut tidak dapat

tercapai secara menyeluruh.

Hal ini terlihat setelah pemerintah kota kendari menerapkan peraturan

Walikota Nomor 47 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan

Hukum Protokol Kesehatan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian

Covid-19. Dalam kaitannya dengan kepatuhan masyarakat terhadap protokol

Covid-19, perilaku memegang peranan yang sangat penting. Salah satu teori

perilaku yang banyak digunakan dalam memahami masalah tersebut adalah

Health Belief Model (HBM). Teori ini mengukur persepsi masyarakat tentang

pentingnya penerapan protokol 3M Covid-19 berdasarkan faktor internal dari

diri. Faktor internal sendiri merupakan kunci penting ketika memutuskan

untuk melakukan suatu tindakan (Satgas Covid-19, 2020).

8
Konsep utama HBM terdiri atas lima komponen yaitu persepsi

kerentanan tertular jika tidak patuh protokol kesehatan Covid-19 (Perceived

Susceptibility), persepsi keparahan yang akan dialami (Perceived severity),

persepsi manfaat yang dirasakan (Perceived benefit), persepsi kepercayaan

diri yang dirasakan saat mematuhi protokol kesehatan Covid-19 (Perceived

self-efficacy) dan hambatan yang dirasakan yang menghalangi kepatuhan

protokol kesehatan (Perceived barier) (Glanz et al., 2008).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan Persepsi kesehatan (Health Belief Model) dengan prilaku

ketaatan terhadap protocol Covid-19 pada pedagang pasar tradisional

Anduonohu di kota Kendari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan persepsi kerentanan (Perceived Susceptibility)

dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid-19 pada pedagang

pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari?

2. Apakah ada hubungan persepsi keparahan yang akan dialami (Perceived

severity) dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid-19 pada

pedagang pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari?

3. Apakah ada hubungan persepsi manfaat yang dirasakan (Perceived

benefit) dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid-19 pada

pedagang pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari?

9
4. Apakah ada hubungan persepsi kepercayaan diri (Perceived self-efficacy)

dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid-19 pada pedagang

pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari?

5. Apakah ada hubungan hambatan yang dirasakan (Perceived barier)

dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid-19 pada pedagang

pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis hubungan persepsi kesehatan menggunakan

teori Health Belief Model dengan prilaku ketaatan terhadap protokol

Covid-19 pada pedagang pasar tradisional Anduonohu di kota Kendari.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis hubungan persepsi kerentanan (Perceived

Susceptibility) dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid-19

pada pedagang pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari.

b. Untuk menganalisis hubungan persepsi keparahan yang akan dialami

(Perceived severity) dengan perilaku ketaatan terhadap protokol

Covid-19 pada pedagang pasar tradisional Anduonohu di Kota

Kendari.

c. Untuk menganalisis hubungan persepsi manfaat yang dirasakan

(Perceived benefit) dengan perilaku ketaatan terhadap protokol

10
Covid-19 pada pedagang pasar tradisional Anduonohu di Kota

Kendari.

d. Untuk menganalisis hubungan persepsi kepercayaan diri (Perceived

self-efficacy) dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid-19

pada pedagang pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari.

e. Untuk menganalisis hubungan hambatan yang dirasakan (Perceived

barier) dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid-19 pada

pedagang pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, serta dapat memperkaya informasi

bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai materi atau bahan buku ajar epidemiologi penyakit menular

mengenai persepsi kesehatan (Health Belief Model) serta ketaatan

terhadap protokol Covid-19

b. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan memberikan

informasi mengenai penerapan protokol kesehatan Covid-19

sehingga meningkatkan ketaatan masyarakat terhadap penerapan

protokol kesehatan Covid-19.

11
c. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan

bagi peneliti selanjutnya mengenai teori Health Belief Model dan

ketaatan mengenai protokol Covid-19.

E. Kebaruan Penelitian

No Nama Judul Metode Variabel Kesimpulan


Penelitian Penelitian Penelitian
1 Jesica Pengetahu Penelitian ini Variabel Terdapat hubungan
Moudi, ann terkait menggunaka independen: signifikan antara
dan usaha n metode pengetahuan pengetahuan
Rizma pencegaha observasiona Variabel dengan sikap
Adlia n l analitik dependen: (p=0,000) dan
Syakurah Coronavir dengan usaha pengetahuan
(2020) us Disease desain cross- pencegahan dengan tindakan
(Covid-19) sectional Corona virus individu (p=0,000).
di disease Usaha pencegahan
Indonesia (Covid-19) di COVID-19
Indonesia dipengaruhi
pengetahuan
masyarakat
Indonesia.
2 Ika Tingkat Penelitian ini Variabel pengetahuan dan
Purnama pengetahu menggunaka independen: perilaku sebagian
sari dan an dan n penelitian tingkat besar masyarakat
Anisa Eli perilaku kuantitatif pengetahuan Kabupaten
Raharyan masyaraka dengan Variabel Wonosobo sudah
i (2020) t desain dependen: baik.Kondisi ini
Kabupaten analitik perilaku diharapkan dapat
Wonosobo korelasi masyarakat mendukung upaya
tentang Kabupaten penanganan kasus

12
Covid-19 Wonosobo Covid-19 di
tentang Kabupaten
Covid-19 Wonosobo dapat
dilakukan dengan
baik.Namun
demikian,
pemantauan dari
pemerintah dan
masyarakat tetap
diperlukan guna
mempertahankan
situasi yang
kondusif dalam
upaya pemutusan
rantai penularan
Covid 19.
3 Intan Analisis penelitian ini Variabel Berdasarkan hasil
Putri teori menggunaka Independen: penelitian, tindakan
Swari health n Variabel personal hygiene
Aristi belief observasiona yang dapat dipengaruhi
dan Muji model l analitik dan digunakan oleh faktor isyarat
Sulistyo terhadap desain cross dalam untuk melakukan
wati tindakan sectional penelitian ini tindakan. Jika
(2020) personal adalah isyarat untuk
hygiene manfaat yang bertindak dalam
siswa dirasakan dan kategori tinggi
sekolah isyarat untuk maka tindakan
dasar melakukan personal hygiene
tindakan. siswa akan baik,
Variabel dan jika keyakinan
dependen: isyarat untuk

13
Variabel bertindak dalam
dalam kategori rendah
penelitian ini maka tindakan
adalah personal hygiene
tindakan siswa dalam
personal kategori kurang.
hygiene. Dan Jika keyakinan
ancaman tinggi
maka tindakan
personal hygiene
siswa dalam
kategori baik, dan
jika keyakinan
ancaman dalam
kategori rendah
maka tindakan
personal hygiene
siswa dalam
kategori kurang.
4 Ratna Health Penelitian ini Variabel Kepercayaan diri,
Setiyanin Belief menggunaka Independen: persepsi manfaat,
gsih,Didi Model: n penelitian yang dan persepsi
k Determina analitik dirasakan ancaman
Tamtom ntsof dengan kerentanan, berpengaruh positif
o, Nunuk Hypertensi desain cross keseriusan terhadap perilaku
Suryanti on sectional. yang pencegahan
(2016) Prevention dirasakan, hipertensi.
Behaviorin isyarat untuk Hambatan yang
Adults at bertindak, dirasakan memiliki
Communit manfaat yang efek negatif pada
y Health dirasakan, pencegahan

14
Center, hambatan hipertensi tingkah
Sukoharjo, yang laku. Kerentanan
Central dirasakan, yang dirasakan,
Java kepercayaan persepsi
diri sendiri. keseriusan, dan
Variabel isyarat untuk
dependen: bertindak memiliki
persepsi efek positif tidak
ancaman dan langsung pada
perilaku perilaku
pencegahan pencegahan
hipertensi. hipertensi.
5 Hendrik Persepsi Penelitian ini Variabel Kesadaran
Edison masyaraka menggunaka Independen: masyarakat untuk
Siahainei t tentang n penelitian persepsi menggunakan
nia dan penggunaa survey masyarakat masker masih
Tiar n masker dengan Variabel kurang karena
Lince dan cuci wawancara Dependen: keterbatasan
Bakara tangan penggunaan pengetahuan akibat
(2020) selama masker dan yang disebabkan
pandemi cuci tangan tidak menggunakan
Covid-19 selama masker. Mencuci
di pasar pandemi tangan belum
sukaramai Covid-19 di menjadi kebiasaan
Medan pasar karena keterbatasan
sukaramai fasilitas tempat
Medan mencuci tangan di
pasar.
6 Danoe Analisis Penelitian ini Variabel Persepsi
Soesanto, pengaruh menggunaka Independen: kerentanan,
Minarni persepsi n penelitian persepsi keparahan,

15
Wertinin ibu kuantitatif persepsi ibu persepsi hambatan
gsih, terhadap analitik Variabel dan persepsi
Hanna perilaku dengan Dependen: manfaat juga
Tabita gaya hidup pendekatan perilaku gaya dipengaruhi oleh
Hasianna bersih dan cross- hidup bersih tingkat pendidikan
Silitonga, sehat sectional dan sehat ibu. Persepsi
Gianina berdasarka berdasarkan manfaat yang
Angelia n ‘health ‘health belief dirasakan ibu
Santoso belief model’ in diharapkan akan
(2020) model’ in Surabaya menurunkan
Surabaya persepsi hambatan
dalam melakukan
perilaku hidup
bersih dan sehat.
7 La Ode Penerapan Penelitian ini Variabel Hasil penelitian
Anhusad perilaku menggunaka Independen: bahwa penerapan
ar dan hidup n teknik perilaku perilaku hidup
Islamiya bersih dan pengumpulan hidup bersih bersih dan sehat
h (2020) sehat anak data berupa dan sehat anak usia dini
usia dini di wawancara Dependen: dalam kategori
tengah dan angket pola asuh sangat baik, dari
pandemi orang tua data Sebanyak
Covid-19 100% atau 51
respondenanak
cuci tangan
dengan sabun
sebelum makan.
Sebanyak 98%
atau 50 responden
anak jika keluar
rumah

16
menggunakan
masker dan
sebanyak 2% atau
1 responden anak
jika keluar rumah
tidak
menggunakan
masker. Sebanyak
100% atau 51
responden anak
jika sudah kembali
kerumah langsung
mandi dan
mengganti baju
dan sebanyak
100% atau 51
responden anak
suka berjemur di
pagi hari
8. Neneng Analisi Penelitian ini Variabel Sebagian besar
Nuryati, Ketaatann menggunaka Independen: responden
Mardila Masyaraka n penelitian Ketaatan berpendapat
Suryanda t Usia deskriptif Masyarakat bahwa masih
ri, Remaja Dependen: benyaknya yang
Adinda Terhadap Kebijakan belum mentaati
Vania, Kebijakan Pemerintah protokol kesehatan
dan Pemerinta Dalam karena masih
Carolina h Dalam Penanganan belum paham dan
M Penangana Covid-19 masih kurangnya
Lasambo n Covid- edukasi mengenai
uw 19 Covid-19

17
(2020)
9. Pipit Tri Hubungan Penelitian ini Variabel Hasil penelitian
Indriani Persepsi menggunaka Independen: menunjukkan ada
(2014) Penyakit n penelitian Persepsi hubungan
dan analitik Penyakit dan kerentanan
Keseriusan observasiona Keseriusan penyakit dan
Penyakit l dengan Penyakit keseriusan dengan
dengan rancangan Dependen: pelayanan
Pelayanan cross Pelayanan kesehatan pada
Kesehatan sectional Kesehatan health belief
pada pada Health model secara
Health Belife Model bersama-sama
Belife dengan nilai p
Model value (0,000<0,05)
dan nilai koefisien
determinasi 41,3%
yang berarti bahwa
variasi perubahan
pelayanan
kesehatan pada
health belief
model dipengaruhi
oleh kerentanan
penyakit dan
keseriusan
penyakit
sedangkan sebesar
58,7% dipengaruhi
oleh variabel lain
di luar model
penelitian.

18
10 Helmy Aplikasi Penelitian ini Variabel Terdapat hubungan
Bachtiar Health menggunaka Independen: faktor kepercayaan
Attamim Belife n pendekatan faktor berupa keparahan,
y dan M. Model kuantitatif kepercayaan kerentanan, isyarat
Bagus Pada yang berupa melakukan
Qomarud Perilaku berbentuk kerentanan, tindakan serta
din Pencegaha deskriptif keparahan, manfaat yang
(2017) n Demam analitik isyarat dirasa terhadap
Berdarah dengan tindakan, upaya pencegahan
Dengue rancangan manfaat, dan DBD di wilayah
cross hambatan kerja Puskesmas
sectional yang dirasa Sukorame
study Dependen: Kecamatan
upaya Mojoroto Kota
pencegahan Kediri, tetapi
DBD hambatan yang
dirasa tidak
berhubungan.

BAB II

19
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Covid-19

1. Covid-19

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2

(SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan.

Penyakit karena infeksi virus ini disebut Covid-19. Virus Corona adalah

keluarga besar dari virus yang dapat menyebabkan penyakit yang tidak

terlalu parah seperti flu pada umumnya dan juga dapat menyebabkan

penyakit yang akut/lebih parah seperti Middle East Respiratory

Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

(WHO, 2020).

Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan,

pneumonia akut, sampai kematian. Severe acute respiratory syndrome

coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus

Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia.

Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa,

lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui (Kementerian Kesehatan RI,

2020)

2. Epidemiologi Covid-19

Di awal tahun 2020 ini, dunia dikagetkan dengan kejadian infeksi

berat dengan penyebab yang belum diketahui, yang berawal dari laporan

dari Cina kepada World Health Organization (WHO) terdapatnya 44

pasien pneumonia yang berat di suatu wilayah yaitu Kota Wuhan,

20
Provinsi Hubei, China, tepatnya di hari terakhir tahun 2019 Cina. Dugaan

awal hal ini terkait dengan pasar basah yang menjual ikan, hewan laut

dan berbagai hewan lain. Pada 10 Januari 2020 penyebabnya mulai

teridentifikasi dan didapatkan kode genetiknya yaitu virus corona baru

(Susilo et al., 2020).

Penelitian selanjutnya menunjukkan hubungan yang dekat dengan

virus corona penyebab Severe Acute Respitatory Syndrome (SARS) yang

mewabah di Hongkong pada tahun 2003, hingga WHO menamakannya

sebagai novel corona virus (nCoV19). Tidak lama kemudian mulai

muncul laporan dari provinsi lain di Cina bahkan di luar Cina, pada

orang-orang dengan riwayat perjalanan dari Kota Wuhan dan Cina yaitu

Korea Selatan, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Makau, Hongkong,

Singapura, Malaysia hingga total 25 negara termasuk Prancis, Jerman,

Uni Emirat Arab, Vietnam dan Kamboja. Ancaman pandemik semakin

besar ketika berbagai kasus menunjukkan penularan antar manusia

(human to human transmission) pada dokter dan petugas medis yang

merawat pasien tanpa ada riwayat berpergian ke pasar yang sudah ditutup

(Susilo et al., 2020).

Laporan lain menunjukkan penularan pada pendamping wisatawan

Cina yang berkunjung ke Jepang disertai bukti lain terdapat penularan

pada kontak serumah pasien di luar China dari pasien terkonfirmasi dan

pergi ke Kota Wuhan kepada pasangannya di Amerika Serikat. Penularan

langsung antar manusia (human to human transmission) ini menimbulkan

21
peningkatan jumlah kasus yang luar biasa hingga pada akhir Januari 2020

didapatkan peningkatan 2000 kasus terkonfirmasi dalam 24 jam (Susilo

et al., 2020).

Sampel yang diteliti menunjukkan etiologi coronavirus baru.

Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel

coronavirus (2019-nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru

pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease (Covid-19) yang

disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2

(SARS-CoV-2)(Susilo et al., 2020).

Kasus pertama Covid-19 di Indonesia terjadi pada 1 Maret 2020

dengan 2 pasien dari Depok yang terjangkit virus tersebut karena

berinteraksi dengan warga Jepang (Zulva, t.t.). Virus tersebut juga

dengan cepat menyebar di seluruh wilayah di Indonesia, dan pada 12

Maret 2020, WHO mengumumkan Covid-19 sebagai pandemik (Susilo et

al., 2020).

Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus Covid-19

di China setiap hari dan memuncak hingga 30 Maret 2020, terdapat

693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh dunia. Eropa dan Amerika

Utara telah menjadi pusat pandemi Covid-19, dengan kasus dan kematian

sudah melampaui China. Amerika Serikat menduduki peringkat pertama

dengan kasus Covid-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru

sebanyak 19.332 kasus pada tanggal 30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol

22
dengan 6.549 kasus baru. Italia memiliki tingkat mortalitas paling tinggi

di dunia, yaitu 11,3%.

Covid-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret

2020 sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang

terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Tingkat

mortalitas Covid-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan

yang tertinggi di Asia Tenggara (Susilo et al., 2020).

Berdasarkan data yang ada umur pasien yang terinfeksi Covid-19

mulai dari usia 30 hari hingga 89 tahun. Menurut laporan 138 kasus di

Kota Wuhan, didapatkan rentang usia 37–78 tahun dengan rerata 56

tahun (42-68 tahun) tetapi pasien rawat ICU lebih tua (median 66 tahun

(57-78 tahun) dibandingkan rawat non-ICU (37-62 tahun) dan 54,3%

laki-laki. Laporan 13 pasien terkonfirmasi Covid-19 di luar Kota Wuhan

menunjukkan umur lebih muda dengan median 34 tahun (34-48 tahun)

dan 77% laki laki (Susilo et al., 2020).

3. Penularan Covid-19

Virus corona merupakan zoonosis, sehingga terdapat kemungkinan

virus berasal dari hewan dan ditularkan ke manusia. Pada Covid-19

belum diketahui dengan pasti proses penularan dari hewan ke manusia,

tetapi data filogenetik memungkinkan Covid-19 juga merupakan

zoonosis. Perkembangan data selanjutnya menunjukkan penularan antar

manusia (human to human), yaitu diprediksi melalui droplet dan kontak

dengan virus yang dikeluarkan dalam droplet. Hal ini sesuai dengan

23
kejadian penularan kepada petugas kesehatan yang merawat pasien

Covid-19, disertai bukti lain penularan di luar China dari seorang yang

datang dari Kota Shanghai, China ke Jerman dan diiringi penemuan hasil

positif pada orang yang ditemui dalam kantor. Pada laporan kasus ini

bahkan dikatakan penularan terjadi pada saat kasus indeks belum

mengalami gejala (asimtomatik) atau masih dalam masa inkubasi.

Laporan lain mendukung penularan antar manusia adalah laporan 9 kasus

penularan langsung antar manusia di luar China dari kasus index ke

orang kontak erat yang tidak memiliki riwayat perjalanan manapun

(Handayani et al., 2020) .

Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak dengan

virus kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Suatu

analisis mencoba mengukur laju penularan berdasarkan masa inkubasi,

gejala dan durasi antara gejala dengan pasien yang diisolasi. Analisis

tersebut mendapatkan hasil penularan dari 1 pasien ke sekitar 3 orang di

sekitarnya, tetapi kemungkinan penularan di masa inkubasi menyebabkan

masa kontak pasien ke orang sekitar lebih lama sehingga risiko jumlah

kontak tertular dari 1 pasien mungkin dapat lebih besar(Handayani et al.,

2020).

4. Tanda dan Gejala Klinik Covid-19

Orang-orang yang terinfeksi virus Covid-19 mungkin bersifat

asimtomatik atau memiliki gejala ringan, seperti demam, batuk, dan

kesulitan bernapas. Kasus dapat berkembang menjadi pneumonia berat,

24
kegagalan multiorgan, dan kematian (CDC, 2020). Setelah itu, gejala

dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala

yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak, sesak napas,

dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi

melawan virus Corona. ada 3 gejala umum yang bisa menandakan

seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu: Demam (suhu tubuh di atas 38

derajat Celsius), Batuk, Sesak napas. Beberapa orang terkena Covid-19

tetapi memiliki gejala yang ringan, orang tersebut mempunyai 80%

kemungkinan pulih tanpa perlu perawatan di rumah sakit, hanya isolasi

mandiri dirumah (Karimuna et al., 2020).

Masa inkubasi diperkirakan antara 1–14 hari oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) dan 2–14 hari oleh Pusat Pengendalian dan

Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC). Tinjauan WHO terhadap

55.924 kasus terkonfirmasi di Tiongkok mengindikasikan tanda dan

gejala klinis (Huang et al., 2020).

Beberapa kasus di China awalnya hanya disertai sesak dada dan

jantung berdebar . Penurunan indra penciuman atau gangguan dalam rasa

dapat terjadi. Kehilangan bau adalah gejala yang muncul pada 30% kasus

yang dikonfirmasi di Korea Selatan. Seperti yang umum dengan infeksi,

ada penundaan antara saat seseorang pertama kali terinfeksi dan saat ia

mengalami gejala ini disebut masa inkubasi. 97,5% orang yang

mengalami gejala akan melakukannya dalam 11 hari infeksi. Sebagian

kecil kasus tidak mengembangkan gejala yang terlihat pada titik waktu

25
tertentu. Pembawa tanpa gejala ini cenderung tidak diuji, dan perannya

dalam transmisi belum sepenuhnya diketahui. Namun, bukti awal

menunjukkan bahwa mereka dapat berkontribusi pada penyebaran

penyakit. Pada bulan Maret 2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan

Penyakit Korea (KCDC) melaporkan bahwa 20% dari kasus yang

dikonfirmasi tetap tanpa gejala selama tinggal di rumah sakit (Pratiwi,

2020).

5. Transmisi Covid-19

Sumber wabah belum ditentukan. Investigasi awal di China pada

Januari 2020 mengidentifikasi sampel lingkungan positif untuk SARS-

CoV-2 di Pasar Grosir Makanan Laut/Seafood Huanan di Kota Wuhan.

Namun, beberapa pasien yang dikonfirmasi laboratorium tidak

melaporkan mengunjungi pasar ini. Sumber zoonosis untuk wabah belum

diidentifikasi, tetapi penyelidikan masih berlangsung. Menurut bukti saat

ini, virus Covid-19 terutama ditularkan antara orang melalui tetesan

pernapasan/droplet dan rute kontak/riwayat. Dalam konteks Covid-19,

transmisi melalui udara dapat dimungkinkan pada keadaan tertentu

(WHO, 2020).

Namun Saat ini tepatnya maret 2020, penyebaran SARS-CoV-2

dari manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama sehingga

penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien

simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin.

Beberapa laporan kasus menunjukkan dugaan penularan dari karier

26
asimtomatis, namun mekanisme pastinya belum diketahui. Kasus-kasus

terkait transmisi dari karier asimtomatis umumnya memiliki riwayat

kontak erat dengan pasien Covid-19 (Susilo et al., 2020).

Stabilitas SARS-CoV-2 pada benda mati tidak berbeda jauh

dibandingkan SARS-CoV. Eksperimen yang dilakukan van Doremalen,

dkk, menunjukkan SARSCoV-2 lebih stabil pada bahan plastik dan

stainless steel (>72 jam) dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24

jam). Studi lain di Singapura menemukan pencemaran lingkungan yang

ekstensif pada kamar dan toilet pasien Covid-19 dengan gejala ringan.

Virus dapat dideteksi di gagang pintu, dudukan toilet, tombol lampu,

jendela, lemari, hingga kipas ventilasi (Susilo et al., 2020).

6. Definisi Infeksi Covid-19

Berdasarkan Panduan Surveilans Global WHO untuk novel

Corona-virus 2019 (Covid-19) per 20 Maret 2020, definisi infeksi Covid-

19 ini diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kasus Terduga (suspect case)

1) Pasien dengan gangguan napas akut (demam dan setidaknya

satu tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak

napas), dan riwayat perjalanan atau tinggal di daerah yang

melaporkan penularan di komunitas dari penyakit Covid-19

selama 14 hari sebelum onset gejala; atau

27
2) Pasien dengan gangguan napas akut dan mempunyai kontak

dengan kasus terkonfirmasi atau probable Covid-19 dalam 14

hari terakhir sebelum onset; atau

3) Pasien dengan gejala pernapasan berat (demam dan setidaknya

satu tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak

napas dan memerlukan rawat inap) dan tidak adanya alternatif

diagnosis lain yang secara lengkap dapat menjelaskan

presentasi klinis tersebut.

b. Kasus probable (probable case)

1) Kasus terduga yang hasil tes dari Covid-19 inkonklusif; atau

2) Kasus terduga yang hasil tesnya tidak dapat dikerjakan karena

alasan apapun.

c. Kasus terkonfirmasi yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan

laboratorium infeksi Covid-19 positif, terlepas dari ada atau

tidaknya gejala dan tanda klinis.

d. Kontak adalah orang yang mengalami satu dari kejadian di bawah

ini selama 2 hari sebelum dan 14 hari setelah onset gejala dari

kasus probable atau kasus terkonfirmasi.

1) Kontak tatap muka dengan kasus probable atau terkonfirmasi

dalam radius 1 meter dan lebih dari 15 menit;

2) Kontak fisik langsung dengan kasus probable atau

terkonfirmasi;

28
3) Merawat langsung pasien probable atau terkonfirmasi penyakit

Covid-19 tanpa menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;

atau

4) Situasi lain sesuai indikasi penilaian lokasi lokal.

Klasifikasi infeksi covid-19 di Indonesia saat ini didasarkan pada

buku panduan tata laksana pneumonia Covid-19 Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia (Kemenkes RI). Terdapat sedikit perbedaan dengan

klasifikasi WHO, yaitu kasus suspek disebut dengan Pasien dalam

Pengawasan (PdP) dan ada penambahan Orang dalam Pemantauan

(OdP). Istilah kasus probable yang sebelumnya ada di panduan

Kemenkes RI dan ada pada panduan WHO saat ini sudah tidak ada.

Berikut klasifikasi menurut buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian

Coronavirus Disesase (Covid-19) per 27 Maret 2020 (Feni, 2020)

a. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)

1) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu

demam (≥38ºC) atau riwayat demam disertai salah satu

gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk, sesak nafas,

sakit tenggorokan, pilek, pneumonia ringan hingga berat dan

tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang

meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala

memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang

melaporkan transmisi lokal.

29
2) Orang dengan demam (≥38ºC) atau riwayat demam atau ISPA

dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki

riwayat kontak dengan kasus konfirmasi Covid-19.

3) Orang dengan ispa berat, pneumonia berat yang membutuhkan

perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain

berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

b. Orang Dalam Pemantauan (ODP)

1) Orang yang mengalami demam (≥38ºC) atau riwayat demam;

atau gejala gangguan system pernapasan seperti pilek/sakit

tenggorokan/batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan

gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir

sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal

di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.

2) Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan

seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan pada 14 hari terakhir

sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus

konfirmasi COVID-19.

c. Orang Tanpa Gejala (OTG)

Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular

dari orang konfirmasi Covid-19. Orang tanpa gejala merupakan

seseorang dengan riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi

Covid-19. Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak

fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1

30
meter dengan kasus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi)

dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah

kasus timbul gejala.

Termasuk kontak erat adalah:

1) Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan

membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa

menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar.

2) Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan

kasus (termasuk tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam

2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah

kasus timbul gejala.

3) Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala

jenis alat angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul

gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.

d. Kasus Konfirmasi

Pasien yang terinfeksi Covid-19 dengan hasil pemeriksaan tes

positif melalui pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR).

7. Pencegahan Covid-19

Covid-19 merupakan penyakit yang baru ditemukan oleh karena itu

pengetahuan terkait pencegahannya masih terbatas. Tindakan pencegahan

yang paling umum untuk mengurangi kemungkinan infeksi antara lain

tetap berada di rumah, menghindari bepergian dan beraktivitas di tempat

umum, sering mencuci tangan dengan sabun dan air selama minimum 20

31
detik, tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang

tidak dicuci, serta mempraktikkan higiene pernapasan yang baik. CDC

merekomendasikan untuk menutup mulut dan hidung dengan tisu saat

batuk atau bersin dan menggunakan bagian dalam siku jika tidak tersedia

tisu. Mereka juga merekomendasikan higiene tangan yang tepat setelah

batuk atau bersin. Strategi pembatasan fisik diperlukan untuk mengurangi

kontak antara orang yang terinfeksi dengan kerumunan besar seperti

dengan menutup sekolah dan kantor, membatasi perjalanan, dan

membatalkan pertemuan massa dalam jumlah besar. Perilaku pembatasan

fisik juga meliputi menjaga jarak dengan orang lain sejauh 6 kaki (sekitar

1,8 meter) (CDC, 2020)

Karena vaksin untuk SARS-CoV-2 baru tersedia paling cepat

2021, hal penting dalam penanganan pandemi penyakit coronavirus 2019

adalah menekan laju penyebaran virus atau yang dikenal dengan

melandaikan kurva epidemi. Hal ini dapat menurunkan risiko tenaga

medis kewalahan dalam menghadapi lonjakan jumlah pasien,

memungkinkan perawatan yang lebih baik bagi penderita, dan

memberikan waktu tambahan hingga obat dan vaksin dapat tersedia dan

siap digunakan (CDC, 2020).

Berdasarkan WHO, penggunaan masker hanya direkomendasikan

untuk orang yang sedang batuk atau bersin atau yang sedang menangani

pasien terduga. Di sisi lain, beberapa negara merekomendasikan individu

32
sehat untuk memakai masker, terutama Tiongkok, Hong Kong, dan

Thailand (WHO, 2020).

Untuk mencegah penyebaran virus, CDC merekomendasikan untuk

pasien agar tetap berada di dalam rumah, kecuali untuk mendapatkan

perawatan di rumah sakit. Sebelum ingin mendapatkan perawatan, pasien

harus menghubungi rumah sakit. Selain itu, CDC merekomendasikan

untuk menggunakan masker ketika berhadapan dengan orang atau

berkunjung ke tempat yang diduga terdapat penyakit coronavirus,

menutup mulut dengan tisu ketika batuk dan bersin, rutin mencuci tangan

dengan sabun dan air, serta menghindari berbagi alat rumah tangga

pribadi. CDC juga merekomendasikan untuk mencuci tangan minimal

selama 20 detik terutama setelah dari toilet, ketika tangan kotor, sebelum

makan, dan setelah batuk atau bersin. Lalu, rekomendasi berikutnya

adalah menggunakan penyanitasi tangan dengan kandungan alkohol

minimal 60% jika tidak tersedia sabun dan air. WHO menyarankan agar

menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang

belum dicuci. Meludah di sembarang tempat juga harus dihindari (CDC,

2020).

B. Tinjauan Umum Health Belief Model (HBM)

1. Teori Health Belief Model (HBM)

Health Belief Model (HBM) adalah model perubahan perilaku

kesehatan yang dikembangkan untuk menjelaskan dan memprediksi

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, khususnya dalam hal

33
penggunaan layanan kesehatan. HBM dikembangkan pada tahun 1950-an

oleh Psikolog Sosial Irwin M. Rosenstock, Godfrey M. Hochbaum, S.

Stephen Kegeles, and Howard Leventhal di Layanan Kesehatan

Masyarakat AS dan tetap menjadi salah satu teori yang paling dikenal dan

paling banyak digunakan dalam penelitian perilaku kesehatan. HBM

menunjukkan bahwa kepercayaan orang tentang masalah kesehatan,

manfaat yang dirasakan dari tindakan dan hambatan untuk bertindak, serta

self-efficacy menjelaskan keterlibatan atau kurangnya keterlibatan dalam

perilaku yang meningkatkan kesehatan. Stimulus, atau isyarat untuk

bertindak, juga harus ada untuk memicu perilaku kesehatan (Hanson and

Benedict, 2002)..

Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud

dengan sehat atau health adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara

jasmani, mental, dan sosial, dan tidak hanya sekedar terbebas dari suatu

penyakit dan ketidakmampuan atau kecacatan, sedangkan menurut UU

No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat,

baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (WHO,

2020).

Belief dalam bahasa inggris artinya percaya atau keyakinan.

Menurut peneliti belief adalah keyakinan terhadap sesuatu yang

menimbulkan perilaku tertentu. Misalnya individu percaya bahwa belajar

sebelum ujian akan berpengaruh terhadap nilai ujian. Jenis kepercayaan

34
tersebut terkadang tanpa didukung teori teori lain yang dapat dijelaskan

secara logika.

Model adalah seseorang yang bisa dijadikan panutan atau contoh

dalam perilaku, cita-cita dan tujuan hidup yang akan dicapai individu.

Biasanya teori modeling ini sangat efektif pada perkembangan anak di

usia dini, namun dalam materi peneliti kali ini teori modeling di

umpamakan sebuah issue atau pengalaman pengobatan dari seseorang

yang memiliki riwayat sakit yang sama dan memilih serta menjalani

pengobatan alternative yang mendapatkan hasil yang positif.

Health belief model merupakan suatu konsep yang

mengungkapkan alasan dari individu untuk mau atau tidak mau

melakukan perilaku sehat (Janz & Becker, 1984).Health belief model juga

dapat diartikan sebagai sebuah konstruk teoritis mengenai kepercayaan

individu dalam berperilaku sehat (Conner, 2005).

Health belief model adalah suatu model yang digunakan untuk

menggambarkan kepercayaan individu terhadap perilaku hidup sehat,

sehingga individu akan melakukan perilaku sehat, perilaku sehat tersebut

dapat berupa perilaku pencegahan maupun penggunaan fasilitas

kesehatan. Health belief model ini sering digunakan untuk memprediksi

perilaku kesehatan preventif dan juga respon perilaku untuk pengobatan

pasien dengan penyakit akut dan kronis.Namun akhir-akhir ini teori

Health belief model digunakan sebagai prediksi berbagai perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan.

35
HBM merupakan teori pertama di bidang kesehatan yang terkait

dengan perilaku kesehatan. HBM dapat menjelaskan perilaku pencegahan

dan respons individu terhadap penyakit. HBM menegaskan bahwa

kerentanan yang dirasakan seseorang dan kemanjuran pengobatan dapat

mempengaruhi keputusan seseorang tentang perilaku terhadapnya

kesehatan. HBM merupakan teori dan konsep nilai harapan. Dalam

konteks perilaku terkait kesehatan, maka konsep tersebut berubah menjadi

keinginan untuk menghindarkan penyakit atau menjadi sehat dan

keyakinan bahwa tindakan sehat tertentu bisa dilakukan untuk mencegah

atau mengurangi sakit. Harapan ini selanjutnya dijelaskan berkenaan

dengan perkiraan individu tentang kerentanan pribadi terhadap penyakit

dan berat penyakit serta kemungkinan kemampuan untuk mereduksi

ancaman tersebut melalui tindakan pribadi.

Dari pengertian-pengertian mengenai health belief model yang

sudah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa health belief model adalah

model yang menspesifikasikan bagaimana individu secara kognitif

menunjukkan perilaku sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau

penyembuhan suatu penyakit. Health belief model ini didasari oleh

keyakinan atau kepercayaan individu tentang perilaku sehat maupun

pengobatan tertentu yang bisa membuat diri individu tersebut sehat

ataupun sembuh.

Health belief model ini awalnya dikonsep oleh Rosenstock (1974)

kemudian dikaji lebih lanjut oleh Becker dkk (1974) health belief model

36
dikembangkan untuk memahami sejumlah factor psikologis berbasis

keyakinan didalam pengambilan keputusan terkait kesehatan dan perilaku

sehat. Seperti model lain (teori perilaku terencana dan teori tindakan

rasional), health belief model adalah model nilai-ekspektasi. Individu

mempresentasikan penindak-lanjutan perilaku berdasarkan keyakinan

individu yang dapat diprediksi dan menghasilkan sebuah perilaku,

sehingga dapat meneliti nilai yang melekat pada hasil perilaku.

Dipertengahan 20a-an para peneliti kesehatan di AS mulai

menyoroti bagaimana cara paling efektif melakukan intervensi pendidikan

kesehatan. Para peneliti ini tertarik untuk mengidentifikasi factor-faktor

yang dapat memprediksi keputusan untuk melakukan perilaku sehat.

Health belief model ini berfokus pada persepsi ancaman dan evaluasi

perilaku terkait kesehatan sebagai aspek primer untuk memahami

bagaimana seseorang mempresentasikan tindakan sehat (Strecher dan

Rosenstock, 1997).

HBM dikembangkan dari teori perilaku, yang antara lain berasumsi

bahwa perilaku seseorang tergantung pada (1) nilai yang diberikan

individu pada suatu tujuan, dan (2) perkiraaan individu terhadap

kemungkinan bahwa perilakunya akan dapat mencapai tujuan tersebut.

Lingkup dan aplikasi HBM pada perilaku kesehatan, antara lain

digunakan pada perilaku dalam upaya pencegahan untuk tidak sakit,

perilaku yang berkaitan dengan diagnosis sakit dan yang dapat

berpengaruh terhadap keparahan sakit. HBM memiliki enam komponen

37
yang dapat membantu individu untuk menjaga perilaku hidup sehat

sehingga terhindar dari penyakit (Glanz et al., 2008).

Komponen-komponen Health Belief Model diantaranya yaitu

(Corner, 2005) :

a. Perceived susceptibility atau kerentanan yang dirasakan tentang

resiko atau kerentanan (susceptibility) personal, Hal ini mengacu

pada persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko dari kondisi

kesehatannya. Di dalam kasus penyakit secara medis, dimensi

tersebut meliputi penerimaan terhadap hasil diagnosa, perkiraan

pribadi terhadap adanya resusceptibilily (timbul kepekaan kembali),

dan susceptibilily (kepekaan) terhadap penyakit secara umum.

b. Perceived severity atau kesriuasan yang dirasa. Perasaan mengenai

keseriusan terhadap suatu penyakit, meliputi kegiatan evaluasi

terhadap konsekuensi klinis dan medis (sebagai contoh, kematian,

cacat, dan sakit) dan konsekuensi sosial yang mungkin terjadi

(seperti efek pada pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan

sosial). Banyak ahli yang menggabungkan kedua komponen diatas

sebagai ancaman yang dirasakan (perceived threat).

c. Perceived benefitsm, manfaat yang dirasakan. Penerimaan

susceptibility sesorang terhadap suatu kondisi yang dipercaya dapat

menimbulkan keseriusan (perceived threat) adalah mendorong untuk

menghasilkan suatu kekuatan yang mendukung kearah perubahan

perilaku. Ini tergantung pada kepercayaan seseorang terhadap

38
efektivitas dari berbagai upaya yang tersedia dalam mengurangi

ancaman penyakit, atau keuntungan-keuntungan yang dirasakan

(perceived benefit) dalam mengambil upaya-upaya kesehatan

tersebut. Ketika seorang memperlihatkan suatu kepercayaan terhadap

adanya kepekaan (susceptibility) dan keseriusan (seriousness), sering

tidak diharapkan untuk menerima apapun upaya kesehatan yang

direkomendasikan kecuali jika upaya tersebut dirasa manjur dan

cocok.

d. Perceived barriers atau hambatan yang dirasakan untuk berubah,

atau apabila individu menghadapi rintangan yang ditemukan dalam

mengambil tindakan tersebut. Sebagai tambahan untuk empat

keyakinan (belief) atau persepsi. Aspek-aspek negatif yang potensial

dalam suatu upaya kesehatan (seperti: ketidakpastian, efek samping),

atau penghalang yang dirasakan (seperti: khawatir tidak cocok, tidak

senang, gugup), yang mungkin berperan sebagai halangan untuk

merekomendasikan suatu perilaku.

e. Health motivation dimana konstruk ini terkait dengan motivasi

individu untuk selalu hidup sehat. Terdiri atas kontrol terhadap

kondisi kesehatannya serta health value.

f. Cues to action suatu perilaku dipengaruhi oleh suatu hal yang

menjadi isyarat bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau

perilaku. Isyarat-isyarat yang berupa factor-faktor eksternal maupun

internal, misalnya pesan-pesan pada media massa, nasihat atau

39
anjuran kawan atau anggota keluarga lain, aspek sosiodemografis

misalnya tingkat pendidikan, lingkungan tempat tinggal, pengasuhan

dan pengawasan orang tua, pergaulan dengan teman, agama, suku,

keadaan ekonomi, sosial, dan budaya, self-efficacy yaitu keyakinan

seseorang bahwa dia mempunyai kemampuan untuk melakukan atau

menampilkan suatu perilaku tertentu.

Beberapa factor Health Belief Model berbasis kognitif (seperti

keyakinan dan sikap) dan berkaitan dengan proses berfikir yang terlibat

dalam pengambilan keputusan individu dalam menentukan cara sehat

individu. Dalam kajian psikologi kesehatan, persepsi individu dalam

melakukan atau memilih perilaku sehat dikaji dalam teori Health belief

model (HBM). HBM adalah model kepercayaan kesehatan individu dalam

menentukan sikap melakukan atau tidak melakukan perilaku kesehatan

(Conner, 2005).

C. Tinjauan Empiris

1. Jesica Moudy dan Rizma adlia Syakurah

Pengetahuan terkait usaha pencegahan Coronavirus Disease

(Covid-19) di Indonesia dengan menggunakan metode observasional

analitik dengan desain Cross-sectional. Sampel berjumlah 1096 dari

seluruh Indonesia melalui kuesioner online yang disebarkan sejak 5

Februari 2020 hingga 22 Maret 2020. Terdapat hubungan signifikan

antara pengetahuan dengan sikap (p=0,000) dan pengetahuan dengan

tindakan individu (p=0,000). Usaha pencegahan Covid-19 dipengaruhi

40
pengetahuan masyarakat Indonesia. Pemberian pengetahuan yang

spesifik, valid, dan tepat sasaran dapat meningkatkan perilaku usaha

pencegahan masyarakat terhadap infeksi Covid-19.

2. Ika Purnamasari dan Anisa Eli Raharyani

Penelitan ini berjudul Tingkat pengetahuan dan perilaku

masyarakat Kabupaten Wonosobo tentang Covid-19. Penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif dengan desain analitik korelasi. Hasil

penelitian menunjukkan pengetahuan masyarakat Kabupaten Wonosobo

tentang Covid-19 berada pada kategori Baik (90%) dan hanya 10%

berada pada kategori cukup. Untuk perilaku masyarakat Kabupaten

Wonosobo terkait Covid-19 seperti menggunakan masker, kebiasaan cuci

tangan dan physical/social distancing menunjukkan perilaku yang baik

sebanyak 95,8% dan hanya 4,2% masyarakat berperilaku cukup baik.

Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku

masyarakat tentang Covid-19 dengan p-value 0,047.

3. Intan Putri Swari Aristi dan Muji Sulistyowati

Analisis teori Health Belief Model terhadap tindakan personal

hygiene siswa sekolah dasar. Dengan menggunakan penelitian

observasional analitik dan desain cross sectional terhadap 178 siswa

sekolah dasar di desa Mojolegi. Responden ditentukan dengan

menggunakan metode total populasi. Uji yang digunakan dalam

menganalisis data adalah uji Spearman. Hasil yang didapat yaitu tidak

terdapat hubungan antara tindakan personal hygiene dengan faktor

41
keyakinan ancaman (p=0,519) dan terdapat hubungan faktor isyarat

untuk bertindak dengan tindakan personal hygiene (p= 0,016). Sehingga

dapat disimpulkan adanya hubungan antara isyarat untuk bertindak

dengan tindakan personal hygiene siswa SD.

4. Hendrik Edison Siahaineinia dan Tiar Lince Bakara

Persepsi masyarakat tentang penggunaan masker dan cuci tangan

selama pandemi Covid-19 di pasar sukaramai Medan. Penelitian ini

menggunakan penelitian survey dengan wawancara. Populasinya adalah

masyarakat yang berbelanja di pasar Sukaramai sebanyak 60 orang dan

peneliti mengambil 50% dari jumlah populasi yang ada yaitu 30 orang

sebagai sampel, dikarenakan peneliti merasa bahwa jumlah tersebut

sudah dapat mewakili karakteristik yang ada. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hanya 23.33% masyarakat menggunakan masker

dan 26.67% mencuci tangan di Pasar Sukaramai, Medan Sumatera Utara.

Kesadaran masyarakat untuk menggunakan masker masih kurang karena

keterbatasan pengetahuan akibat yang disebabkan tidak menggunakan

masker. Mencuci tangan belum menjadi kebiasaan karena keterbatasan

fasilitas tempat mencuci tangan di pasar.

42
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Penelitian

Pandemi Covid-19 telah menjadi masalah terbesar di seluruh dunia.

Pada awalnya virus ini diduga menginfeksi hewan yaitu kelelawar yang

kemudian dikonsumsi oleh manusia, Covid-19 kemudian menyebar secara

cepat dan menyeluruh dari wilayah China hingga keseluruh dunia. Penularan

virus ini terjadi melalui percikan droplet yang dikeluarkan ketika seseorang

bersin atau batuk. Droplet kemudian menyebar diudara dan terhirup oleh

manusia tanpa sadar mereka terpapar virus ini. Ada beberapa gejala yang

timbul ketika tepapar virus covid-19 diantaranya yaitu sakit pada

tenggerokan, flu dan batuk, meningkatnya suhu badan hingga 38° dan gejala

paling kuat adalah hilangnya indra penciuman dan pengecapan.

Persepsi masyarakat Indoensia terhadap kesehatan masih kurang,

terlihat bahwa masih banyak masyarakat yang cenderung berobat ke

pelayanan kesehatan ketika sudah mengalami sakit. Di tengah pandemi

Covid-19 pemerintah Indonesia dengan segala upayanya dalam mencegah

penularan Covid-19 seperti menggalakan Pembatasan Sosial Berskala Besar

(PSBB) dan penerapan protokol kesehatan. Namun pada kenyataan masih

banyak masyarakat yang masih acuh tak acuh terhadap protokol kesehatan,

hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap protokol

kesehatan, seperti tentang pemakaian masker, mencuci tangan serta menjaga

jarak dan terhindar dari kerumunan.

43
Salah satu tempat yang menjadi potensi paling besar dalam penyebaran

Covid-19 adalah pasar tradisional. Kasus baru atau klaster baru yang

terbentuk di pasar tradisional disebabkan karena tempat tersebut menjadi

daerah tempat terjadinya kontak yang tinggi baik antara pembeli atau

pengunjung ataupun sesame pedagang.

B. Kerangka Konsep Penelitian

Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Persepsi Kerentanan
(Perceived Susceptibility)

Persepsi Keparahan yang


akan dialami (Perceived
Severity)
Perilaku Ketaatan Terhadap
Persepsi Manfaat yang
Protokol Covid-19
dirasakan (Perceived Benefit)

Persepsi Kepercayaan Diri


(Perceived Self-efficacy)

Hambatan yang Dirasakan


(Perceived Barier)

Keterangan :

: Variabel Independen Yang diteliti

: Variabel Dependen yang diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep

44
C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (Independen)

Variabel bebas (Independen) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel terikat (dependen). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini

meliputi: Persepsi kerentanan (Perceived Susceptibility), persepsi

keparahan yang akan dialami (perceived severty), persepsi manfaat yang

dirasakan (perceived benefit), persepsi kepercayaan diri (perceived self-

efficacy), hambatan yang dirasakan (perceived barier).

2. Variabel terikat (Dependen)

Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas (independen). Adapun variabel terikat dalam penelitian ini

adalah perilaku ketaatan terhadap protokol Covid-19.

D. Definisi Operasinal dan Kriteria Obyektif

1. Definisi Operasional

Definisi Operasional dan kriteria obyektif dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

a. Perilaku Ketaatan Protokol Covid-19

Perilaku Ketaatan protokol Covid-19 dalam penelitian ini adalah

perilaku atau tingkat ketaatan responden dalam menerapkan

protokol Covid-19 saat berada dipasar atau diluar rumah seperti

memakai masker, menggunakan handsanitizier atau disinfektan,

mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan dan

menjaga jarak.

45
Diukur dengan menggunakan kuisioner serta kriteria

penilaiannya didasarkan atas jumlah pertanyaan yaitu 6 yang diberi

skor atau bobot dan penilaiannya menggunakan skala Likert. Yang

setiap pertanyaannya diberi nilai 1 - 4 dimana:

Selalu =4

Sering =3

Jarang =2

Tidak Pernah =1

Cara menentuka :

Skor tertinggi (X) = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

= 6×4

= 24

Skor terendah (Y) = jumlah pertanyaan x skor terendah

=6×1

=6

Interval kelas setiap kategori diperoleh dengan menggunakan

R
rumus I = sedangkan R= X-Y
K

I = Interval kelas

R = Range atau jangkauan

K = Jumlah kategori

Berdasarkan rumus diatas maka diperoleh :

R = 24 - 6

= 18

46
18
I =
2

= 9 (37,5%)

Kriteria Obyektif :

Taat : jika responden memperoleh skor jawaban > 9

(37,5%)

Tidak Taat : jika responden memperoleh skor jawaban ≤ 9

(37,5%)

b. Persepsi Kerentanan (Perceived susceptibility)

Persepsi kerentanan (Perceived susceptibility) yaitu pendapat

subyektif responden tentang risiko yang bisa terjadi dari Covid-19

akibat tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

Diukur dengan menggunakan kuisioner serta kriteria

penilaiannya didasarkan atas jumlah pertanyaan yaitu 5 yang diberi

skor atau bobot dan penilaiannya menggunakan skala Likert. Yang

setiap pertanyaannya diberi nilai 1 - 4 dimana:

Sangat Setuju =4

Setuju =3

Tidak setuju =2

Sangat Tidak Setuju = 1

Skor tertinggi (X) = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

=5×4

= 20

47
Skor terendah (Y) = jumlah pertanyaan x skor terendah

=5×1

=5

Interval kelas setiap kategori diperoleh dengan menggunakan

R
rumus I = sedangkan R= X-Y
K

I = Interval kelas

R = Range atau jangkauan

K = Jumlah kategori

Berdasarkan rumus diatas maka diperoleh :

R = 20 - 5

= 15

15
I =
2

= 7,5 (37,5%)

Kriteria Obyektif :

Persepsi Positif : jika responden memperoleh skor jawaban > 7,5

(37,5%)

Persepsi Negatif : jika responden memperoleh skor jawaban ≤ 7,5

(37,5%)

c. Persepsi Keseriusan (Perceived severity)

48
Persepsi keseriusan (Perceived severity) yaitu pendapat

subyektif responden tentang keseriusan yang akan dialami dari

penyakit Covid- 19.

Diukur dengan menggunakan kuisioner serta kriteria

penilaiannya didasarkan atas jumlah pertanyaan yaitu 5 yang diberi

skor atau bobot dan penilaiannya menggunakan skala Likert. Yang

setiap pertanyaannya diberi nilai 1- 4 dimana :

Sangat Setuju =4

Setuju =3

Tidak setuju =2

Sangat Tidak Setuju = 1

Skor tertinggi (X) = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

=5×4

= 20

Skor terendah (Y) = jumlah pertanyaan x skor terendah

=5×1

=5

Interval kelas setiap kategori diperoleh dengan menggunakan

R
rumus I = sedangkan R= X-Y
K

I = Interval kelas

R = Range atau jangkauan

K = Jumlah kategori

Berdasarkan rumus diatas maka diperoleh :

49
R = 20 - 5

= 15

15
I =
2

= 7,5 (37,5%)

Kriteria Obyektif :

Persepsi Positif : jika responden memperoleh skor jawaban > 7,5

(37,5%)

Persepsi Negatif : jika responden memperoleh skor jawaban ≤ 7,5

(37,5%)

d. Persepsi Manfaat (Perceived benefit)

Persepsi manfaat (Perceived benefit) yaitu pendapat subyektif

responden tentang keuntungan yang akan diperoleh bila disiplin

menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

Diukur dengan menggunakan kuisioner serta kriteria

penilaiannya didasarkan atas jumlah pertanyaan yaitu 5 yang diberi

skor atau bobot dan penilaiannya menggunakan skala Likert. Yang

setiap pertanyaannya diberi nilai 1 - 4 dimana:

Sangat Setuju =4

Setuju =3

Tidak setuju =2

Sangat Tidak Setuju = 1

Skor tertinggi (X) = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

=5×4

50
= 20

Skor terendah (Y) = jumlah pertanyaan x skor terendah

=5×1

=5

Interval kelas setiap kategori diperoleh dengan menggunakan

R
rumus I = sedangkan R= X-Y
K

I = Interval kelas

R = Range atau jangkauan

K = Jumlah kategori

Berdasarkan rumus diatas maka diperoleh :

R = 20 - 5

= 15

15
I =
2

= 7,5 (37,5%)

Kriteria Obyektif :

Persepsi Positif : jika responden memperoleh skor jawaban > 7,5

(37,5%)

Persepsi Negatif : jika responden memperoleh skor jawaban ≤ 7,5

(37,5%)

e. Persepsi Kepercayaan diri (perceived self-efficacy)

51
Persepsi Kepercayaan diri (perceived self-efficacy)

kepercayaan pada diri sendiri untuk dapat disiplin menerapkan

protokol keseahatan Covid-19.

Diukur dengan menggunakan kuisioner serta kriteria

penilaiannya didasarkan atas jumlah pertanyaan yaitu 5 yang diberi

skor atau bobot dan penilaiannya menggunakan skala Likert. Yang

setiap pertanyaannya diberi nilai1-4 dimana :

Sangat Setuju =4

Setuju =3

Tidak setuju =2

Sangat Tidak Setuju = 1

Skor tertinggi (X) = jumlah pertanyaan x skor tertinggi

=5×4

= 20

Skor terendah (Y) = jumlah pertanyaan x skor terendah

=5×1

=5

Interval kelas setiap kategori diperoleh dengan menggunakan

R
rumus I = sedangkan R= X-Y
K

I = Interval kelas

R = Range atau jangkauan

K = Jumlah kategori

Berdasarkan rumus diatas maka diperoleh :

52
R = 20 - 5

= 15

15
I =
2

= 7,5 (37,5%)

Kriteria Obyektif :

Persepsi Positif : jika responden memperoleh skor jawaban > 7,5

(37,5%)

Persepsi Negatif : jika responden memperoleh skor jawaban ≤ 7,5

(37,5%)

E. Hipotesis Penelitian

1. Persepsi Kerentanan (Perceived Susceptibility)

H0 : Tidak ada hubungan persepsi kerentanan (Perceived Susceptibility)

dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid 19 pada pedagang

pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari

Ha : Ada hubungan persepsi kerentanan (Perceived Susceptibility) dengan

perilaku ketaatan terhadap protokol Covid 19 pada pedagang pasar

tradisional Anduonohu di Kota Kendari

2. Persepsi keparahan (Perceived severity)

H0 : Tidak ada hubungan persepsi keparahan yang akan dialami

(Perceived severity) dengan prilaku ketaatan terhadap protokol

Covid 19 pada pedagang pasar tradisional Anduonohu di Kota

Kendari

53
Ha : Ada hubungan persepsi keparahan yang akan dialami (Perceived

severity) dengan prilaku ketaatan terhadap protokol Covid 19 pada

pedagang pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari.

3. Persepsi manfaat yang dirasakan (Perceived benefit)

H0 : Tidak ada hubungan persepsi manfaat yang dirasakan (Perceived

benefit) dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid 19 pada

pedagang pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari

Ha : Ada hubungan persepsi manfaat yang dirasakan (Perceived benefit)

dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid 19 pada pedagang

pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari

4. Persepsi kepercayaan diri (Perceived self-efficacy)

H0 : Tidak ada hubungan persepsi kepercayaan diri (Perceived self-

efficacy) dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid 19 pada

pedagang pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari

Ha : Ada hubungan persepsi kepercayaan diri (Perceived self-efficacy)

dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid 19 pada pedagang

pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari

5. Persepsi hambatan yang dirasakan (Perceived barier)

H0 : Tidak ada hubungan hambatan yang dirasakan (Perceived barier)

dengan perilaku ketaatan terhadap protokol Covid 19 pada pedagang

pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari

54
Ha : Ada hubungan hambatan yang dirasakan (Perceived barier) dengan

perilaku ketaatan terhadap protokol Covid 19 pada pedagang pasar

tradisional Anduonohu di Kota Kendari

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan dalam peneitian ini adalah penelitian

kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan

rancangan Cross Sectional Study, yang mempelajari dinamika korelasi

antara faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Soekidjo, 2004).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pasar Tradisional Anduonohu Kota

Kendari

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

55
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah

pedagang pasar tradisional Anduonohu di Kota Kendari sebanyak 445

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

(Notoatmodjo, 2014) yaitu:

n= N
1 + N (d2)
Keterangan:

n = jumlah sampel

N = Besar populasi

e = Derajat keperyacaan 0,1 %

n= 445
1+ 445 (0,12)
n= 445
1+ 445 (0,01)
n= 445
5,45

n = 82

Sehingga jumlah sampel yang harus diambil dalam penelitian ini

adalah sebanyak 85 populasi.

3. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Random Sampling. Random Sampling adalah pengambilan

56
anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata atau status sosial dari segi manapun.

D. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil

wawancara dan observasi langsung dari responden dengan

menggunakan instrument penelitian (kuesioner) yang telah

tersedia mengenai ketaatan pedagang dalam penerapan protokol

Covid-19 dan persepsi kesehatan menggunakan Health Belief

Model (HBM).

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data mengenai jumlah penderita

Covid-19 yang diperoleh melalui instansi penelitian yang telah

tersedia sebelumnya yaitu di Dinas Kesehatan Kota Kendari.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan

pemberian kuesioner kepada sampel yang terpilih dan menunggu

sampai selesai responden memberikan jawabannya. Kuesioner

yang digunakan Kuesioner dalam penelitian ini merupakan

pernyataan dan memerlukan jawaban. Pada kuesioner ketaatan di

dapati jawaban selalu, sering, jarang, dan tidak pernah, pada

57
kuesioner faktor HBM di dapati jawaban yaitu merupakan pilihan

sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

E. Teknik Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

a. Koding

Pertama-tama memberi kode pada kuesioner. Pengisian

berdasarkan pelaksanaan setiap indicator yang diamati pada

responden tersebut.

b. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti setiap item penilaian.

Editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan

konsistensi dari setiap pelaksanaan indikator yang diteliti

dilakukan di lapangan.

c. Skoring

Scoring yaitu memberi skor data yang telah dikumpulkan

yaitu bila jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1, tidak setuju

diberi skor 2, setuju diberi skor 3, dan sangat setuju diberi skor 4.

d. Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan kelanjutan dari teknik koding

pada proses pengolahan dalam hal ini setiap data tersebut dikoding

kemudian ditabulasi agar lebih mempermudah penyajian data

dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis Data

58
a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan menghitung frekuensi

dalam bentuk presentase dari variabel yang diteliti dengan rumus:

f
P= ×100 %
n

Keterangan:

P= Angka presentase

f = Presentasi frekuensi yang dicapai

n = Number of cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu)

b. Analisis Bivariat

1) Uji F

Uji F ini dilakukan untuk melihat variable independen secara

serentak/bersama, berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen atau tidak. Uji F digunakan untuk menguji keberartian

model regresi yang digunakan. Dalam Uji F dilakukan

perumusan F hitung yaitu

R2 /( n−1)
F=
(1−R 2)/(n−k)

(Purwanto, 2014)

KR = JK / dk

dengan:

KR = kuadrat rata-rata

JK = jumlah kuadrat

Dk atau db = derajat kebebasan

59
Kriteria uji dalam Uji F adalah :

a) Jika sig ≥ α = 0,05 maka H0 diterima artinya Ha ditolak

b) Jika sig ≤ α = 0,05 maka H0 ditolak artinya Ha diterima

2) Uji T

Uji T tujuannya untuk melihat sejauh mana pengaruh secara

parsial dari variable bebas terhadap variable terikat. Selain itu,

uji T digunakan jika nilai parameter sudah diketahui

(ditentukan) dan data terdistribusi normal.

Rumusnya:

t = 

t = 

(Suharyadi dan Purwanto, 2014)

Ket.:

t = nilai signifikan (t hitung) yang nantinya dibandingkan

dengan t tabel

r = koefisien korelasi

n = banyaknya sampel

βn = koefisien regresi setiap variabel

Sβn = standar eror setiap variabel

60
Sedangkan untuk uji t dua sampel berhubungan (berpasangan),

dihitung dengan:

t = 

di mana

D = selisih nilai kelompok 1 dan kelompok 2

n = ukuran sampel

Kriteria uji dalam Uji T adalah:

a) Jika α < 0,05 dan t hitung> t table maka H0 Artinya, ada

pengaruh yang signifikan antara variable independen

terhadap dependen.

b) Jika α > 0,05 dan t hitung < t table maka H0 Artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan antara variable independen

terhadap dependen.

3. Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan diuraikan dalam

bentuk narasi untuk selanjutnya dilakukan pembahasan.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek.

Dalam penelitian ini, memperhatikan etika penelitian sebagai berikut:

1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian. Bila

61
subyek menolak, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati

hak-hak subyek.

2. Anonimility (Tanpa Nama)

Demi menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberi inisial.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian.

62
DAFTAR PUSTAKA

Alam, S., 2020. Ini Protokol Pencegahan Corona Bagi Pedagang di Pasar
Tradisional [Online]. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
5052538/ini-protokol-pencegahan-corona-bagi-pedagang-di-pasar-
tradisional, diakses 6 Desember 2020.

CDC, 2020. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19 [Online]. Cent. Dis. Control
Prev.https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/symptoms-testing/
symptoms.html, diakses 6 Desember 2020.

CNN Indonesia, 2020. Pedagang Pasar Positif Corona Tembus 1.392 Orang
[Online]. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/ 20200922190536-92-
549604/pedagang-pasar-positif-corona-tembus-1392-orang, (diakses 6
Desember.2020).

Feni, F., 2020. Jurnal Respirologi Indonesia 40.

Glanz, K., Rimer, B., Viswanath, K., 2008. Health Behaviorand Health Education
Theory, Research, and Practice. Library of Congress Cataloging, United
States of America.

Handayani, D., Hadi, D.R., Isbaniah, F., Burhan, E., Agustin, H., 2020. 'Corona
Virus Disease 2019'. J. Respirologi Indonesia. 40, 119–129.
https://doi.org/10.36497/jri.v40i2.101

63
Hanson, J.A., Benedict, J.A., 2002. 'Use of the Health Belief Model to Examine
Older Adults’ Food-Handling Behaviors.' J. Nutr. Educ. Behav. 34, S25–
S30. https://doi.org/10.1016/S1499-4046(06)60308-4

Huang, C., et. al., 2020. 'Clinical features of patients infected with 2019 novel
coronavirus in Wuhan, China'. The Lancet 395, 497–506.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30183-5

Kementerian Kesehatan RI, 2020. Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Corona


Virus Diseases Covid-19). Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Lidwina, A., 2020. Kasus Covid-19 Asia Tenggara Hanya 1% dari Total Dunia
[Online]. databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/
07/kasus-covid-19-asia-tenggara-hanya-1-dari-total-dunia (diakses 6
Desember 2020).

Notoatmodjo, S., 2014. Metedologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Pratiwi, A.D., 2020. 'Gambaran Penggunaan Masker di Masa Pandemi Covid-19


Pada Masyarakat di Kabupaten Muna'. Pros. Nas. Covid-19 52–57.

Purwanto, 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Satgas Covid-19, 2020. Hasil Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi


COVID-19 - Hasil Kajian [Online]. https://covid19.go.id/edukasi/hasil-
kajian/hasil-survei-perilaku-masyarakat-di-masa-pandemi-covid-19
(Diakses 6 Desember 2020).

Satgas Covid-19, 2020. Info Covid-19 Sultra [Online]. Dinas Kesehatan.


https://dinkes.sultraprov.go.id/info-covid-19-sultra/ (diakses 6 Desember
2020).

Satgas Covid-19, 2020. Kunci Utama Menekan Penularan Adalah Perilaku


Disiplin 3M [Online]. https://covid19.go.id/p/berita/kunci-utama-
menekan-penularan-adalah-perilaku-disiplin-3m (diakses 6 Desember).

64
Soekidjo, N., 2004. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Susilo, A., dkk., 2020. 'Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini'. J.
Penyakit Dalam Indonesia. 7, 45–67. https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415

WHO, 2020. COVID-19: epidemiology, virology and clinical features [Online].


GOV.UK. https://www.gov.uk/government/publications/wuhan-novel-
coronavirus-background-information/wuhan-novel-coronavirus-
epidemiology-virology-and-clinical-features (diakses 6 Desember 2020).

Wikipedia, 2020. Penyakit koronavirus 2019 [Online]. Wikipedia.


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Penyakit_koronavirus_2019 (diakses 6
Desember 2020).

65
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Telah mendapatkan keterangan secara rinci dan jelas mengenai:

1. Judul Penelitian
2. Tujuan penelitian
3. Manfaat Penelitian
Serta mendapatkan kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu
yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya (bersedia/tidak
bersedia*) secara sukarela untuk menjadi responden penelitian saudari Iyananda
Auliya Safrullah dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa


tekanan dari pihak manapun.

Kendari, 2021

Peneliti Responden

66
(.....................................) (....................................)

Lampiran 2

LEMBAR KUISIONER PENGUMPULAN DATA UMUM

HUBUNGAN PERSEPSI KESEHATAN MENGGUNAKAN TEORI


HEALTH BELIEF MODEL DENGAN PERILAKU KETAATAN
PROTOKOL COVID-19 PADA PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
ANDUONOHU DI KOTA KENDARI

Petunjuk pengisian:
1. Isilah data-data dibawah sesuai dengan jawaban Anda
2. Berilah tanda check list (√) pada pilihan jawaban Anda
3. Periksa kembali seluruh jawaban Anda sebelum
mengumpulkannya

No. Responden :..................


Nama Responden :..................
1. Usia Anda saat ini :
2. Jenis kelamin :
( ) Laki-laki
( ) Perempuan
3. Agama :
( ) Islam
( ) Kristen
( ) Hindu
( ) Budha
( ) Konghucu
4. Pendidikan terakhir :

67
( ) Lulus SD/MI
( ) Lulus SMP/Sederajat
( ) Lulus SMA/Sederajat
( ) Lulus Sarjana

Lampiran 3

LEMBAR KUISIONER KETAATAN DAN PERSEPSI INDIVIDU

HUBUNGAN PERSEPSI KESAHATAN MENGGUNAKAN TEORI


HEALTH BELIEF MODEL DENGAN PERILAKU KETAATAN
PROTOKOL COVID-19 PADA PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
ANDUONOHU DI KOTA KENDARI

Petunjuk : Bacalah setiap pertanyaan dan beri tanda centang (√) disebelah kanan
pertanyaan sesuai dengan pendapat saudara.

Kuisioner ketaatan Covid-19

Tidak
No Pertanyaan Selalu Sering Jarang
Pernah
1. Ketika berinteraksi dengan
pembeli bapak/ibu memakai
masker
2. Setelah berinteraksi dengan
pembeli bapak/ibu menggunaka
handsanitizier/mencuci tangan
pakai sabun selama 20 detik
3. Setelah memegang uang bapak/ibu
menggunakan
handsanitizier/mencuci tangan
selama 20 detik
4. Ketika berinteraksi dengan
pembeli bapak/ibu menjaga jarak
(minumal 1 m)

68
5. Bapak/ibu menhidari menyentuh
wajah sebelum mencuci
tangan/menggunakan
handsanitizier
6. Bapak/ibu menerapkan etika bersin
dan batuk

Kuisioner persepsi kerentanan (perceveid susceptibility) protokol Covid-19


Sangat
Tidak Sangat
No Pertanyaan Tidak Setuju
Setuju Setuju
setuju
1. Saya yakin dengan menggunakan
masker saya akan terhidar Covid-
19
2. Saya yakin dengan kebiasaan
mencuci tangan atau memakai
handsanitizier sebelum mencuci
wajah atau memegang wajah
dapat terhindar dari Covid-19
3. Saya yakin dengan menjaga jarak
saya akan terhindar Covid-19
4. Saya yakin dengan rajin
berolahraga saya akan terhindar
dari Covid-19
5. Saya yakin dengan menerapkan
protokol kesehatan saya akan
terhindar dari Covid-19

Kuisioner persepsi keseriusan (perceveid Severity) protokol Covid-19

Sangat
Tidak Sangat
No Pertanyaan Tidak Setuju
Setuju Setuju
setuju
1. Penyakit Covid-19 menyebabkan
seseorang mengalami kematian
2. Covid-19 sangat berbahaya bagi
saya jika saya mempunyai riwayat

69
penyakit lainnya
3. Jika saya terkena Covid-19 saya
akan diasingkan oleh masyarakat
4. Biaya pengobatan Covid-19
sangat mahal
5. Sampai saat ini penyakit Covid-
19 masih belum bisa disembuhkan

Kuisioner persepsi manfaat (perceveid benefit) protokol kesehatan


Sangat
Tidak Sangat
No Pertanyaan Tidak Setuju
Setuju Setuju
setuju
1. Jika saya Menghindari kerumunan
maka resiko tertular Covid-19
akan berkurang
2. Menggunakan masker saat keluar
rumah akan mengurangi resiko
penularan Covid-19
3. Jika saya menghidari berjabat
tangan maka resiko tertular
Covid-19 akan berkurang
4. Mencuci tangan dengan sabun
serta memakai handsanitizier akan
mengurangi resiko penularan
Covid-19
5. Menerapkan protokol kesehatan
adalah cara paling mudah
melindungi saya dari tertular
Covid-19

70
Kuisioner kepercayaan diri (perceived self-efficacy) protokol Covid-19
Sangat
Tidak Sangat
No Pertanyaan Tidak Setuju
Setuju Setuju
setuju
1. Saya percaya jika menggunakan
masker saya dapat menghindari
terkena Covid-19
2. Saya percaya jika rutin mencuci
tangan dapat mencegah penularan
Covid-19
3. Saya percaya menjaga jarak
adalah hal yang terbaik dilakukan
pada masa Covid-19
4. Kemampuan saya untuk selalu
menerapkan protokol kesehatan
lebih baik dari teman-teman saya
yang lainnya
5. Dengan informasi yang saya
dapatkan saya bisa menerapkan
protokol kesehatan dengan benar

Kuisioner persepsi hambatan (perceveid barriers) protokol Covid-19

Sangat
Tidak Sangat
No Pertanyaan Tidak Setuju
Setuju Setuju
setuju
1. Orang yang terkena Covid-19
masih belum bisa diterima oleh
orang sekitarnya
2. Saya tidak membutuhkan lagi

71
informasi terkait Covid-19
3. Tidak ada sanksi jika tidak
menerapkan protokol kesehatan
4. Harga APD cenderung mahal
5. Pekerjaan jadi sulit jika harus
menerapkan protokol kesehatan

72

Anda mungkin juga menyukai