DIABETES MELITUS
Di susun oleh:
A.WAHYUNI RISTANI
144 2021 2111
CI INSTITUSI CI LAHAN
DM TIPE 1 DM TIPE 2
Defisiensi Insulin
1. Pengkajian
1) Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba
yang menurun, adanya luka yang tidak - sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan
yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal
hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
DM mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi / bradikardi, hipertensi / hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Risiko infeksi berhubungan dengan diabeetes melitus
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan diabetes melitus
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Intervensi keperawatan
NO. RENCANA
DIAGNOSA Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Nyeri akut Tujuan: setelah Manajemen Nyeri 1. Untuk mengetahui lokasi,
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
berhubungan dilakukan intervensi karakteristik, durasi, frekuensi,
durasi, frekuensi, kualitas,
dengan agen keperawatan selama kualitas, intensitas nyeri
intensitas nyeri
pencedera 2x24 jam maka nyeri 2. Untuk mengetahui skala nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
fisiologis akut menurun dengan 3. Untuk mengetahui respons nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non
kriteria hasil: non verbal
verbal
- Keluhan nyeri 4. Untuk mengetahui factor yang
4. Identifikasi factor yang
menurun memperberat dan memperingan
memperberat dan memperingan
- Meringis menurun nyeri
nyeri
5. Untuk mengetahui efek
5. Monitor efek samping samping penggunaan analgetik
penggunaan analgetik
Resiko Tujuan: setelah Pencegahan infeksi 1. Untuk mengetahui tanda tanda
infeksi dilakukan intervensi 1. Monitor tanda dan gejala ineksi dari infeksi
berhubungan keperawatan selama lokal dan sistemik 2. Untuk mencegah masuknya
dengan 2x24 jam maka risiko 2. Pertahankan teknik aseptik pada mikroorganisme dalam aktifitas
diabetes infeksi menurun dengan pasien berisiko tinggi medis yang bisa menyebabkan
melitus kriteria hasil: 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi terjadinya infeksi
- Keluhan nyeri 4. Ajarkan memeriksa kondisi luka 3. Untuk mengajarkan pasien dan
menurun atau luka operasi keluarga untuk mengetahui tanda
5. Anjurkan meningkatkan asupan dan gejala dari infeksi
cairan 4. Untuk mengetahui penanganan
selanjutnya
5. Untuk mengurangi risiko
terjadinya defisit nutrisi
Gangguan Tujuan: setelah Perawatan integritas kulit 1. Untuk mengetahui penyeab
integritas dilakukan intervensi 1. Identifikasi penyebab gangguan pasti dari infeksi
kulit keperawatan selama integritas kulit 2. Untuk menjaga kenyamanan
berhubungan 2x24 jam maka gangguan 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah pasien
dengan nyeri integritas kulit membaik baring 3. Untuk mengurangi rasa nyeri
dengan kriteria hasil: 3. Bersihkan luka dengan air yang timbul jika melakukan
- Keluhan nyeri hangat perawtan luka
menurun 4. Hindari produk berbahan dasar 4. Untuk mengurangi iritasi pada
- Kemerahan alkohol pada kulit kering kulit
menurun
Gangguan Tujuan: setelah Dukungan Mobilisasi 1. Untuk mengetahui lokasi
mobilitas dilakukan intervensi 1. Identifikasi adanya nyeri atau nyeri dan penyebab nyeri
fisik keperawatan selama keluhan fisik lainnya 2. Untuk mengetahui kukuatan
berhubungan 2x24 jam maka gangguan 2. Identifikasi toleransi fisik otot
dengan nyeri mobilitas fissik menurun menggunakan gerakan 3. Untuk mengetahui tanda
dengan kriteria hasil: 3. Monitor frekuensi jantung dan tanda vital pasien
- Keluhan nyeri tekanan darah
menurun
4. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi
intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai
setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan.
Daftar Pustaka
American Diabetes Association. (2016). Type 2 Diabetes Life doesn’t end with type 2
diabetes. https://www.diabetes.org/diabetes
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. 4, 93–101.
International Diabetes Federation. (2020). What Is Diabetes.
https://www.idf.org/aboutdiabetes/what-is-diabetes.html
Papatheodorou, K., Banach, M., Bekiari, E., Rizzo, M., & Edmonds, M. (2018).
Complications of Diabetes 2017. Journal of Diabetes Research, 2018.
https://doi.org/10.1155/2018/3086167
Simatupang, R. (2020). Pedoman Diet Penderita Doabetes Melitus. Yayasan
Pendidikan dan Sosial Indonesia Maju (YPSIM).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.