Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIABETES MELITUS HIPOGLIKEMI

Disusun Oleh :

A.Baihaqi (201701001)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS HIPOGLIKEMI

A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang bersifat kronik
ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah sebagai akibat dari adanya
gangguan penggunaan insulin, sekresi insulin, atau keduanya (Smeltzer,
2002). Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic
dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekrsei insulin,
kerja insulin, atau kedua-duanya (Ernawati, 2012).
Terdapat komplikasi akut yang dapat muncul pada penderita diabetes
mellitus salah satunya adalah hipoglikemi dimana keadaan tubuh dengan
kadar glukosa darah sewaktu dibawah 70 mg/dl lebih rendah dari kebutuhan
tubuh (Smeltzer, 2002). Hipoglikemi merupakan suatu kegagalan dalam
mencapai batas normal kadar normal glukosa darah. Hipoglikemi merupakan
suatau keadaan dimana kadar glukosa darah <70 mg/dl. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa hipoglikemi merupakan kadar glukosa darah dibawah
normal yaitu <70 mg/dl.

B. Etiologi
1. Usia
Penderita diabetes usia lanjut memeiliki resiko yang lebih tinggi untuk
mengalami hipoglikemi daripada penderita yang diabetes usia muda yang
sehat dan memiliki fungsi yang baik.
2. Kelebihan insulin
Dosis insulin atau obat penurun glua darah yang terlalu tinggi, konsumsi
glukosa berkurang, produksi glukosa endongen berkurang misalnya
setelah konsumsi alcohol, peningkatan penggunaan glukosa oleh tubuh
misalnya berolahraga, peningkatan sensitivitas terhadap insulin, penurunan
ekskresi insulin mis. Pada gagal ginjal.
3. Frekuensi Hipoglikemi
Pasien yang sering mengalami hipoglikemi akan mentoleransi kadar gula
darah yang rendah da mengalami gejala hipoglikemi pada kadar gula darah
yang lebih rendah darpada orang normal.
4. Obat Hipoglikemi yang menyebabkan hipoglikemi
Penggunaan obat hipoglikemi ora yangmemiliki cara kerja meningkatkan
sekresi insulin pada pancreas dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
5. Terapi Insulin
Terapi insulin dapat menyebabkan hipoglikemi karena apabila kadar gula
darah turun melampaui batas normal, tidak terjadi fisiologi penurunan
kadar insulin.
6. Aktivias Fisik/Olahraga
Aktivitas dan olahraga berperan dalam pencegahan da penanganan
diabetes. Tetapi jika berlebihan olahraga dapat memicu penurunan berat
badan, meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan hepar dan perifer,
meningkatkan pemakaian glukosa, dan kesehatan system kardiovaskuler.
7. Keterlambatan Asupan Glukosa
Kurangnya asupankarbohidrat atau glukosa pada pasien hiperglikemia
karena keterlambatan makan atau menjalani puasa dengan tidak
mengurangi dosis obat-obatan antidiabetes, dapat terjadi hioglikemia
karena berkurangnya asupan glukosa dari saluran cerna.
8. Gangguan Ginjal
Hipoglikemia pada gangguan fungsi ginjal dapat diakibatkan oleh
penurunan glukonogenesis, kerja insulin yang berlebih atau berkuarngnya
asupan kalori.
9. Genetik

C. Manifestasi Klinis
Menurut Riyadi S dan Sukarmin (2011) manifestasi klinis yang dijumpai
pada pasien diabetes mellitus adalah :
1. Poliuri
Hal ini disebabkan karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yag mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
menyebabka penderita bayak kencing.
2. Polidipsi
Hal ini disebabkan karena pembakaran terlalu banyak dan kehilangan
cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbagi penderita lebih
banyak minum.
3. Polifagia
Saat glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar) sehingga
untuk memenuhinya atau agar bisa masuk ke sel-sel penderita akan terus
makan. Tetap walaupun penderita banyak makan, tetap saja makanan
tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Rasa lelah, kelemahan otot, tidak ada energy, dan berat badan menurun.
Hal ini disebabkan karena kehabisan glikogen yang dilebur jadi glukosa. .
Dimana glukosa ini berfungsi sebagai menambah energy untuk kita
beraktivitas Maka, tubuh akan berusaha mendapat peleburan zat dari
bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein. Karena tubuh menjadi
lapar terus menerus akhirnya penderita DM merasakan banyak maka tapi
tetap kurus.

Tanda dan gejala hipoglikemi menurut Setyohadi (2012) antara lain :

1. Adrenergik
Yaitu fase pertama dimana gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat
autonomy di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin.
Gejalanya ditandai dengan pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar,
lapar, cemas, gelisah, sakit kepala, mengantuk dan kadar gula darah > 70-
20 mg/dl.
2. Neuroglikopenia
Yaitu Fase kedua dimana gejala-gejalanya yang terjadi akibat mulai
terjadinya gangguan fungsi otak. Neuroglikopenia dimulai dengan ringan
sampai berat, ditandai dengan gejala bingung, bicara tidak jelas, lemah,
disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurun terhadap stimulus dan
kadar gula darah >20 mg/dl.
D. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus ada 4 macam, yaitu :
1. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe ini diabetes tergantung pada insulin (IDDM) dimana
tubuh sangat sedikit atau tidak mampu memproduksi insulin akibat
kerusakan sel beta pancreas ataupun adanya system autoimun. Umumnya
DM I menyerang di usia anak-anak dan remaja.
2. DM Tipe II
Diabetes Melitus tipe II diabetes yang tidak tergatung pada insulin
(NIDDM). Diabetes Melitus tipe II adalah hasil dari gangguan sekresi
insulin progresif yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin.
3. DM Tipe Lain
Diabetes tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena adanya
kerusakan pada pancreas yang memproduksi insulin dan mutase gen serta
menganggu sel beta pancreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam
menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Sundrom hormonal yang dapat menganggu sekresi dan menghambat kerja
insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan indrom genetic (ADA,
2015)
4. DM Gestasional
Gestasional diabetes mellitus adalah diabetes yang di diagnosis selama
kehamilan dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa dalam
darah diatas normal). Wanita dengan diabetes gestasional memiliki
peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan,
serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan
(CDA, 2013).

E. Patofisilogi
Ada beberapa macam penyebab yang bisa menyebabkan Diabetets
mellitus. Pertama disebabkan reaksi autoimun atau genetic yang bisa merusak
sel beta pancreas, dimana sel beta didalam pancreas mengatur terbentuknya
insulin untuk mengatur glukosa dalam tubuh. Jika sel beta didalam pangkreas
rusak akhirnya bisa menyebabkan kadar glukosa darah dalam tubuh akan
meningkat sehingga bisa terjadi diabetes mellitus tipe 1. Kedua, diabetes
mellitus disebabkan karena resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin
yang disebabkan kareana idiopatik, usia, genetic, diet, dan life style seseorang.
Normalnya insulin akan terikat reseptor khusus untuk pada permukaan sel
yang berguna untuk mengambil glukosa darah yang dibutuhkan. Tetapi jika
terjadi resistensi pada insulin akan mengakibatkan insulin tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan sehingga terjadi Diabetes
mellitus tipe 2. Akibatnya terjadi suatu rangkaian respon metabolisme pada
tubuh yang menganggu protein dan lemak yang dapat menyebabkan terjadi
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
akibat menurunnya simpanan kalori. Dengan selera makan yang tinggi
biasanya pasien tidak memperhatikan asupan makanan dengan baik sehingga
bisa menimbulkan hiperglikemi pada tubuh. Jika sudah terjadi hiperglikemi
akan dilakukan penanganan medis penggunaan insulin dan mengkonsumsi
obat oral untuk menstabilkan kadar gula darah agar tidak terjadi peningkatan
lagi. Pada penanganan tersebut harus memperhatikan kebutuhan sesuai
kondisi pasien, jika hal tersebut tidak sesuai bisa menyebabkan hipoglikemi
atau penurunan kadar gula darah yang berlebih.
Jika terjadi hipoglikemi atau penurunan dula darah yang berlebih
akibatnaya tidak nutrisi yang dibawa ke otak sehingga menimbulkan respon
pada otak. Responnya yaitu otak kekurangan suplai darah sehingga beresiko
ketidakefektifan perfusi serebral otak. Akibat dari kekurangan suplai darah
tersebut bisa merangsan hormone adrenalin menjadi menigkat yang ditandai
dengan gejala takikardi, gemetar, pucat yang berakibat pada penurunan curah
jantung. Jika sudah terjadi penurunan curah jantung akibatnya suplai oksigen
dalam paru berkurang yang ditandai dengan meningkatnya pola napas
sehingga muncul diagnose Pola napas tidak efektif.
F. WOC

Reaksi autoimun, genetik Idiopatik, usia, genetic,


gaya hidup, dan diet

Sel beta pancreas rusak Jumlah sel beta


pancreas menurun

Diabetes Melitus tipe 1 Diabetes mellitus tipe 2

Defisiensi Insulin Resistensi Urin

Metabolisme
protein dan
lemak terganggu

Polifagia

Pola makan
tidak seimbang

Hiperglikemia

Penggunaan insulin/obat yang Keterlambatan absorbsi


kurang tepat/berlebih karbohidrat

Hipoglikemi
Hipoglikemi

Gula darah menurun 60


mg/dl

Ketidakstabilan Penurunan nutrisi jaringan otak


kadar glukosa
Darah
Penurunan nutrisi jaringan otak

Respon otak Respon vegetatif

Korteks serebri kurang suplai Adrenalin


energy <50 mg/dl

Resiko Perfusi Serebral Tidak Takikardi, pucat, gemetaran


Efektif

Penurunan cardiac output

Penurunan darah & O2 ke paru-paru

Dipsnea

Hiperventilasi

Pola napas tidak efektif


G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kadar Glukosa Darah
Kadar glukosa darah yang menunjukkan seseorang mengalami DM
hipoglikemia adalah apabila kadar glukosa darah sewaktu < 70 mg/dl.
2. Hemoglobin terglikolisasi
HbA1c merupakan molekul hemoglobin yang memiliki glukosa terikat
pada strukturnya. Prosentasi dari rerata kadar gula darah sebagai indikasi
pengontrolan kadar glukosa darah selama rentang usia sel darah merah
atau 2-3 bulan. HbA1c normal adalah < 7 %.
3. C-Peptida
Merupakan bentuk tidak aktif proinsulin yang dilepaskan untuk
menghaslkan molekul insulin aktif. Pengukuran ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan sel beta dalam memproduksi insulin sehingga
dapat dibedakan antara DM tipe 1 dan DM tipe 2. Pada DM tipe 2 kadar c-
peptida umumnya normal atau mengalami peningkatan.

H. Penatalaksanaan
1. Perawatan Umum
a. Pendidikan/Edukasi
Peran perawat sebagai educator yang befungsi untuk menjelaskan
bagaimana tentang pengertian diabetes mellitus, etilogi, tanda dan
gejala, pemeriksaan, perjalanan keadaan penyakit sampai bisa terkena
DM dan penatalaksanaan umum maupun medis.
b. Latihan Jasmani/Olahraga
Latihan jasmani yang dianjurkan untuk pasien DM diantaranya :
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kondisi pasien DM.
2. Perawatan Medis
a. Terapi Gizi Medis
Penatalaksaan diet ini meliputi 3 hal utama yang harus diketahui dan
dilaksanakan oleh penderita Dm yaitu jumlah makanan, jenis makanan,
dan, jadwal makanan. Diet DM adalah pengaturan makanan yang
diberikan kepada penderita DM dimana diet yang dilakukan harus
tepat jumlah energy yangdikonsumsi dalam satu hari, tepat jadwal
sesuai 3 kali makan utama dan 3 kali makanan selingan dengan
interval waktu 3 jam antara makan utama dan makanan selingan serta
tepat jenis yaitu menghindari makanan yang tinggi kalori.
b. Intervensi Farmakologis
Penderita DM tipe 1 mutlak diperlukan suntikan insulin setiap hari.
Penderita DM tipe 2 umumnya diperlu minum obat antidiabetes secara
oral atau tablet.
- Insulin
Insulin merupakan basis pengobatan penderita diabetes mellitus
tipe 1 yang harus diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah jenis preparat, dosis
insulin, waktu dan cara penyuntikan, serta penyimpanan insulin.
c. Pemantauan Kadar Gula Darah
Pemantuan DM merupakan pengendalian kadar glukosa darah
mencapai kondisi senormal mungkin. Dengan terkendalinya kadar
glukosa darah maka akan tehindar dari keadaan hiperglikemi atau
hipoglikemi.
d. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan,
kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dekstrosa
dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan
kepada orang dewasa, sedangkan konsentrasi 25% biasanya diberikan
kepada anak-anak.
e. Glukagon
Sebagai hormone kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon
adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemi
berat.

I. Komplikasi
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang dapat menimbulkan
beberapa macam komplikasi, antara lain :
1. Komplikasi metabolic akut
Komplikasi metabolic akut pada DM terdapat tiga macam yang
berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka
pendek, diantaranya :
a. Hipoglikemia
Hipoglikemi dimana keadaan tubuh dengan kadar glukosa darah
sewaktu dibawah 70 mg/dl lebih rendah dari kebutuhan tubuh
(Smeltzer, 2001). Hipoglikemi bisa disebabkan karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan
obat-obatan yang digunakan.
b. Ketoasidosis diabetic
Ketoasidosis diabetic (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar
glukosa dalam darah sedangkan kadar insuin dalam tubuh sangat
menurun sehingga mengakibatkan kekacauan metabolic yang ditandai
oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis.
c. Sindrom HHNK (Koma Hiperglikemia Hiperosmoler Nonketotik)
Sindrom HHNK merupakan komplikasi diabetes mellitus yang
ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih
dari 600 mg/dl.
2. Komplikasi metabolic kronik
Komplikasi metabolic kronik dapat berupa kerusakan pada pembuluh
darah besar (makrovaskuler) dan kecil (mikrovaskuler).
a. Komplikasi pembuluh darah besar
- Penyakit jantung coroner
Komplikasi penyakit jantung coroner pada pasien DM disebabkan
karena adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak
disertai dengan nyeri dada atau disebut dengan SMI (Silent
Myocardial Infaction).
- Penyakit serebrovaskuler
Pasien DM berisiki 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien non-
DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala yang
dirimbulkan menyerupai gejala pada komplikasi aku DM, seperti
adanya keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan,
kelemahan dan bicara pelo.
b. Komplikasi pembuluh darah kecil
- Kerusakan retino mata (Retinopati)
- Kerusakan ginjal (Nefropati diabetic)
Kerusakan ginjal pada DM ditandai dengan albuminuria menetap
(>300 mg/24 jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali pemeriksaan
dalam kurun waktu 3-6 bulan.
- Kerusakan syaraf (Neuropati diabetic)
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada pasien DM.
Neuropati pada DM mengacu pada sekelompok penyakit yang
menyerang semua tipe saraf.

J. Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas pasien
Diabetes mellitus tipe 1 biasanya diderita oleh usia < 30 tahun. Pada
diabetes mellitus tipe 2 usia > 30 tahun, cenderung meningkat pada
usia 65 tahun.
2. Data Dasar
a. Keluhan utama
Pada pasien DM dengan hipoglikemia biasanya pasien mengeluh
lemas, kurang nafsu makan, mengantuk, dan sakit kepala.
b. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya pada pasien diabetes miletus dengan hipoglikemia
mengalami mual pada saat makan sehingga menyebabkan tidak nafsu
makan sehingga tidak menghabiskan seluruh porsi makanannya dan
tetap mengkonsumsi obat yang diberikan sehingga terjadi
hipoglikemia dan didapatkan hasil pemeriksaan gula darah > 70 mg/dl.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes mellitus dimana hasil pemeriksaan
gula darah bervariasi atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat
penyakit dahulu contohnya jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya pada pasien DM juga disebabkan karena riwayat salah satu
anggota keluarga yang menderita DM atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misalnya hipertensi.
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan Tata laksana kesehatan
Berkaitan dengan fungsi peran yang tergambar dari penyesuaian atau
pencerminan diri yang tidak adekuat terhadap peran baru setelah
diabetes melitus serta masih menerapkan pola tidak sehat yang dapat
memicu kadar glukosa darah meningkat.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Pada pasien DM dengan hipoglikemia terjadi perubahan pada pola
nutrisi ditandai dengan nafsu makan menurun, mual, muntah,
penurunan berat badan, rasa haus yang berlebihan, tidak mengikuti diet
yang ditentukan.
c. Pola eliminasi
Pada pasien DM terjadi perubahan pola berkemih, volume urin yang
berlebih dan nokturia (sering berkencing pada malam hari).
d. Pola Aktivitas Dan Latihan
Pada pasien DM mengalami keletihan, lemah, sulit bergerak maupun
berjalan, kram otot dan tonus otot menurun. Kurangnya aktivitas juga
dapat memicu timbulnya obesitas dan menyebabkan kurangnya
sensitifnya insulin dalam tubuh.
e. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien DM mengalami gangguan tidur, takikardi dan takipnea
pada saat isitirahat.
f. Pola Hubungan dan Peran
Pada pasien DM dengan hipoglikemia akan mengalami penurunan
kesadaran hingga koma.
g. Pola Sensori dan Kognitif
Pada pasien DM biasanya mengalami gangguan penglihatan dan
penurunan bersosialisasi dengan orang lain karena mengalami
penurunan kesadaran.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pada pasien DM dengan hipoglikemia atau hiperglikemia adanya
penurunan kesadaran, selain itu pasien terlihat lemas, polidipsi, poliuri,
dan polifagi. Pada tanda-tanda vital biasanya ada peningkatan tekanan
darah, pernafasan, nadi, dan suhu.
b. B1 Breathing
Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, warna kulit
merata, adanya penggunaan otot bantu nafas, pernafasan reguler.
c. B2 Blood
Simetris, tidak ada benjolan dan lesi, pekak. S1 dan S2 reguler,
murmur (-) dan gallop (-)
d. B3 Brain
Biasanya pada pasien DM dengan hipoglikemi berat terjadi penurunan
kesadaran, dengan pemeriksaan GCS apatis, somnolen hingga koma.
e. B4 Bowel
Terdapat polidipsi. Polifagi, mual dan muntah, kurangnya nafsu
makan, bising usus meningkat.
f. B5 Bladder
Terdapat poliuri, adanya gangguan elimanasi urin, dan jika berat
terjadi anuria dan nokturia. Dapat ditemukan rabas atau gatal pada
vagina karena peningkatan kadar glukosa darah.
g. B6 Bone
Terdapat kelemahan otot, mengalami kram otot, CRT > 2 detik karena
penurunn kesadaran.
5. Pemeriksaan Laboraterium
a. Pemeriksaan Gula Darah dan HbA1c

HbA1c GDP Glukosa


plasma 2 jam
setela TTGO
Diabetes >6,5 >126 mg/dl >200 mg/dl
Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199
Normal <5,7 <100 <140

DM
GDS (Gula Darah Swaktu) > 200 mg/dl
GDP (Gula Darah Puasa) > 100-126

6. Terapi
- Memposisikan pasien supinasi
- Pemberian O2
- Pemasangan IV line D 10%
- Memantau keadaan TTV
- Pengukuran kadar gula darah kembali stelah diberikan terapi D
40% 20mg per-IV
K. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
2. Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
3. Penurunan Curah Jantung
4. Pola Napas Tidak Efektif
L. Intervensi dan Rasional

No. Diagnosa SIKI SLKI


Keperawatan
1. Resiko perfusi Manajemen Perfusi serebral
serebral tidak Peningkatan Tekanan - Tingkat kesadaran
efektif Intrakranial meningkat
Observasi - Kognitif meningkat
- Monitor tanda dan - Sakit kepala
gejala, penyebab menurun
tekanan intracranial - Kecemasan
- Monitor intake dan menurun
outpur cairan - Kesadaran membaik
Terapeutik
- Berikan posisi
semifowler
- Atur ventilator agar
PaCO2 optimal
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian sedasi,
antikonvulsan, dan
diuretic osmosis,
jika perlu
2. Ketidakstabilan Manajemen Kestabilan Kadar
kadar gula darah Hipoglikemia : Glukosa Darah
Observasi - Kesadaran
- Identifikasi tanda meningkat
gejala dan - Lemah menurun
kemungkinan - Kadar glukosa
penyebab dalam darah
hipoglikemia. membaik
Terapeutik - Kadar glukos
- Berikan karbohidrat, adalam urine
glucagon, protein membaik
sesuai diet. - Jumlah urine
- Pertahankan membaik
kepatenan jalan
napas
- Pertahankan akses
IV
Edukasi
- Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
- Anjurkan berdiskusi
dengan tim medis
tentang perawatan
diabetes mellitus.
- Jelaskan interaksi
diet, insulin/agen
oral, dan olahraga.
- Ajarkan pengelolaan
hipoglikemi (mis.
Tanda dan gejala,
faktor resiko, dan
pengobatan).
- Ajarkan perawatan
mandiri untuk
mencegah
hipoglikemia.
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
dekstrosa.
- Kolaborasi
pemberian glucagon.
3. Penurunan curah Perawatan jantung Curah jantung
jantung Edukasi - Lelah menurun
- Identifikasi tanda - Dispnea menurun
gejala penurunan - Bradikardi menurun
curah jantung - Takikardi menurun
- Monitor TD, intake
dan output cairan
- Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik
- Posisikan pasien
semifowler atau
fowler.
- Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
Edukasi
- Anjurkan
beraktivitas fisik
bertahap dan sesuai
toleransi
- Anjurkan pasien
dan keluarga
monitor BB dan
mengukur intake
dan output cairan.
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
antiaritmia.
4. Pola napas tidak Manajemen Jalan Pola Napas
efektif Napas - Dipsnea menurun
Observasi - Penggunaan otot
- Monitor pola napas bantu napas
(frekuensi, menurun
kedalaman, usaha - Pernapasan cuping
napas). hidung
- Monitor bunyi napas - Frekuensi napas
tambahan. membaik
Terapeutik
- Pertahankan jalan
napas
- Posisikan semi
fowler fowler
- Berikan oksigen
Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati. 2012. Asuhan Keperawatan Ny, S Dengan Diabetes Mellitus Di


Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
Surakarta: Universitas Muhamdiyah Surakarta.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi : 8, Vol. 2.
Jakarta : EGC.
KASUS SEMU DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIABETES MELITUS HIPOGLIKEMI

Laki-laki berusia 50 tahun, dibawa ke IGD dalam kondisi lemah, keluarga


mengatakan bahwa pasien menderita Diabetes mellitus sejak 3 tahun yang lalu.
Pasien mengeluh lemah sejak pagi tadi, sedikit sesak, dan tidak mau makan dan
minum. Pasien mengkonsumsi obat anti hiperglikemi terakhir tadi malam, dan
sedikit makan bubur. Hasil Pemeriksaan fisik didapatkan GCS = 355, TD =
110/70 mmHg, N = 88x/menit, RR = 28x/menit, S = 36°C, GDA = 62 mg/dl,
SpO2 92%, tidak ada luka diabetes. Diagnosa Medis = DM Hipoglikemi.

A. Pengkajian
1. Data Umum
Nama : Tn. M
Ruang : Melati
Register : 2019120301
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indoneisa
Bahasa : Jawa
Alamat : Jl. Anggrek No. 11Ds. Kudu, Kec. Kertosono,
Kab. Nganjuk
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Penghasilan :-
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : Diploma
Golongan Darah :-
Tanggal MRS : 03 Desember 2019
Tanggal Pengkajian : 03 Desember 2019
Diagnosa Medis : DM Hipoglikemi
2. Data Dasar
a. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan pasien lemas, tidak nafsu makan dan minum,
sedikit sesak mengkonsumsi obat antiglikemi terakhir tadi malam.
b. Alasan Masuk Rumah Sakit
Keluarga mengatakan pasien lemas, sedikit sesak.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Lemas, sedikit sesak nafas, GCS 3,5,5, GDA : 62 mg/dl, TTV : TD =
110/70 mmHg, N = 88x/menit, RR = 28x/menit, S = 36°C.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien di diagnose Diabetes Melitus sejak
3 tahun yang lalu.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak mengatakan adanya riwayat kesehatam keluarga.

3. Pola Fungsi Kesehatan


1. Persepsi terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan sudah tidak pernah merasa kambuh lagi dengan
penyakitnya sehingga pasien tidak mematuhi diet yang diberikan.
2. Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri
Skor 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : perlu bantuan orang lain, 3 :
perlu bantuan orang lain dan alat, 4 : tergantung pada orang lain / tidak
mampu.

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi 

Berpakaian 

Eleminasi 

Mobilisasi di tempat tidur 


Pindah 

Ambulasi 

Naik tangga 

Makan dan minum 

Gosok gigi 

Keterangan : Pasien lemas, GCS :355.

3. Pola Istirahat dan Tidur

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Jumlah Jam Tidur Siang 2-3 jam/hari Tidak tidur siang

Jumlah Jam Tidur 8 jam/hari 5 jam/hari


Malam

Pengantar Tidur - Minum obat


antihiperglikemi

Gangguan Tidur - Sedikit sesak

Perasaan Waktu Bangun Segar dan bertenanga Lemas, sedikit sesak

4. Pola Nutrisi dan Metabolik

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi Makan 3x/hari Makan 1x/hari
Minum 8 gelas/hari Minum 3 gelas/hari
Jenis Makanan bervariasi, Makan sedikit
Minum air putih bubur, Minum air
putih
Porsi Normal Sangat kurang
Total Konsumsi - -

Keluhan Tidak ada keluhan Kurang nafsu


makan

5. Pola Eliminasi
Eliminasi Uri

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 6-8x/hari 5x/hari

Pancaran - -

Jumlah 400-2000 ml/hari 300 ml/hari

Bau Tidak berbau Tidak berbau

Warna Kuning bening Kuning pekat

Perasaan setelah BAK Normal Merasa BAK tidak


sepenuhnya

Total Produksi Urin 400-2000 ml/hari 300 ml/hari

Eliminasi Alvi

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 1-2x/hari 1-2x/hari

Konsistensi Normal Normal


Bau Tidak menyengat Tidak menyengat

Warna Kuning kehijauan Kuning kehijauan

6. Pola Kognitif dan Persepsi


Pasien bisa berkomunikasi dengan tenaga medis dan keluarga tetapi
tidak sepenuhnya baik.
7. Pola Konsep Diri
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki :
- Gambaran diri : Sebagai orang yang baik, sabar, dan ramah.
- Harga diri : Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai
harapan untuk hidup.
- Peran diri : Mengakui perannya sebagai anggota keluarga
dengan baik.
- Ideal diri : Kurangnya sadar diri pasien akan kesehatannya.
- Identitas diri : Pasien mengetahui siapa dirinya.
8. Pola Mekanisme Koping
Pasien masih bisa melokalisir keadaan yang sakit.
9. Pola Seksual dan Reproduksi
Normal
10. Pola Hungan da Peran
Pasien masih bisa diajak untuk berkomunikasi dengan baik antar
pasien dan tenaga medis sehingga diwakilkan oleh keluargannya tetapi
kurang baik.
11. Pola Nilai – Kepercayaan

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Nilai Khusus Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan
pasien sering mengikuti pasien jarang mengikuti
kegiatan keagamaan di kegiatan keagamaan di
lingkungannya. lingkungannya
Praktik Ibadah Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan
pasien selalu beribadah pasien tidak rutin
dengan rajin dan tepat beribadah.
waktu.
Pengetahuan tentang Keluarga mengatakan -
Praktik Ibadah selama pasien mengerti tentang
sakit pengetahuan praktik
beribadah

12. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum/penampilan umum
Kesadaran : Apatis GCS : 355
BB sebelum sakit : 66 kg
BB setelah sakit : 56 kg
BB ideal : 58 kg
Status Gizi : Kurang
Status hidrasi : Kurang
Tanda-Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36°C
RR : 28x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
 Rambut : warna hitam, tidak rontok, bersih, tidak ada
kutu dan ketombe.
 Muka : Simetris, warna kulit merata, bersih.
 Mata : konjungtiva anemis, sklera ikterik.
 Hidung : Bersih, tidak ada sekret, dan adanya
pernafasan cuping hidung.
 Mulut : Bibir simetris, mukosa mulut kering.
 Gigi : Sedikit ada caries
 Telinga : Bersih, tidak ada sekret.
- Leher
 Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid
 Tidak ada distensi vena jugularis
 Kaku kuduk tidak ada

- Thorax
 Inspeksi : Bentuk dada simteris, adanya penggunaan otot
bantu nafas
 Palpasi : Tidak ada pembengakakan, tidak ada nyeri,massa,
adanya pergerakan fokal fremitus.
 Perkusi : Batas jantung tidak melebar
 Auskultasi : paru-paru ireguler, jantung tidak ada suara
tambahan.

- Abdomen
 Inspeksi : Warna kulit merata, tidak ada jaringan parut,
tidak ada kemerahan.
 Auskultasi : Bising usus meningkat.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan massa.
 Perkusi : Hipertimpani

- Genetalia
 Bersih, tidak ada yeri tekan
 Tidak ada iritasi, dan tidak ada kemerahan

- Ekstremitas
 Adanya kelemahan
 Akral teraba hangat
 CRT normal
 Tidak ada edema pitting

- Pemeriksaan neurologis
 Pemeriksaan GCS 355, menghasilkan :
E : Membuka mata dengan perintah (mis. Suara, sentuhan)
V : Berorientasi baik
M : Melokalisir nyeri
 Kesadaran Apatis
 Tidak ada rangsangan meningeal.

13. Pemeriksaan Diagnostik


- Pemeriksaan Gula Darah Acak, Sewaktu, Puasa 62mg/dl.
- HbA1c > 6,5 %

14. Terapi
- Memposisikan pasien supinasi
- Pemberian O2
- Pemasangan IV line D 10%
- Memantau keadaan TTV
- Pengukuran kadar gula darah kembali stelah diberikan terapi D 40%
20mg per-IV

B. Analisa Data

No Data Faktor Yang Diagnosa


. Berhubungan
1. DS : Keluarga pasien Hambatan upaya napas Pola Nafas
mengatakan pasien Tidak Efektif
sedikit sesak
DO : Pasien tampak
sedikit sesak, SpO2 :
92 %
2. DS : Keluarga pasien Penggunaan insulin atau Ketidakstabilan
mengatakan pasien obat glikemik oral Glukosa Darah
mengkonsumsi obat
antihiperglikemi
semalan terakhir,
lemah.
DO : Pasien tampak
lemas, kadar gula
darah turun GDA 62
mg/dl,

C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Ketidakstabilan Glukosa Darah

D. Intervensi Keperawatan
Nama Klien : Tn.M No. Rekam Medis : 2019120301 Hr Rawat ke:1

No. Diagnosa SIKI SLKI Paraf


Keperawatan
1. Pola Napas Manajemen Jalan Napas Pola Napas
Tidak Efektif Observasi - Dipsnea menurun
- Monitor pola napas - Penggunaan otot
(frekuensi, bantu napas menurun
kedalaman, usaha - Pernapasan cuping
napas). hidung
- Monitor bunti napas - Frekuensi napas
tambahan. membaik
Terapeutik
- Pertahankan jalan
napas
- Posisikan semi fowler
fowler
- Berikan oksigen
Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
2. Ketidakstabilan Manajemen Kestabilan Kadar
Glukosa Darah Hipoglikemia : Glukosa Darah
Observasi - Kesadaran
- Identifikasi tanda meningkat
gejala dan - Lemah menurun
kemungkinan - Kadar glukosa dalam
penyebab darah membaik
hipoglikemia. - Kadar glukos adalam
Terapeutik urine membaik
- Berikan karbohidrat, - Jumlah urine
glucagon, protein membaik
sesuai diet.
- Pertahankan
kepatenan jalan napas
- Pertahankan akses IV
Edukasi
- Anjurkan monitor
kadar glukosa darah
- Anjurkan berdiskusi
dengan tim medis
tentang perawatan
diabetes mellitus.
- Jelaskan interaksi
diet, insulin/agen oral,
dan olahraga.
- Ajarkan pengelolaan
hipoglikemi (mis.
Tanda dan gejala,
faktor resiko, dan
pengobatan).
- Ajarkan perawatan
mandiri untuk
mencegah
hipoglikemia.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
dekstrosa.
- Kolaborasi pemberian
glucagon.

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Nama Klien : Tn.M No. Rekam Medis : 2019120301 Hr Rawat ke:1

No. Tgl Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi


Diagno Keperawatan (SOAP)
sa
D.0005 3 08.00 Pola Napas - Memonitor pola napas S : Pasien
Desember Tidak Efektif (frekuensi, kedalaman, mengatakan
usaha napas).
2019 masih sedikit
- Memonitor bunti
napas tambahan. sesak.
- Mempertahankan jalan O : Pasien
napas
tampak masih
- Memposisikan semi
fowler fowler sedikit sesak,
- Memberikan oksigen SpO2 92 %
- Menganjurkan asupan
A : Masalah
cairan 2000 ml/hari
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
D.0027 3 08.00 Ketidakstabilan - Mengidentifikasi tanda S : Pasien
Desember Kadar Glukosa gejala dan mengeluh
kemungkinan
2019 Darah masih lemas.
penyebab
hipoglikemia. O : Pasien
- Memberikan tampak lemas,
karbohidrat, glucagon,
GDA 65 mg/dl.
protein sesuai diet.
- Mempertahankan A : Masalah
kepatenan jalan napas belum teratasi
- Mempertahankan
P : Intervensi
akses IV
- menganjurkan monitor dilanjutkan.
kadar glukosa darah
- Menganjurkan
berdiskusi dengan tim
medis tentang
perawatan diabetes
mellitus.
- Menjelaskan interaksi
diet, insulin/agen oral,
dan olahraga.
- Mengajarkan
pengelolaan
hipoglikemi (mis.
Tanda dan gejala,
faktor resiko, dan
pengobatan).
- Mengajarkan
perawatan mandiri
untuk mencegah
hipoglikemia.
- Mengkolaborasi
pemberian dekstrosa.
- Mengkolaborasi
pemberian glucagon.

Nama Klien : Tn.M No. Rekam Medis : 2019120301 Hr Rawat ke:2

No. Tgl Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi


Diagno Keperawatan (SOAP)
sa
D.0005 4 08.00 Pola Napas - Memonitor pola napas S : Pasien
Desember Tidak Efektif (frekuensi, kedalaman, mengatakan
usaha napas).
2019 sudah tidak
- Memonitor bunti
napas tambahan. terlalu sesak.
- Mempertahankan jalan O : Pasien
napas
tampak sudah
- Memposisikan semi
fowler fowler tidak terlalu
- Memberikan oksigen sesak. SpO2 94
- Menganjurkan asupan
%
cairan 2000 ml/hari
A : Masalah
teratasi
sebagian.
P : Intervensi
dilanjurkan
D.0027 4 08.00 Ketidakstabilan - Mengidentifikasi tanda S : Pasien
Desember Kadar Glukosa gejala dan mengeluh
kemungkinan
2019 Darah lemas
penyebab
hipoglikemia. berkurang.
- Memberikan O : Pasien
karbohidrat, glucagon,
tampak tidak
protein sesuai diet.
- Mempertahankan terlalu lemas.
kepatenan jalan napas GDA 68 mg/dl.
- Mempertahankan
A : Masasalah
akses IV teratasi
- menganjurkan monitor sebagian
kadar glukosa darah
P : Intervensi
- Menganjurkan
berdiskusi dengan tim dilanjutkan.
medis tentang
perawatan diabetes
mellitus.
- Menjelaskan interaksi
diet, insulin/agen oral,
dan olahraga.
- Mengajarkan
pengelolaan
hipoglikemi (mis.
Tanda dan gejala,
faktor resiko, dan
pengobatan).
- Mengajarkan
perawatan mandiri
untuk mencegah
hipoglikemia.
- Mengkolaborasi
pemberian dekstrosa.
- Mengkolaborasi
pemberian glucagon.

Nama Klien : Tn.M No. Rekam Medis : 2019120301 Hr Rawat ke:3

No. Tgl Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi


Diagno Keperawatan (SOAP)
sa
D.0005 5 08.00 Pola Napas - Memonitor pola napas S : Pasien
Desember Tidak Efektif (frekuensi, kedalaman, mengatakan
usaha napas).
2019 sudah tidak
- Memonitor bunti
napas tambahan. sesak napas
- Mempertahankan jalan lagi.
napas
O : Pasien
- Memposisikan semi
fowler fowler tampak sudah
- Memberikan oksigen tidak sesak
- Menganjurkan asupan napas, SpO2 96
cairan 2000 ml/hari
%.
A : Masalah
teratasi.
P : Intervensi
dihentikan.
D.0027 5 08.00 Ketidakstabilan - Mengidentifikasi tanda S : Pasien
Desember Kadar Glukosa gejala dan mengatakan
kemungkinan
2019 Darah sudah tidak
penyebab
hipoglikemia. lemas.
- Memberikan O : pasien
karbohidrat, glucagon,
tampak tidak
protein sesuai diet.
- Mempertahankan lemas, GDA 75
kepatenan jalan napas mg/dl.
- Mempertahankan
A : Masalah
akses IV
- menganjurkan monitor teratasi.
kadar glukosa darah P : Intervensi
- Menganjurkan dihentikan.
berdiskusi dengan tim
medis tentang
perawatan diabetes
mellitus.
- Menjelaskan interaksi
diet, insulin/agen oral,
dan olahraga.
- Mengajarkan
pengelolaan
hipoglikemi (mis.
Tanda dan gejala,
faktor resiko, dan
pengobatan).
- Mengajarkan
perawatan mandiri
untuk mencegah
hipoglikemia.
- Mengkolaborasi
pemberian dekstrosa.
- Mengkolaborasi
pemberian glucagon.

Anda mungkin juga menyukai