Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI NY.S DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)


DI NICU RUANG MAWAR RSUD Dr.ISKAK TULUNGAGUNG

Disusun oleh kelompok 3 :


1. Aulia Zahrah Afifah (1611B0212)
2. Chrystian Erwin Ananta (1611B0215)
3. Emeylian Dhea Prisantika (1611B0224)
4. Sulistya Dwi Rahayu (1611B0268)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN
STRADA INDONESIA
KEDIRI
2019
BAB I
KONSEP DASAR

A. Definisi BBLR
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo,2006). BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada
bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)(Pudjiadi, dkk., 2010).

B. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat bayi lahir rendah (Proverawati
danIsmawati, 2010), yaitu:
a. Faktor Orang Tua
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahanantepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi,HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus
(CMV)dan Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia <
20tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
inidikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang. 
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta , sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

C. Fisiologi
a. Anatomi
1. Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan
2. Lemak jaringan sedikit
3. Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari
4. Pada bayi laki-laki testis belum turun
5. Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol
b. Fisiologis
1. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak
menangis, bayi lebih banyak tidur dan malas
2. Kurangnya lemak pada jaringan subkutan akibatnya mempercepat terjadinya
perubahan suhu
3. Suhu tubuh mudah menjadi hipotermi
4. Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna
5. Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang

D. Patofisiologis
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit,
hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan
seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi
preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-
lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-
34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori
yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas
ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.

E. Pathway
Faktor ibu: Faktor kehamilan: Faktor janin:
Toxemia Gravidarum Kehamilan ganda Cacat bawaan
Perdarahan Kelainan kromosom Infeksi pada rahim
Trauma fisik Perdarahan antepartus

Bayi lahir dengan BB rendah

Pusat pengatur suhu Fungsi pengatur Fungsi pencernaan Penurunan sistem


panas badan belum pernapasan belum belum sempurna imun
sempurna sempurna
Penyerapan makanan Rentan terjadi
Terjadi penguapan Surfaktan paru-paru lemah infeksi
Yang sempurna masih kurang
Aktivitas otot pemakan
Kehilangan panas Kompiane paru menurun Resti Infeksi
menurun
Merangsang Prof.HCl
Hipotermi
Ventilasi paru menurun meningkat

Sesak Mual, muntah

Ketidakefektifan Pola Nafas Anoreksia

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
F. Klasifikasi
Menurut Deslidel et al. (2011: 108) klasifikasi BBLR, yaitu :
a. BBLR prematur atau kurang bulan
1) Sindrom gangguan pernafasan ideopatik (penyakit membran hialin)
2) Pnemonia aspirasi karena refkek menelan dan batuk belum sempurna, bayi belum
dapat menyusu
3) Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler (P/IVH) otak lateralakibat
anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan)
4) Hipotermia karena sumber panas bayi prematur baik lemak subkutan yangmasih
sedikit maupun brown fat belum terbentuk.
Beberapa ciri jika seorang bayi terkena hipotermi antara lain :
a) Bayi menggigil 
b) Kulit anak terlihat belang, merah putih atau timbul bercak-bercak.
c) Anak terlihat apatis atau diam saja.
d) Gerakan bayi kurang dari normal.
e) Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan ujung-
ujung jarinya. (Walyani, 2015 :161).
5) Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang 
b. BBLR tidak sesuai usia kehamilan atau dimatur
1) Sindrom aspirasi mekonium
2) Hiperbilirubinemia
3) Hipoglikemia
4) Hipotermia

G. Manifestasi Klinis
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada
lengan dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap,
telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit

H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.

I. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi
kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB
(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/
hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR.
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus
dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur
dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari
berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus
sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.

f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang
atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan didalam kandungan terganggu.
2. Keluhan Utama
Menanggis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan/ suhu tuhuh rendah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Lahir spontan, sc umur kehamilan antara 24 minggu 37 minggu, bb kurang/ sama
dengan 2500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan
yang parah , 4 sampai 5 kegawatan sedang, dan 7 – 10 normal.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu memiliki riwayat kehamilan prematur, kehamilan ganda, hipramnion.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti Dm, Tb, Tumor
kandungan, Kista, Hipertensi.
6. ADL
1) Pola nutrisi
2) Pola istirahat tidur
3) Pola personal
4) Pola aktivitas
5) Pola eliminasi
7. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran compos mentis
2) Nadi : 180x/ menit kemudian menurun sampai 120 – 140x/ menit
3) RR : 80x/ menit kemudian menurun sampai 40x/ menit
4) Suhu : < dari 36, 5ᴼ C
8. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem sirkulasi/ kadiovaskuler
2) Sistem pernapasan
3) Sistem gastrointestinal
4) Sistem genitourinaria
5) Sistem neourogis dan muskuluskeletal
6) Sistem thermogulasi ( suhu )
7) Sistem kulit
9. Pemeriksaan fisik
- kulit - mulut
- mata - telingga
- hidung - leher
- kepala - genetalia
- anus
B. Kasus Asuhan Keperawatan
1) Analisa Data
a. Data Subjektif
b. Data Objktif
2) Daftar Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Pola Nafas
b. Hipotermi
c. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan tubuh
3) Intervensi
i. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan fungsi pengaturan
pernafasan belum sempurna.
- Tujuan : Pola nafas efektif
- Kriteria Hasil :
1) Kebutuhan O2 menurun
2) Nafas spontan : adekuat
3) Tidak sesak
4) Tidak ada retraksi
- Intervensi :
1) Kaji Ttv bayi
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien
2) Beri posisi semiflowler
Rasional : mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman
3) Observasi adanya sianosis
4) Observasi pola nafas
5) Kolaborasi pemberian O2

ii. Hipotermi berhubungan dengan pusat pengaturan suhu panas badan belum
sempurna.
- Tujuan : Suhu bayi stabil
- Kriteria Hasil : Suhu 36,5 ᴼC – 37,5 ᴼC, Akral hangat
- Intervensi :
1) Kaji Ttv bayi
2) Observasi adanya sianosis
3) Beri popok dan selimut sesuai kondisi
4) Ganti segera popok yang basah oleh urine/ feses
5) Pertahankan pada inkubator dengan kehangatan 36,5ᴼC –
37,5ᴼC
iii. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuan tubuh berhubungan
dengan fungsi pencernaan belum sempurna.
- Tujuan : Nutrisi adekuat
- Kriteria Hasil :
1) Berat badan naik 10 – 30 gram / hari
2) Tidak ada edema
3) Muntah ( - )
4) Kembung ( - )
5) Refleks menghisap < menelan baik
- Intervensi :
1) Observasi reflek hisap dan menelan
2) Kaji Ttv
3) Timbang BB setiap hari
4) Catat intake dan Output
5) Beri minum sesuai program

4) Implementasi
Pelaksanaan implementasi merupakan tahap ketiga dalaam proses asuhan
keperawatan yang perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun dalam tahap
perencanaan, implementasi akan dilaksanakan pada kasus nyata serta sesuai dengan kondisi
klien.

5) Evaluasi
Menurut Nursalam (2001) evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk
memonitor”kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan
pelaksanaan tindakan.
Adapun evaluasi yang diharapkan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
adalah oksigenisasi klien kembali adekuat, klien dapat mempertahankan suhu tubuh yang
stabil, klien tidak mengalami infeksi, kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi, kebutuhan
cairan klien kembali seimbang, integritas kulit klien tetap utuh, klien tidak mengalami cidera,
klien mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal, keluarga klien menunjukkan
perilaku kedekatan yang positif.
S : Subjektif
Yang didapatkan dari keluhan klien
O : Objektif
Yang didapatkan dari hasil pemeriksaan oleh petugas yang terkait
A : Assesement
Beri kesimpulan dari data subjektif dan objektif yang menunjukkan keberhasilan
tindakan yang telah dilakukan ataupun masalah yang baru muncul
P : Planning
Perencanaan target dan tindakan yang sudah dilakukan dengan berpedoman pada
tingkat keberhasilan yang telah dicapai

DAFTAR PUSTAKA
Jumiarni. (2006 ). Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC.
Prawihardjo, Sarwono. ( 2006 ). Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonata.l Jakarta: YBP –
SP.
Surasmi A, Handayani S. ( 2005 ). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Rudi. 2012. Askep BBLR.http://perawatku.blog.unsoed.ac.id/2012/05/10/askep-bblr/
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS NEONATUS
Nama Bayi : By.Ny.S
Tanggal Lahir : 24 Agustus 2019 Jam : 20.15 WIB
Jenis : Perempuan
Umur : 3 hari
Ruang : Mawar
Kelahiran : Tunggal
Tanggal MRS : 24 Agustus 2019 Jam : 20.45 WIB
Tanggal Pengkajian : 26 Agustus 2019 Jam : 14.00 WIB
Diagnosa medis : BBLR + Asfiksia sedang
B. IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ibu : Ny.S Nama Ayah : Tn.M
Umur Ibu : 34 Tahun Umur Ayah : 43 Tahun
Pekerjaan Ibu : IRT Pekerjaan Ayah : Tani
Pendidikan Ibu : SLTP Pendidikan Ayah: SLTP
Agama : Islam
Alamat : Sumurup, Bendungan Trenggalek
Dikirim Oleh : Yuyun
C. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN :
1. Riwayat Kehamilan
Ibu (G) II P1001 A000
BB 54 kg , Umur Kehamilan 33-34 minggu/bulan
TB 146 cm
Pemeriksaan antenatal di PKM Bendungan
Penyakit/komplikasi kehamilan tidak Ada
Merokok…….. ya/tidak
Jamu…………………….ya/tidak
Kebiasaan minum obat………… ya/tidak
Periksa terakhir :
Hb 10,3 gr%

2. Riwayat Persalinan
Bayi lahir pada Tanggal 24 Agustus 2019 jam 20.15 WIB di usia kehamilan 33-34
minggu dengan SC karena Ny.S dengan Plasenta Previa Totalis, jenis kelamin perempuan
dengan BB 1960 gram, TB 46 cm, APGAR 4-5 K/U lemah, ketuban jernih
D. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan Sekarang :
a. Keluhan utama : Sesak
b. Riwayat penyakit Sekarang : Ny.S mengatakan perdarahan pervagina dikarenakan
Plasenta Previa Totalis, dirawat di RS Iskak pada tgl 20 Agustus 2019 pukul 21.45
kemudian pada tanggal 24 Agustus 2019 pukul 20.15 melahirkan secara SC di
usia kehamilan 33-34 minggu, JK perempuan, dg K/U lemah mendapat perawatan
di NICU karena sesak. Pada saat pengkajian akral dingin, S 36°C, N 138x/mnt,
RR 68x/mnt, reflek hisap lemah, dan terpasang O2 BCPAP, infus D10 1/5 NS
170/24jam, cyanosi (+), menangis lemah
2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya :
a. Riwayat Kesehatan yang lalu : -
b. Imunisasi yang telah didapatkan : Belum imunisasi
3. Riwayat Keluarga
Genogram :
Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: tinggal serumah

4. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


Tahap Pertumbuhan
a. Berat badan lahir : 1960 gr Berat badan sekarang : - gr
b. Lingkar Kepala : 32 cm Lingkar Dada : 28 cm
Lingkar Abdomen : 27 cm Lingkar Lengan Atas : 8 cm
c. Panjang Badan : 46 cm
Kebutuhan dasar
a Nutrisi : Terpasang OGT ± 5cc, infus D10 1/5 NS 170/24jam
b Eliminasi : BAK (-) BAB (-)
c Istirahat tidur : Baik
d Personal Hygiene : Setiap pagi dilakukan seka, oral hygiene
5. Pengkajian fisik
a. Tanda – Tanda Vital :
Nadi : 138 x/menit Suhu : 36 °C
Pernafasan : 68 x/menit, CRT : < 3 detik
b. Pemeriksaan Fisik
 Kulit :
1. Turgor kulit baik
2. Akral dingin
3. CRT < 3 detik
 Kepala :
1. Bentuk normal
2. Tidak ada benjolan
 Mata :
1. Bentuk simetris
2. Konjungtiva tidak anemis
3. Pupil isokor
4. Sklera tidak ikterus
 Hidung :
1. Normal
2. Tidak ada sekret
3. Terpasang O2 BCPAP
 Telinga:
1. Bentuk simetris
2. Tidak ada serumen
3. Terdapat lubang telinga
 Mulut/Lidah :
1. Ada cyanosis
2. Reflek hisap dan telan lemah
3. Bentuk mulut normal
 Leher :
1. Tidak ada benjolan
 Dada :
- Jantung (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
Inspeksi : bentuk dada simetris, terdapat retraksi dada
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : bunyi jantung pekak
Auskultasi : suara vesikuler
- Paru – Paru (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi):
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : pergerakan dada simetris
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : suara vesikuler
 Abdomen (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)1:
Inspeksi : Bentuk dada
Palpasi : Tidak ada benjolan
Perkusi : Bunyi timpani
Auskultasi : suara bising usus
 Anus : Paten
 Genital : Jenis kelamin perempuan
 Ektremitas
1) Bentuk normal
2) Atas dab bawah sama
3) ROM bebas
 Refleks ;
a. Sucking (menghisap) : lemah
b. Palmar Grasping (menggenggam) : lemah
c. Tonic Neck (leher) : mengikuti rangsangan dan gerakan
d. Rooting (mencari) : mengikuti arah sentuhan
e. Moro (kejut) : lemah
f. Babinsky : jari kakinya terbuka
g. Gallant (punggung) : mengikuti tapi lemah
h. Swallowing (menelan) : lemah
i. Plantar Grasping (telapak kaki) : baik terhadap rangsangan
c. Riwayat Nilai APGAR
1 menit 5 menit 2 jam
Activity (Muscle Tone) - 1
Pulse (Heart Rate) 1 1
Grimace (Reflex Irritability) 1 1
Appearance (Color) 1 1
Respiration Rate 1 1
Total 4 5
Interpretasi = asfiksia sedang
d. Down Score
Skor 0 1 2 Hasil
Frekuensi < 60 60-80 >80 1
Sianosis - Menghilang dengan Perlu oksigen 1
oksigen 40% 80%
Retraksi - Sedang Berat 1
Merintih - Minimal Jelas 1
Aliran udara Baik Menurun Sangat Jelek 1
Down score = 5
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Tgl 24 Agustus 2019 : GDA 123 g/dL
Tgl 28 Agustus 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI

Hematologi Lengkap
Hemoglobin 14.7 g/dL 14.5-22.5
Jumlah Eritrosit 4.09 10ˆ6/uL 3.00-6.00
Hematokrit 40.5 % 31.0-55.0
MCV,MCH,MCHC
MCV 99.0 fL 85.0-108.0
MCH 35.9 pg 28.0-40.0
MCHC 36.3 g/L 29.0-37.0
RDW-SD H 55.1 fL 35-47
RDW-CV H 15.1 % 11.5-14.5
NRBC 0.0 %
NRBC# 0.0 10ˆ3/uL
WBC 7.38 10ˆ3/uL 6.0-20.0
Hitung Jenis
Eosinofil 1.8 % 0-4
Basofil 0.1 % 0-1
Neutrofil H 52.0 % 30-50
Limfosit L 33.1 % 40-60
Monosit H 13.0 % 4-12
Jumlah Eosinofil 0.13 10ˆ3/uL 0.00-0.8
Jumlah Basofil 0.01 10ˆ3/uL 0.00-0.2
Jumlah Neutrofil 3.84 10ˆ3/uL 1.50-7.00
Jumlah Limfosit 2.44 10ˆ3/uL 1.00-3.70
Jumlah Monosit 0.96 10ˆ3/uL 0.16-1.0
IG% 0.4 %
IG# 0.0 10ˆ3/uL
PLT 344 10ˆ3/uL 150-350
PDW L 8.5 fL 9.0-13.0
MPV 9.7 fL 7.2-11.1
P-LCR 20.8 % 15.0-25.0
PCT 0.340 % 0.100-0.400
Kimia Darah
Bilirubin Total H 12.73 mg/dL < 1.0
Bilirubin Indirek H 12.44 mg/dL 0.00-0.70
Bilirubin Direk H 0.29 mg/dL < 0.2

F. TERAPI:
Infus D10 1/5 NS 170/24jam
Injeksi aminophilin 6mg
G. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN :
1. Ketidakefektifan Pola Nafas
2. Hipotermi

ANALISA 2.
DATA
Akral dingin sempurna
3. BB 1960 gram
4. Ada cyanosis Terjadi penguapan yang
5. RR 68x/menit sempurna
6. N 138x/menit
Kehilangan panas

Hipotermi
INTERVENSI
No Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. kaji TTV


pola nafas b/d keperawatan diharapkan : 2. beri posisi semifowler
fungsi pengaturan 1.tidak sesak 3. observasi pola nafas
pernapasan belum 2.RR normal 4. observasi adanya cyanosis
baik 3.pola napas efektif 5. kolaborasi pemberian O2
4.kebutuhan O2 mnurun
5.tidak ada retraksi
6.tidak ada cyanosis

2 Hipotermi b/d Setelah dilakukan tindakan 1. kaji TTV


fungsi pusat keperawatan diharapkan : 2. observasi adanya cyanosis
pengaturan suhu 1.suhu bayi stabil (36,5°C- 3. beri popok dan selimut
panas badan belum 37,5°C) sesuai kondisi bayi
sempurna 2.tidak adanya kejang 4. ganti segera popok yang
3.akral hangat basah oleh urine/feses
4.tidak ada cyanosis 5. pertahankan pada isolet
dengan kehangatan
(36,5°C-37,5°C)

IMPLEMENTASI
Hari,
tanggal DX Tindakan Keperawatan Paraf
dan waktu

Senin, 26 1. Mengkaji TTV


Agustus Hasil : Suhu 36°C
2019 Nadi 138x/menit
14.05 RR 68x/menit
14.15 2. Memberikan posisi semifowler, kepala dan
I badan lebih tinggi agar bayi lebih nyaman
14.25 3. Mengobservasi pola nafas dan frekuensi nafas
RR 68x/menit, pola nafas teratur
14.28 4. Mengobservasi ada nya cyanosis (-)
14.30 5. Kolaborasi pemberian O2 pada bayi, terapi
pemberian O2 BCPAP
Senin, 26 II 1. Mengkaji TTV
Agustus Hasil : Suhu 36°C
Nadi 138x/menit
2019 RR 68x/menit
15.00 2. Mengobservasi adanya cyanosis (-)
15.10 3. Memberi popok dan selimut pada bayi sesuai
15.15 kondisi bayi dan bayi nampak lebih tenang
dan nyaman
4. Mengganti popok yang basah oleh urine/feses
15.25 dan bayi nampak lebih nyaman
5. Memoertahankan pada isolet dengan
15.30 kehangatan 36,9°C, bayi nampak diam dan
tenang, akral hangat
EVALUASI
Hari, tanggal Diagnosa
Evaluasi Paraf
dan waktu Keperawatan

Senin, 26 S:-
Agustus 2019 O:
18.00
1) K/U lemah
2) Masih sesak dan terpasang O2
BCPAP
3) TTV
S : 36C
N : 138x/menit
RR 68x/menit
CRT < 3detik
I 4) Cyanosis (-)
5) Suara nafas vesikuler
6) Pola nafas reguler
7) Retraksi dinding dada (+)
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi (1-5)
1) Kaji TTV
2) Beri posisi semifowler
3) Observasi cyanosis
4) Observasi pola nafas
5) Kolaborasi pemberian O2
Senin, 26 II S:-
Agustus 2019 O:
19.00
1) K/U lemah
2) TTV
S : 36°C
N : 138x/menit
RR 68x/menit
CRT <3 detik
3) Cyanosis (-)
4) Akral hangat
5) Turgor kulit baik
A: masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi (1-5)
1) Kaji TTV
2) Observasi cyanosis
3) Beri popok dan selimut
4) Ganti popok yang basah
5) Pertahankan dengan kehangatan
36,5°C-37,5°C

Anda mungkin juga menyukai