5.Pemeriksaan Penunjang
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni,2011), menjelaskan bahwa
pemeriksaan penunjang atau diagnosis klinis diabetes melitus ditegakkan bila ada gejala khas
diabetes melitus berupa polyuria (peningkatan pengeluaran urin), polydipsia (peningkatan
rasa haus), polifagia (peningkatan rasa lapar) dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya. Jika terdapat gejala khas, maka pemeriksaan dapat dilakukan, yaitu:
a.Pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu (GDS) ≥200 mg/dl diagnosis diabetes melitus sudah
dapat ditegakkan.
b.Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP) ≥126 mg/dl juga dapat digunakan untuk
pedoman diagnosis diabetes melitus
c.Pemeriksaan Hemoglobin A1c (HbA1C) merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat
akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada semua tipe
penyandang diabetes melitus. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan
kendali glikemik. Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien
diabetes melitus. Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap awal
penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan
pengendalian. Untuk pasien tanpa gejala khas diabetes melitus, hasil pemeriksaan glukosa
darah abnormal satu kali saja belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis diabetes
melitus. Diperlukan investigasi lebih lanjut yaitu:
1)Pemeriksaan GDP ≥126mg/dl, GDS ≥200 mg/dl pada hari yang lain
2)Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥ 200mg/dl
6.Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan diabetes mellitus adalah untuk mengurangi dan
menghilangkan gejala (polyuria, polidipsi, dan polyphagia), mengurangi terjadinya
komplikasi makrovaskuler, mengurangi mortalitas dan meningkatkan kualitas hidup,
menurunkan kadar glukosa darah pada kondisi normal (Damayanti, 2015).
a.Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi meliputi edukasi, terapi gizi, latihan jasmani dan
pengendalian gula darah. Pada pasien Diabetes Melitus yang terpenting adalah mengubah
pola hidup terlebih dahulu, kemudian diteruskan dan dibantu dengan pengobatan secara
farmakologi.
b.Diet
Tujuan penatalaksanaan diet pasien diabetes melitus adalah mencapai dan
mempertahankan kadar glukosa darah dan lipit mendekati normal, mencapai dan
mempertahankan berat badan dalam batas-batas normal atau ±10% dari berat badan idaman,
mencegah komplikasi dan kronik serta meningkatkan kualitas hidup
c.Latihan fisik (Olah Raga)
Olahraga mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin di membran plasma
sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.
d.Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan pada diabetes diperlukan karena penatalaksanaan Diabetes
Melitus merupakan perilaku khusus seumur hidup. Penderita Diabetes Melitus harus mengerti
tentang nutrisi, manfaat dan efek samping terapi, latihan, perkembangan penyakit, strategi
pencegahan, teknik pengontrolan gula darah dan penyesuaian terhadap terapi.
e.Farmakologi
Penatalaksanaan medis pada pasien Diabetes Melitus, yaitu:
1)Obat Hiperglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan:
a)Pemicu sekresi insulin
b)Penambah sensitivitas terhadap insulin
c)Penghambat gluconeogenesis
d)Penghambat glukosidase alfa
2)Insulin diperlukan dalam keadaan:
a)Penurunan berat badan yang cepat
b)Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
c)Ketoasidosis diabetik
d)Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
3)Terapi kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian
dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.
6)Riwayat psikososial
Meliputi : informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderitanaik
dengan penyakitnya juga tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
b.Pemeriksaan fisik
1)Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara pembicaraan, badan tinggi, berat badan dan
tanda- tanda vital.
2)Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala, posisi rambut, adakah pembesaran pada leher, kadang-kadang
berdenging, adakah kesulitan pendengaran, sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, mudah bengkak dan berdarah, mudah penguplikasian semakin lebar ,
diplopia, lensa mata keruh.
3)Sistem integumen
Turgor kulit menurun, ada luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit
di daerah sekitar ulkus dan ganggren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
4)Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, dahak, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
5)Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun , nadi perifer lemah atauberkurang, takikardi / bradikardi, hipertensi
/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis
6)Sistem pencernaan
Terdapat polifagi, polidipsi, Mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan Berat
Badan, peningkatan lingkar perut, obesitas.
7)Sistem urin
Poliuri, retensio urin, inkontinensia urin, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8)Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn badan tinggi, cepat lelah, lemah dan
nyeri, keberadaan gangren di ekstrimitas.
9)Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, rusak
mental, disorientasi.
2.Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
kurang pada rencana manajemen diabetes
4.Konsultasi
jika tanda dan
gejala
hiperglikemia
memburuk
5.Anjurkan
monitor kadar
glukosa darah
secara mandiri
6.Anjurkan
kepatuhan
terhadap diet
dan olahraga
7.Ajarkan
pengelolaan
diabetes
8. Kolaborasi
pemberian
terapi
Setelah
Nyeri akut dilakukan asuhan
2. berhubungan -Manajemen
keperawatan nyeri
dengan agen diharapkan nyeri
pencederaan dapat berkurang 1. Identifikasi
fisik dengan kriteria tingkat nyeri
hasil : secara
-Tingkat nyeri konferensif
4. Kontrol
lingkungan yang
dapat
memperberat
nyeri
5. Anjurkan
istirahat tidur
cukup
6. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
7. Kolaborasi
pemberian
terapi analgetik
Setelah
dilakukan asuhan -Perawatan
keperawatan Luka
3. Gangguan
diharapkan
integritas
gangguan 1. Monitor
kulit/jaringan
intregitas karakteristik
berhungan
kulit/jaringan luka
dengan fakor
dapat teratasi
mekanis
dengan kriteria 2. Monitor
hasil : tanda-tanda
infeksi
-Penyermbuhan
luka 3. Berikan
perawatan luka
1. Penyatuan
kulit meningkat 4. Pertahankan
Teknik aseptic
2. Penyatuan tepi dan steril saat
luka meningkat melakukan
Tindakan pada
3. Peradangan pasien
luka menurun
5. Jadwalkan
perubahan
posisi setiap 2
jam sekali
sesuai kondisi
pasien
6. Jelaskan
tanda dan gejala
infeksi
7. Kolaborasi
prosedur
debridement dan
terapi
Setelah
dilakukan asuhan
keperawatan
-Pencegahan
selama 3 x 24
Infeksi :
jam diharapkan
tingkat emosi Observasi
4. Risiko infeksi
menurun dengan
berhubungan
kriteria hasil : 1. Monitor tanda
dengan
penyakit dan gejala
1.Kemerahan infeksi lokal dan
kronis menurun
(Diabetes sistemik
Melitus) 2. Nyeri menurun Terapeutik
3. Bengkak 1.Batasi jumlah
menurun pengunjung
2.Berikan
perawatan kulit
pada area edema
3.Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien
dan lingkungan
pasien
4.Pertahankan
teknik aseptic
pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1.Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
2.Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
3.Ajarkan etika
batuk
4.Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
atau luka
operasi
5.Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
6.Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1.Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 2.Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hasdiana. 2012. Mengenal Diabetes Melius Pada Orang Dewasa dan anak- anak
Dengan Solusi Herbal . Penerbit Nuha Medika. Jogjakarta
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:
EGC