Anda di halaman 1dari 20

1

LAPORAN PENDAULUAN
DENGAN MASALAH UTAMA DIABETES MELLITUS
DI DESA AMBARAWA BARAT, DUSUN I

Program Profesi Ners

Disusun Oleh :
RIZKA NUR AFNITA
220103083

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
2023
A. Kerangka Konsep Medis

1. Diabetes Mellitus

a. Pengertian

Diabetes mellitus termasuk kelompok penyakit metabolik yang

dikarakteristikkan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah

(hiperglikemia) karena defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau

kombinasi keduanya. Diabetes mellitus adalah suatu gangguan

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat dari ketidak

seimbangan antara ketersediaan insulin dengan kebutuhan insulin.

Gangguan tersebut dapat berupa defisiensi insulin absolut, gangguan

pengeluaran insulin oleh sel beta pankreas, ketidakadekuatan atau

kerusakan pada reseptor insulin, produksi insulin yang tidak aktif dan

kerusakan insulin sebelum bekerja (Damayanti, 2017).

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa

(gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat

melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Kadar gula

darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali

normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi

hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah.

Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam

setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun

6
7

karbohidrat lainnya. Kadar gula darah yang normal cenderung

meningkat secara ringan tetapi progresif setelah usia 50 tahun,

terutama pada orang-orang yang tidak aktif (bilous dan donelly,2015).

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis (menahun) yang terjadi

ketika pankreas atau kelenjar ludah perut tidak memproduksi cukup

insulin atau ketika tubuh tidak secara efektif menggunakan insulin.

Diabetes mellitus biasa ditandai dengan kadar gula darah di atas

normal (Lemone, 2016).

b. Klasifikasi Diabetes mellitus

1) Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 ditandai oleh destruksi sel beta pankreas,

terbagi dalam dua sub tipe yaitu : tipe 1A yaitu diabetes yang

diakibatkan proses immunologi (immune-mediated diabetes) dan

tipe 1B yaitu diabetes idiopatik yang tidak diketahui penyebabnya.

Diabetes 1A ditandai oleh destruksi autoimun sel beta. Sebelumnya

disebut dengan diabetes juvenile, terjadi lebih sering pada orang

muda tetapi dapat terjadi pada semua usia. Diabetes tipe 1

merupakan gangguan katabolisme yang ditandai oleh kekurangan

insulin absolut peningkatan glukosa darah, dan pemecahan lemak

dan protein tubuh (Vitahealt, 2018).

2) Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non Insulin

Dependent Diabetes (NIDDM). Dalam diabetes mellitus tipe 2,


8

jumlah insulin yang diproduksi oleh pankreas biasanya cukup

untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan tubuh total. Jumlahnya mencapai 90-95 % dari seluruh

pasien dengan diabetes, dan banyak dialami oleh orang dewasa tua

lebih dari 40 tahun serta lebih sering terjadi pada individu obesitas.

Kasus diabetes mellitus tipe 2 umumnya mempunyai latar belakang

kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin.

Resistensi insulin awalnya belum menyebabkan diabetes mellitus

secara klinis. Sel beta pankreas masih dapat melakukan

kompensasi bahkan sampai overkompensasi, insulin disekresi

secara berlebihan sehingga terjadi kondisi hiperinsulinemia dengan

tujuan normalisasi kadar glukosa darah. Mekanisme kompensasi

yang terus menerus menyebabkan kelelahan sel beta pankreas

(exhaustion) yang disebut dekompensasi, mengakibatkan produksi

insulin yang menurun secara absolut. Kondisi resistensi insulin

diperberat oleh produksi insulin yang menurun akibatnya kadar

glukosa darah semakin meningkat sehingga memenuhi kriteria

diagnosis DM aktif (bilous dan donelly,2015).

c. Etiologi Diabetes Mellitus

Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup

untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel

tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin. Penderita

diabetes mellitus tipe I (diabetes yang tergantung kepada insulin)


9

menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan

insulin. Sebagian besar diabetes mellitus tipe I terjadi sebelum usia 30

tahun. Pada diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak tergantung

kepada insulin, NIDDM), pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang

kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan

terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif. Diabetes

tipe II bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi

setelah usia 30 tahun (Tarwoto dkk, 2018).

Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas,/I>, 80-90%

penderita mengalami obesitas. Diabetes tipe II juga cenderung

diturunkan. Penyebab diabetes lainnya adalah:

1) Kadar kortikosteroid yang tinggi

2) Kehamilan (diabetes gestasional)

3) Obat-obatan

4) Racun yang mетреngaruhi pетbentukan atau efek dari insulin

d. Gejala Diabetes Mellitus

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula

darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL,

maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi

lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan

sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air

kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih


10

dalam jumlah yang banyak (poliuri). Akibat poliuri maka penderita

merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi)

Gejala diabetes mellitus tipe 2 merupakan gejala klasik. Artinya ini

merupakan gejala yang selalu ada di dalam diabetes mellitus, baik tipe

1 maupun tipe 2. Diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Sering buang air kecil, terutama di malam hari.

2) Sering merasa haus.

3) Rasa lapar yang bertambah sering.

Gejala lain yang bisa juga muncul pada diabetes mellitus tipe 2,

antara lain sebagai berikut :

1) Kelelahan

2) Berkurangnya massa otot.

3) Turunnya berat badan.

4) Luka yang lambat sembuh atau sering mengalami infeksi.

5) Pandangan yang kabur.

Dianjurkan untuk berkonsultasi kepada dokter jika merasakan

gejala-gejala di atas sehingga diagnosis dapat segera ditegakkan serta

pengobatan dini dapat dilakukan (Anies, 2018).

e. Patofisiologis Diabetes Mellitus

Diabetes melitus yang merupakan penyakit dengan gangguan pada

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat

bekerja secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi

kebutuhan atau keduanya. Gangguan metabolisme tersebut dapat


11

terjadi karena 3 hal yaitu pertama karena kerusakan pada sel-sel beta

pankreas karena pengaruh dari luar seperti zat kimia, virus dan bakteri.

Penyebab yang kedua adalah penurunan reseptor glukosa pada kelenjar

pankreas dan yang ketiga karena kerusakan reseptor insulin di jaringan

perifer (soegondo dkk, 2018).

Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk

mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang

tinggi akan menstimulasi sel beta pankreas untuk mengsekresi insulin.

Sel beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal sehingga

berakibat pada kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar

glukosa darah tinggi. Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat

banyak seperti contoh penyakit autoimun dan idiopatik (suegondo dkk,

2018).

Gangguan respons metabolik terhadap kerja insulin disebut dengan

resistensi insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan

reseptor, pre reseptor dan post reseptor sehingga dibutuhkan insulin

yang lebih banyak dari biasanya untuk mempertahankan kadar glukosa

darah agar tetap normal. Sensitivitas insulin untuk menurunkan

glukosa darah dengan cara menstimulasi pemakaian glukosa di

jaringan otot dan lemak serta menekan produksi glukosa oleh hati

menurun. Penurunan sensitivitas tersebut juga menyebabkan resistensi

insulin sehingga kadar glukosa dalam darah tinggi (Prabawati, 2018).


12

Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses

filtrasi yang melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan

glukosa dalam darah masuk ke dalam urin (glukosuria) sehingga

terjadi diuresis osmotik yang ditandai dengan pengeluaran urin yang

berlebihan (poliuria). Banyaknya cairan yang keluar menimbulkan

sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang melalui urin dan

resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah

menjadi energi sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat

(polifagia) sebagai kompensasi terhadap kebutuhan energi. Penderita

akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi

terhadap kebutuhan energi tersebut(Tandar, 2018)


13
Obesitas Pola makan salah Kurang berat badan Hereditas

Jumlah produksi
insulin menurun

Defisiensi insulin

Gangguan metabolise
karbohidrat, protein, lemak

Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah katabolisme Hipertmetabolisme meningkat

Hiperglikemi Asam Amino


Perubahan berat badan

Glukosa darah meningkat Glukosa sel Kurangnya informasi


Perasaan khawatir
menurun

Penebalan membrane dasar vaskuler Deficit pengetahuan


Sulit tidur Gangguan pola tidur
Nutrisi sel
menurun
Disfungsi endotel mikrovaskuler Ansietas

Lapar
Neuropati perifer Mual muntah
Asam Amino

Kondisi syaraf kesemutan

13
Defisit Nutrisi
Intoleransi aktivitas
14

f. Komplikasi Diabetes Melitus

1) Komplikasi Akut

Komplikasi akut terjadi akibat ketidakseimbangan akut kadar

glukosa darah, yaitu: hipoglikemia, diabetic ketoasidosis dan

hiperglikemia hiperosmolar non ketosis. Hipoglikemia secara

harfiah berarti kadar glukosa darah dibawah normal. Hipoglikemia

komplikasi akut diabetes mellitus yang dapat terjadi secara

berulang dan dapat memperbeiat penyakit diabetes bahkan

menyebabkan kematian. Hipoglikemia diabetik (insulin reaction)

terjadi karena peningkatan insulin dalam darah dan penurunan

kadar glukosa darah yang diakibatkan oleh terapi insulin yang

tidak adekuat. Hipoglikemia sering didefinisikan sesuai dengan

gambaran klinisnya dan diklasifikasikan berdasarkan Triad

Whipple, menurut (Rudy, 2017) yaitu :

a) Keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa darah

plasma yang rendah.

b) Kadar glukosa darah yang rendah (< 3 mmol/L hipoglikemia

pada diabetes).

c) Hilangnya secara cepat keluhan sesudah kelaianan biokimiawi

dikoreksi.

Berdasarkan kriteria diatas, hipoglikemia diabetik dibagi

sebagai berikut :

14
15

a) Hipoglikemia ringan : simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak

ada gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.

b) Hipoglikemia Sedang : simptomatik dapat diatasi sendiri, dan

manimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.

c) Hipoglikemia berat : sering (tidak selalu) tidak simptomatik,

karena gangguan kognitif, pasien tidak mampu mengatasi

sendiri seperti : Membutuhkan bantuan orang lain tetapi tidak

membutuhkan terapi parenteral, Memerlukan terapi parenteral

dan disertai koma atau kejang.

2) Komplikasi Kronis

Komplikasi kronis terdiri dari komplikasi makrovaskuler,

mikrovaskuler dan neuropati, menurut Shahab & alwi (2017) yaitu:

a) Komplikasi makrovaskuler

Komplikasi ini diakibatkan karena perubahan ukuran diameter

pembuluh darah. Pembuluh darah akan menebal, sklerosis dan

timbul sumbatan (occlusion) akibat plaque yang menempel.

Komplikasi makrovaskuler yang paling sering terjadi adalah:

penyakit arteri koroner, penyakit cerebrovaskuler dan penyakit

vaskuler perifer

b) Komplikasi mikrovaskuler

Perubahan mikrovaskuler melibatkan kelainan struktur dalam

membran pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan pada

pembuluh darah ini menyebabkan dinding pembuluh darah

15
16

menebal, dan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

Komplikasi mikrovaskuler terjadi di retina yang menyebabkan

retinopati diabetik dan di ginjal menyebabkan nefropati

diabetic

c) Komplikasi Neuropati (ulkus kaki diabetikum)

Neuropati diabetik merupakan sindroma penyakit yang

mempengaruhi semua jenis saraf, yaitu saraf perifer, otonom

dan spinal. Komplikasi neuropati perifer dan otonom

menimbulkan permasalahan di kaki, yaitu berupa ulkus kaki

diabetik, pada umumnya tidak terjadi dalam 5-10 tahun

pertama setelah didagnosis, tetapi tanda-tanda komplikasi

mungkin ditemukan pada saat mulai terdiagnosis DM tipe 2

karena DM yang dialami pasien tidak terdiagnosis

selamabeberapa tahun. Masalah kaki juga merupakan masalah

yang umum pada pasien dengan diabetes dan hal ini menjadi

cukup berat akibat adanya ulkus serta infeksi, bahkan akhirnya

dapat menyebabkan amputasi. Permasalahan pada kaki telah

dilaporkan sebagai alasan pasien perlu masuk ke rumah sakit

g. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri menjadi farmakologi dan

non farmakologi dimana, menurut atun (2017) pembagian tersebut

berupa:

16
17

a) Farmakologi

Farmakologi terdiri dari beberapa terapi atau obat-obatan yang

dianjurkan oleh dokter, baik berupa pemberian terapi untuk

menurunkan kadar gula maupun terapi digunakan untuk menekan

pengurangan luka diabetes

b) Non Farmakologi

Intervensi yang dapat dilakukan menurut antara lain:

1) Dasar manajemen dan penatalaksanaan DM untuk mengontrol

kadar glukosa darah adalah diet

2) Latihan fisik

Latihan fisik adalah tatalaksana utama untuk mengontrol kadar

glukosa darah. Manfaat yang didapat dengan latihan fisik akan

optimal apabila memperhatikan frekuensi, intensitas, dan durasi

latihan. Salah satu latihan fisik yang dianjurkan pada pasien

DM adalah senam kaki diabetik

3) Pemantauan yang baik terhadap luka (jika da) serta kadar gula

darah

17
h. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan

Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)


Indonesia (SLKI)
No Keperawatan
(SDKI)

1 Ketidakstabilan Kestabilan kadar glukosa darah 1.03115 Manajemen Hiperglikemia


Glukosa dalam
Setelah dilakukan intervensi Observasi
Darah (D.0027)
keperawatan selama 3x24 jam
- Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
maka diharapkan kadar gula
- Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
darah membaik yang ditandai
- Monitor kadar glukosa darah
dengan:
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
1. Kadar glukosa dalam darah - Monitor intake dan output
membaik cairan Teraupetik
2. Mengantuk menurun
- Berikan asupan cairan oral
3. Pusing menurun
- Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada
4. Lelah, lesu menurun
atau memburuk
5. Keluhan lapar menurun

18
Edukasi

- Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah >250 mg/dL


- Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu


- Kolaborasi pemberian caira IV, jika perlu
2 Defisit Nutrisi Status Nutrisi 1.12395 Edukasi Nutrisi

(D.0018) Observasi

Setelah dilakukan intervensi - Periksa status gizi, status alergi, ruknam diet, kebutuhan
keperawatan selama 3x24 jam dan kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi
maka diharapkan : - Identifikasi kemampuan dan waktu yang tepat menerima
informasi Teraupetik
1. Porsi makan yang dihabiskan
meningkat - Persiapkan materi dan media seperti jenis-jenis nutrisi, table
2. Berat badan atau IMT (indeks makanan penukar, cara mengolah dan cara menakar makanan
massa tubuh) meningkat - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepatakan

19
3. Frekuensi makan meningkat - Berikan kesempatan untuk
4. Nafsu makan meningkat bertanya Edukasi

- Jelaskan pada pasien dan keluarga alergi makanan, makanan yang


harus dihindari, kebutuhan jumlah kalori, jenis makanan yang
dibutuhkan pasien
- Ajarkan cara melaksanakan diet sesuai program
- Jelaskan hal-hal sebelum memberikan makan

3 Defisit Pengetahuan Tingkat Edukasi Kesehatan

(D.0111) Pengetahuan Observasi

(L.12111) - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


- Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
Setelah dilakukan intervensi
menurunkan motivasi
keperawatan selama 3x24 jam
- Perilaku-perilaku hiup bersih dan sehat
maka diharapkan:

1. Verbalitas minat
Terapeutik :
dalam belajar
meningkat - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Kemampuan menjelaskan
20
pengetahuan tentang
suatu
topik meningkat

21
3. Kemampuan mengambarkan - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
pengalaman sebelumnya - Berikan kesempatan untuk
yang sesuai dengan bertanya Edukasi
topikmeningkat
- Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

22
31

i. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana

asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna

membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap

ini akan muncul bila perencanaan diaplikasikan pada pasien. Tindakan

yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda denga urutan

yang dibuat pada perencaan sesuai dengan kondisi pasien.

Implementasi keperawatan akan sukses sesuai dengan rencana apabila

perawat mempunyai kemampuan kognitif, kemampuan hubungan

interpersonal, dan ketrampilan dalam melakukan tindakan yang

berpusat pada kebutuhan pasien (Akib, 2017)

j. Evaluasi Keperawatan

Menurut Damayanti (2013), evaluasi adalah penilaian dengan cara

membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati)

dengan tujuan dan kriteria hasil yang perawat buat pada tahap

perencanaan. Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat

dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan

perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. Evaluasi adalah tindakan intelektual

untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh

diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah

berhasil dicapai.

Anda mungkin juga menyukai