a. Anatomi
Menurut Prabantini (2014) pankreas merupakan organ yang terdiri
dari jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian esokrin mengeluarkan
larutan encer alkalis serta enzim pencernaan melalui duktus pankreatikus
kedalam lumen saluran cerna. Diantara sel-sel eksokrin diseluruh
pankreas tersebar kelompok-kelompok atat pulai sel endokrin yang
disebut sebagai pulau langerhands. Sel endokrin pankreas yang
terbanyak adalah sel beta, tempat sintesis dan sekresi insulin, dan sel
alfa menghasilkan glukagon. Sel delta yang lebih jarang adalah tempat
sintesis samotostatin.
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein. Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak dan
asam amino darah serta mendorong penyimpanan bahan-bahan tersebut.
Sw\ewaktu penyimpanan nutrien ini masuk kedarah selama keadaan
absortif, insulin mendorong penyerapan bahan- bahan ini oleh sel dan
pengubahnya masing-masing menjadi glikogen, trigleserida dan protein.
Insulin melaksanakan banyak fungsinya dengan mempengaruhi transpor
nutrien darah spesifik masuk kedalam sel atau mengubah aktifitas
enzim-enzim yang berperan dalam jalur-jalur metabolik tertentu
(Prabantini,2014)
b. Fisiologi
Menurut Prabantini, (2014) prankreas disebut sebagai organ
rangkap, mempunyai dua fungsi yaitu sebagai kelenjar eksokrin dan
kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan sekret yang
mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan
karbohidrat. Sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin dan
glukagon yang memegang peranan penting pada metabolisme
karbohidrat. Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa
dalam tubuh berupa hormon hormon yang disekresikan oleh sel-sel di
pulau langerhans. Hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormo yang
menrendahkan kadar glukosa yaitu adalah insulin dan hormon yang dapat
menigkatka glukosa darah yaitu glucagon.
4. Fatofisiologi
Pada Diabates Mellitus Tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe 2 disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Pada pasien toleransi glukosa terganggu, keadaan in menjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel
beta tidak mampu mengimbanginya peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes Melitus tipe 2.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Melakukan aktifitas olahraga dan olahraga secara teratur dapat
mengurangi resistensi insulin sehingga insulin dapat digunakan lebih bik oleh
sel-sel tubuh (Brunner & Suddrath, 2015).
Insulin adalah hormon pembangun (anabolik), tanpa insulin tiga masalah
metabolik mayor terjadi: penurunan pemanfaatan glukosa, peningkatan
mobilisasi lemak, dan peningkatan pemanfaatan protein (Brunner &
Suddrath, 2015). Ketika jumlah glukosa yang masuk kedalam sel berkurang
(resistensi insulin). Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap
berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia. Ginjal tidak
dapat menahan keadaan hiperglikemia ini, karena ambang batas absorpsi
gijal untuk gula darah adalah 180 mg/dL bila melebihi ambang batas ini,
ginjal tidak bisa menyaring dan mereabsorpsi sejumlah glukosa dalam darah
sehingga kelebihan glukosa dalam tubuh dikeluarkan bersama urin yang
disebut glukosaria, bersamaan keadaan glukosaria maka sejumlah air
hilang dalam urin yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi
intraseluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan
merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus disebut
dengan polidipsi. (Brunner & Suddrath, 2015).
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya
transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan
simpanan karbohidrat, lemak da protein menjadi menipis, karena digunakan
untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka penderita akan merasa
lapar sehingga menyebabkan penderita banyak makan yang disebut
poliphigia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi
penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah
meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu
banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urin dan pernafasan,
akibatnya bau urine dan nafas penderita bau aseton.
5. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association, (2020), klasifikasi DM yaitu DM tipe
1, DM tipe 2, DM gestasional, dan DM tipe lain. Namun jenis DM yang paling
umum yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.
1. Diabetes Melitus Tipe I
DM tipe 1 merupakan proses autoimun atau idiopatik dapat menyerang orang
semua golongan umur, namun lebih sering terjadi pada anak-anak. Penderita DM
tipe 1 membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk mengontrol glukosa
darahnya (IDF, 2019). DM tipe ini sering disebut juga Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM), yang berhubungan dengan antibody berupa Islet Cell
Antibodies (ICA), Insulin Autoantibodies (IAA), dan Glutamic Acid
Decarboxylase Antibodies (GADA). 90% anak-anak penderita IDDM
mempunyai jenis antibodi ini.
2. Diabetes Melitus Tipe II
DM tipe 2 atau yang sering disebut dengan Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) adalah jenis DM yang paling sering terjadi, mencakup sekitar
85% pasien DM. Keadaan ini ditandai oleh resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif. DM tipe ini lebih sering terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi
dapat pula terjadi 11 pada orang dewasa muda dan anak-anak.
3. Diabetes Melitus Gestational
Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan dan
tidak mempunyai riwayat diabetes sebelum kehamilan (ADA, 2020).
4. Diabetes Melitus Tipe Lain
Contoh dari DM tipe lain (ADA, 2020), yaitu :
- Sindrom diabetes monogenik (diabetes neonatal)
- Penyakit pada pankreas
- Diabetes yang diinduksi bahan kimia (penggunaan glukortikoid pada
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).
6. Pathways
1) Retinopati Diabetik
ADA. (2020). Standards of Medical Care in Diabetes: Response to Position Statement of the
American Diabetes Association [20]. The Journal of Clinical and Applied Research and
Education, 43(1), 109. https://doi.org/10.2337/diacare.29.02.06.dc05-1593
Brunner dan Suddrat. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia,
PERKENI, Jakarta.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi l. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi l. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018).Standar Interνensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi l. Jakarta: DPP PPNI
Prabantini, Dwi. 2014. Keperawatan Medikal Bedah edisi Terjemah. Jakarta : Rapha
Publishing.
Linda. (2020). Acupressure dan senam kaki terhadap tingkat peripheral arterial disease pada
klien dm tipe 2. Volume 3, Nomor 2, Juni 2020
WHO. (2020). Global Report On Diabetes. France: World Health Organization