Anda di halaman 1dari 46

1

ELECTRICAL THERAPY

EMERGENCY MEDICAL TECHNICIAN


Electrical Therapy
2

 AED
 Defibrilasi
 Cardioversi
 Pace Maker
AED
AED
4

 Bekerja secara otomatis


menganalisis irama jantung
korban yang mengalami henti
jantung.

 Mengenal irama yang dapat


dilakukan tindakan defibrilasi
(shock).

 Memberikan petunjuk pada


operator ( dengan
memperdengarkan suara atau
indikator cahaya).
Indikasi

 Tidak ada respon

 Tidak bernapas

 Tidak ada tanda - tanda sirkulasi


Rantai Keberhasilan
System Kelistrikan Jantung
Umumnya irama yang timbul pada
henti jantung korban dewasa adalah
fibrilasi ventrikel

80-90%
Kematian
mendadak
disebabkan
oleh V- 1 menit VF = Menurunkan
fib angka harapan hidup ~10%
Menggunakan AED

Digunakan pada pasien dengan kecurigaan


henti nafas dan henti jantung
Petunjuk Penggunakan AED
10

 Beberapa alat AED


akan menyala otomatis
saat dibuka
Expose
11
Apply Pads
12
Stand Clear for Analise
13
Press Shock Button
14

 Pastikan tidak ada


yang menyentuh
korban dengan
mengucapkan
“Everybody Clear”

 Tekan tombol Shock


Continue CPR
15
AED Pada Anak
16

 Usia > 15 tahun


 Gunakan pads AED dewasa

 Usia 1-15 tahun


 Gunakan pads AED anak

 Usia < 1 tahun


 Gunakan hanya apabila ada
instruksi aman digunakan
untuk usia tersebut
AED Age Recommendations
 Penggunaan AED hanya direkomendasikan
untuk pasien dewasa dan anak usia 1 – 8 tahun
 Tidak direkomendasikan untuk bayi
Vary AED placement if there is an internal device
REMOVE MEDICATION PATCHES
PRIOR TO PAD PLACEMENT
AED Maintenance
 AED membutuhkan perawatan rutin
 Lihat petunjuk manualnya
 Checklist harian untuk memastikan alat siap
untuk digunakan
Defibrilasi
22

Defibrilasi  terapi arus listrik  jumlah besar dan


waktu singkat.

Denyut jantung irreguler


syok defibrilasi
Aktifitas kontraksi terkoordinir

Normal
Dasar Defibrilasi
23

 Defibrilasi adalah terapi menggunakan arus listrik yang


diberikan dalam jumlah besar dalam periode waktu yang
sangat singkat.
 Syok defibrilasi untuk sementara waktu mendepolarisasi
denyut jantung yang iregular sehingga aktivitas kontraksi
menjadi terkoordinir dan kembali normal.
 Secara fisiologi syok depolarisasi pada miokardium
mengakhiri fibrilasi ventrikel atau aritmia yang lain sehingga
aktivitas listrik menjadi normal.
Mengapa defibrilasi harus segera
dilakukan ?
24

 Cardiac arrest  fibrilasi ventrikel


 Tx yang efektif VF  defibrilasi
 Keberhasilan : dibatasi waktu
 VF  asistole dalam beberapa menit.
DEFIBRILATOR
25

1. Umum.
Alat : Defibrilator
 
Defibrilasi Kardioversi
2. Energi, Arus, Voltage.
Arus listrik = ampere
Potensial listrik = volt
Tahanan = ohm
26

3. Tahanan Transtorasik.
Faktor yang menentukan :
 Energi.
 Jumlah dan interval syok.
 Fase ventilasi.
 Jarak antara elektroda.
 Tekanan kontak elektroda pada dada.
Rata-rata : 70 – 80 ohm.
4. Ukuran elektroda.
Dewasa :  14 cm.
Anak :  8 cm.
Bayi :  4,5 cm.
27

5. Posisi Elektroda.
a. Elektroda sternum/anterior diletakkan di
kanan sternum bagian atas di bawah
clavicula, elektroda apex di kiri putting susu
dengan pusat elektroda pada garis mid
aksiler kiri.
b. Elektroda anterior disebelah kiri prekordial
dan yang lain di posterior dibelakang jantung
di infra scapula kiri.
28

6. Kebutuhan energi.
Tergantung pada :
 Berat badan.

 Macam terapi.

 Jenis aritmia.

 Shock yang keberapa pada cardioversi


Defibrilasi.
29

Tujuan :
Mengakhiri takikardi atau fibrilasi ventrikel.
Indikasi :
 Takikardi ventrikel (kesadaran Θ, nadi Θ).
 Fibrilasi ventrikel.
Kontra indikasi :
Tidak ada.
30

Komplikasi :
 Cedera miokardial
 Takiaritmia

 Emboli

 Luka bakar

Peralatan :
- Defibrilator. - Pasta / gel.
- Monitor jantung. - Trolley emergency.
- Ambu bag. - Alat airway.
- Suction.
Prosedur :
31

1. Periksa takikardi atau fibrilasi ventrikel.


2. Raba nadi.
3. Hubungkan defibrilator dengan sumber listrik.
4. Nyalakan, kontrol synchronizer off.
5. Paddle diolesi dengan pasta.
6. Set energi 200 joule Bipasik, 360 monopasik.
7. Tekan tombol pengisian.
8. Letakkan paddle di atas dada.
32

9. Instruksikan kepada semua penolong untuk


berdiri bebas.
10. Tekan tombol pengeluaran pada paddle secara
bersamaan.
11. Lanjutkan CPR dan ulangi tiap 2 menit bila
diperlukan
33

Follow Up :
 Nilai status respirasi.
 Monitor jantung.
 Monitor tanda-tanda vital.
 Akses intravena.
 Cari pencetus takikardi atau VF.
 EKG 12 lead.
 Luka bakar  terapi.
Cardioversi
34

Tujuan :
Merubah takiaritmia ventrikel dan
supraventrikel  irama sinus.
Indikasi :
Kardioversi elektif.
Takiaritmia supraventrikel yang tidak stabil dan
tidak responsif terhadap obat-obatan.
Kardioversi emergency.
Takiaritmia ventrikel.
35

Kontraindikasi :
 Keracunan digitalis.
 Hipokalemia dan hipomagnesia.
 Fibrilasi atau flutter atrium dengan AV block komplit.

Komplikasi :
 Aritmia.
 Cedera miokard.
 Depresi atau henti napas ok obat-obat sedasi.
 Emboli.
 Luka bakar.
36

Peralatan :
 Kardioverter-defibrilator.
 Monitor EKG.
 Mesin EKG 12 lead.
 Pasta / gel.
 Trolley emergency.
 Alat hisap.
 Ambu bag.
 Terapi oksigen.
 Oral airway.
 Alat pacing emergency.
37

Prosedur :
1. Informed consent.
2. Kadar K+ dan digitalis (24 jam terakhir).
3. Puasa.
4. Jalur intravena.
5. Posisi terlentang.
6. Periksa tanda vital, orientasi, respirasi, nadi
perifer.
7. Lepas gigi palsu.
8. Oksigenasi.
38

9. Siapkan alat untuk kardioversi.


Hubungkan dengan sumber listrik.
Nyalakan mode manual defib.
Hubungkan pasien dengan kardioverter.
Aktifkan synchronizer.
10. Berikan sedasi bila perlu.
11. Paddle diolesi dengan gel / pasta.
12. Pilih tingkat energi.
13. Aktifkan tombol pengisian.
14. Letakkan paddle diatas dada pasien.
39

15. Cek irama pada monitor EKG dan nyalakan


pada gelombang R.
16. Berdiri bebas.
17. Tekan tombol pengeluaran secara simultan.
18. Cek nadi, tanda vital, irama jantung pada EKG.
19. Bila shock pertama tidak berhasil naikkan energi
40

Follow up :
 Setelah kardioversi periksa :
 Irama EKG.
 Tanda-tanda vital.

 Jalan napas.

 Respirasi.

 Luka bakar  terapi.


 Monitor EKG pasien terus menerus paling sedikit
2 jam setelah kardioversi.
41
Transcutaneous Pacing (TCP)
 TCP merupakan pilihan utama terapi pada pasien
dengan bradikardia simptomatis
 TCP menghantarkan impuls pada jantung,
menyebabkan depolarisasi listrik dan kontraksi
jantung
 TCP menghantarkan impuls pacing ke jantung
melalui kulit menggunakan elektroda
 Beberapa alat defibrilator manual memiliki mode
pacing, dapat digunakan sebagan pace maker.
Indikasi Pemasangan TCP
 Bradikardia dengan hemodinamik tidak stabil
 Kondisi klinis tidak stabil karena bradikardia
 Pada kondisi myocard infark akut, TCP dipasang
pada kondisi berikut:
 Sinus bradikardia simptomatis

 AV block derajat II type II

 AV block derajat tiga

 LBBB, RBBB atau alternating bundle branch

block/bifascicular block
Pemasangan TCP
 Lakukan pemasangan TCP sesuai langkah-langkah
berikut ini:
Langkah Tindakan

1 Pasang elektroda pada dada pasien sesuai dengan instruksi tiap


alat

2 Setting mode pace maker

3 Atur denyut ± 80/menit. Kecepatan ini dapat dinaikkan atau


diturunkan (sesuai dengan respons klinis pasien) setelah pace maker
terpasang
4 Atur besarnya output miliamperes (mA), dalam margin yang aman.
TCP
Terima kasih….

Anda mungkin juga menyukai