Oleh kelompok 1 :
Kelas IPN 6A
A. Latar Belakang
Jantung adalah pusat fungsi tubuh yang fungsional karena peranannya sebagai
pemompa darah agar dapat mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah arteri dan
vena (Susilawati, 2014).Penyakit jantung sendiri merupakan penyakit pembunuh nomor satu
didunia terutama pada kalangan dewasa dan yang berusia tua. Menurut catatan WHO di tahun
2015, angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan
meningkat menjadi 20 juta jiwa dan ditahun 2030 akan meningkat kembali hingga mencapai
angka 23,6 juta jiwa penduduk. Penyakit jantung koroner merupakan sebuah penyakit
kompleks yang disebabkan oleh menurunnya atau terhambatnya aliran darah pada satu atau
lebih arteri yang mengelilingi dan mengsuplai darah ke jantung (Nor, 2011).
2010)
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah di ungkapkan di atas terdapat masalah yang
perlu dipecahkan sebagai berikut:
1. Apa definisi dari penyakit acute coronary syndrom ?
2. apa etiologi dari penyakit acute coronary syndrom ?
3. apa patofisiologi dari penyakit acute coronary syndrom?
4. Apa aamanifestasi klinis dari penyakit acute coronary syndrom?
C. Tujuan
Beberapa tujuan makalah ini sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan definisi penyakit acute coronary syndrom.
2. Mendiskripsikan etiologi penyakit acute coronary syndrom.
3. Mendiskripsikan patofisiologi penyakit acute coronary syndrom.
4. Mendiskripsikan manifestasi klinis penyakit acute coronary syndrom.
D. Manfaat
Setelah membaca makalah tentang acute coronary syndrom ini diharapkan dapat
memberikan manfaat :
1. Mahasiswa mampu memahami tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan pengobatan pada kasus acute
coronary syndrom.
2. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan acute
coronary syndrom.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Definisi
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian kegawatan yang diakibatkan oleh
gangguan pada pembuluh darah Koroner yang bersifat progresif, terjadi perubahan secara
tiba-tiba dari stabil menjadi tidak stabil.(Susilo., 2013; Oktavianus & Sari., 2014)
Sindrom Koroner Akut adalah suatu kadaan gawat darurat jantung dengan
manifestasi klinik brupa perasaan tidak enak didada atau gejala- gejala lain sehingga
akibat dari iskemia miokard. Sindrom Koroner Akut adalah istilah untuk tanda-tanda
klinis dan gejala iskemia miokard: angina tidak stabil, non ST segmen elevasi infark
miokard, dan elevasi ST segmen infark myocard. Sindrom Koroner Akut merupakan satu
dari tiga penyakit pembuluh darah arteri koroner, yaitu: STEMI, non STEMIdan unstable
angina pectoris. (mulyadi., 2015)
Suatu spektrum penyakit dengan etiologi bermacam-macam, terdapat
ketidakseimbangan antara pemberian dan kebutuhan oksigen miokardium Meliputi
STEMI, non-STEMI, dan angina tak stabil. (Widya., 2014).
C. Klasifikasi Sindrom Koroner Akut
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI)
a. Definisi
ST-Elevation Myocardial Infraction (STEMI) terjadi karena sumbatan yang
komplit pada arteri koroner. Jika tidak dilakukan pengobatan akan dapat
menyebabkan kerusakan miokardium yang lebih jauh. Pada fase akut pasien
beresiko tinggi untuk mengalami fibrilasi ventrikel atau takhikardi yang dapat
menyebabkan kematian.Bantuan medis harus segera dilakukan.( Juliawan, 2012)
ST-Elevation Myocardial Infraction (STEMI) adalah kerusakan jaringan
miokard akibat iskemia hebat yang terjadi secara tiba-tiba.Kejadian ini erat
hubungannya dengan adanya penyempitan arteri koronaria oeh plak atheroma dan
thrombus yang terbentuk akibat rupturnya plak atheroma.Secara anatomi, arteri
koronaria dibagi menjadi cabang epikardial yang memperdarahi epikard dan
bagian luar dari miokard dan cabang profunda yang memperdarahi endokard dan
miokard bagian dalam. (Oktavianus & Sari., 2014)
Infark miokardiummenunjukan terbentuknya suatu daerah nekrosis
miokardium akibat iskemia total.Infark miokardium akut yang dikenal sebagai
“serangan jantung”, merupakan penyebab tunggal tersering kematian diindustri
dan merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju.
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi trombus pada plak arterosklerosik yang sudah ada
sebelumnya.Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat
biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral
sepanjang waktu.STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat
pada lokasi injurivaskular, dimanainjuri ini di cetuskan oleh faktor-faktor seperti
merokok,hipertensi dan akumulasi lipid. (Muliadi. 2015).
b. Etiologi
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok,
hipertensi dan akumulasi lipid.
Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
Penyempitan aterorosklerotik
Trombus
Plak aterosklerotik
Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
Spasme otot segmental pada arteri kejang otot.
(sumber: Putra. 2012)
c. Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara
lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral
sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat
pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak
aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau
sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi
rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology
menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture jika mempunyai
vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core). (Putra. 2012)
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai
endokardium sampai epikardium,disebut infark transmural, namun bisa juga
hanya mengenai daerah subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah 20
menit terjadinya sumbatan,infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan
bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi infark
transmural.Kerusakan miokard ini dari endokardium ke epikardium menjadi
komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard sudah
komplit,proses remodeling miokard yang mengalami injury terus berlanjut
sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah non
infark mengalami dilatasi. (Putra. 2012).
d. Manifestasi Klinis
a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar,
ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang
berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala
yang menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan
lemas.
b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
d. Bisa atipik:
Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal
jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.
e. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI, adalah:
Disfungsi ventrikuler
Gangguan hemodinamik
Gagal jantung
Syok kardiogenik
Perluasan IM
Emboli sitemik/pilmonal
Perikardiatis
Ruptur
Ventrikrel
Otot papilar
Kelainan septal ventrikel
Disfungsi katup
Aneurisma ventrikel
Sindroma infark pascamiokardias
f. Faktor Resiko
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Suku bangsa dan warna kulit
4. Genitik
Faktor yang dapat dimodifikasi:
1. Hipertensi
2. Hiperlipidemia
3. Merokok
4. Diabetes mellitus
5. Kegemukan
6. Kurang gerak dan kurang olahraga
7. Konsumsi kontrasepsi oral
D. Etiologi
Sindrom koroner akut (ACS) disebabkan terutama oleh aterosklerosis.Sebagian besar
kasus ACS terjadi dari gangguan lesi sebelumnya nonsevere (lesi aterosklerotik yang
sebelumnya hemodinamik signifikan belum rentan pecah).Plak rentan dilambangkan dengan
kolam besar lipid, banyak sel-sel inflamasi, dan tipis, topi berserat.Permintaan tinggi dapat
menghasilkan ACS di hadapan sebuah kelas tinggi tetap obstruksi koroner, karena
peningkatan oksigen dan nutrisi persyaratan miokard, seperti yang dihasilkan dari tenaga,
stres emosional, atau stres fisiologis (misalnya, dari dehidrasi, kehilangan darah, hipotensi,
infeksi, tirotoksikosis, atau operasi).
ACS tanpa elevasi permintaan memerlukan penurunan baru dalam pasokan, biasanya
karena trombosis dan / atau plak perdarahan. Pemicu utama untuk trombosis koroner
dianggap ruptur plak yang disebabkan oleh pembubaran tutup berserat, pembubaran itu
sendiri menjadi hasil dari pelepasan metalloproteinase (kolagenase) dari sel-sel inflamasi
diaktifkan.Acara ini diikuti oleh aktivasi platelet dan agregasi, aktivasi jalur koagulasi, dan
vasokonstriksi. Proses ini memuncak dalam trombosis intraluminal koroner dan derajat
variabel oklusi vaskular. embolisasi distal dapat terjadi. Keparahan dan durasi dari obstruksi
arteri koroner, volume miokardium terpengaruh, tingkat permintaan pada jantung, dan
kemampuan dari sisa jantung untuk mengkompensasi merupakan penentu utama dari
presentasi klinis pasien dan hasil.(Anemia dan hipoksemia dapat memicu iskemia miokard
tanpa adanya pengurangan berat pada aliran darah arteri koroner.)
E. Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan menggangu absorbsi nutrient oleh sel-sel
endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah
karena timbunan menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena
akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi sempit dan
aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cebderung
terjadi pembentukan bekuan darah, hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi
intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan penyakit aterosklerosis.
Mekanisme pembentukan lesi aterosklerosis adalah pembentukan thrombus pada
permukaan plak, konsolidasi thrombus akibat efek fibrin, perdarahan ke dalam plak, dan
penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka debris lipid akan
terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri koroner dan kapiler di sebelah distal plak
yang pecah. Hal ini di dukung dengan struktur arteri koroner yang rentan terhadap
ateroskerosis, dimana arteri koroner tersebut berpilin dan berkelok-kelok saat memasuki
jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.
Dari klasifikasinya, maka ACS dapat dilihat dari dua aspek, yaitu Iskemik dan
Infark.Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan
reversibel. Penurunan suplai oksigen akan meningkatkan mekanisme metabolisme anaerobik.
Iskemia yang lama dapat menyebabkan kematian otot atau nekrosis.Keadaan nekrosis yang
berlanjut dapat menyebabkan kematian otot jantung (infark miokard).Ventrikel kiri
merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami iskemia dan infark, hal ini
disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar untuk berkontraksi.Metabolisme
anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang dihasilkan tidak cukup besar juga
meningkatkan pembentukan asam laktat yang dapat menurunkan PH sel (asidosis). Iskemia
secara khas ditandai perubahan EKG: T inversi, dan depresi segmen ST. Gabungan efek
hipoksia, menurunnya suplai energi, serta asidosis dapat dengan cepat mengganggu fungsi
ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi pada daerah yang terserang mengalami gangguan, serabut
ototnya memendek, serta daya kecepatannya menurun.Perubahan kontraksi ini dapat
menyebakan penurunan curah jantung.Iskemia dapat menyebabkan nyeri sebagai akibat
penimbunan asam laktat yang berlebihan.Angina pektoris merupakan nyeri dada yang
menyertai iskemia miokardium.
Angina pektoris dapat dibagi: angina pektoris stabil (stable angina), angina pektoris
tidak stabil (unstable angina), angina variant (angina prinzmetal). Angina Pektoris Stabil:
Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang timbul saat melakukan aktifitas.
Rasa nyeri tidak lebih dari 15 menit dan hilang dengan istirahat. Angina Pektoris Tidak Stabil
(UAP): Pada UAP nyeri dada timbul pada saat istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15
menit dan terjadi peningkatan rasa nyeri. Angina Varian: Merupakan angina tidak stabil yang
disebabkan oleh spasme arteri koroner.
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan kerusakan sel yang
ireversibel dan kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami nekrosis atau
infark akan berhenti berkontraksi secara permanen (yang sering disebut infark). (Juliawan.,
2012)Kebutuhan akan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah
yang terserang penyakit menyebabkan iskemia miokardium local. Iskemia yang bersifat
sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan, dan
menekan fungsi miokardium. (Oktavianus & Sari., 2014)
WOC
Aterosklerosis Trombosis
Kontriksi arteri koronaria
Aliran Darah Ke
Jantung
Jaringan miokard
iskemik
Kerusakan
Timbunan asam Integritas sel berubah
pertukaran gas nyeri
laktat
Resiko
Ansietas Kontraktilitas penurunan
fatique curah
jantung
Intoleransi aktivitas
COP Kegagalan pompa
jantung
Gagal Jantung
b. Rontgen Dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung(CTR > 50 %) diduga gagal
jantung atau aneurisma ventrikuler
c. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi ventrikel, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
d. Pemeriksaan pencitraan nuklir
Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard misal lokasi atau
luasnya AMI.
e. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.Biasanya dilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri
(fraksi ejeksi).Prosedur tidak selalu dilakukan pada fase AMI kecuali mendekati
bedah jantung angioplasty atau emergensi.
f. Treatmill test
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan
(Sumber: Muliadi., 2015)
L. Penatalaksanaan
Keberhasilan terapi SKA bergantung pada pengenalan dini gejala dan transfer pasien
segera ke unit/instalasi gawat darurat. Terdapat 3 hal yang harus dilakukan pada penderita
dengan infark miokard, yaitu :
a. Memantapkan terbukanya arteri koroner dapat dengan cara fibrinolitik, angioplasti,
atau CABG.
b. Menjaga agar arteri koroner tetap terbuka dengan antikoagulan atau dengan anti
platelet.
c. Mencegah meluasnya kerusakan miokard lebih lanjut dengan mengurangi oksigen
demand atau mencukupi kebutuhan oksigen.
Protokol tatalaksana awal SKA tanpa elevasi segmen ST di RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita:
a. Oksigen nasal 2-3 L/menit
b. Aspilet kunyah 160-320 mg
c. Clopidogrel loding dose 300 mg atau Ticagrelor 180 mg
d. Nitrat tablet 5 mg SL dapat diulang 3 kali,jika masih nyeri dada diberi Morphin 2,5–
5 mg IVatau Pethidin 25 mg IV atau Nitrat IV dosis dimulai dari 5 mikrogram/menit
atau dititrasi.
e. Cek laboratorium: Hb, Ht, Leukosit, Ureum, Kreatinin, GDS, Elektrolit, CKMB, hs-
Troponin.
f. ACE Inhibitor (gagal jantung, DM, hipertensi)
g. Anti iskemik beta bloker (jika tidak ada kontraindikasi) atau kalsium antagonis
h. Statin
i. Anti koagulan:
CCT > 30 ml/menit berikan pondafarinux atau enoxafarine subkutan, jika CCT
< 30 ml/menit berikan UFH atau enoxafarine (1 mg/KgBB subkutan sehari
sekali).
Loding dose heparin bolus 60-70 unit maksimal 4000 unit dengan dosis
pemeliharaan 12-15 unit/KgBB/jam maksimal 1000 unit/jam dengan target
APTT 1,5-2 kali nilai kontrol. Dosis enoxafarine 1 mg/KgBB subkutan setiap
12 jam. Dosis pondafarinux 2,5 mg subkutan sekali sehari.
Penatalaksanaan untuk SKA adalah Primary PCI (Percutaneus Coronary Intervention)
dan fibrinolitik. Primary PCI dapat dikerjakan dalam 60 menit di ruang kateterisasi.Meskipun
Primary PCI bermanfaat untuk melebarkan pembuluh darahyang menyempit, dalam
kenyataannnya juga memiliki komplikasi. Komplikasi dapat dibagi menjadi dua kategori
yaitu yang secara umum berkaitan dengan kateterisasi arteri dan yang berhubungan dengan
teknologi yang spesifik yang digunakan untuk prosedur pada koroner (AHA, 2001, dalam
Meilany, 2011). Berikut ini beberapa kompilasi paska pemasangan stent
Onset lebih dari 12 jam. Jika kondisi stabil rawat CVC kurang dari 48 jam, rawat ruang
intermediate atau ruang rawat biasa jika onset lebih dari 48 jam, echokardiografi dan
angiografi koroner dalam 24 jam. Pada pasien tidak stabil dilakukan PCI dini.Indikasi PCI
dini adalah:
a. Persentasi lebih dari 3 jam
b. Tersedia fasilitas PCI
c. Waktu kontak antara pasien tiba sampai dengan inflasi balon kurang dari 90 menit
d. Waktu antara pasien tiba sampai dengan inflasi balon dikurangi waktu antara pasien
tiba sampai dengan fibrinolitik kurang dari 1 jam
e. Terdapat kontraindikasi fibrinolitik
f. Resiko tinggi (gagal jantung kongestif killip III)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, diagnosa
medis, no register dan tanggal MRS. Infeksi ini terutama terserang anak-anak dan
bersifat mudah menular
b. Keluhan Utama
Klien datang ke pusat kesehatan dengan keluhan badanya terasa demam seperti
akan flu dan terdapat ruam yang berisi air d sekitar tubuhnya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Sekarang.
Saaat ini klien merasa badanya terasa panas seperti akan flu dan terdapat ruam
merah pada bagian tubuhnya dan tersa nyeri apabila di pegang. Sebelumnya klien
belum pernah periksa kesehatan ke pusat kesehatan. Klien mengonsumsi obat dari
warung berupa obat flu karena klien menyangka dirinya akan terkena flu.
e. Riwayat Penyakit Keluarga.
Sebelumnya tetengga dari klien pernah mengalami penyakit cacar air dan klien
sering berkunjung ke tetangganya saat cacarnya sudah mulai kering. Tidak ada
anggota keluarganya yang mnegalami keluhan sama seperti dia.
B. Pengkajian fokus
a. Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan tahanan
b. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan, kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah.
c. Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
d. Neuro sensori
Gejala : kesemutan area bebas
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku kejang (syok listrik), laserasi corneal,
kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihat
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu.
f. Keamanan
Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit.
Data subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.
Data Objektif :
a. Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik kemerahan pada kulit
yang berisi cairan jernih.
b. Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
c. Psikologis : menarik diri.
d. GI : anoreksia.
e. Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa muncul diantaranya:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agent cidera iskhemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri koroner
b. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan Gangguan stroke volume (preload,
afterload, kontraktilitas)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dengan beban kerja jantung meningkat
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil :
Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi skala nyeri 0-2 ( 0-
7 ).
Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Pasien tidak gelisah
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
b. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan Gangguan stroke volume (preload,
afterload, kontraktilitas)
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam penurunan kardiac
ouput klien teratasi
Kriteria hasil :
- Dapat mentoleransi aktivitas
- Tanda vital normal
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
d. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan beban kerja jantung meningkat Tujuan :
setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam pasien menunjukkan
kefektivan pola nafas
Kriteria hasil :
- menunjukkan jalan nafas paten
Tn. S Berusia 53 tahun dibawa istri nya ke IGD pada pukul 11.00 WIB dengan keluhan
nyeri pada daerah ulu hati menyebar ke dada, pundak danpunggung. Keadaan Umum klien
baik, kesadaran composmentis GCS E:4M:6 V:5. Klien terpasang O2 dengan non-rebreating
masker 8liter/menit,terpasang syringe pump dengan NTG di spuit 50cc 3cc/jam,
terpasangkondom kateter, terpasang infus RL 20cc/jam pada tangan kanan. TTV, TD 153/94
mmHg, Nadi 70 x/menit, RR38x/menit, Suhu 36,1°C.
PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 53 tahun
Alamat : Buayan, Kebumen
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai PDAM
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 50 tahun
Alamat : Buayan, Kebumen
Hub. Dengan Klien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada daerah ulu hati menyebar ke dada, pundak danpunggung.
Riwayat penyakit sekarang :
Klien datang ke IGD pada tanggal 7 juli 2017 jam 11.00 dengan keluhannyeri pada ulu hati
menyebar ke dada, pundak, dan punggung. Klienmerasa nyeri sejak pukul 09.00 lalu klien
dibawa ke puskesmas Buayansebelum akhirnya klien meminta dirujuk ke RSU PKU
Muhammadiyah Gombong. Klien masuk ICU setelah sebelumnya mendapat perawatan di
ruang Husna PKU Muhammadiyah Gombong dengan diagnosa medis NSTEMI. Keadaan
umum klien baik, kesadaran composmentis GCS E:4M:6 V:5. Klien terpasang O2 dengan
non-rebreating masker 8liter/menit,terpasang syringe pump dengan NTG di spuit 50cc
3cc/jam, terpasangkondom kateter, terpasang infus RL 20cc/jam pada tangan kanan.
Saatdikaji TTV klien yaitu: TD 153/94 mmHg, Nadi 70 x/menit, Pernafasan38x/menit, Suhu
36,1o Celcius, Saturasi Oksigen 98%.
3. Pengkajian Kritis B6
a. B1 (Breathing)
Klien mengatakan sesak nafas. Rr 36x/menit saturasi oksigen 98%.Irama nafas cepat. Suara
nafas mengi. Terpasang Non-rebreatingmask 8l/menit. Tidak ada penumpukan sekret.
Hidung bersih.
b. B2 (Blood)
TD 153/94mmHg. Nadi 70x/menit. Suara jantung normal tidak adasuara jantung tambahan.
Saturasi oksigen 98%. Adanya peningkatanJVP.
c. B3 (Brain)
Kesadaran klien composmentis dangan GCS E4 M6 V5. Klien tidakmengalami disorientasi
waktu, tempat, maupun orang. Alurpembicaraan nyambung. Ukuran pupil kanan 3mm kiri
3mm.
d. B4 (Bowel)
Tidak ada lesi pada rongga mulut. Tidak menunjukan dehidrasi. Klienmengalami konstipasi.
Klien mengatakan belum BAB sejak 2 hariyang lalu. Bising usus 16x/menit.
e. B5 (Bladder)
Produksi urin menurun. Urin pekat kekuningan. Klien terpasangkondom kateter ukuran 30.
f. B6 (Bone)
Terpasang infus pada tangan kiri. Tidak mengalami kelemahananggota gerak. Tonus otot 5.
Adanya udema derajat 1. Warna kulitsawo matang, akral hangat dan lembab. Tidak
ditemukan adanyaulkus dekubitus.
Mandi √ √
Berpakaian √ √
Toileting √ √
Berpindah √ √
makan √ √
Keterangan :
0 : Mandiri penuh
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu alat dan orang lain
4 : Ketergantungan
f. Pola Mempertahankan Suhu
Sebelum sakit : Klien mengatakan menggunakan kipas angin saatpanas, jaket dan selimut
saat dingin
Saat dikaji : Klien meminta menghidupkan AC ruangan saatpanas, memakai selimut saat
dingin
g. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan terkadang berlibur ke pantaibersama keluarga
Saat dikaji : Klien mengatakan hanya berbaring di tempat tidur,mengobrol saat dijenguk.
h. Pola belajar
Sebelum sakit : Klien mengatakan jarang membaca buku-bukupengetahuan
Saat dikaji : Klien mengatakan mendapatkan penyuluhan daritim medis dirumah sakit
i. Pola Personal Hygiene
Sebelum sakit : klien mengatakan mandi 2x sehari, rajin memotongkuku dan rajin keramas
Saat dikaji : Klien belum mandi, di ruangan klien diseka 2xsehari, pagi dan sore
j. Pola Kenyamanan
Sebelum sakit : Klien mengatakan merasa nyaman denganlingkungan di rumah
Saat dikaji : Klien mengatakan kurang nyaman dengan keadaandi rumah sakit, klien merasa
tidak nyaman dengansakitnya.
k. Pola Spiritual
Sebelum sakit : Klien mengatakan rutin beribadah, terkadangberibadah di masjid dan
mengikuti pengajian
Saat dikaji : Klien mengatakan melakukan tayamum danberibadah dengan tiduran.
l. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada masalahberkomunikasi, suara jelas dan bisa
mendengardengan baik
Saat dikaji : Komunikasi kurang lancar karena sesak, sesekalimenghela nafas
m. Pola Bekerja
Sebelum sakit : Klien mengatakan bekerja sebagai pegawailapangan PDAM.
Saat dikaji : Hanya berbaring di tempat tidur
n. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Klien mengatakan menggunkan baju dan celanapendek, memakai pakaian
yang disukainya
Saat dikaji : Klien mengenakan pakaian sederhana.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis GCS E4 M6 V5TD 153/94mmHg, N
70x/menit, RR : 36x/ menit,suhu 36,1
b. Kepala
mesocephali, simetris, nyeri kepala tidak ada
c. Wajah
Simetris, tidak oedema, tidak ada sianosis, ekspresi tegang
d. Mata
Kelopak mata normal, konjungtiva ananemis, isokor, sklera anikterikreflex cahaya ada, tajam
penglihatan normal.
e. Telinga
Tidak ada serumen, membrane timpani normal, pendengaran normal
f. Mulut
Stomatitis tidak ditemukan, gigi sebagian berlubang, kelainanTidakada
g. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, terdapat pembesaran vena jugularis
h. Thoraks
- Paru
Inspeksi : Gerakan simetris, retraksi dinding dada tidakterlihat, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan, vocalfremitus kuat dan simetris
Perkusi : Bunyi sonor
Auskultasi : Bunyi ronchi
- Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris, ictus cordis terlihat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, denyutteraba kuat
Perkusi : bunyi redup, tidak terkaji kardiomegali
Auskultasi : bunyi jantung normal tidak terkaji adanya bunyijantung tambahan.
i. Abdomen
Inspeksi : perut buncit, tidak ada lesi, warna kulit sawomatang
Auskultasi : bising usus 16x/menit
Palpasi : tidak asites, tidak ada nyeri tekan, tidak terkajipembesaran hepar
Perkusi : bunyi timpani
j. Genitalia
terpasang kondom kateter
k. Ekstermitas
Akral hangat, edema derajat 1, kekuatan 5/5, tidak ada kelemahananggota gerak.
6. DataPenunjang
a. PemeriksaanLaboratorium
Hasil Nilai Satuan
Tanggal Pemeriksaan Rujukan
b. PemeriksaanThoraks
- Tampak adanya pembesaranjantung
- Tidak tampak adanya kelainanparu
7. Terapi
No Tanggal Nama therapi Dosis
1. 08 Juli 2017 Disolf 490 mg 3x1
2. 08 Juli 2017 Simvastatin 20 mg 1x1
3. 08 Juli 2017 Alprazolam 0.5 mg 1x1
4. 08 Juli 2017 Laxadin syirup 3x2
5. 08 Juli 2017 Arixtra 2.5 mg 1 x 2.5 mg
6. 08 Juli 2017 Nitrogliserida 10 mg dalam 20mcg /menit
spuit 50cc
7. 08 Juli 2017 Morphine 2x10 mg + 2cc/jam
ketorolac 2 mg (dalam spuit
50cc)
8. 08 Juli 2017 NaCl 500ml/24jam
9. 09 Juli2017 Disolf 490 mg 3 x1
09 Juli2017 Simvastatin 20 mg 1 x1
09 Juli2017 Alprazolam 0.5 mg 1 x1
09 Juli2017 Laxadin syirup 3 x2
09 Juli2017 Arixtra 2.5 mg 1 x 2.5 mg
09 Juli2017 Nitrogliserida 10 mg dalam 10mcg /menit
spuit 5occ
09 Juli2017 Morphine 2 mg + ketorolac 2cc/jam
2x10mg (dalam spuit 50cc)
09 Juli2017 NaCl 500ml/24jam
ANALISA DATA
No Tanggal Data Etiologi Masalah
1 08 Juli Ds : agen cidera Nyeri akut
biologis
2017 - Klien mengatakan nyeri pada
(iskemik,
dada menjalar ke punggung
penurunan
danpundak
suplai
- Klien mengatakan nyeri terasa
oksigen ke
seperti di remas dan ditusuk
otot jaringan
- Klien mengatakan nyeri saat
miokard).
aktifitas
- Klien mengatakan merasa
sesaknafas
- Klien mengaku susah tidur
karena merasanyeri
Do:
- Klienmerintih
- Klien mengusap daerah
nyeri
- Kliengelisah
- Posisi klien tidaknyaman
- Raut muka klien tegang,
menyeritkandahi
- Klien susah tidur karena
merasanyeri
- Nadi70x/menit
- TD 153/94mmHg
- MAP 113mmHg
- Rr 36x/menit
- spO298%
2 08 Juli Ds : kontraktilitas Penurunan
2017 jantung curah jantung
- Klien mengeluh nyeri skala6
- Klien mengeluh sesaknafas
- Klien mengeluhpusing
Do :
- Nadi70x/menit
- TD 153/94mmHg
- MAP 113mmHg
- Rr 36x/menit
- spO2 98%
- Hasil rontgen thorax terlihat
adanya cardiomegali
- Klien mengalami udem
ringan derajat1
- Bunyi nafasmengi
- Klienmengalami
peningkatanjvp
3 08 Juli Ds : Perubahan Kecemasan
2017 Status
- Klien mengatakan ia takut jika
Kesehatan
terjadisesuatu
- Klien mengatakan tidak
mengerti akankeadaanya
- Klien sering menanyakan
keadaanya
Do :
- Klien sering bertanya tentang
tindakan yang akan dilakukan
- Nadi70x/menit
- TD 153/94mmHg
- MAP 113mmHg
- Rr 36x/menit
- spO2 98%
- Kliengelisah
- Klien selalu merubah posisinya
- Raut muka tegang
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas jantung
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
(iskemik,penurunan suplai oksigen ke otot jaringan miokard).
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan statuskesehatan
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Penurunan Setelah dilakukan Cardiac Care
curah jantung asuhankeperawatan selama - Evaluasi
berhubungan 3x7jam diharap curah adanya
dengan jantung normal dengan nyeri
kontraktilitas kreteria: dada( intens
jantung - Nyeri angina tidak ada itas,lokasi,d
- Klien dapatberaktivitas. urasi)
- Tanda vital dalam - Catat adanya
batasnormal. disritmiajantung
- Tidak ada edema paru, - Catat adanya
perifer, dan tidak tanda
adaasites dangejala
- Tidak ada penurunan
penurunankesadaran cardiacoutput
- Monitor
statuskardiovaskuler
- Monitor status
pernafasan yang
menandakan gagal
jantung,berikan
terapioksigen
- Monitor abdomen
sebagaiindicator
penurunanperfusi
- Monitor balance cairan
- Monitor adanya
perubahantekanan
darah
- Monitor respon pasien
terhadapefek
pengobatan antiaritmia
- Atur periode
latihan
danistirahat
untuk
menghindarikele
lahan
- Monitor toleransi
aktivitaspasien
- Monitor adanya
dyspneu,fatigue,
tekipneu
danortopneu
- Anjurkan untuk
menurunkanstress
frekuensidaniramapern
apasan
- Monitor suaraparu
- Monitor pola
pernapasanabnormal
- Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
- Monitor sianosisperifer
- Monitoradanya
cushing triad(tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatansistolik)
- Identifikasi penyebab
dariperubahanvital sign
PENUTUP
Kesimpulan
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri otot. Cara bekerjanya menyerupai otot
polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Lapisan jantung
terdiri dari : Endokardium, Miokardium, Pericardium Ruang Jantung terbagi atas empat
ruang: Atrium kanan dan atrium kiri yang dipisahkan oleh septum intratrial, Ventrikel
kanan dan ventrikel kiri yang dipisahkan oleh septum. Katup jantung terdiri dari : Katup
Trikuspidalis, Katup pulmonal ,Katup Bikuspid, Katup Aorta.
Pembuluh darah dalam jantung : Arteri Koroner, Vena Kava Superior, Vena kava
Inferior, Vena Pulmonalis, Aorta, Arteri Pulmonalis.
Alaeddini Jamshid, MD, FACC, FHRS. 2016. “Angina Pectoris”. Medscape, desember
2016. http://emedicine.medscape.com/article/150215-differential 11 Mei 2017
Coven, David L, MD, PhD. 2016. “Acute Coronary Syndrome”. Medscape, desember
2016 http://emedicine.medscape.com/article/1910735-overview 27 Maret
2017.
Oktavianus dan Febriana Sartika Sari. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Sistem
Kardiovaskuler Dewasa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rizky Pribadi. 2014. “Non-ST Elevasi miokard Infark” (online). Januari 2014.
http://kalangkangmencrang.blogspot.co.id/2014/01/non-st-elevasi-miokard-
infark-nstemi.html 11 Mei 2017
Roffi Marco. (2016). “2015 ESC Guidelines for the management of acute coronary
syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation”.
European Heart Journal, is a available on the ESC website
http://www.escardio.org/guidelines 27 maret 2017 hal: 273