Disusun Oleh :
A.Baihaqi (201701001)
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang bersifat kronik
ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah sebagai akibat dari adanya
gangguan penggunaan insulin, sekresi insulin, atau keduanya (Smeltzer,
2002). Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic
dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekrsei insulin,
kerja insulin, atau kedua-duanya (Ernawati, 2012).
Terdapat komplikasi akut yang dapat muncul pada penderita diabetes
mellitus salah satunya adalah hipoglikemi dimana keadaan tubuh dengan
kadar glukosa darah sewaktu dibawah 70 mg/dl lebih rendah dari kebutuhan
tubuh (Smeltzer, 2002). Hipoglikemi merupakan suatu kegagalan dalam
mencapai batas normal kadar normal glukosa darah. Hipoglikemi merupakan
suatau keadaan dimana kadar glukosa darah <70 mg/dl. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa hipoglikemi merupakan kadar glukosa darah dibawah
normal yaitu <70 mg/dl.
B. Etiologi
1. Usia
Penderita diabetes usia lanjut memeiliki resiko yang lebih tinggi untuk
mengalami hipoglikemi daripada penderita yang diabetes usia muda yang
sehat dan memiliki fungsi yang baik.
2. Kelebihan insulin
Dosis insulin atau obat penurun glua darah yang terlalu tinggi, konsumsi
glukosa berkurang, produksi glukosa endongen berkurang misalnya
setelah konsumsi alcohol, peningkatan penggunaan glukosa oleh tubuh
misalnya berolahraga, peningkatan sensitivitas terhadap insulin, penurunan
ekskresi insulin mis. Pada gagal ginjal.
3. Frekuensi Hipoglikemi
Pasien yang sering mengalami hipoglikemi akan mentoleransi kadar gula
darah yang rendah da mengalami gejala hipoglikemi pada kadar gula darah
yang lebih rendah darpada orang normal.
4. Obat Hipoglikemi yang menyebabkan hipoglikemi
Penggunaan obat hipoglikemi ora yangmemiliki cara kerja meningkatkan
sekresi insulin pada pancreas dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
5. Terapi Insulin
Terapi insulin dapat menyebabkan hipoglikemi karena apabila kadar gula
darah turun melampaui batas normal, tidak terjadi fisiologi penurunan
kadar insulin.
6. Aktivias Fisik/Olahraga
Aktivitas dan olahraga berperan dalam pencegahan da penanganan
diabetes. Tetapi jika berlebihan olahraga dapat memicu penurunan berat
badan, meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan hepar dan perifer,
meningkatkan pemakaian glukosa, dan kesehatan system kardiovaskuler.
7. Keterlambatan Asupan Glukosa
Kurangnya asupankarbohidrat atau glukosa pada pasien hiperglikemia
karena keterlambatan makan atau menjalani puasa dengan tidak
mengurangi dosis obat-obatan antidiabetes, dapat terjadi hioglikemia
karena berkurangnya asupan glukosa dari saluran cerna.
8. Gangguan Ginjal
Hipoglikemia pada gangguan fungsi ginjal dapat diakibatkan oleh
penurunan glukonogenesis, kerja insulin yang berlebih atau berkuarngnya
asupan kalori.
9. Genetik
C. Manifestasi Klinis
Menurut Riyadi S dan Sukarmin (2011) manifestasi klinis yang dijumpai
pada pasien diabetes mellitus adalah :
1. Poliuri
Hal ini disebabkan karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yag mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
menyebabka penderita bayak kencing.
2. Polidipsi
Hal ini disebabkan karena pembakaran terlalu banyak dan kehilangan
cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbagi penderita lebih
banyak minum.
3. Polifagia
Saat glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar) sehingga
untuk memenuhinya atau agar bisa masuk ke sel-sel penderita akan terus
makan. Tetap walaupun penderita banyak makan, tetap saja makanan
tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Rasa lelah, kelemahan otot, tidak ada energy, dan berat badan menurun.
Hal ini disebabkan karena kehabisan glikogen yang dilebur jadi glukosa. .
Dimana glukosa ini berfungsi sebagai menambah energy untuk kita
beraktivitas Maka, tubuh akan berusaha mendapat peleburan zat dari
bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein. Karena tubuh menjadi
lapar terus menerus akhirnya penderita DM merasakan banyak maka tapi
tetap kurus.
1. Adrenergik
Yaitu fase pertama dimana gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat
autonomy di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin.
Gejalanya ditandai dengan pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar,
lapar, cemas, gelisah, sakit kepala, mengantuk dan kadar gula darah > 70-
20 mg/dl.
2. Neuroglikopenia
Yaitu Fase kedua dimana gejala-gejalanya yang terjadi akibat mulai
terjadinya gangguan fungsi otak. Neuroglikopenia dimulai dengan ringan
sampai berat, ditandai dengan gejala bingung, bicara tidak jelas, lemah,
disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurun terhadap stimulus dan
kadar gula darah >20 mg/dl.
D. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus ada 4 macam, yaitu :
1. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe ini diabetes tergantung pada insulin (IDDM) dimana
tubuh sangat sedikit atau tidak mampu memproduksi insulin akibat
kerusakan sel beta pancreas ataupun adanya system autoimun. Umumnya
DM I menyerang di usia anak-anak dan remaja.
2. DM Tipe II
Diabetes Melitus tipe II diabetes yang tidak tergatung pada insulin
(NIDDM). Diabetes Melitus tipe II adalah hasil dari gangguan sekresi
insulin progresif yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin.
3. DM Tipe Lain
Diabetes tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena adanya
kerusakan pada pancreas yang memproduksi insulin dan mutase gen serta
menganggu sel beta pancreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam
menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Sundrom hormonal yang dapat menganggu sekresi dan menghambat kerja
insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan indrom genetic (ADA,
2015)
4. DM Gestasional
Gestasional diabetes mellitus adalah diabetes yang di diagnosis selama
kehamilan dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa dalam
darah diatas normal). Wanita dengan diabetes gestasional memiliki
peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan,
serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan
(CDA, 2013).
E. Patofisilogi
Ada beberapa macam penyebab yang bisa menyebabkan Diabetets
mellitus. Pertama disebabkan reaksi autoimun atau genetic yang bisa merusak
sel beta pancreas, dimana sel beta didalam pancreas mengatur terbentuknya
insulin untuk mengatur glukosa dalam tubuh. Jika sel beta didalam pangkreas
rusak akhirnya bisa menyebabkan kadar glukosa darah dalam tubuh akan
meningkat sehingga bisa terjadi diabetes mellitus tipe 1. Kedua, diabetes
mellitus disebabkan karena resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin
yang disebabkan kareana idiopatik, usia, genetic, diet, dan life style seseorang.
Normalnya insulin akan terikat reseptor khusus untuk pada permukaan sel
yang berguna untuk mengambil glukosa darah yang dibutuhkan. Tetapi jika
terjadi resistensi pada insulin akan mengakibatkan insulin tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan sehingga terjadi Diabetes
mellitus tipe 2. Akibatnya terjadi suatu rangkaian respon metabolisme pada
tubuh yang menganggu protein dan lemak yang dapat menyebabkan terjadi
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
akibat menurunnya simpanan kalori. Dengan selera makan yang tinggi
biasanya pasien tidak memperhatikan asupan makanan dengan baik sehingga
bisa menimbulkan hiperglikemi pada tubuh. Jika sudah terjadi hiperglikemi
akan dilakukan penanganan medis penggunaan insulin dan mengkonsumsi
obat oral untuk menstabilkan kadar gula darah agar tidak terjadi peningkatan
lagi. Pada penanganan tersebut harus memperhatikan kebutuhan sesuai
kondisi pasien, jika hal tersebut tidak sesuai bisa menyebabkan hipoglikemi
atau penurunan kadar gula darah yang berlebih.
Jika terjadi hipoglikemi atau penurunan dula darah yang berlebih
akibatnaya tidak nutrisi yang dibawa ke otak sehingga menimbulkan respon
pada otak. Responnya yaitu otak kekurangan suplai darah sehingga beresiko
ketidakefektifan perfusi serebral otak. Akibat dari kekurangan suplai darah
tersebut bisa merangsan hormone adrenalin menjadi menigkat yang ditandai
dengan gejala takikardi, gemetar, pucat yang berakibat pada penurunan curah
jantung. Jika sudah terjadi penurunan curah jantung akibatnya suplai oksigen
dalam paru berkurang yang ditandai dengan meningkatnya pola napas
sehingga muncul diagnose Pola napas tidak efektif.
F. WOC
Metabolisme
protein dan
lemak terganggu
Polifagia
Pola makan
tidak seimbang
Hiperglikemia
Hipoglikemi
Hipoglikemi
Dipsnea
Hiperventilasi
H. Penatalaksanaan
1. Perawatan Umum
a. Pendidikan/Edukasi
Peran perawat sebagai educator yang befungsi untuk menjelaskan
bagaimana tentang pengertian diabetes mellitus, etilogi, tanda dan
gejala, pemeriksaan, perjalanan keadaan penyakit sampai bisa terkena
DM dan penatalaksanaan umum maupun medis.
b. Latihan Jasmani/Olahraga
Latihan jasmani yang dianjurkan untuk pasien DM diantaranya :
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kondisi pasien DM.
2. Perawatan Medis
a. Terapi Gizi Medis
Penatalaksaan diet ini meliputi 3 hal utama yang harus diketahui dan
dilaksanakan oleh penderita Dm yaitu jumlah makanan, jenis makanan,
dan, jadwal makanan. Diet DM adalah pengaturan makanan yang
diberikan kepada penderita DM dimana diet yang dilakukan harus
tepat jumlah energy yangdikonsumsi dalam satu hari, tepat jadwal
sesuai 3 kali makan utama dan 3 kali makanan selingan dengan
interval waktu 3 jam antara makan utama dan makanan selingan serta
tepat jenis yaitu menghindari makanan yang tinggi kalori.
b. Intervensi Farmakologis
Penderita DM tipe 1 mutlak diperlukan suntikan insulin setiap hari.
Penderita DM tipe 2 umumnya diperlu minum obat antidiabetes secara
oral atau tablet.
- Insulin
Insulin merupakan basis pengobatan penderita diabetes mellitus
tipe 1 yang harus diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah jenis preparat, dosis
insulin, waktu dan cara penyuntikan, serta penyimpanan insulin.
c. Pemantauan Kadar Gula Darah
Pemantuan DM merupakan pengendalian kadar glukosa darah
mencapai kondisi senormal mungkin. Dengan terkendalinya kadar
glukosa darah maka akan tehindar dari keadaan hiperglikemi atau
hipoglikemi.
d. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan,
kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dekstrosa
dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan
kepada orang dewasa, sedangkan konsentrasi 25% biasanya diberikan
kepada anak-anak.
e. Glukagon
Sebagai hormone kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon
adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemi
berat.
I. Komplikasi
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang dapat menimbulkan
beberapa macam komplikasi, antara lain :
1. Komplikasi metabolic akut
Komplikasi metabolic akut pada DM terdapat tiga macam yang
berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka
pendek, diantaranya :
a. Hipoglikemia
Hipoglikemi dimana keadaan tubuh dengan kadar glukosa darah
sewaktu dibawah 70 mg/dl lebih rendah dari kebutuhan tubuh
(Smeltzer, 2001). Hipoglikemi bisa disebabkan karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan
obat-obatan yang digunakan.
b. Ketoasidosis diabetic
Ketoasidosis diabetic (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar
glukosa dalam darah sedangkan kadar insuin dalam tubuh sangat
menurun sehingga mengakibatkan kekacauan metabolic yang ditandai
oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis.
c. Sindrom HHNK (Koma Hiperglikemia Hiperosmoler Nonketotik)
Sindrom HHNK merupakan komplikasi diabetes mellitus yang
ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih
dari 600 mg/dl.
2. Komplikasi metabolic kronik
Komplikasi metabolic kronik dapat berupa kerusakan pada pembuluh
darah besar (makrovaskuler) dan kecil (mikrovaskuler).
a. Komplikasi pembuluh darah besar
- Penyakit jantung coroner
Komplikasi penyakit jantung coroner pada pasien DM disebabkan
karena adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak
disertai dengan nyeri dada atau disebut dengan SMI (Silent
Myocardial Infaction).
- Penyakit serebrovaskuler
Pasien DM berisiki 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien non-
DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala yang
dirimbulkan menyerupai gejala pada komplikasi aku DM, seperti
adanya keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan,
kelemahan dan bicara pelo.
b. Komplikasi pembuluh darah kecil
- Kerusakan retino mata (Retinopati)
- Kerusakan ginjal (Nefropati diabetic)
Kerusakan ginjal pada DM ditandai dengan albuminuria menetap
(>300 mg/24 jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali pemeriksaan
dalam kurun waktu 3-6 bulan.
- Kerusakan syaraf (Neuropati diabetic)
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada pasien DM.
Neuropati pada DM mengacu pada sekelompok penyakit yang
menyerang semua tipe saraf.
DM
GDS (Gula Darah Swaktu) > 200 mg/dl
GDP (Gula Darah Puasa) > 100-126
6. Terapi
- Memposisikan pasien supinasi
- Pemberian O2
- Pemasangan IV line D 10%
- Memantau keadaan TTV
- Pengukuran kadar gula darah kembali stelah diberikan terapi D
40% 20mg per-IV
K. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
2. Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
3. Penurunan Curah Jantung
4. Pola Napas Tidak Efektif
L. Intervensi dan Rasional
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi : 8, Vol. 2.
Jakarta : EGC.
KASUS SEMU DAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Umum
Nama : Tn. M
Ruang : Melati
Register : 2019120301
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indoneisa
Bahasa : Jawa
Alamat : Jl. Anggrek No. 11Ds. Kudu, Kec. Kertosono,
Kab. Nganjuk
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Penghasilan :-
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : Diploma
Golongan Darah :-
Tanggal MRS : 03 Desember 2019
Tanggal Pengkajian : 03 Desember 2019
Diagnosa Medis : DM Hipoglikemi
2. Data Dasar
a. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan pasien lemas, tidak nafsu makan dan minum,
sedikit sesak mengkonsumsi obat antiglikemi terakhir tadi malam.
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Keluarga mengatakan pasien lemas, sedikit sesak.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Lemas, sedikit sesak nafas, GCS 3,5,5, GDA : 62 mg/dl, TTV : TD =
110/70 mmHg, N = 88x/menit, RR = 28x/menit, S = 36°C.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien di diagnose Diabetes Melitus sejak
3 tahun yang lalu.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak mengatakan adanya riwayat kesehatam keluarga.
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eleminasi
Ambulasi
Naik tangga
Gosok gigi
5. Pola Eliminasi
Eliminasi Uri
Pancaran - -
Eliminasi Alvi
- Thorax
Inspeksi : Bentuk dada simteris, adanya penggunaan otot
bantu nafas
Palpasi : Tidak ada pembengakakan, tidak ada nyeri,massa,
adanya pergerakan fokal fremitus.
Perkusi : Batas jantung tidak melebar
Auskultasi : paru-paru ireguler, jantung tidak ada suara
tambahan.
- Abdomen
Inspeksi : Warna kulit merata, tidak ada jaringan parut,
tidak ada kemerahan.
Auskultasi : Bising usus meningkat.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan massa.
Perkusi : Hipertimpani
- Genetalia
Bersih, tidak ada yeri tekan
Tidak ada iritasi, dan tidak ada kemerahan
- Ekstremitas
Adanya kelemahan
Akral teraba hangat
CRT normal
Tidak ada edema pitting
- Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan GCS 355, menghasilkan :
E : Membuka mata dengan perintah (mis. Suara, sentuhan)
V : Berorientasi baik
M : Melokalisir nyeri
Kesadaran Apatis
Tidak ada rangsangan meningeal.
14. Terapi
- Memposisikan pasien supinasi
- Pemberian O2
- Pemasangan IV line D 10%
- Memantau keadaan TTV
- Pengukuran kadar gula darah kembali stelah diberikan terapi D 40%
20mg per-IV
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Ketidakstabilan Glukosa Darah
D. Intervensi Keperawatan
Nama Klien : Tn.M No. Rekam Medis : 2019120301 Hr Rawat ke:1