Anda di halaman 1dari 8

DC SHOCK / DEFIBRILLATOR

 
DC SHOCK / DEFIBRILLATOR adalah peralatan elektronik yang dirancang untuk
memberikan kejut listrik dengan waktu yang relatif singkat dan intensitas yang tinggi kepada
pasien penyakit jantung. Pengulangan pemberian kejut listrik paling lama 45 detik sejak
jantung berhenti. Energi yang diberikan antara 50 sampai 400 Joule.

Posisi elektroda (paddles) : anterior - anterior (apex - sternum) atau anterior posterior.
Diameter elektroda antara 8 - 10 cm untuk dewasa. Pengaturan energi, dan pemeberian energi
di kontrol oleh mikrokontroler. Energi yang tersimpan pada
Sebelum Pemberian pulse defibrillator pada permukaan elektroda diberikan gel elektrolit.  

Ada dua jenis defibrillator:

1. a.c defibrillator
a.c defibrillator sudah tidak digunakan lagi. Mempunyai elektroda (paddles) yang
mempunyai diameter 8 - 10 cm (untuk dewasa). Energi yang diberikan berkisar antara :
50- 400 Joules. Pemberian defibrillator dapat dilakukan dengan cara sinkronisasi atau
asinkronisasi. Posisi elektroda (Paddles) dapat diletakkan  pada posisi anterior - anterior
(Apex-sternum) atau posterior anterior. Pada saat pemberian defibrillator hindari
bersentuhan antara pengguna alat dengan pasien. Energi yang tersimpan pada Paduan

2. d.c defibrillator.
d.c defibrillator terdiri dari trafo berkekuatan besar dan pada sekundernya terdapat
penyearah dan capastor. Penyearah ini akan megisi energi listrik pada kapasitor, besarnya
energi listrik akan dikontrol oleh mikrokontrol. Pada saat discharge (pemberian) energi
pada pasien dengan menekan switch yang berada pada ujung elektroda. Bila memilih jenis
sinkron, dapat dilakukan dengan menekan key board (sinkron).

Pada Prinsipnya Prosedur Pengoperasian Defibrillator Dibagi Dalam Tiga Tahap


 Pemilihan besarnya energi dan mode pengoperasian
 Pengisian energi (charge) pada kapasitor
 Pembuangan energi dari kapasitor ke pasien (discharge).
Prinsip Dasar Defibrillator

 Besarnya energi dilakukan dengan memutar selector pemilihan energi R 3, set Level yang
akan mengatur besarnya tegangan yang akan timbul pada pengisian kapasitor C1.
 Bila tombol charge ditekan maka akan terjadi pengisian kapasitor C1,  dan tegangan pada
kapasitor C1, dideteksi oleh detector A1 melalui pembagi tegangan R1 dan R2 yang
bersesuaian dengan tegangan pada C1.
 Bila tegangan pada pembagi tegangan telah lebih besar dari tegangan R 3, maka A1
keluarannya akan menyebabkan High-voltage DC supply  tidak lagi mensupply tegangan
ke kapasitror C1.
 Bila ditekan tombol discharge tegangan pada kapasitor C1 akan berpindah sehingga tubuh
atau jantung akan mendapatkan energi listrik dari kapasitor C 1. Bentuk tegangan yang
diberikan pada pasien dipengaruhi oleh adanya induktor

Bentuk Energi Yang Diberikan Ke Pasien

1. Satu phase (Monophasic)

2. Dua phase (Biphasic)

Untuk besarnya energi listrik Biphasic yang diberikannya berkisar 2 sampai dengan 200
joule
Mempunyai 2 buah elektroda yang telah terpasang pada dada pasien (pads electrode) 
 Sternum
 Apeks

Metode defibrillator
1. Asinkron : Pemberian shock listrik jika jantung sudah tidak berkontraksi lagi, secara
manual setelah pulsa R.
2. Sinkron : Pemberian shock listrik harus disinkornkan dengan signal ECG dalam keadaan
berfibrasi, jadi bila tombol discharge ditekan kapanpun maka akan membuang setelah
pulsa R secara otomatis.

DEFIBRILATOR

Pada alat ini terdapat beberapa indikator pengukuran


 Monitor : SPO2, NIBP, ECG, Trend Display
 Defibrilasi
 Pacemaker                                                                    

Paddle                                                  
 Petunjuk Operasional

 Ambil paddles dari sisi samping alat


 Yakinkan dalam keadaan kering
 Beri jelly pada permukaan paddle
 Tempelkan paddle pada pasien diposisi apeks dan sternum
 Tekan tombol energy
 Lakukan pengisian dengan menekan satu tombol pada paddle, lalu proses pengisian dapat
dilihat di monitor
 Jangan menyentuh pasien
 Setelah proses pengisian selesai maka akan terdengar suara “beep”, pada display muncul
tulisan “Defibrillator Ready” dan pada tombol paddle akan menyala
 Tekan paddle agak menekan ke arah kepala
 Untuk pengosongan tekan kedua tombol pada paddle secara bersamaan
 Lihat pada monitor
 Setelah selesai pilih switch pada tombol energy menunjukkan angka “0”
 Tekan tombol power

Petunjuk Pengamanan
Selama terapi kejut ada yang harus diperhatikan, yaitu
 Pasien harus
 Tidak ada kontak dengan orang lain
 Tidak ada kontak dengan barang berbahan metal atau konduktor
 Saat paddle kontak dengan pasien, pastikan juga paddle tidak terhubung dengan barang
berbahan metal
 Pastikan dada pasien kering
 Karena dialiri arus yang besar, kemungkinan terjadi luka bakar pastikan peletakkan
paddle yang tepat
SOP Penggunaan DC-SHOCK (Defibrilator)

Pengertian
Memberikan tindakan arus listrik searah pada otot jantung melalui dinding dada dengan
menggunakan defibrillator.

Defibrilasi adalah pengobatan umum dengan cara menggunakan alat untuk disritmia yang
mengancam jiwa jantung, fibrilasi ventrikel, dan pulseless takikardia ventrikel. Defibrilasi
terdiri dari memberikan dosis terapi energi listrik ke jantung yang terkena dengan alat yang
disebut defibrillator. Ini depolarizes massa kritis dari otot jantung, berakhir dysrhythmia, dan
memungkinkan irama sinus normal untuk dibangun kembali oleh alat pacu jantung alami
tubuh, di node sinoatrial jantung. Defibrillator dapat eksternal, transvenous, atau implan,
tergantung pada jenis perangkat yang digunakan atau dibutuhkan. Beberapa unit eksternal,
yang dikenal sebagai defibrillator eksternal otomatis (AED), alat ini bisa digunakan oleh
orang yang bahkan tidak ada pelatihan sama sekali.

Tujuan
Menghilangkan aritmia ventrikel yang spesifik pada henti jantung yaitu Ventrikel Fibrilasi
(FV) dan ventrikel tachikardi tanpa nadi.

Prosedur
A. Alat dan bahan
1. Alat Defibrilator
2. Jelly
3. Elektroda
4. Obat-obat sedasi bila perlu (dormikum, atau analgesic lainnya)
1. Memberikan penjelasan kapada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan
3. Memberikan sedative, atau analgesic bila perlu
4. Memasang elektrode dan menyalakan EKG monitor
5. Cek ulang gambaran EKG dan print gambaran EKG tersebut untuk mencegah
kekeliruan
6. Set kebutuhan joule sesuai indikasi (untuk defibrilasi mulai dengan 150 joule untuk
cardioversi mulai dengan 50 joule)
7. Pegang peddic 1 dengan tangan kiri, letakkan pada daerah mid sternumk dan paddle 2
dengan tangan kanan pada daerah mid aksila
8. Sambil mengatur letak kedua paddle, beri aba-aba agar staff yang lain tidak ada yang
menyentuh pasien ataupun bad pasien
9. Bila terdengar tanda ready dan mesin defibrilator, tekan tombol DC shock dengan
jempol agar arus masuk dengan baik.
10. Amati EKG monitor, bila tidak ada perubahan lanjutkan dengan memberi watt second
yang lebih tinggi
11. Bila gambaran EKG sudah sinus dan stabil, hentikan tindakan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


 Bila terjadi asistole, lakukan segera tindakan RJP
 Tindakan-tindakan DC shock dihentikan bilamana tidak ada respon
 Setiap perubahan gambaran EKG harus di print

PENGGUNAAN KARDIOVERSI

Tindakan kardiover hampir sama dengan tindakan defibrilasi.


1. Tujuan : untuk menghentikan disritmia atrial tachikardi dan Atrial Flutter yang
terlalu cepat, atrial fibrilasi, SVT (supraventrikuler tachicardi)
2. Pelaksanaan
a. Tinkan kardioversi adalah tindakan yang terencana
b. Prosedur hampir sama dengan defibrilasi,tapi mode di ubah ke syncronize.
c. Pasien terlebih dulu di beri obat sedasi atau analgetik
d. Energi yang diberikan lebih rendah dari tindakan defibrilasi( dimulai dari 150 joule)
AED (automated external defibrillator)

AED (automated external defibrillator) adalah sebuah alat medis yang dapat menganalisis
irama jantung secara otomatis dan memberikan kejutan listrik untuk mengembalikan irama
jantung jika dibutuhkan. Alat ini berfungsi untuk menolong orang yang mengalami henti
jantung.

Sebagian besar kasus henti jantung terjadi pada orang yang memiliki masalah jantung. Orang
yang mengalami henti jantung harus segera mendapatkan pertolongan sesegera mungkin agar
mampu bertahan hidup.

Sebelum bantuan medis tiba, pemberian bantuan RJP dan penggunaan alat AED pada orang
dengan henti jantung dapat menyelamatkan nyawanya. Alat ini biasanya dilengkapi dengan
petunjuk visual dan petunjuk suara untuk memandu penolong dalam menyelamatkan
penderita. Oleh karena itu, AED dapat digunakan oleh semua orang meskipun tidak memiliki
latar belakang medis.

Cara Menggunakan AED dengan Benar

Cara kerja AED yang otomatis dan sederhana diharapkan dapat mempermudah siapa pun di
sekitar penderita henti jantung untuk memberikan pertolongan segera, sambil menunggu
bantuan medis.

Dengan mengetahui cara penggunaan AED di rumah atau pun di tempat umum di mana alat
ini tersedia, Anda dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Berikut ini adalah panduan cara
menggunakan AED yang benar:

1. Jika Anda melihat ada orang yang tiba-tiba pingsan atau tidak sadar, segera panggil
bantuan medis atau ambulans. Setelah itu, minta seseorang untuk mencari alat AED
terdekat.
2. Periksa apakah penderita benar-benar tidak sadar. Jika penderita sudah dewasa, coba
guncangkan tubuhnya atau panggil dengan suara keras. Namun jika penderita adalah
anak kecil, jangan guncangkan tubuhnya, melainkan cukup dicubit saja. Jika penderita
sadar atau dapat merespons, jangan gunakan AED.
3. Jika penderita tidak sadar, periksa pernapasan dan denyut nadinya. Apabila penderita
tak bernapas dan denyut nadinya tidak teraba, atau teraba namun tidak teratur,
lakukanlah CPR (cardiopulmonary resuscitation). Kompresi dada dan pemberian napas
buatan melalui CPR dapat memberikan oksigen sementara pada penderita sambil
menunggu AED.
4. Ketika AED tiba, pastikan tubuh penderita dan kondisi di sekitarnya sudah benar-
benar kering. Lepaskan pakaian dan benda lain yang menempel pada tubuh penderita,
seperti koyo atau kalung.
5. Setelah itu, nyalakan alat AED. Alat AED akan memberikan panduan dalam bentuk
suara mengenai langkah demi langkah yang harus Anda lakukan.
6. Terdapat dua lempeng elektroda AED yang harus ditempelkan ke dada penderita
sesuai posisi yang tampak pada gambar di AED. Jika kabel lempeng elektroda ini belum
tersambung langsung ke AED, segera sambungkan.
7. Setelah elektroda terpasang, hentikan CPR dan tekan tombol ”analisis". Pastikan tidak
ada yang menyentuh tubuh penderita selama AED menganalisis denyut jantungnya. Hal
ini untuk mencegah kesalahan analisis AED.
8. Setelah analisis selesai, AED akan menginformasikan kepada penolong apakah
penderita perlu diberi kejutan listrik atau tidak. Jika alat AED menyebutkan bahwa
penderita perlu diberi kejut listrik, pastikan bahwa sudah tidak ada penolong yang
menyentuh tubuh penderita sama sekali, lalu tekan tombol "shock" di AED untuk
memberikan kejutan listrik.
9. Setelah memberikan kejut listrik, alat AED akan memberikan arahan kepada
penolong untuk memeriksa pernapasan dan denyut nadi penderita. Jika belum kembali,
AED akan meminta penolong untuk melanjutkan CPR. Setelah dua menit, AED akan
kembali menganalisis denyut jantung penderita dan menentukan apakah dibutuhkan
kejutan listrik lagi.
10. Jika kejutan listrik tidak diperlukan tapi penderita belum menunjukkan tanda-tanda
kesadaran, terus lakukan CPR sesuai arahan alat AED hingga bantuan medis tiba.

Anda mungkin juga menyukai