Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

Disusun dalam rangka memenuhi tugas stase Keperawatan Medikal Bedah 1

Di susun oleh:

A.WAHYUNI RISTANI
144 2021 2111

CI INSTITUSI CI LAHAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis Diabetes Melitus


1. Definisi
Menurut American Diabetes Association, (2016) Diabetes Melitus adalah
suatu kelompok penyakit metabolik serta kronis dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjalin sebab kelainan sekresi insulin, kerja insulin
ataupun kedua-duanya yang memerlukan perawatan kedokteran serta
pembelajaran pengelolaan mandiri buat menghindari komplikasi kronis serta
merendahkan resiko komplikasi jangka panjang.
Diabetes mellitus ialah gangguan metabolism yang secara genetik serta
klinis tercantum heterogen dengan perwujudan berbentuk hilangnya toleransi
terhadap karbohidrat., tubuh tidak bisamenggantu karbohidrat ataupun
glukosa jadi tenaga diakibatkab badan tidak sanggup memproduksi ataupun
penciptaan insulin kurang apalagi tidak sanggup memakai insulin yang
dihasilkan, sehingga glukosa tidak bia masuk ke dalam sel buat diganti jadi
tenaga serta menimbulkan kandungan glukosa di dalam darah bertambah
(Fatimah, 2015).
2. Etiologi
Menurut International Diabetes Federation (2020) etiologi diabetes
melitus adalah :
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun di mana sistem
pertahanan tubuh menyerang sel-sel yang memproduksi insulin.
Akibatnya, tubuh memproduksi insulin sangat sedikit atau tidak sama
sekali. Penyebab pasti dari hal ini belum diketahui, tetapi terkait dengan
kombinasi kondisi genetik dan lingkungan.
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes tipe 2 paling sering didiagnosis pada orang dewasa yang lebih
tua, tetapi semakin sering terlihat pada anak-anak, remaja, dan dewasa
muda karena meningkatnya tingkat obesitas, kurangnya aktivitas fisik,
dan pola makan yang buruk.
c. Diabetes Gestasional\
Prevalensi glukosa darah tinggi (hiperglikemia) pada kehamilan
meningkat pesat seiring bertambahnya usia dan tertinggi pada wanita di
atas usia 45 tahun.
3. Patofisiologi
Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2 terjadi sebagai akibat kombinasi
beberapa aspek yang berlangsung lama, dapat bertahun-tahun secara subklinis.
Aspek-aspek tersebut adalah penurunan sekresi insulin dan resistensi insulin.
a. Penurunan Sekresi Insulin
Penurunan sekresi insulin terjadi akibat disfungsi sel-sel β pankreas.
Suatu penelitian menemukan bahwa gangguan fungsi sel pankreas ini
terjadi secara dini bahkan sebelum adanya resistensi insulin.
b. Resistensi Insulin
Resistensi insulin akan terjadi bila alur penyimpanan nutrisi yang
bertugas memaksimalkan efisiensi penggunaan energi terpapar terus
menerus dengan surplus energi. Surplus energi ini akan menurunkan
sensitifitas insulin. Paparan surplus energi dalam jangka panjang akan
menyebabkan sensitifitas insulin semakin menurun hingga terjadi
resistensi insulin, terutama pada jaringan otot, hepar, dan lemak.
Resistensi insulin akan menyebabkan penurunan asupan glukosa perifer
diiringi dengan peningkatan endogen produksi glukosa oleh hepar melalui
proses glukoneogenesis. Selain itu, jaringan tubuh yang tidak mendapat
energi juga akan memecah lipid dalam jaringan sel lemak sehingga terjadi
katabolisme lemak tubuh atau lipolisis
4. Pathway

DM TIPE 1 DM TIPE 2

Reaksi autoimun Idiopatik, usia, genetik,dll

Sel ꞵ pankreas hancur Jumlah sel pankreas menurun

Defisiensi Insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein meningkat Liposis meningkat

Pembatasan diit Penurunan BB


Fleksibilitas
darah merah

Intake tidak Defisit Nutrisi


Pelepasan O2 adekuat

Hipoksia perifer poliuria hipovolemia

Nyeri Akut Gangguan


integritas kulit
5. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala Diabetes Melitus menurut Simatupang (2020), adalah
a. Tanda gejala akut
Kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, kadar gula darah puasa ≥ 126
mg/dl, poliuri (frekuensi buang air kecil yang berlebih), polidipsi (merasa
haus sehingga memiliki keinginan minum yang berlebih), polifagi (nafsu
makan meningkta), berat badan menurun 5-10 kg dalam waktu cepat (2-4
minggu), merasa mudah lelah, timbul rasa mual dan muntah.
b. Tanda gejala kronik
Mudah mengantuk, kesemutan pada kaki, kulit terasa panas dan tebal,
penglihatan berkurang, sering merasa kram pada kaki, timbul rasa gatal di
organ genetalia, rangsang seksusal yang menurun, bagi penderita yang
sedang hamil sering mengalami keguguran, dan apabila melahirkan, berat
badan bayi ≥ 4 kg.
6. Komplikasi
Menurut Papatheodorou et al (2018), komplikasi Diabetes Melitus terbagi
2 yaitu :
a. Kompilkasi Diabetes Akut
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketika terjadi penurunan kadar gula
darah secara drastis akibat tingginya kadar insulin dalam tubuh,
terlalu banyak mengonsumsi obat penurun gula darah, atau
terlambat makan.
Gejalanya meliputi penglihatan kabur, jantung berdetak cepat, sakit
kepala, tubuh gemetar, keringat dingin, dan pusing. Kadar gula
darah yang terlalu rendah, bahkan bisa menyebabkan pingsan,
kejang, dan koma.
2) Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Ketosiadosis diabetik adalah kondisi kegawatan medis akibat
peningkatan kadar gula darah yang terlalu tinggi. Ini adalah
komplikasi diabetes melitus yang terjadi ketika tubuh tidak dapat
menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber bahan bakar,
sehingga tubuh mengolah lemak dan menghasilkan zat keton
sebagai sumber energi.
3) Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS)
Kondisi ini juga merupakan salah satu kegawatan medis pada
penyakit kencing manis, dengan tingkat kematian mencapai
20%. HHS terjadi akibat adanya lonjakan kadar gula darah yang
sangat tinggi dalam waktu tertentu. Gejala HHS ditandai dengan
haus yang berat, kejang, lemas, gangguan kesadaran, hingga koma
b. Komplikasi Diabetes Kronis
1) Gangguan pada mata (retinopati diabetik)
Diabetes dapat merusak pembuluh darah di retina. Kondisi ini
disebut retinopati diabetik dan berpotensi menyebabkan kebutaan.
Pembuluh darah di mata yang rusak karena diabetes juga
meningkatkan risiko gangguan penglihatan, seperti katarak dan
glaukoma.
2) Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal, bahkan bisa berujung
kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat terjadi gagal ginjal,
penderita harus melakukan cuci darah rutin atau transplantasi ginjal.
3) Kerusakan saraf (neuropati diabetik)
Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak pembuluh darah
dan saraf di tubuh, terutama kaki. Kondisi yang biasa disebut
neuropati diabetik ini terjadi ketika saraf mengalami kerusakan,
baik secara langsung akibat tingginya gula darah maupun karena
penurunan aliran darah menuju saraf.
4) Masalah kaki dan kulit
Masalah pada kulit dan luka pada kaki juga umum terjadi jika
mengalami komplikasi diabetes. Hal ini disebabkan oleh kerusakan
pembuluh darah dan saraf, serta terbatasnya aliran darah ke kaki.
5) Penyakit kadiovaskuler
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
di seluruh tubuh, termasuk jantung. Komplikasi diabetes melitus
yang menyerang jantung dan pembuluh darah, meliputi penyakit
jantung, stroke, serangan jantung, dan penyempitan arteri
(aterosklerosis).
7. Pemeriksaan peninjang
a. HemoglobinA1c (HbA1c)
Hemoglobin A1C (HbA1C) terutama digunakan untuk pengukuran
keberhasilan terapi diabetes. Hal ini disebabkan oleh kemampuan HbA1c
untuk melihat perkiraan kadar glukosa selama 3 bulan ke belakang dari
waktu pemeriksaan, berbeda dengan uji kadar gula darah yang hanya
dapat melihat kadar glukosa tepat saat pemeriksaan. Nilai HbA1c di atas
6,5% menunjukkan kontrol gula darah yang tidak baik selama 3 bulan
sebelum pengukuran.
b. Penentuan Tipe Diabetes Mellitus
Untuk membedakan antara diabetes mellitus tipe 1 dan 2, dapat dilakukan
pemeriksaan kadar insulin, C-peptide, dan marker antibodi
seperti glutamic acid decarboxylase (GAD).[26]
c. Pemeriksaan Laboratorium Lainnya
Pada pasien yang dicurigai mengalami infeksi atau sepsis, lakukan
pemeriksaan hitung jenis leukosit serta kultur darah dan urin. Kecurigaan
akan ketoasidosis diabetik perlu dilakukan pemeriksaan kadar aseton
plasma atau kadar keton darah. Selain itu, pemeriksaan elektrolit juga
diperlukan untuk melihat ada tidaknya gangguan kalium akibat
ketoasidosis diabetik.
d. Pemeriksaan laboratorium lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan
kadar kolesterol darah serta pemeriksaan fungsi ginjal jika dicurigai
adanya komplikasi nefropati.
8. Penatalaksanaan
Diabetes mellitus memerlukan penatalaksanaan yang komprehensif,
berupa penurunan berat badan, pemberian obat antidiabetes, dan perubahan
gaya hidup. Kontrol keberhasilan terapi menggunakan pemeriksaan HbA1c
penting untuk mencegah terjadinya komplikasi. Selain itu, penatalaksanaan
diabetes juga harus memperhatikan komorbid lainnya yang perlu dikontrol
seperti tekanan darah dan profil lipid pasien.
Terapi Nonfarmakologis
Terapi nonfarmakologis merupakan bagian dari penatalaksanaan
komprehensif diabetes. Terapi yang diberikan menyangkut perubahan gaya
hidup, diet, dan penanganan obesitas.
B. Konsep asuhan keperawatan diabetes melitus

1. Pengkajian
1) Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba
yang menurun, adanya luka yang tidak - sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan
yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal
hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
DM mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi / bradikardi, hipertensi / hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Risiko infeksi berhubungan dengan diabeetes melitus
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan diabetes melitus
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Intervensi keperawatan

NO. RENCANA
DIAGNOSA Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Nyeri akut Tujuan: setelah Manajemen Nyeri 1. Untuk mengetahui lokasi,
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
berhubungan dilakukan intervensi karakteristik, durasi, frekuensi,
durasi, frekuensi, kualitas,
dengan agen keperawatan selama kualitas, intensitas nyeri
intensitas nyeri
pencedera 2x24 jam maka nyeri 2. Untuk mengetahui skala nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
fisiologis akut menurun dengan 3. Untuk mengetahui respons nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non
kriteria hasil: non verbal
verbal
- Keluhan nyeri 4. Untuk mengetahui factor yang
4. Identifikasi factor yang
menurun memperberat dan memperingan
memperberat dan memperingan
- Meringis menurun nyeri
nyeri
5. Untuk mengetahui efek
5. Monitor efek samping samping penggunaan analgetik
penggunaan analgetik
Resiko Tujuan: setelah Pencegahan infeksi 1. Untuk mengetahui tanda tanda
infeksi dilakukan intervensi 1. Monitor tanda dan gejala ineksi dari infeksi
berhubungan keperawatan selama lokal dan sistemik 2. Untuk mencegah masuknya
dengan 2x24 jam maka risiko 2. Pertahankan teknik aseptik pada mikroorganisme dalam aktifitas
diabetes infeksi menurun dengan pasien berisiko tinggi medis yang bisa menyebabkan
melitus kriteria hasil: 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi terjadinya infeksi
- Keluhan nyeri 4. Ajarkan memeriksa kondisi luka 3. Untuk mengajarkan pasien dan
menurun atau luka operasi keluarga untuk mengetahui tanda
5. Anjurkan meningkatkan asupan dan gejala dari infeksi
cairan 4. Untuk mengetahui penanganan
selanjutnya
5. Untuk mengurangi risiko
terjadinya defisit nutrisi
Gangguan Tujuan: setelah Perawatan integritas kulit 1. Untuk mengetahui penyeab
integritas dilakukan intervensi 1. Identifikasi penyebab gangguan pasti dari infeksi
kulit keperawatan selama integritas kulit 2. Untuk menjaga kenyamanan
berhubungan 2x24 jam maka gangguan 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah pasien
dengan nyeri integritas kulit membaik baring 3. Untuk mengurangi rasa nyeri
dengan kriteria hasil: 3. Bersihkan luka dengan air yang timbul jika melakukan
- Keluhan nyeri hangat perawtan luka
menurun 4. Hindari produk berbahan dasar 4. Untuk mengurangi iritasi pada
- Kemerahan alkohol pada kulit kering kulit
menurun
Gangguan Tujuan: setelah Dukungan Mobilisasi 1. Untuk mengetahui lokasi
mobilitas dilakukan intervensi 1. Identifikasi adanya nyeri atau nyeri dan penyebab nyeri
fisik keperawatan selama keluhan fisik lainnya 2. Untuk mengetahui kukuatan
berhubungan 2x24 jam maka gangguan 2. Identifikasi toleransi fisik otot
dengan nyeri mobilitas fissik menurun menggunakan gerakan 3. Untuk mengetahui tanda
dengan kriteria hasil: 3. Monitor frekuensi jantung dan tanda vital pasien
- Keluhan nyeri tekanan darah
menurun
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi
intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai
setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan.
Daftar Pustaka

American Diabetes Association. (2016). Type 2 Diabetes Life doesn’t end with type 2
diabetes. https://www.diabetes.org/diabetes
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. 4, 93–101.
International Diabetes Federation. (2020). What Is Diabetes.
https://www.idf.org/aboutdiabetes/what-is-diabetes.html
Papatheodorou, K., Banach, M., Bekiari, E., Rizzo, M., & Edmonds, M. (2018).
Complications of Diabetes 2017. Journal of Diabetes Research, 2018.
https://doi.org/10.1155/2018/3086167
Simatupang, R. (2020). Pedoman Diet Penderita Doabetes Melitus. Yayasan
Pendidikan dan Sosial Indonesia Maju (YPSIM).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai