Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Trend Dan Issu Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :
1. Alexius Andi Bur 1611B0204
2. Aulia Zahrah Afifah 1611B0212
3. Dinda Deristia 1611B0221
4. Ghurid Indra Krisna Mukti 1611B0229
5. Karissa Kismaya Putri 1611B0235
6. Lesni Bertaria R.B.L.G 1611B0241
7. Megi A.D. Takubak 1611B0311
8. Meri Anggun Ningtyas 1611B0246

PROGRAM STUDI SI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan

menurut badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ada tiga aspek yang

perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek social. Secara biologis

penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus

yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik sehingga rentannya terhadap penyakit

yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan karena perubahan berbagai macam

dalam struktur, fungsi, sel dan jaringan serta sistem organ. Secara ekonomi penduduk lansia

lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan

bahwa tidak lagi memberikan banyak manfaat bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa

kehidupan masa tua sering sekali dipersepsikan secara negative sebagai beban keluarga dan

masyarakat. Dari aspek social, penduduk lansia merupakan satu kelompok social sendiri.

Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa dihindarkan. Keinginan

semua orang adalah bagaimana agar tetap tegar  dalam menjalani hari tua yang berkualitas

dan penuh makna. Hal ini dapat dipertimbangkan mengingat usia harapan hidup penduduk

yang semakin meningkat. Menjadi tua adalah suatu proses naturnal dan kadang-kadang tidak

tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua

sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua

merupakan gambaran yang universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab

penuaan atau mengapa  manusia menjadi tua pada saat usia yang berbeda-beda.

Penuaan terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa bayi, anak-anak,

dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan usia kronologis 70 tahun mungkin
dapat memiliki usia fisiologis seperti orang usia 50 tahun. Atau sebaliknya, seseorang dengan

usia 50 tahun mungkin memiliki banyak penyakit kronis sehingga usia fisiologisnya 90

tahun.

Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses

kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam

maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit

yang sering menghinggapi kaum lanjut usia dengan penurunan kualitas hidup sehingga status

lansia dalam kondisi sehat atau sakit.

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan

kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan,

yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW),

Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat

lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.

Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia  yang diperuntukkan

khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu program pokok perawatan

kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada

keluarga  lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan

banyaknya keluarga yang berisiko tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada

keluarga secara professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat 2010 “

yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM).

Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan perhatian yang selayaknya.
1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan pembuatan makalah ini salah satunya untuk memenuhi tugas “Keperawatan

Gerontik” disamping itu juga bertujuan untuk memberikan informasi, gambaran, keterangan

serta penjelasan-penjelasan mengenai “ Issu dan Kecenderungan Keperawatan Gerontologi”.


BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Fenomena Lansia


2.1.1 Pengertian
Menurut pasal UU No.13 tahun1998 pasal 1 ayat (2), (3), (4) tentang kesehatan
dikatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun.
Menurut Wirakartakusumah lansia adalah seorang pria atau wanita yang berusia
enam puluh tahun keatas baik secara  masih berkemampuan atau pun karena sesuatu
hal tidak lagi mampu berperan aktif dalam pembangunan.

2.1.2 Toeri-teori Proses Menua


1. Teori Biologi
a. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel-sel tubuh di program untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel
pada lansia dilepas dari tubuh da dibiakkan dilaboratorium, lalu diobservasi,
jumlah sel-sel yang akan membelah,jumlah sel yang akan membelah akan
terlihat sedikit.
b. Teori Genetik
Menurut teori ini manula telah di program secara genetic untuk species-
species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu
jam genetic yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.
c. Sintesis Protein
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia.
Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan
kimia pada komponen protein daalam jaringan tersebut.
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.

2. Teori Psikologis
a. Aktivitas atau Kegiatan
Seorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua. Sense of integrity yang di bangun di masa mudanya tetap
terpelihara di masa tua.
b. Kepribadian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada usia lanjut.
Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat,
keluarga dan hubungan interpersonal.
c. Teori Pembebasan
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya

2.2 Fenomena Demografi


Fenomena yang mennjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tindakan
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia sebagai akibat proses penuaan. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat
dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :
- AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
- AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun

Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly: Di Indonesia


akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke peringkat enam
pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980.

Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/ 5.5%
dari total populasi penduduk.Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi kurang
lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993).

Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:

1. 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.

2. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.

3. 53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.

4. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.

2.3 Permasalahan Pada lansia

2.3.1 Permasalahan Umum

1. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.

2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia

lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.

3. Lahirnya kelompok masyarakat industry.


4. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut

usia.

5. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan

lansia.

2.3.2 Permasalahan Khusus

1. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik

fisik,mental maupun sosial.

2. Rendahnya produktifitas kerja lansia.

3. Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat

4. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat

individualistik.

5. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu

kesehatan fisik lansia.

2.4 Pendekatan Perawatan Gerontik (Lanjut Usia)

2.4.1 Pendekatan Fisik

Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :

1. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan

orang lain.

2. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami

kelumpuhan atau sakit.

2.4.2 Pendekatan Psikis

Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan

edukatif pada klien lanjut usia, perawat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai

sahabat yang akrab.

2.4.3 Pendekatan Spiritual

Perawatan harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam

hubungannya dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam

keadaan sakit atau mendekati kematian.

2.5 Masalah Kesehatan Gerontik

1. Masalah kehidupan seksual

Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah

mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada

suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas

ini dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan cara

berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat

menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya

normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam

membentuk ikatan fisik dan emosional secara mendalam selama masih mampu

melaksanakan.

2. Perubahan Prilaku

Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat

menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri,

timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering

menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak

masalah.
3. Pembatasan fisik

Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama

dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan –

peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal

mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang

memerlukan bantuan orang lain.

4. Palliative care

Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan

untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat

menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai

contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan

diuretika. Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek

sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi

sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping inilah yang menyebaban

ketidaknyaman lansia.

2.6 Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis

pelayanan kesehatan yang diterima.

1. Azas

Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to

life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation),

perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas
yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health

to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia,

meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.

2. Pendekatan

Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah

sebagai berikut :

a. Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)

b. Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)

c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)

d. Lansia turut memilih kebijakan (choice)

e. Memberikan perawatan di rumah (home care)

f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)

g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging).

h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)

i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)

j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and

family care)

3. Jenis

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu

Promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta

pemulihan.
2.7 Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia

1. UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jomp.

2. UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja

3. UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

4. UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

5. UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

6. UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

7. UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman

8. UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga Sejahtera

9. UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun

10. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan

11. PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera

12. PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan

13. UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran negara

Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan

bagi Orang Jompo.

UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :

a. Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan

kelembagaan.

b. Upaya pemberdayaan
c. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensial

d. Pelayanan terhadap lansia

e. Perlindungan social

f. Bantuan social

g. Koordinasi

h. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi

i. Ketentuan peralihan

Beberapa undang-undang yang perlu disusun adalah :

1. UU tentang Pelayanan Lansia Berkelanjutan (Continum of Care)

2. UU tentang Tunjangan Perawatan Lansia

3. UU tentang Penghuni Panti (Charter of Resident’s Right)

4. UU tentang Pelayanan Lansia di Masyarakat (Community Option Program)

2.8 Peran Perawat

2.8.1 Pengertian

Peran adalah seperangkat tingkh laku yang diharapkan orang lain terhadap

seseorang sesuai kedudukannya dalam suatau sistem. Peran di pengaruhi oleh

keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Kozier Barbara,

1995:21).

2.8.2 Elemen Peran 

Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen perawat professional

anatara lain:
1. Care Giver

Pada peran ini perawat diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan

keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai

dengan diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat

sederhana sampai pada masalah yang komplek. Memperhatikan individu

dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien

berdasarakan kebutuhan signifikan dari Klien.

2. Client Advocate

Client advocate ini merupakan tugas perawat yaitu bertanggung jawab

membentu klien dan keluarga dalam memberikan informasi lain yang di

perlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan

keperawatan yang di berikan.

3. Counselor

Konseling dapat dilakukan oleh perawat kepada keluarga dalam

membantu mengatasi masalah dan beradaptasi terhadap konsekuensi dari

proses menua yang dialami oleh lansia serta meningkatkan hubungan

interpersonal diantara anggota keluarga. maupun swasta dalam memberikan

pelayanan yang komprehensif pada keluarga dengan usia lanjut tersebut.

4. Researcher

Perawat akan mengidentifikasi masalah penelitian yang terkait dengan

asuhan keperawatan keluarga dengan usia lanjut. Perawat merancang dan

menyelenggarakan penelitian sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasi.


Hasil penelitian tersebut diidesiminasikan dan diaplikasikan dalam praktek

keperawatan keluarga dengan usia lanjut.

2.9 Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia

Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan

masyarakatnya, diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah program

asuransi social federal yang dirancang untu menyediakan perawatan kesehatan bagi lansia

yang memberikan jaminan keamanan social. Medicare dibagi 2 : bagian A asuransi rumah

sakit dan B asuransi medis. Semua pasien berhak atas bagian A, yang memberikan

santunan terbatas untuk perawatan rumah sakit dan perawatan di rumah pasca rumah sakit

dan kunjungan asuhan kesehatan yang tidak terbatas di rumah. Bagian B merupakan

program sukarela dengan penambhan sedikit premi perbulan, bagian B menyantuni secara

terbatas layanan rawat jalan medis dan kunjungan dokter. Layanan mayor yang tidak di

santuni oleh ke dua bagian tersebut termasuk asuhan keperwatan tidak terampil, asuhan

keperawatan rumah yang berkelanjutan obat-obat yang diresepkan, kaca mata dan

perawatan gigi. Medical membayar sekitar biyaya kesehatan lansia (U.S Senate Committee

on Aging, 1991).

Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan bantuan

pemerintah bersangkutan. Program ini beredar antara satu Negara dengan lainya dan hanya

diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid merupakan sumber utama dana

masyarakat yang memberikan asuhan keperawatan di rumah bagi lansia yang tidak

mampu. Program ini menjamin semua layanan medis dasar dan layanan medis lain seperti

obta-obatan, kaca mata dan perawatan gigi


Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia  yang diperuntukkan

khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu program pokok perawatan

kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada

keluarga  lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan

banyaknya keluarga yang berisiko tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada

keluarga secara professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat 2010 “

yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM).

Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan perhatian yang layak
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak

memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat

perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh

instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya

telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia,

keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar

(primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi pada lansia.

3.2 Saran

1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa

keperawatan.

2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan

khususnya dalam mata kuliah keperawatan gerontologi.

Anda mungkin juga menyukai