S PADA DIABETUS
MELLITUS DI RUANG ICU RUMAH SAKIT PERMATA
BUNDA PURWODADI
Oleh
WIDYA ISMUNANDAR
NIM: 82021040114
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Fokus pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik difokuskan pada tanda
dan gejala hiperglikemia dan pada faktor-faktor fisik, emosional, serta
sosial yang dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk mempelajari
dan melaksanakan berbagai aktifitas perawatan diabetes mellitus secara
mandiri. Pasien dikaji dan diminta menjelaskan gejala yang mendahului
diabetes seperti poliuri, polidipsia, polifagia, kulit kering, penglihatan
kabur, penurunan berat badan, perasaan gatal-gatal pada vagina dan
ulkus yang lama sembuh. Kadar glukosa darah dan untuk penderitaan
tipe I, kadar keton dalam urin harus diukur.
Pada penderita tipe I dilakukan pengkajian untuk mendeteksi
tanda-tanda ketoasidosis diabetik, yang mencakup pernafasan kusmaul,
hipotensi ortostatik, dan latergi.Pasien ditanya tentang gejala ketoidosis
diabetik, seperti mual, muntah, dan nyeri abdomen. Hasil-hasil
laboratorium dipantau untuk mengenali tanda-tanda asidosis metabolik,
seperti penurunan nilai PH serta kadar bikarbonat dan untuk mendeteksi
tanda-tanda gangguan keseimbangan elektrolit.
Pasien diabetes tipe II dikaji untuk melihat adanya tanda-tanda
sindrom HHNK, mencakup hipotensi, gangguan sensori, dan penurunan
turgor kulit.Nilai laboratorium dipantau untuk melihat adanya tanda
hiperosmolaritas dan ketidakseimbangan elektroit.
Pasien dikaji untuk menemukan faktor-faktor fisik yang dapat
mengganggu kemampuannya dalam mempelajari atau melakukan
keterampilan perawatan seperti :
a. Gangguan penglihatan (pasien diminta untuk membaca angka atau
tulisan pada spuit insulin, lebaran menu, surat kabar, atau bahan
pelajaran).
b. Gangguan koordinasi motorik (pasien diobservasi pada saat makan
atau mengerjakan pekerjaan lain atau pada saat menggunakan spuit
atau lanset untuk menusuk jari tangan).
c. Gangguan neurologis (misalnya akibat stroke) dari riwayat penyakit
yang diderita sehingga pasien dikaji untuk menemukan gejala afasia
atau penurunan kemampuan dalam mengikuti perintah sederhana.
Perawat mengevaluasi situasi social pasien untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terapi diabetes dan rencana
pendidikannya seperti :
a. Penurunan kemampuan membaca (dapat dilakukan dengan
mengkaji gangguan penglihatan dengan cara menginstrusikan
pasien untuk membaca bahan-bahan pelajaran).
b. Keterbatasan sumber-sumber financial / tidak memiliki asuransi
kesehatan.
c. Ada tidak dukungan keluarga.
d. Jadwal harian yang khas (pasien diminta untuk menyebutkan
makanan serta jumlah makanan yang biasa dikonsumsi setiap
hari, jadwal kerja, serta olahraga, rencana untuk bepergian).
Status emosional pasien dikaji dengan mengamati sikap
atau tingkah laku yang tampak misalnya sikap menarik diri dan
cemas serta bahasa tubuh (misalnya menghindari kontak mata).
Tanyakan kepada pasien tentang kekhawatiran yang utama dan
ketakutannya terhadap penyakit diabetes (pendekatan ini
memungkinkan perawat mengkaji setiap kesalahpahaman atau
informasi keliru yang berkenaan dengan penyakit diabetes).
Keterampilan dalam mengatasi persoalan dikaji dengan
menanyakan cara pasien menghadapi berbagai situasi sulit yang
dialami di masa lampau (Smeltzer, 2002).
Adapun dampak masalah yang dapat timbul pada pasien
Diabetes Mellitus menurut pengkajian pola
fungsional(Doengoes, 2000) sebagai berikut :
a. Aktivitas/istirahat
Tanda : Takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat
atau dengan aktivitas. Disorientasi, koma,
penurunan kekuatan otot.
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram
otot, tonus otot menurun dan gangguan
tidur/istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, perubahan tekanan darah postural,
hipertensi, nadi yang menurun/bradikardi,
distritmia, kulit panas, kering dan kemerahan
serta bola mata cekung.
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut,
klaudikasi, kebas dan kesemutan pada
ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama.
c. Integritas ego
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
Gejala : stress tergantung pada orang lain, masalah
financial yang berhubungan dengan kondisi.
d. Eliminasi
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat
berkembang menjadi oliguria/anuria jika
terjadi hipovolemia berat).
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokuria.
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih
(infeksi), ISK baru/berulang,nyeri tekan
abdomen,diare.
e. Makanan/cairan
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek,
kekakuan/distensi. Abdomen, muntah,
pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan
metabolik dengan peningkatan gula darah),
bau halitosis/manis, bau buah (napas aseton).
Gejala : Hilangnya napsu makan, mual/muntah, tidak
mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan
lebih dari periode beberapa hari minggu, haus,
penggunaan diuretic (tiasid).
f. Neurosensori
Tanda : Disorientasi, mengantuk,
stupor/koma,gangguan memori (baru, masa
lalu), kacau mental aktivitas kejang (tahap
lanjut DKA).
Gejala : pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas
kelemahan otot, parestesia, gangguan
penglihatan.
g. Nyeri/kenyamanan
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak
sangat berhati-hati.
Gejala : Abdomen yang tegang dan nyeri (kualitas
sedang/berat).
h. Pernafasan
Tanda : lapar udara, batuk dengan atau tanpa sputum
purulen (infeksi), frekuensi pernafasan
meningkat.
Gejala : mereka kekurangan oksigen, batuk dengan
atau tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi atau tidak).
i. Keamanan
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,
menurunnya kekuatan umum/rantang gerak,
arastesia/paralisis otot termasuk otot
pernafasan (jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam).
Gejala : kulit kerig, gatal, ulkus kulit.
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah
impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung,
stroke, hipertensi, penyembuhan yang
lamabat, penggunaan obat steroid, diuretik
(tiazid), dilantin dan fenobarpital (dapat
meningkatkan kadar glukosa darah), mungkin
atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai
pesanan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul menurut NANDA (2018) :
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Kekurangan volume cairan
c. Resiko integritas kulit
d. Resiko Injury
e. Nyeri Akut
3. Fokus Intervensi
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1) Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
2) Batasan karakteristik :
a) Berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat
badan ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh.
b) Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik
kalori total maupun zat gizi tertentu.
c) Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang
adekuat.
d) Melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang
dari recommended daily allowance (RDA).
3) NOC :
a) Semakin menambah berat badan menuju tujuan yang
diinginkan.
b) Berat badan dalam kisaran normal untuk tinggi badan dan
usia.
c) Mengenali faktor yang berkontribusi terhadap berat
badan.
d) Mengidentifikasi kebutuhan gizi.
e) Mengkonsumsi makanan yang memadai.
f) Bebas dari tanda-tanda malnutrisi.
4) Kriteria Hasil :
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan (1-
2).
b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
d) Tidak ada tanda-tanda malnutisi.
e) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari
menelan.
f) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
5) NIC :
1) Observasi dan catat asupan klien.
2) Sajikan makanan yang membutuhkan sedikit dikerat atau
dikunyah.
3) Tentukan makanan kesukaan pasien dan usahakan untuk
mendapatkan makanan tersebut.
4) Bila memungkinkan, duduk dengan pasien selama makan.
5) Timbang berat badan pasien pada jam yang sama setiap
hari.
6) Tentukan target berat badan dengan pasien dan anjurkan
pasien mencatat berat badannya.
7) Ajarkan pasien tentang makan makanan bergizi yang
tinggi kalori.
b. Kekurangan volume cairan
1) Definisi
Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan atau
intraselular ini mengacu pada dehirasi, kehilangan cairan saat
tanpa perubahan pada natrium.
2) Batasan Karakteristik :
a) Perubahan status mental.
b) Penurunan tekanan darah.
c) Penurunan tekanan nadi.
d) Penurunan volume nadi.
e) Penurunan turgor lidah.
f) Penurunan haluaran urine.
g) Membran mukosa kering.
h) Kulit kering.
i) Peningkatan hematokrit.
j) Peningkatan suhu tubuh.
k) Peningkatan frekwensi nadi.
l) Peningkatan konsentrasi urine.
3) NOC :
a) Mempertahankan output urine lebih dari 1300 ml / hari.
b) Menjaga tekanan darah normal, denyut nadi, dan suhu
tubuh.
c) Mempertahankan turgor kulit elastis, lembab dan selaput
lendir lidah dan orientasi ke orang tempat, dan waktu.
d) Ukuran explain yang dapat diambil untuk mengobati atau
mencegah kehilangan volume cairan.
e) Menggambarkan symtoms yang menunjukkan kebutuhan
untuk berkonsultasi dengan ahli healt memberikan.
4) Kriteria Hasil :
a) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan
BB, BJ urine normal, HT normal.
b) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit
baik, membran mujosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan.
5) NIC :
1) Mengobservasi untuk tanda-tanda awal hipovolemia,
termasuk haus, gelisah, sakit kepala, dan
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
2) Perhatikan turgor kulit di atas tonjolan tulang seperti
tangan atau tulang kering.
3) Amati untuk lidah kering dan membran mukosa dan
longitudinal lidah alur ini adalah gejala penurunan cairan
tubuh.
4) Mengamati berat badan klien setiap hari untuk penurunan
tiba-tiba, terutama di hadapan penurunan produksi urin
atau kehilangan cairan aktif.
c. Resiko integritas kulit
1) Definisi
Perubahan atau gangguan epidermis dan dermis.
2) Batasan karakteristik :
a) Kerusakan lapisan kulit (dermis).
b) Gangguan permukaan kulit (epidermis).
c) Invasi struktur tubuh.
3) NOC :
a) Kembali integritas permukaan kulit
b) Melaporkan sensasi diubah atau nyeri di situs gangguan
kulit
c) Menunjukkan pemahaman tentang rencana untuk
menyembuhkan kulit dan
d) Mencegah reinjury
e) Menjelaskan langkah-langkah untuk melindungi dan
menyembuhkan kulit dan merawat setiap lesi kulit.
4) Kriteria Hasil
a) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi).
b) Tidak ada luka atau lesi pada kulit.
c) Perfusi jaringan baik.
d) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya sedera berulang.
e) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan
kelembaban kulit dan perawatan alami.
5) NIC :
a) Memantau praktek perawatan kulit klien, jenis apa sabun
atau bahan pembersih lainnya suhu air yang digunakan
dan frekuensi pembersih kulit.
b) Rencana individual sesuai dengan kondisi kulit klien,
kebutuhan, dan preferensi.
c) Memonitor situs gangguan kulit kurang sekali sehari
untuk perubahan warna, kemerahan, pembengkakan
kehangatan, nyeri, atau tanda-tanda lain infeksi.
d) Memantau status klien kontinensia dan meminimalkan
paparan gangguan kulit dan area lain dari kelembaban
dari inkontinensia, keringat, atau luka drainase.
e) Tidak memposisikan klien di situs penurunan kulit.
f) Mengevaluasi penggunaan kasur khusus, tempat tidur,
atau sesuai perangkat.
g) Mengimplementasikan rencana perawatan tertulis untuk
pengobatan topikal dari situs gangguan kulit.
h) Memilih pengobatan topikal yang akan mempertahankan
lingkungan luka penyembuhan lembab dan yang
seimbang dengan kebutuhan untuk menyerap eksudat.
i) Menghindari memijat disekitar lokasi kerusakan kulit dan
di atas tonjolan tulang.
d. Resiko injury
1) Definisi
Pada resiko cedera sebagai akibat dari interaksi kondisi
lingkungan berinteraksi dengan sumber daya individu adaptif
dan defensif.
2) NOC :
a) Tetap bebas dari cedera.
b) Menjelaskan metode untuk mencegah cedera.
3) NIC :
a) Jika klien memiliki onset baru kebingungan (delirium),
mengacu pada rencana perawatan untuk kebingungan
akut.
b) Menghapus semua kemungkinan bahaya dalam
lingkungan seperti pisau cukur, obat-obatan dan mathes.
c) Membantu klien duduk di kursi yang stabil dengan
sandaran tangan.
d) Meninjau profil obat untuk potensi efek samping yang
dapat meningkatkan risiko cedera.
e) Untuk klien gelisah pertimbangkan menyediakan musik
individual.
f) Meminta keluarga untuk tinggal dengan klien untuk
mencegah klien dari sengaja jatuh atau menarik keluar
tabung.
g) Menempatkan klien rawan cedera dalam sebuah ruangan
yang dekat stasiun perawat.
h) Mengacu pada terapi fisik untuk memperkuat latihan dan
pelatihan untuk meningkatkan kiprah mobilitas.
e. Nyeri akut
1) Definisi
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan aktual
atau potensial atau yang dijelaslkan dalam hal kerusakan
tersebut, onset mendadak atau lambat setiap intensitas dari
ringan sampai berat dengan akhir diantisipasi atau diprediksi
dan durasi kurang dari 6 bulan (Ackley and Ladwig, 2010).
2) Batasan karakteristik :
a) Melaporkan nyeri secara verbal.
b) Posisi untuk menahan nyeri.
c) Tingkah laku berhati – hati.
d) Terfokus pada diri sendiri.
e) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,
kerusakanproses berpikir, penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan).
f) Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui
orang lain dan atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang.
g) Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan nafas,
nadi dan dilatasi pupil).
h) Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku).
i) Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh
kesah).
j) Perubahan dalam nafsu makan dan minum.
3) NOC :
a) Pain level
b) Pain control
c) Comfort level
4) Kriteria hasil
a) Mampu mengontrol nyeri.
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
c) Mampu mengenali nyeri.
d) Menyatakan nyaman setelah secara komprehensif.
5) NIC :
a) Menilai tingkat nyeri pada klien menggunakan self
laporan valid dan reliabel tol nyeri, seperti skala nyeri 0-
10 peringkat numerik.
b) Menilai klien untuk kehadiran nyeri secara rutin pada
interval yang sering.
c) Menggambarkan efek samping nyeri tak henti-hentinya.
d) Menghindari memberikan obat nyeri intramuskular (IM).
e) Mendapatkan resep untuk mengelola analgesik opioid
jika diindikasikan, terutama untuk nyeri sedang sampai
berat.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Asmadi, 2018).
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Tanda tangan perawat pelaksana
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang
didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi ada individu (Nursalam, 2018). Evaluasi keperawatan
dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan
terdiri dari beberapa komponen yaitu:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Evaluasi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Margareth TH, Rendy M. clevo. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nuratif Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC & NOC. Edisi Revisi
Jilid 1 Yogyakarta : Medication Publishing.
Potter & Perry A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.