Anda di halaman 1dari 12

DEFIBRILLATOR

Disusun Oleh :
Andreas Sooai 1611B0303
Evi Lusita 1611B0225
Frederikus Halako 1611B0228
Karissa Kismaya Putri 1611B0235
Meri Anggun Ningtyas 1611B0246
Muhamad Ali Asadulloh 1611B0250
Yohana Purwatisari Atawolo 1711P0002
Fibrilasi
Fibrilasi merupakan masalah pada jantung yang
terjadi ketika organ tersebut berdetak terlalu cepat
sehingga frekuensinya idak dapat dihitung. Hal ini
disebabkan oleh impuls listrik yang cepat dan tidak
teratur.
 Ada 2 jenis fibrilasi:
 Fibrilasi atrium, fibrilasi yang terjadi di serambi
jantung yaitu suatu kondisi yang terjadi ketika detak
jantung menjadi tidak teratur dan tingkat kontraksi
organ tersebut sangat tinggi.
 Fibrilasi ventrikel, fibrilasi yang terjadi di bilik
jantung yaitu keadaan dimana denyut ventrikel sangat
kacau sehingga jantung tidak dapat memompakan
darahnya keluar dan tekanan darah menjadi nol
sehingga dapat menyebabkan kematian mendadak.
Defibrilasi

Untuk mengatasi gangguan fibrilasi tersebut maka


diperlukan suatu tindakan yang seharusnya
dilakukan hal ini disebut dengan defibrilasi dimana
detak jantung normal dapat dikembalikan dengan
pengiriman kejutan listrik yang dikendalikan.
Mode pemberian energi defibrillator :

 Asinkron : pemberian shock listrik jika jantung


sudah tidak berkontraksi lagi, secara manual
setelah pulsa R
 Sinkron : pemberian shock listrik harus
disinkronkan dengan sinyal ECG dalam keadaan
berfibrasi, jadi bila tombol discharge ditekan
kapanpun maka akan membuang pulsa R secara
otomatis.
Jenis-Jenis
1. DC Defibrilator
DC defibrilator selalu dikalibrasi dalam satuan watt-
detik atau joule sebagai ukuran dari energi listrik
yang tersimpan dalam kapasitor. Energi dalam
detik-watt sama dengan satu setengah kapasitansi
dalam farad dikalikan dengan tegangan di yaitu
volt kuadrat
2. Advisory Defibrilasi
Mampu dengan akurat menganalisis ECG dan
membuat keputusan menyalurkan kejutan dengan
handal. Dirancang untuk mendeteksi fibrilasi
ventrikel atau ventricular fibrillation dengan
sensitivitas dan spesifisitas sebanding dengan
paramedis terlatih, kemudian memberikan atau
merekomendasikan seberapa banyak energi sesuai
dengan kejutan defibrilasi tersebut.
3. Implan Defibrillator
Biasa digunakan oleh pasien yang berisiko tinggi
mengalami ventricular fibrillation. Implan
defibrilator menyimpan rekaman sinyal jantung
pasien, sejarah terapi pasien dan data diagnostik
pasien. Implan defibrilator mempunyai volume
kurang dari 70 cc, ia juga mempunyai lebih dari 30
juta transistor dan menyalurkan kurang dari 20 micro
ampere selama beroperasi sebagai pemantauan
konstan. Implan defibrilator sangat tertutup rapat dari
lingkungan sekeliling di dalam tubuh maka ianya
sangat bio-kompatible dan mampu bertahan pada
rentang suhu 30 oC hingga 60 oC. Sumber energi
untuk menjalankan implan defibrilator berasal dari
baterai Lithium Perak Vanadium Oksida (LiSVO).
4. Prinsip Prosedur Pemberian Energi Defribilator ke Jantung

 Pemilihan besarya energi dan mode


 Pengisian energi pada kapasitor
 Pembuangan energi dari kapasitor ke pasien
Prosedur Pemberian Energi Defibrilasi

 Hidupkan defibrilasi
 Pilih energi yang diperlukan
 Pilih paddles (atau lead I, II, III) melalui tombol lead select
 Oleskan jeli pada paddle
 Letakan paddle pada apeks dan sternum sesuai petunjuk pada paddle
 Nilai kembali irama pada monitor apakah masih VF/VT tanpa nadi
 Tekan tombol pengisi energi (charge) pada paddle apeks atau pada
unit defibrilator. Setelah energi yang diharapkan tercapai, berikan
abaaba dengan suara yang jelas agar tidak ada orang lain yang masih
menyentuh pasien, tempat tidur maupun peralatan lain.
 Beri tekanan kurang lebih 10-12 kg pada kedua
paddle
 Nilai kembali irama pada monitor, apabila tetap
VF/VT tanpa nadi tekan tombol discharge pada
kedua padlle 10. Nilai kembali irama pada monitor
apabila masih VF/VT tanpa nadi isi kembali
defibrilator. Apabila gambaran EKG pada monitor
meragukan periksa nadi dan sensor/elektroda EKG
11. Apabila gambaran masihg tetap VF/VT tanpa
nadi ulangi tahapan diatas dengan energi 200 – 300
Joule dan kemudian 360 Joule jika gambaran EKG
tidak berubah. 12. Apabila setelah tindakan
defibrilasi terakhir (360 Joule) irama masih VF/VT
tanpa nadi lakukan tahapan ACLS berikutnya yaitu
kardioversi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai