Anda di halaman 1dari 7

2.2.

5 Metode Defibrilator

1. Asinkron/Asyncrone

Pemberian shock listrik jika jantung sudah tidak berkontraksi lagi, secara manual setelah pulsa R.

2. Sinkron/ Syncrone

Pemberian shock listrik harus disinkornkan dengan signal ECG dalam keadaan berfibrasi, jadi bila
tombol discharge ditekan kapanpun maka akan membuang setelah pulsa R secara otomatis.

DEFIBRILATOR “DEFIGARD 5000 SCHILLER”

Pada alat ini terdapat beberapa indicator pengukuran

 Monitor :

SPO2, NIBP, ECG, Trend Display

 Defibrilasi
 Pacemaker

PADDLE

2.2.6 SOP/Prosedur Defibrilator

A. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGGUNAAN DEFIBRILATOR

Asyncrone

1. Pasang elektrode EKG dan pindahkan elektrode tersebut sehingga tidak mengganggu tempat
melakukan shock.

2. Angkat pedal defobrilator dan berikan jeli pada ke dua pedal atau gunakan defibrilator pad.
3. Putar energi sesuai dengan yang dikenhendaki atau sesuai dengan instruksi dokter

4. Tempatkan pada pada sternum dan apek jantung.

5. Tekan charge pada pedal atau pada mesin.

6. Tunggu sampai muncul angka sesuai dengan joule yang dikehendaki pada layar monitor atau
terdengar bunyi panjang yang menandakan bahwa defibrilator siap untuk diberikan.

7. Pastikan area sekitar pasien yang akan dilakukan DC shock aman.

8. Tekan kedua ujung pedal bersamaan dengan kedua ibu jari dengan tekanan (sesuai instruksi
dokter) untuk melakukan DC shock.

9. Setelah prosedur selesai, bereskan sesuai dengan pedoman pemiliharaan.

10. Dokumentasikan semua prosedur pada catatan resusitasi jantung paru (CPR Record).

Syncrone

1. Pasang elektrode EKG dan pindahkan elektrode tersebut sehingga tidak mengganggu tempat
melakukan shock.

2. Angkat pedal defobrilator dan berikan jeli pada ke dua pedal atau gunakan defibrilator pad.

3. Putar energi sesuai dengan yang dikenhendaki atau sesuai dengan instruksi dokter

4. Tempatkan pada pada sternum dan apek jantung.

5. Tunggu sampai muncul angka sesuai dengan joule yang dikehendaki pada layar monitor atau
terdengar bunyi panjang yang menandakan bahwa defibrilator siap untuk diberikan.

6. Pastikan area sekitar pasien yang akan dilakukan DC shock aman.

7. Mesin akan otomatis mengkardioversi pada komplek QRS yang terbaik.

8. Bereskan alat – alat setelah dipakai.

9. Dokumentasi semua prosedur pada cacatan resusitasi jantung paru (CPR Record). (QPULSE
VOL 6, REF – PT 421)

2.2.7 Hal Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan defibrilator

Pada prinsipnya Defribrilasi memberikan energi dalam jumlah banyak dalam waktu yang sangat
singkat (beberapa detik) melalui pedal positif dan negative yang ditekankan pas dinding dada atau
melalui adhesive pads yang ditempelkan pada sensing dada pasien. Arus listrik yang mengalir
sangat singkat ini bukan merupakan loncatan awal bagi jantung untuk berdetak, tetapi
mekanismenya adalah aliran listrik yang sangat singkat ini akan mendepolarisasi semua miokard,
menyebabkan berhentinya aktivitas listrik jantung atau biasa disebut asistole. Beberapa saat
setelah berhentinya aktivitas listrik ini, sel-sel pace maker akan berrepolarisasi secara spontan dan
memungkinkan jantung untuk pulih kembali. Siklus depolarisasi secara spontan dan repolarisasi
sel-sel pacemaker yang reguler ini memungkinkan jantung untuk mengkoordinasi miokard untuk
memulai aktivitas kontraksi kembali.

 Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan defibrilasi :

1. Lamanya VF

Kesuksesan defibrilasi tergantung dari status metabolisme miokards dan jumlah miokard
yang rusak selama periode hipoksia karena arrest. Semakin lama waktu yang digunakan
untuk memulai defibrilasi maka semakin banyak persediaan ATP yang digunakan miokard
untuk bergetar sehingga menyebabkan jantung memakai semua tenaga sampai habis dan
keadan ini akan membuat jantung menjadi kelelahan.

2. Keadaan dan kondisi miokard Hipoksia, asidosis, gangguan elektrik, hipotermi dan
penyakit dasar jantung yang berat menjadi penyulit bagi pemulihan aktivitas kontraksi
jantung.

3. Makin besar jantung, makin besar energi yang dibutuhkan untuk defibrilasi.

4. Ukuran pedal

Ukuran diameter pedal dewasa yang dianjurkan adalah 8,5-12 cm dan untuk anak-anak
berkisar 4,5-4,8 cm. ukuran pedal terlalu besar membuat tidak semua permukaan pedal
menempel pada dinding dada dan menyebabkan banyak arus yang tidak sampai ke
jantung. Untuk itu, penggunaan pedal pada anak-anak bisa disesuaikan dengan ukuran
tubuhnya

5. Letak pedal

Hal yang sangat penting tetapi sering kali diabaikan adalah peletakan pedal pada dinding
dada saat dilakukan defibrilasi. Pedal atau pad harus diletakkan pada posisi yang tepat
yang memungkinkan penyabaran arus listrik kesemua arah jantung. - posisi sternal, pedal
diletakkan dibagian kanan atas sternum dibawah klavikula - pedal apeks diletakkan
disebelah kiri papilla mamae digaris midaksilaris. Pada wanita, posisi pedal apeks ada di
spasi interkosta 5-6 pada posisi midaxilaris. Pada pasien yang terpasang pacemaker
permanent, harus dihindari peletakan padel diatas generator pacemaker, geser pedal
setidaknya 1 inchi dari tempat itu. Defibrilasi langsung ke generator pacemaker dapat
menyebabkan malfungsi pace maker secara temporary atau permanent. Setelah dilakukan
defibrilasi atau kardioversi, PPM harus dicek ambang pacing dan sensinya serta dilihat
apakah alat masih bekerja sesuai dengan setting program. Hal yang harus diperhatikan
pada saat melakukan defibrilasi adalah posisi pedal atau pads, keduanya tidak boleh saling
menyentuh atau harus benar-benar terpisah.
6. Untuk indikasi tertentu diberikan tingkat energi yang berbeda pula, berikut adalah indikasi
dan tingkat energi yang diberikan

 Ventrikel Fibrilasi (:100 J, 200 J, 300 J, 360 J. )

 Ventrikel Tekikardi : 50 J, 100 J.

 Atrial Flutter : 25 J – 50 J.

 Atrial Fibrilasi : 100 – 200 J.

 Supra Ventrikel Tekikardi : 75 – 100 J.

 Torsade de Pointes 50 – 200 J.

 Energi tidak tergatung berat badan, kecuali anak2 2 J/kg.

 Pasien digitalis , energi 10-50 J.

7. Jelli/Gel

Saat menggunakan pedal, jangan lupa memberikan jelli khusus untuk defibrilasi atau
kardioversi pada pedal. Jelli berfungai sebagai media konduksi untuk penghantar arus
listrik. Tujuan dari pemberian gel adalah untuk mengurangi resistensi transtorakal dan
mencegah luka bakar pasien. Yang harus diperhatikan juga adalah jangan sampai gel
tersebut teroles dikulit diantara sternum dan apeks, atau jelli dari salah satu atau ekdua
pedal mengalir menghubungkan keduanya pada saat ditekan ke dada pasien. Jika ini
terjadi akan mengakibatkan arus hanya mengalir dipermukaan dinding dada, aliran arus
ke jantung akan missing memancarkan bunga api yang menyebabkan sengatan listrik
pasien pada pasien dan alat-alat operator.

 Sedangkan selama terapi kejut ada yang harus diperhatikan, yaitu Pasien harus :
1. Tidak ada kontak dengan orang lain.
2. Tidak ada kontak dengan barang berbahan metal atau konduktor.
3. Saat paddle kontak dengan pasien, pastikan juga paddle tidak terhubung dengan barang
berbahan metal.
4. Pastikan dada pasien kering
5. Karena dialiri arus yang besar, kemungkinan terjadi luka bakar pastikan peletakkan
paddle yang tepat

2.2.8 Pemeliharaan

1. Kalibrasi

Kalibrasi dilakukan oleh DEPKES setiap 1 tahun sekali


2. Pemeliharaan Alat

 Posisikan energi select pada posisi off

 Kembalikan peralatan pada tempat penyimpanan dan pasang kabel power pada sumber
listrik.

 Pastikan tanda batteray charge pada AC menyala.

 Bersikan kedua pedal dan cek kabel – kabelnya

 Bersihkan bagian luar dengan larutan yang di anjurkan dan bila bila terkontaminasi berikan
alkohol wipe.

 Bila defibrilasi sudah selesai dipakai, lepaskan modulnya dari alat tersebut.

 Keringkan defibrilator sebelum disimpan.

 Pastikan defibrilator dapat berfungsi dan siap pakai untukpasien selanjutnya.

 Pastikan pemeliharaan defiblilator dan kalibrasi dilakukan secara berkala sesuai jadwal dari
mentenen / biomedik

 Tandatanagani formulir kalibrasi bersama petugas biomedik setelah alat dilakukan kalibrasi

 Laporkan ke head nurse dan bagian maintenen/ biomedik bila difibrilator mengalami
gangguan/ tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya, untuk diperbaiki.

 Lakukan kalibrasi 2 kali dalam setahun oleh petugas biomedik sesuai dengan yang telah
dijadwalkan. Dan setiap setahun sekali oleh external.

3. Pemeliharaan Harian

 Check kabel listrik

 Check kabel pasien EKG dan kabel paddle

 Pastikan kabel defibrilator di sambungkan ke sumber listrik dan lampu “BATT CHRG” dan “AC
POWER” menyala.

 Pastikan lampu “BATT CHRG” dan “AC POWER” tidak menyala jika sumber listrik dimatikan
atau di cabut.

 Lakukan test energi dan dan fungsi tombol shock.

 Putar energo ke 100 joule.

 Pastikan bahwa paddle dewasa ada pada tempatnya dan posisi apex dan sternum benar
kemudian tekan tombol charge.
 Pegang kedua pegangan paddle kemudian tekan discharge untuk paddle sternum dan
pastikan defibrilator tidak di dischard.

 Tekan tombol “Syns” sehingga defibrilator ada pada mode syncronous.

 Tekan kedua tombol discharge dan pastikan defibrilator tidak di dischard.

 Dengan paddle pada tempatnya, tekan tombol dischage secara bersamaan pada mode
sycronice.

 Kertas recorder akan mengeprin data test.

4. Setiap 3 bulan.

Set kabel harus dilakukan pengecekan setiap 3 bulan

5. Setiap tahun.

Kalibrasi dilakukan oleh DEPKES setiap tahun


DAFPUS

Gabriel, J.F. (1996). FisikaKedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Resuscitation Guidelines 2015. London : Resuscitation Council (UK), 2015.

Sudoyo, Aru, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat
Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan FKUI, 2014

Defibrillation. Texas : Circulation, 2015, Vol. 112.

Anda mungkin juga menyukai