Anda di halaman 1dari 53

Kegiatan Belajar VIII

Pemasangan Infus

150 Menit

PENDAHULUAN

Pemasangan infus merupakan prosedur invasif yang menyakitkan pada


anak. Alasan utama pemasangan infus adalah untuk rehidrasi cairan, hal
ini dapat dilakukan pada anak dengan trauma maupun dehidrasi akibat
diare dan/atau hipertermia. Mahasiswa keperawatan harus menguasai
ketrampilan ini karena seringkali yang dibutuhkan pasien saat masuk ke
Rumah Sakit adalah rehidrasi cairan.

1
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 1
KEMA
M
PU
AN
AK
HI
R
YA
N
G
DI
CA
PA
I
(K
O
G
NI
TI
F,
AF
FE
KT
IF,
1. Mahasiswa mampu memahami konsep tindakan pemasangan infus
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan
pemasangan infus
1. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemasangan infus secara
mandiri
DASAR TEORI

Pemasangan infus atau iv line adalah suatu tindakan pemberian terapi


cairan untuk memberikan cairan tambahan yang mengandung komponen
tertentu yang diperlukan tubuh secara terus-menerus selama periode
tertentu melalui vena (pembuluh darah balik). Cairan bisa bersifat isotonis

2 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


(NaCl 0,9 %, Dektrose 5% dalam air, Ringer lactat dll), hipotonis (NaCl
0,5%), atau hipertonis (Dekstrose 10% dalam NaCl, Dekstrose 10 %
dalam air, Dekstrosa 20 % dalam air), kristaloid dan koloid.
Tujuan pemberian infus adalah untuk :
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, cairan elektrolit,
vitamin, protein, kalori dan nitrogen, pada pasien yang tidak mampu
mempertahankan masukan yang adekuat melalui mulut.
2. Memulihkan keseimbangan asam-asam.
3. Memulihkan volume darah dan,
4. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan.
Tindakan ini dilakukan pada:
1. Pasien dengan dehidrasi.
2. Pasien dengan syok.
3. Pasien dengan intoksikasi berat.
4. Paien pra dan pasca bedah.
5. Pasien yang tidak dapat makan melalui mulut.
6. Pasien dengan terapi intravena.
7. Sebelum dilakukan transfusi darah.
Tempat insersi iv line

Vena basalika
A Vena sefalika

Vena median
Vena kubital
Vena superficial dorsalis lengan bawah
median
Ramus vena dorsalis
Vena basalika
Vena Vena basalika
sefalika Vena sefalika
Vena safena
C
magna

Fleksus B
dorsalis
Ramus dorsalis
Vena radialis

Masalah-masalah yang dapat muncul pada saat pemberian terapi


intravena
3
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 3
1. Infiltrasi
Tanda : Infus lambat atau berhenti; Indurasi atau
pembengkakan jaringan dengan jaringan dingin.
Solusi : pindahkan tempat penusukan iv pada lengan lainnya
atau di atas area infiltrasi; jika parah berikan kompres
hangat dan tinggikan lengan.
Pencegahan : observasi tempat penusukan iv secara berkala.
2. Flebitis
Tanda : nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi.
Solusi : pindahkan tempat penusukan iv pada lengan lainnya
atau di atas area flebitis; jika parah berikan kompres
hangat.
Pencegahan : saring cairan, fiksasi kateter untuk mencegah gerakan
pada vena; bilas kateter setiap setelah memberikan
obat.
3. iv terlalu cepat
Tanda : iv habis atau jumlah cairan yang diinfuskan lebih dari
yang dijadwalkan.
Solusi : observasi tanda-tanda kelebihan cairan dan efek-efek
aditif iv, beritahu dokter.
Pencegahan : periksa kecepatan aliran secara berkala, beri tanda
waktu pada setiap pemasangan/ mengganti cairan
infus
4. iv seret
Tanda : jumlah cairan yang diinfuskan kurang dari yang
ditetapkan.
Solusi : observasi keseluruhan sistem terhadap faktor-faktor
mekanik atau pasien, contohnya selang berbelit-belit,
atau pasien menindih selang iv; Ubah posisi atau
pindahkan alat iv.

4 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


Pencegahan : periksa ukuran kateter agar sesuai dengan tipe cairan
dan tetesan infus.
5. Selang terlepas
Tanda : keadaan lembab akibat cairan yang bocor.
Solusi : ganti selang jika terjadi kontaminasi.
Pencegahan : Plester semua sambungan.
6. Darah mengalir balik ke selang
Tanda : darah terlihat di dalam selang
Solusi : bilas selang dengan larutan saline normal jika darah
yang mengalir balik ke selang hanya sebentar; ganti
selang jika waktunya tidak diketahui.
Pencegahan : pasang penahan lengan (spalk) di bawah tempat
penusukan kateter iv; hindari cairan iv habis; beritahu
pasien untuk tidak mengangkat lengan lebih tinggi dari
jantung.
7. Jalur iv tersumbat
Tanda : tahanan ditemui jika dilakukan pembilasan
Solusi : lepaskan kateter, jangan memaksa untuk membilas;
pindahkan kateter iv
Pencegahan : segera ganti sebelum cairan habis.
Hal yang harus diperhatikan selama pemberian terapi intravena
1. Dalam melakukan perasat selalu memperhatikan tehnik kesterilan.
2. Mengawasi reaksi pasien selama 15 menit pertama setelah
pemasangan infus dengan mencatat nadi, suhu, pernafasan, warna
kulit, gatal-gatal, menggigil, sakit pinggang dan lain-lain.
3. Bila terlihat keluhan-keluhan seperti di atas infus segera dihentikan
dengan mengklem selang infus dan segera melaporkan kepada
dokter atau perawat yang bertanggung jawab.
4. Cairan infus tidak boleh sampai habis, untuk mencegah masuknya
udara dalam selang yang dapat menimbulkan emboli udara di vena.

5
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 5
LATIHAN / TRIGGER CASE

Bayi laki-laki umur 7 bulan datang bersama ibunya ke IGD RSISA dengan
keluhan demam selama 4 hari dan satu minggu buang air besar dengan
konsistensi cair rata-rata kali/hari. Bayi tampak lemas, pengkajian perawat
didapatkan adanya turgor kulit jelek, mata dan ubun-ubun cekung, suhu
38,9oC. Dokter memberikan advice untuk dilakukan rehidrasi cairan
menggunakan Ringer Laktat, kemudian perawat melakukan tugasnya.

PERALATAN DAN BAHAN

1. Sarung tangan
2. Infus set sesuai kebutuhan (makro drip/mikro drip)
3. Cairan parenteral sesuai program
4. Jarum intravena/iv kateter (sesuai kebutuhan)
5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6. Betadine (bila perlu)
7. Tourniquet
8. Perlak dan pengalas
9. Bengkok
10. Plester/hepavix/balutan transparan
11. Kasa steril
12. Tiang /standar infuse

PROSEDUR KETERAMPILAN

A. Tahap Pra Interaksi


1. Mengecek program terapi.
2. Mencuci tangan.
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien.

6 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


B. Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
2. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
4. Menanyakan persetujuan dan meminta kerja sama pasien.
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privasi.
2. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa kepada Allah.
3. Memeriksa cairan dengan prinsip benar pemberian obat (cairan
iv adalah obat) pastikan bahwa larutan telah dicampur dengan
zat/obat tambahan yang diresepkan, jika diprogramkan. Periksa
cairan terhadap warna, kejernihan dan tanggal kadaluarsa.
4. Bila menggunakan cairan dalam botol, lepaskan penutup logam
dan cakram karet serta logam di bawah penutup tersebut. Untuk
kantung cairan plastik, lepaskan lapisan plastik di atas port
selang iv.
5. Membuka infus set, pertahankan sterilitas di kedua ujungnya.
6. Menempatkan klem yang dapat digeser tepat di bawah bilik
tetesan dan menutup saluran infus dengan menggerakkan klem
penggeser ke posisi off.
7. Menusukan set infus ke dalam kantung cairan.
a. Melepas penutup pelindung dari kantung cairan iv tanpa
menyentuh tempat masuknya set infus.
b. Melepas penutup penusuk pada infus set, dengan tidak
menyentuh ujung penusuk (pertahankan sterilitas).
c. Membersihkan tempat masuknya infus set pada kantung
cairan dengan kapas alkohol kemudian menusukkan set infus
ke kantung cairan iv tepat di tempat penusukan yang telah
ditentukan.
8. Menggantungkan botol infus pada tiang/standar infus.
9. Mengisi bilik tetesan dengan cairan.

7
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 7
10. Membuka pelindung jarum dan mengalirkan cairan sampai
seluruh selang infus terisi cairan (pastikan tidak ada gelembung
udara dalam selang).
11. Memilih iv kateter yang sesuai.
12. Memilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan atau
peradangan.
13. Megatur posisi pasien sesuai area penusukan dan
membebaskan anggota tubuh yang akan diinsersi dari pakaian
dan hal-hal yang dapat menghambat aliran vena (anjurkan
pasien memakai pakaian yang longgar).
14. Memasang perlak dan pengalas di bawah area yang akan
ditusuk.
15. Memasang tourniquet 10-12 cm diatas tempat insersi
16. Memilih vena yang berdilatasi dengan baik (untuk membuat vena
berdilatasi dapat dengan memukul-mukul vena dari arah
proksimal ke distal atau minta pasien mengepal dan membuka
tangan atau dengan melakukan ketukan ringan di atas vena).
Mulai dengan vena dari arah distal (bila terjadi
sklerosis/kerusakan vena, vena yang sama di daerah proksimal
masih dapat digunakan).
17. Memakai sarung tangan.
18. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah
dalam keluar dengan diameter 5 cm) tunggu sampai kering.
19. Mempertahankan vena pada posisi stabil dengn cara
meregangkan kulit pada area penusukan.
20. Memegang iv kateter sejajar dengan vena yang akan ditusuk.
21. Menusuk vena dengan kemiringan 30 derajat dengan lubang
jarum menghadap ke atas.
22. Memastikan iv kateter masuk ke vena dengan memperhatikan
keluarnya darah melalui bilik aliran darah balik vena/ dengan
menarik mandrin +0,5 cm

8 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


23. Merendahkan kateter sampai menyentuh kulit, mendorong iv
kateter perlahan kedalam vena sampai hub menempel dengan
kulit tempat penusukan.
24. Menarik mandrin kemudian menyambungkan iv kateter dengan
selang infus. Jika diperlukan spesimen darah vena untuk
pemeriksaan laboratorium,alirkan darah melalui iv kateter dan
tampung dalam tabung pemeriksaan sebelum
menyambungkannya dengan selang infus.
25. Melepaskan torniquet.
26. Membuka klem pada infus set untuk mengalirkan cairan infus
dengan kecepatan tertentu untuk mempertahankan kepatenan iv
kateter.
27. Memfiksasi iv kateter dengan meletakkan kasa steril di tempat
insersi kemudian diplester (dapat menggunakan hepafix/balutan
transparan sesuai kebijakan rumah sakit).
28. Mengatur tetesan infus sesuai program.
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL
3. Merapikan pasien dan lingkungan.
4. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
5. Berpamitan dan menyampaikan kontrak yang akan datang.
6. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
7. Mencuci tangan.

9
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 9
8. Mencatat kegiatan dalam catatan keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Hockenberry, M.J. dan Wilson,D. (2013). Wong’s Essentials of Pediatric


Nursing. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Hockenberry, M.J. dan Wilson,D. (2014). Wong’s Nursing Care of Infant
and Children. 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Endyarni, B. (2010). Perawatan metode kanguru (PMK) meningkatkan
pemberian ASI, dalam Suradi, R., Hegar, B., Partiwi, I.G.A.N.,
Marzuki, A.N.S., Ananta, Y. Indonesia menyusui. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI
Ganong, W.F. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran (22 Ed, Brahm U.
Pendit, penterjemah). Jakarta: EGC
Glasper, A. dan Richardson, J. (2006). A textbook of children’s and young
people’s nursing. Philadelpia: Elsevier
Guyton, A.C. (1998). Buku ajar fisiologi kedokteran guyton. Jakarta: EGC
Harkreader, H., Hogan, M.A., dan Thobaben, M. (2007). Fundamental
ofnursing caring and clinical judgment. St. Louis Missouri:
Saunders Elseiver

CHECK LIST PENILAIAN DEMONSTRASI SKILL

BO SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
BOT 0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 0,5
2. Mencuci tangan 0,5
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 0,5
4. Mendekatkan alat ke pasien 0,5
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 0,5
2. Melakukan kontrak 0,5
3. Menjelaskan tujuan 0,5
4. Menjelaskan prosedur 0,5
5. Menanyakan persetujuan pasien 0,5
Tahap Kerja
1. Menjaga privasi 0,5
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 0,5
3. Memeriksa cairan dengan prinsip benar 1

10 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


pemberian obat, periksa cairan terhadap
warna, kejernihan dan tanggal kadaluarsa.
Membuka infus set, pertahankan sterilitas di
4. 2
kedua ujungnya.
Menempatkan klem yang dapat digeser
tepat di bawah bilik tetesan dan menutup
5. 1
saluran infus dengan menggerakkan klem
penggeser ke posisi off.
Menusukan set infus ke dalam kantung
6. 1
cairan.
Menggantungkan botol infus pada
7. 1
tiang/standar infus.
8. Mengisi bilik tetesan dengan cairan. 1
Membuka pelindung jarum dan mengalirkan
cairan sampai seluruh selang infus terisi
9. 2
cairan (pastikan tidak ada gelembung udara
dalam selang).
10. Memilih iv kateter yang sesuai. 1
Memilih area penusukan yang bebas dari
11. 1
tanda kekakuan atau peradangan.
Mengatur posisi pasien sesuai area
12. penusukan dan membebaskan anggota 2
tubuh yang akan diinsersi dari pakaian
Memasang perlak dan pengalas di bawah
13. 1
area yang akan ditusuk.
Memasang tourniquet 10-12 cm diatas
14. 1
tempat insersi
Memilih vena yang berdilatasi dengan baik.
Meminta pasien mengepal dan membuka
15. 2
tangan atau dengan melakukan ketukan
ringan di atas vena.
16. Memakai sarung tangan. 1
Membersihkan kulit dengan kapas alkohol,
17. 1
tunggu sampai kering.
Mempertahankan vena pada posisi stabil dg
18. 2
meregangkan kulit pada area penusukan
Memegang iv kateter sejajar dengan vena
19. 2
yang akan ditusuk.
Menusuk vena dengan kemiringan 30
20. derajat dengan lubang jarum menghadap ke 3
atas.
21. Memastikan iv kateter masuk ke vena 3

11
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 11
dengan memperhatikan keluarnya darah
melalui bilik aliran darah balik vena/dengan
menarik mandrin + 0,5 cm.
Merendahkan kateter sampai menyentuh
kulit, mendorong iv kateter perlahan kedalam
22. 2
vena sampai hub menempel dengan kulit
tempat penusukan.
23. Menarik mandrin. 2
Menyambungkan iv kateter dengan selang
24. 1
infus.
25. Melepaskan torniquet. 1
Membuka klem pada infus set untuk
mengalirkan cairan infus dengan kecepatan
26. 1
tertentu untuk mempertahankan kepatenan
iv kateter.
Memfiksasi iv kateter dengan meletakkan
27. kasa steril di tempat insersi kemudian 1
diplester.
28. Mengatur tetesan infus sesuai program. 1
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi respon pasien 0,5
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 0,5
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 0,5
4. Berpamitan dan menyampaikan kontrak 0,5
5. Membereskan dan mengembalikan alat 0,5
6. Mencuci tangan 0,5
7. Mencatat dalam catatan keperawatan 0,5
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
Menggunakan bahasa yang dimengerti oleh
3. 1
pasien
TOTAL SKOR

12 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


Kegiatan Belajar IX

Menghitung Tetesan Infus

150 Menit

PENDAHULUAN

Rehidrasi cairan menggunakan infus perlu mendapatkan perhatian yang


cermat. Hal ini karena, jika kelebihan cairan di dalam tubuh dapat
menyebabkan kolaps kardiovaskuler pada pasien, serta kemungkinan
munculnya masalah keperawatan kelebihan volume cairan. Oleh karena
itu, mahasiswa keperawatan harus mampu menguasai perhitungan
tetesan infus, agar cairan yang diberikan pada pasien sesuai dengan
kebutuhan pasien.

13
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 13
KEMA
M
PU
A
N
A
K
HI
R
YA
N
G
DI
C
AP
AI
(K
O
G
NI
TI
F,
AF
FE
1. Mahasiswa mampu memahami konsep perhitungan tetesan infus
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk menghitung tetesan
infus
3. Mahasiswa mampu menghitung tetesan infus secara mandiri
DASAR TEORI

Menghitung tetesan infus adalah menghitung kecepatan tetesan infus


pada bilik tetesan untuk mencegah ketidaktepatan pemberian cairan.
Cairan intra vena yang tidak dapat diinfuskan tepat waktu mungkin
merupakan tanda dini infiltrasi. Penghitungan tetesan infus harus
dilakukan dengan tepat untuk mencegah kelebihan pemberian cairan

14 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


pada pasien serta mencegah terjadinya kolaps kardiovaskuler dan
sirkulasi pada pasien dehidrasi maupun syok.

LATIHAN / TRIGGER CASE

Bayi laki-laki umur 7 bulan datang bersama ibunya ke IGD RSISA dengan
keluhan demam selama 4 hari dan satu minggu buang air besar dengan
konsistensi cair rata-rata kali/hari. Bayi tampak lemas, pengkajian perawat
didapatkan adanya turgor kulit jelek, mata dan ubun-ubun cekung, suhu
38,9oC. Dokter memberikan advice untuk dilakukan rehidrasi cairan
menggunakan Ringer Laktat dengan infus mikrodrip dalam jumlah 240 ml
habis dalam waktu 8 jam. Perawat kemudian menghitung jumlah tetesan
per menit.

PERALATAN DAN BAHAN

1. Kertas dan pensil.


2. Jam dengan jarum detik

PROSEDUR KETERAMPILAN

Membaca program dokter dan mengikuti prinsip “dua belas benar” untuk
memastikan penggunan cairan yang benar. Cairan iv adalah obat,
mengikuti prinsip “dua belas benar” mengurangi kemungkinan salah obat.
1. Mencari tahu kalibrasi dalam tetes/mililiter dari set infus (sesuai
petunjuk pada bungkus) :
a. Tetesan mikro (mikrodrip) :
1 cc = 60 tetes
Selang mikrodrip juga disebut selang pediatri, umumnya
memberikan 60 tetes/cc dan digunakan bila pemberian volume
kecil atau volume dalam jumlah yang sangat tepat.
b. Tetesan makro (makrodrip) :
1 cc = 15 tetes

15
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 15
1 cc = 20 tetes
Selang makrodrip biasanya digunakan untuk pasien dewasa,
2. Pilih salah satu rumus
a. Mililiter per jam

Jumlah total cairan infus (cc)


cc / jam =
Lamanya waktu penginfusan (jam)

Contoh : Jika cairan infus yang tersedia 3000 cc dan habis


diberikan dalam 24 jam, maka berapa cc/jam cairan
yang diberikan?
Jawab : 3000 cc
24 jam
= 125 cc/jam
b. Tetes permenit

Jumlah total cairan infus (cc) x faktor tetesan


Tetes / menit =
Lamanya waktu penginfusan (menit)

Contoh : jika dibutuhkan cairan infus 1000 cc dalam 8 jam


dengan faktor tetesan 20 tetes/cc, maka cairan
tersebut harus diberikan berapa tetes permenit?
Jawab : 1000 cc x 20 20000
= = 41 tts/menit
8 x 60 menit 480 menit

Rumus lain untuk infuset makrodrip (faktor tetesan 20) :

Jumlah cairan yang masuk


Tetasan / menit =
Lamanya infus (jam) x 3

Rumus lain untuk infuset mikrodrip (faktor tetesan 60) :

Jumlah cairan yang masuk


Tetasan / menit =
Lamanya infus (jam)

3. Tetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik drip


selama 1 menit dengan jam, kemudian atur klem pengatur untuk
menaikkan atau menurunkan kecepatan infus.
4. Periksa kecepatan tetesan tiap jam.

16 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


5. Dokumentasikan pada catatan perawatan mengenai cairan dan
waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Hockenberry, M.J. dan Wilson,D. (2013). Wong’s Essentials of Pediatric


Nursing. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Hockenberry, M.J. dan Wilson,D. (2014). Wong’s Nursing Care of Infant
and Children. 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Harkreader, H., Hogan, M.A., dan Thobaben, M. (2007). Fundamental
ofnursing caring and clinical judgment. St. Louis Missouri: Saunders
Elseiver

CHECK LIST PENILAIAN DEMONSTRASI SKILL

N BO SKOR
ASPEK YANG DINILAI
O BOT 0 1 2
Membaca program dokter dan mengikuti
1. 7
prinsip “dua belas benar”
Mencari tahu kalibrasi dalam tetes/mililiter dari
2. 7
set infuse
3. Menghitung dengan rumus 7
Menetapkan kecepatan aliran dengan
4. menghitung tetesan pada bilik drip selama 1 7
menit dengan jam
Mengatur klem pengatur untuk menaikkan
5. 7
atau menurunkan kecepatan infus
6. Periksa kecepatan tetesan tiap menit 7
Dokumentasikan pada catatan perawatan
7. 8
mengenai cairan dan waktu
TOTAL SKOR

17
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 17
Kegiatan Belajar X

Pemasangan Kateter/Infus Umbilikal

150 Menit

PENDAHULUAN

Kateterisasi umbilikal pada bayi baru lahir saat ini sudah jarang dilakukan
di RS karena pertimbangan kompilkasinya yang cukup banyak. Sebagai
gantinya yang cukup aman untuk bayi dan bisa diberikan dalam jangka
waktu yang cukup lama adalah peripherally inserted central catheter
(PICC). Namun, belum banyak perawat yang menguasai ketrampilan ini.
Oleh karena itu, mahasiswa keperawatan perlu mengetahui teknik
pemasangan infus umbilikal sebagai alternatif jika tidak ada perawat yang
mampu melakukan PICC.

18 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


KEMA
M
PU
A
N
A
K
HI
R
YA
N
G
DI
C
AP
AI
(K
O
G
NI
TI
F,
AF
FE
1. Mahasiswa mampu memahami konsep tindakan pemasangan
kateter/infus umbilikal
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk melakukan tindakan
pemasangan kateter/infus umbilikal
3. Mahasiswa mampu melakukan prosedur tindakan pemasangan
kateter/infus umbilikal secara mandiri
DASAR TEORI

Kateterisasi umbilikal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:


1. Kateterisasi arteri umbilikal (UAC)

19
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 19
Arteri umbilikalis merupakan cabang dari a. iliaka interna dengan
diameter 2-3 mm. Pada bayi cukup bulan, masing masing arteri
mempunyai panjang ±  7 cm.
Indikasi
a. Primer

1) BBL sakit berat yang membutuhkan pengambilan darah


berulang, atau perlu monitoring gas darah dan saturasi O2
invasif, seperti pada keadaan gagal nafas, syok, PPHN serta
extreme prematury.
2) Pengukuran tekanan darah arterial secara langsung
3) Angiografi
b. Sekunder
1) Transfusi tukar
2) Infus cairan glukosa-elektrolit maintenance atau pemberian
obat-obatan jika tidak ada tempat lain
Komplikasi
a. Perdarahan
b. Vasospasme arteri
c. Emboli karena bekuan darah atau udara
d. Thrombosis di daerah:
1) Arteri femoralis: iskemia/gangrene di ekstrimitas bawah
2) Arteri renalis : hipertensi, gagal ginjal, hematuri
3) Arteri mesentrika : iskemia usus, enterokolitis
nekrotikans
e. Perforasi arteri menyebabkan perdarahan retrograde dan
hematom intra abdominal
f. Infeksi
2. Kateterisasi vena umbilical (UVC)
Vena umbilikalis merupakan satu-satunya vena di umbilikius, relative
besar dengan diameter 4-5 mm, panjang 2-3 cm dan berdinding tipis.

20 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


Dari umbilicus, vena berjalan ke arah kepala, sedikit kekanan dan
memasuki cabang sinistra vena portal setelah memberikan beberapa
cabang kecil di dalam hepar.
Indikasi
a. Transfusi tukar
b. Monitoring tekanan vena sentral (Central Venous Pressure/CVP)
c. Pemberian cairan intravena, akses cepat pada keadaan darurat
(saat resusitasi), pemberian produk darah atau obat-obatan.
Komplikasi
a. Perdarahan, infeksi
b. Enterokolitis nekrotikans
c. Perforasi kolon atau peritoneum
d. Hipertensi portal dan nekrosis hepar.
Kontra indikasi pemasangan kateter umbilikal
1. Terdapat gangguan vaskuler di daerah panggul atau ekstremitas
bawah
2. Enterokolitis nekrotikans, kecuali pada keadaan darurat dan akses
lain tidak memungkinkan
3. Peritonitis
4. Omfalitis dan omfalokel
5. Perdarahan atau kecenderungan thrombosis merupakan kontra
indikasi relative.

LATIHAN / TRIGGER CASE

Bayi perempuan umur 4hari datang bersama ibunya ke IGD RSISA


dengan keluhan kuning di seluru badan sampai sklera dan tampak lemah.
Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan data bahwa golongan darah ibu
O sedangkan golongan darah bayi A, nilai bilirubin total serum 19 mg/dl.
Dokter kemudian memberikan advice untuk dipasang infus umbilikal.

21
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 21
PERALATAN DAN BAHAN

Siapkan peralatan steril yang terdiri dari :


1. Handuk steril untuk mengeringkan tangan dan lengan bawah
2. Gaun operasi dan sarung tangan
3. Duk lubang di tengah  (sebaiknya transparan, sehingga bisa terlihat
kalau ada komplikasi, seperti pucat pada daerah panggul dan
ekstrimitas)
4. Kateter umbilikal single lumen, radio opak, diameter kecil (Fr 3,5
untuk berat badan <1200gr dan Fr 5 untuk berat badan >1200gr)
untuk meminimalkan jumlah darah yang harus dikeluarkan saat
membersihkan kateter sebelum pengambilan sampel. Ujung kateter
harus lembut dan membulat, dan bahan yang tidak trombogenik
5. Three way stop cock dengan luer lock
6. Spuit
7. Cairan NaCl 0,9% - heparin 1 Ui/cc (0,5 N saline)
8. Kom untuk antiseptic (betadin)
9. Set pemasangan arteri umbilikal yang terdiri dari : 1 buah duk klem, 2
buah pinset anatomis dengan ujung runcing (pinset iris), 1 buah
gunting benang, 2 buah klem arteri bengkok, 1 buah needle holder
dan 1 buah scalpel no 11 dengan gagang.
10. Tali katun dan Benang silk no 2/0 at 3/0 dengan jarum round body
11. Plester
12. Kasa

PROSEDUR KETERAMPILAN

1. Pilih posisi pemasangan,


a. Letak rendah (low position) setinggi lumbal 3-4. Ujung kateter di
bawah a. renalis dan a. mesentrika, sehingga ujung kateter terletak
di bifurkatio aorta atau di bagian atas lumbal 4.

22 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


b. Letak tinggi (high position) setinggi torakal 6-9. Ujung kateter di
tempatkan di atas aksis celiac. Letak tinggi lebih di sukai karena
tidak akan menyebabkan oklusi a. renalis dan mesentrika, di
samping itu insiden pucat (blanching) dan sianosis pada ekstrimitas
bawah lebih rendah, tetapi pada posisi ini hipertensi renovaskuler
lebih sering di temukan.
2. Ukur panjang kateter yang akan di masukan. Terdapat beberapa cara
pengukuran antara lain :
a. Untuk kateter arteri umbilikal,
1) Mengukur jarak antara bahu bayi ke umbilicus, dan
ditambahkan dengan panjang sisa umbilikal.
2) Untuk UAC letak tinggi, panjang kateter bisa di ukur dengan
menggunakan rumus :
3) (berat badan x 3) + 9cm.
4) Untuk UAC letak rendah, perkiraan panjang kateter  di
dasarkan pada berat badan bayi:
a) 1000 gram : 7 cm
b) 1500 gram : 8 cm
c) 2000 gram : 9 cm
d) 2500 gram : 10 cm
b. Untuk kateter vena umbilikal
1) Mengukur jarak antara umbilicus ke prosesus xyphoideus,
ditambah dengan panjang sisa umbilikal.
2) Mengukur dengan rumus :
a) (1,5 x BB) + 5,5cm atau
b) 1/2 {(BB x 3) + 9 cm} +1
3. Lakukan persiapan :
a. Persiapan penolong. Cuci tangan steril kemudian pasang sarung
tangan steril.

23
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 23
b. Persiapan alat. Susun semua alat yang di perlukan di atas meja
steril. Siapka cairan NaCl-heparin dalam spuit 10 cc. pasang three
way stopcock ke kateter umbilikal,sambungkan dengan spuit dan
isi dengan NaCl-heparin, kemudian putar stopcock ke posisi off kea
rah kateter. Hati-hati jangan sampai ada udara.
c. Persiapan pasien. Ikat kedua kaki bayi dengan popok kemudian
plester ke tempat tidur atau tahan dengan menggunakan bantal
pasir. Tutup alat kelamin bayi dengan kain untuk menghindari
kencing bayi mengotori lapangan tindakan. Pegang umbilikal
dengan kasa betadin atau klem (ingat umbilikal belum steril) dan
tarik lembut secara vertical. Lakukan desinfeksi dengan cairan
antiseptic (povidin dll.) sebanyak 3 kali mulai dari bagian tengah
dan teruskan dengan gerakan melingkar ke bagian luar (minimal
radius 5 cm dari umbilikal) setelah itu bersihkan umbilikal, dan
pasang duk lobang di atas umbilikal.
d. Pasang tali katun di sekeliling umbilikal dan ikat secukupnya
sehingga perdarahan dapat di cegah, tetapi kateter umbilikal masih
bisa masuk.
4. Potong umbilikal secara horizontal dengan scalpel ± 1,5 cm dari kulit
5. Stabilisasi umbilikal dengan hemostat, dan identifikasi pembuluh
darah. Vena berukuran lebih besar, oval dengan dinding tipis.
Sedangkan ke dua arteri terlihat lebih kecil, membulat/lonjong dan
berdinding tebal. Arteri bisanya konstriksi sehingga lumennya terlihat
sangat kecil (pinpoint).

24 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


6. Pasang kateter umbilikal
a. Jika dipasang pada arteri :
Pegang pangkal umbilikal, masukkan salah satu ujung runcing
pinset iris ke dalam lumen arteri  ± 0,5 cm, sampai lumen
membuka dan kemudian lebarkan dengan pelan-pelan dengan
kedua ujung pinset. Pegang kateter arteri dengan pinset dan
masukkan kedalam arteri dengan lembut. Bisaanaya akan terdapat
tahanan di dinding anterior abdomen, tahanan ini bisa dihilangkan
dengan mendorong kateter dengan lembut. Tekanan kuat atau
mengelur masukkan kateter akan membuat arteri semakin spasme.
Jika tahanan belum bisa diatasi, tunggu selama 2-3 menit sampai
vasospasme membaik atau bisa di coba di arteri sebelahnya.
Setelah kateter berada di tempat sesuai ukuran, darah akan
mengalir dengan mudah, kadang bisa naik sendiri dan terlihat
adanya pulsasi.
b. Jika dipasang pada vena :
Buang semua bekuan darah yang terdapat dalam vena dengan
pinset iris. Pasang kateter dengan pinset iris dan masukkan
dengan lembut sampai ukuran yang telah ditentukan. Jika terdapat

25
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 25
tahanan pada saat memasukkan kateter, jangan di paksa, tarik ± 4-
5 cm, kemudian masukkan kembali sambil diputar pelan searah
jarum jam. Kalau masih ada tahanan, bisa dicoba memasukkan
kateter lain di bawa kateter pertama dan masukan dengan lembut,
biasanya kateter kedua akan langsung memasuki duktus venosus.
7. Lakukan foto Rontgen untuk konfirmasi posisi (AP-lateral). Harus
diingat bahwa setelah lapangan steril di tutup, kateter hanya bisa
ditarik, tidak boleh didorong ke dalam arteri. Jangan lupa ambil sampel
darah untuk pemeriksaan laboratorium sebelum disambungkan
dengan  cairan.
8. Perhatikan adanya warna pucat, mottling atau kebiruan di kaki. Hal ini
bisa disebabkan oleh vasospasme, jika tidak membaik dalam waktu
beberapa menit, kateter harus ditarik keluar pelan-pelan.
9. Setelah posisi tepat, jahit ikatan (purse-string suture) kateter ke jelly
Wharton dengan benang silk 3/0, hati-hati jangan sampai menembus
kateter. Simpulkan benang di kateter dan tarik sisanya ke atas.
Pasang plester mengikat benang dan kateter seperti bendera,
kemudian jahit lagi di bagian atas plester. Ini akan memberikan fiksasi
yang cukup sehingga kateter tidak akan berubah posisi. Selanjutnya
hubungkan dengan three way ke NaCl-heparin 1 UI/ml 0,5-1 cc/jam.
Jangan memasang klem atau melakukan jahitan di kulit perut bayi.
10. Bersihkan lagi umbilikal, tidak perlu ditutup sehingga terlihat bila ada
komplikasi. Kateter harus di cabut bila ada tanda-tanda infeksi di
umbilikal seperti kemerahan, bau atau bernanah.
11. Jika tidak di perlukan lagi, kateter umbilikal bisa dilepas. Bersihkan
umbilikal dengan alcohol, matikan pompa infus dan klem kateter. Tarik
kateter pelan-pelan sampai 3-4 cm dari kulit dan tempelkan ke kulit
perut dengan plester. Tunggu sampai pulsasi arteri berhenti (bisaanya
10-20 menit), cabut kateter dengan lembut dan lakukan penekanan

26 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


selama 5-10 menit sampai perdarahan berhenti. Jangan telungkupkan
bayi, minimal 4 jam observasi adanya perdarahan.

PERHATIAN
1. Pada pemasangan kateter arteri umbilikal :
a. Kateter arteri terpasang hanya selama ada indikasi primer.
b. Jangan menggunakana pipa lambung (feeding tubes) sebagai
kateter. Pipa lambung dikaitkan dengan insiden thrombosis yang
lebih tinggi, selain itu tidak radio opak sehingga tidak terlihat pada
foto rontgen.
c. Pada bayi yang sangat premature, cairan pemeliharaan NaCl
0,9%-heparin1 Ui/cc bisa menimbulkan hipernatremia, sehingga
pada pasien ini direkomendasikan cairan dengan konsentrasi
0,5UI/cc
d. Jangan menutup umbilicus dengan kasa atau plester setelah
pemasangan kateter. Penutupan menyebabkan komplikasi seperti
perdarahan, dislokasi kateter atau infeksi, terlambat diketahui.
2. Pada pemasangan kateter vena :
a. Jangan biarkan kateter dalam keadaan terbuka. Tekanan negatif
dari intra abdominal bisa menarik udara dan menyebabkan emboli
udara.
b. Untuk pemberian cairan, kateter harus berada di dalam vena cava,
tepat di bawa atrium kanan, tidak boleh berada di dalam vena
porta.
c. Untuk resusitasi, UVC dipasang dangkal, hanya sedikit di bawa
kulit, sampai ada aliran darah bebas (free-flow) saat ditarik dengan
spuit.

DAFTAR PUSTAKA

Hockenberry, M.J. dan Wilson,D. (2013). Wong’s Essentials of Pediatric


Nursing. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
27
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 27
Hockenberry, M.J. dan Wilson,D. (2014). Wong’s Nursing Care of Infant
and Children. 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Harkreader, H., Hogan, M.A., dan Thobaben, M. (2007). Fundamental
ofnursing caring and clinical judgment. St. Louis Missouri: Saunders
Elseiver

CHECK LIST PENILAIAN DEMONSTRASI SKILL

BO SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
BOT 0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 1
2. Mencuci tangan steril 1
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
Menyiapkan dan mendekatkan alat di meja steril
4. 1
ke pasien
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1
5. Menanyakan persetujuan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1. Menjaga privasi 1
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 1
3. Memilih posisi pemasangan 3
Mengukur panjang kateter yang akan
4. 2
dimasukkan
5. Memposisikan bayi 4
6. Memasang tali katun di sekeliling umbilikal 2
7. Mengikat secukupnya 4
Memotong umbilikal secara horizontal dengan
8. 2
scalpel
9. Stabilisasi umbilikal dengan hemostat 3
10. Memasang kateter umbilikal 3
11. Melakukan foto rontgen untuk konfirmasi posisi 4
Setelah posisi tepat, jahit ikatan kateter ke jelly
12. 2
wharton dengan benang silk 3/0
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi respon pasien 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
4. Berpamitan dan menyampaikan kontrak 1

28 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
6. Mencuci tangan 1
7. Mencatat kegiatan dalam catatan keperawatan 1
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
3. Menggunakan bahasa yang dimengerti pasien 1
TOTAL SKOR

29
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 29
Kegiatan BelajarXI

Pemberian Transfusi Darah

150 Menit

PENDAHULUAN

Cairan intravena dapat efektif dalam mengembalikan volume (darah)


intravaskular; namun cairan intravena tidak mempengaruhi kemampuan
darah untuk membawa oksigen. Apabila sel darah merah dan sel darah
putih, trombosit, atau protein darah hilang karena perdarahan atau
penyakit, mungkin perlu dilakukan penggantian komponen-komponen
darah ini. Penggantian darah dapat dilakukan dengan cara memasukkan
darah lengkap atau komponen darah yang diperlukan ke dalam sirkulasi
vena yang disebut dengan transfusi darah. Mahasiswa keperawatan perlu
menguasai ketrampilan ini karena dalam prakteknya mungkin akan
menemui pasien yang membutuhkan transfusi darah.

30 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


KEMA
M
P
U
A
N
A
K
HI
R
Y
A
N
G
DI
C
A
P
AI
(K
O
G
NI
TI
1. Mahasiswa mampu memahami konsep tindakan pemberian transfusi
darah
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk tindakan pemberian
transfusi darah
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemberian transfusi darah
secara mandiri
DASAR TEORI

Donor darah adalah sukarelawan yang memberikan sebagian


darahnya untuk orang yang membutuhkan atau resipien. Donor tidak
boleh dilakukan oleh individu yang memiliki riwayat penyakit hepatitis,

31
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 31
inveksi HIV, penyakit jantung, kanker berat, asma berat, gangguan
perdarahan, atau kejang. Untuk menghindari transfusi sel darah merah
yang tidak sesuai, darah donor dan resipien harus diperiksa dan
dicocokkan. Penentuan golongan darah dilakukan untuk menentukan
golongan darah ABO dan status faktor Rh.
Transfusi darah yang tidak sesuai dengan ABO atau Rh dapat
menyebabkan reaksi transfusi hemolitik dengan menghancurkan sel darah
merah yang ditransfusikan dan akhirnya beresiko menyebabkan
kegagalan atau kerusakan ginjal. Bentuk lain dari reaksi transfusi yang
dapat juga terjadi meliputi febris, alergi, kelebihan beban sirkulasi, dan
asepsis. Karena resiko reaksi merugikan sangat tinggi, pasien harus
sering dikaji sebelum dan selama transfusi. Segera hentikan transfusi jika
terjadi tanda-tanda reaksi.
Sebagian besar pasien tidak membutuhkan transfusi darah lengkap.
Seringkali transfusi berupa komponen darah tertentu adalah transfusi
yang lebih tepat. Beberapa produk darah yang mungkin ditransfusikan :
1. Darah lengkap
Volume 450 – 500 ml, diinfuskan selama 2 sampai 3 jam, maksimum
4 jam per unit. Dosis pediatric rata-rata : mula-mula 20 ml/kg, diikuti
dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi. Transfusi darah
lengkap tidak umum digunakan kecuali pada kasus-kasus perdarahan
akut yang ekstrem. Menggantikan volume darah dan semua produk
darah : SDM, plasma, protein plasma, trombosit segar, dan faktor
pembekuan lain.
2. Sel darah merah (Packed Red Cell)
Volume 375 – 425 ml, diinfuskan selama 1½ sampai 2 jam,
maksimum 4 jam per unit. Jika pasien kehilangan darah, transfusikan
secepat mungkin sesuai dengan toleransi pasien. Jika pasien berada
dalam keseimbangan kardiovaskuler yang tidak stabil (anemia berat
kronik, gagal jantung kongestif, sangat kecil atau muda) dan terdapat

32 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


kekhawatiran kelebihan sirkulasi, kecepatan harus 1 ml/kg/BB. Dosis
dan kecepatan pediatrik rata-rata : 10ml/kg, 2 sampai 4 ml/kg/BB.
Transfusi PRC digunakan untuk meningkatkan kemampuan darah
membawa oksigen pada pasien anemia, pembedahan, atau pasien
yang menderita gangguan perdarahan lambat. Satu unit
meningkatkan hematokrit sekitar 4%.
3. Trombosit
Volume 60 – 70 ml/unit, diberikan secara intravena dengan kecepatan
sesuai toleransi pasien; dianjurkan 150 sampai 200 ml/ jam. Dapat
diberikan lebih dari pesanan, biasanya 6 sampai 10 unit dengan
perlahan-lahan jika terdapat behaya kelebihan sirkulasi. Waktu
transfusi maksimum 4 jam dan memakai selang khusus. Transfusi
trombosit dapat menggantikan trombosit pada pasien yang menderita
gangguan perdarahan atau defisit trombosit. Trombosit segar adalah
yang paling efektif.
4. Plasma beku segar (Fresh-Frozen Plasma)
Volume 200 – 250 ml, diinfuskan selama 15-20 menit bila diberikan
untuk perdarahan atau penggantian faktor pembekuan; 1-2 jam bila
diberikan untuk alasan lain. Dosis dan kecepatan pediatric rata-rata :
perdarahan akut, infuskan 15-30ml/kg sesuai indikasi; defisiensi
pembekuan, 10 sampai 15 ml/kg, infuskan 1 sampai 2 ml/menit.
Tujuannya untuk memperbesar volume darah dan memberikan faktor
pembekuan darah. Tidak perlu digolongkan dan dicocokkan karena
tidak mengandung sel darah merah.
5. Fraksi albumin dan protein plasma
Albumin 25 % : Volume 12,5 g/50 ml, diinfuskan dalam 1 jam pada 1
ml/menit. Dosis dan kecepatan pediatrik rata-rata : 1 g/kg, infus 4
ml/kg. Memakai selang khusus. Albumin 5% : Volume 12,5g/250 ml,
diinfuskan dalam 1 jam pada 2 sampai 4 ml / menit. Dosis dan
kecepatan pediatrik rata-rata : 1 g/kg, infuskan 10 ml/kg. Memakai

33
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 33
selang khusus. Fraksi Protein Plasma (PPF) : diinfuskan tidak lebih
dari 1 sampai 10 ml/kg. Memakai selang khusus.
6. Faktor pembekuan darah dan kriopresipitat
Digunakan pada pasien yang mengalami defisiensi faktor
pembekuan. Masing-masing memberikan faktor berbeda yang terlibat
dalam jalur pembekuan darah; kriopresipitat juga mengandung
fibrinogen.

Hal yang harus diperhatikan


1. Suhu darah yang dimasukkan harus sesuai dengan suhu normal, bila
perlu pasang penghangat pada selang infus.
2. Darah yang diberikan harus tercampur rata (secara homogen) dengan
cara membalikkan kantung secara perlahan-lahan (darah tidak boleh
dikocok atau dipanaskan).

LATIHAN / TRIGGER CASE

Anak perempuan usia 5 tahun menderita penyakit Thalasemia Mayor.


Saat ini keadaan pasien lemah dan membutuhkan transfusi darah segera.
Perawat kemudian menyiapkan transfusi set.

PERALATAN DAN BAHAN

1. Transfusi set
2. Cairan NaCl 0,9 %
3. Persediaan darah yang sesuai dengan golongan darah pasien,
komponen darah sesuai dengan kebutuhan.
4. Sarung tangan
5. Set pemberian cairan intravena (jika belum terpasang infus)

34 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


PROSEDUR KETERAMPILAN

A. Tahap Pra Interaksi


1. Verifikasi data sebelumnya.
2. Memberikan Inform Consent pada pasien/keluarga mengenai
prosedur dan efek samping pemberian transfusi.
3. Mencuci tangan.
4. Menyiapkan dan mendekatkan alat di dekat pasien.
B. Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
2. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dantopik.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
4. Menanyakan persetujuan/persetujuan pasien.
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privasi bila perlu.
2. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada Allah
3. Memasang iv kateter dengan menggunakan kateter berukuran
besar dan selang infus yang memiliki filter (transfusi set). Jika
sudah terpasang infus ganti infus set dengan transfusi set.
Gunakan cairan normal salin/NaCl 0,9% sebelum dan sesudah
memberikan transfusi (cairan isotonik mencegah hemolisis sel
darah merah).
4. Mengidentifikasi pasien dan produk darah yang akan
dimasukkan.
5. Memeriksa etiket kompatibilitas yang menempel pada kantung
darah dan informasi pada kantung tersebut.
a. Untuk darah lengkap periksa golongan darah ABO dan tipe
Rh yang terdapat pada catatan pasien.
b. Memeriksa kembali kesesuaian produk darah dengan order
dokter.
c. Memeriksa tanggal kadaluarsa lengkap beserta jamnya.
35
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 35
6. Meginspeksi darah untuk melihat adanya kebekuan
7. Menanyakan nama pasien dan periksa tanda pengenal pasien
agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian transfusi darah.
8. Mengukur tanda vital sebelum memasukkan darah.
9. Memakai sarung tangan.
10. Memberikan transfusi secara perlahan, atur kecepatan sesuaikan
dengan komponen darah yang masuk.
11. Memonitor tanda vital secara berkala
12. Mengobservasi reaksi transfusi, mis. menggigil, kemerahan,
gatal-gatal, dispnea, bintik-bintik merah atau ruam. Jika timbul
reaksi tersebut segera hentikan pemberian transfusi, bilas
dengan cairan normal salin dan beritahukan bank darah serta
dokter yang merawat.
13. Melepas sarung tangan
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL
3. Merapikan pasien dan lingkungan.
4. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
5. Berpamitan dan menyampaikan kontrak yang akan datang.
6. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
7. Mencuci tangan.
8. Mencatat kegiatan dalam catatan keperawatan..

DAFTAR PUSTAKA

Hockenberry, M.J. dan Wilson,D. (2013). Wong’s Essentials of Pediatric


Nursing. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Hockenberry, M.J. dan Wilson,D. (2014). Wong’s Nursing Care of Infant
and Children. 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.

36 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


Harkreader, H., Hogan, M.A., dan Thobaben, M. (2007). Fundamental
ofnursing caring and clinical judgment. St. Louis Missouri: Saunders
Elseiver
Gomella T, Cunningham M, Eyal F. Neonatology: Management,
proceures, on-call problems, diseases, and drugs. Seventh ed. New
York: Mc Graw Hill Education; 2013.
Wilson D, Hockenberry MJ. Wong’s clinical manual of pediatric nursing.
8th ed. St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier; 2012.
Hockenberry MJ, Wilson D. Wong’s essentials of pediatric nursing. 8th ed.
St. Louis Missouri: Mosby Elsvier; 2009.
Wong DL, Perry SE, Hockenberry MJ. Maternal child nursing care. St.
Louis: Mosby Elsvier; 2002.

CHECK LIST PENILAIAN DEMONSTRASI SKILL

BO SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
BOT 0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 1
2. Mencuci tangan steril 1
3. Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
Menyiapkan dan mendekatkan alat di meja steril
4. 1
ke pasien
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1
5. Menanyakan persetujuan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1. Menjaga privasi 1
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 1
Memasang iv kateter dengan menggunakan
3. kateter berukuran besar dan selang infus yang 3
memiliki filter
Mengidentifikasi pasien dan produk darah yang
4. 2
akan dimasukkan
Memeriksa etiket kompatibilitas yang menempel
5. 4
pada kantung darah
6. Menginspeksi darah 2
7. Menanyakan nama pasien dan periksa tanda 4

37
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 37
pengenal
8. Mengukur tanda vital 2
9. Memakai sarung tangan 3
10. Memasang kateter umbilikal 3
11. Memberikan transfusi secara perlahan 4
12. Memonitor tanda vital secara berkala 2
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi respon pasien 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
4. Berpamitan dan menyampaikan kontrak 1
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
6. Mencuci tangan 1
7. Mencatat kegiatan dalam catatan keperawatan 1
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1
2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
Menggunakan bahasa yang dimengerti oleh
3. 1
pasien
TOTAL SKOR

38 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


Kegiatan BelajarXII

Transfusi Tukar

150 Menit

PENDAHULUAN

Transfusi tukar merupakan cara tercepat untuk menurunkan kadar


bilirubin bayi yang mengalami hiperbilirubinemia. Tindakan ini sudah
jarang dilakukan, namun beberapa rumah sakit masih menggunakannya
sebagai terapi alternatif jika kadar bilirubin bayi sangat tinggi. Mahasiswa
keperawatan perlu memahami tindakan ini, sehingga pada prakteknya
mampu melakukan persiapan alat untuk tindakan transfusi tukar secara
mandiri.

39
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 39
KEMA
M
P
U
A
N
A
K
HI
R
Y
A
N
G
DI
C
A
P
AI
(K
O
G
NI
TI
1. Mahasiswa mampu memahami konsep tindakantranfusi tukar
2. Mahasiswa mampu melakukan persiapan untuk melakukan tindakan
tranfusi tukar
3. Mahasiswa mampu melakukan prosedur tindakan transfusi tukar
DASAR TEORI

IndikasiTindakan Tranfusi Tukar (Dewi, 2008)


1. Hiperbilirubinemia
2. Hemolytic disease of the newborn (HND)
3. Sepsis Neonatal
4. Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM)

40 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


5. Asidosis serta gangguan cairan dan elektrolit berat
6. Pengaturan kadar hemoglobin
Kontra indikasi Tindakan
Transfusi tukar merupakan kontra indikasi jika pemasangan line intravena
lebih berhahaya daripada manfaat tranfusi tukar (Dewi, 2008)
Perhatian
1. Lakukan tranfusi tukar dengan setting perawatan intensif. Pantau
tanda-tanda vital dan keadaan umum bayi. Hentikan atau perlambat
kecepatan transfusi tukar jika bayi menjadi tidak stabil.
2. Sitrat di dalam darah tranfusi tukar bisa mengikat kalsium, sehingga
bisa menurunkan kadar kalsium ion. Untuk mencegah hipokalsemi,
kalsium glokonas harus selalu tersedia. Beberapa kepustakaan
menganjurkan pemberian 1 cc kalsium glukonas/ 100 cc darah, tetapi
kepustakaan lain mengatakan untuk memeriksa kadar kalsium atau
melihat adanya gejala hipokalsemi, seperti pemajangan interval QT
pada monitor EKG, untuk pemberian kalsium glukonas. Bersihkan
dulu jalur tranfusi dengan NaCl: Heparin (1 UI/cc) sebelum pemberian
kalsium glukonas.
3. Jika tranfusi tukar dilakukan dengan cara push-pull di vena umbilikal,
pastikan ujung kateter berada di vena cava inferior atau di atrium
kanan, tidak disirkulasi porta. Gangguan aliran vena porta
menyebabkan penurunan sirkulasi usus (mesenterika dan bisa
menimbulkan enterokolitis nekrotikan.
4. Pada bayi yang tidak stabil, tranfusi tukar harus dilakukan dengan
lebih perlahan. Peningkatankadar oksigen(FiO2) sering diperlukan
pada pasien dengan ventilasi mekanik.
5. Gunakan darah segar untuk tranfusi tukar. Darah yang sudah lama
berpotensi untuk menimbulkan hiperkalemia karena lisis sel seritrosit.
6. Jika darah menjadi sulit untuk ditarik keluar/ masuk, jangan
dipaksakan. Coba bilas dengan 1-2 cc NaCl: Heparin (1UI/cc), jika
tidak bisa, ganti stopcock dan seluruh sambungannya. Literatur lain

41
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 41
menganjurkan untuk membilas kateter (terutama kateter arteri)
dengan heparin tiap 10-15 menit untuk mencegah bekuan
7. Sebelum dan sesudah tranfusi tukar, lakukan pemeriksaan darah
perifer lengkap dan kimia darah (Kalsium, natrium, kalium, klorida,
analisis gas darah serta kadar glukosa)
8. Tetap lakukan fototerapi intensif sebelum dan sesudah transfusi tukar
pada kelainan dengan hiperbilirubinemia. Monitor kadar bilirubin
serum setelah 2, 4 dan 6 jam setelah tranfusi, kemudian berkala
setiap 6 jam. Rebound bisa terjadi setelah 2-4 jam.
9. Obat-obat yang diberikan sebelum tranfusi harus diulang
pemberiannya, kecuali digoksin. Digoksin tidak perlu diulang kecuali
ada perburukan status kardiak atau kadar digoksin serum terlalu
rendah.
10. Pemberian antibiotika profilaksis bisa dipertimbangkan sebagai
proedur
11. Perikasa kadar glukosa darah selama prosedur berlangsung dan
dilanjutkan pada menit ke 10, 30 dan 60 pasca prosedur.
12. Tetap puasakan bayi selama minimal 4 jam (bisa lebih, tergantung
kondisi hemodinamik)

Komplikasi Tindakan Tranfusi Tukar


1. Infeksi dari prosedur atau dari darah yang ditranfusikan, seperti
bakteremia (biasanya disebabkan oleh jenis staphylococcus),
hepatitis infeksi CMV, malaria dan AIDS
2. Komplikasi vaskuler, seperti bekuan atau emboli, spasme arteri,
trombosit bahkan infark organ mayor.
3. Gangguan faktor pembekuan (koagulopati), disebabkan oleh
trombositopenia atau menurunnya kadar faktor pembekuan.
4. Gangguan elektrolit, seperti hiperkalemia, hipenatremia dan
hipokalsemia.

42 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


5. Asidosis metabolik, bisa muncul sekunder karena donor darah sudah
tidak segar
6. Alkalosis metabolik, karena terlambatnya pembersihan sitrat dari hati
7. Enterokolitis nekrotikans. Vena umbilikal harus secepatnya dilepas,
kecuali masih diperlukan. Untuk memastikan tidak ada ileus pasca
transfusi tukar, dianjurkan untuk menunda minum sampai 24 jam
setelah prosedur.
8. Gangguan kardiovaskuler, seperti aritmia atau arrest.
9. Graft versus host disease,

Teknik Tranfusi Tukar


1. Simple double volume (push pull method), untuk keluar masuk darah
hanya diperlukan satu jalur tansfusi (biasanya dari vena besar, seperti
vena umbilikal). Teknik ini digunakan untuk hiperbilirubinemia tanpa
komplikasi (seperti anemia, sepsis, dll). Waktu rata-rata perkali untuk
keluar masuk kira-kira 3-5 menit, sehingga total transfusi akan
berlangsung 90-120 menit.
2. Isovolumetric double volume. Pada teknik ini pemasangan 2 jalur,
bisa arteri dan vena (pada umbilikal atau perifer) ataupun vena dan
vena, dibutuhkan dua operator untuk memasukkan dan
mengeluarkan darah. Jika dipakai jalur arteri dan vena, darah
dimasukkan dari vena serta dikeluarkan melalui arteri. Keuntungan
dari metode ini adalah proses keluar dan masuk darah bisa dilakukan
pada waktu bersamaan sehingga gangguan hemodinanik minimal,
disaming itu waktu pelaksanaan transfusi tukar lebih singkat (45-60
menit). Waktu pelaksanaan bisa diperpanjang sampai 4 jam untuk
memungkinkan ekuilibrasi bilirubin di darah dan jaringan, hal ini akan
meningkatkan kadar bilirubin yang bisa dihilangkan. Pada kasus
hydrops fetalis berat, teknik ini merupakan pilihan, karena fluktuasi
volume minimal, sehingga gangguan miokardium juga minimal.

43
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 43
3. Transfusi tukar parsial. Dilakukan transfusi dengan plasma atau PRC
sesuai indikasi (polisitemia atau anemia berat)

Dokumentasi
1. Catat tanggal, waktu, dan lama tindakan
2. Jenis dan jumlah darah
3. Jenis dan jumlah obat-obatan yang diberikan
4. Suhu, HR, RR pasien sebelum, selama, dan setelah tindakan
5. Hasil pemeriksaan laboratorium
6. Komplikasi yang muncul, jika ada
7. Respon pasien dari tindakan

ASISTEN
Diperlukan asisten steril untuk membantu prosedur tranfusi, serta asisten
non steril untuk mengawasi bayi dan mencatat volume tranfusi tukar

DARAH YANG DIGUNAKAN


Tipe Darah
1. Inkompatibilitas Rh. Gunakan darah tipe O-Rh negatif, dengan titer
anti A dan anti B rendah. Harus di cross-matched dulu dengan darah
ibu. Pada bayi dengan inkompatibilitas rhesus berat (seperti hydrops
fetalis), darah harus tersedia sebelum kelahiran.
2. Inkompatibilitas ABO. Gunakan darah tipe O-Rh sesuai dengan ibu
dan bayi atau Rh negatif dengan titer anti A dan anti B rendah. Darah
harus di crooss matched dengan darah ibu dan bayi
3. Inkompatibilitas golongan darah minor (seperti anti-Knell, anti-Duffy).
Gunakan golongan darah yang sesuai dan darah harus di cross-
matched dengan darah ibu.
4. Hiperbilirubinemia kerena sebab lain, sepsis, gangguan metabolik
ataupun hemolisis lain yang disebabkan oleh isoimunitas, gunakan
golongan darah yang sesuai dan darah harus di cross macthed
dengan darah bayi.

44 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


Kesegaran Dan Penyimpanan Darah
1. Dianjurkan untuk menggunakan darah segar (kurang dari 72
jam)yang diawetkan dengan sitrat (citrate phosphate dextrose/ CPD).
Dua hal ini akan memastikan pH darah > 7,0.
2. Hematokrit yang dikehendaki untuk bayi adalah 50-70%. Ini bisa
dimintakan ke bank darah. Selama prosedur, darah harus digoyang
pelan secara periodik, untuk menjaga supaya hematokrit tetap
konstan.
3. Kadar kalium darah donor harus diperiksa jika bayi asfiksia,
sedangkan syok atau ada gangguan ginjal. Jika kadar kalium > 7
mEq/L. Ganti darah dengan yang lebih baru atau gunakan washed
eritrosit.

Jumlah Darah Yang Di Butuhkan


1. Double volume. Darah yang ditranfusi tukar sebanyak dua kali lipat
volume darah bayi. Bayi cukup bulan mempunyai volume darah 80
ml/KgBB, sedangkan bayi prematur 95 ml/KgB. Jumlah ini dikali dua,
menjadi jumlah darah yang harus ditranfusi tukar.
2. Transfusi tukar parsial. Pada polisitemia, dilakukan tranfusi tukar
dengan NaCl 0,9% atau plasma, sedangkan pada anemia digunakan
packet red cells (PRC)
Rumus:
a. Volume darah yang dibutuhkan pada polisitemia

Volume darah transfusi (ml) =


(perkiraan jumlah darah bayi (ml) x BB (Kg)x (Ht Target-Ht bayi))
Ht Bayi

b. Volume darah yang dibutuhkan pada anemia

Volume darah transfusi (ml) =


(perkiraan jumlah darah bayi (ml) x BB (Kg)x (Hb Target-Hb bayi))
(Hb PRC - Hb Bayi)

45
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 45
46 Skill of Laboratory Keperawatan Anak
LATIHAN / TRIGGER CASE

Bayi perempuan umur 4 hari datang bersama ibunya ke IGD RSISA


dengan keluhan kuning di seluruh badan sampai sklera dan tampak
lemah. Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan data bahwa golongan
darah ibu O sedangkan golongan darah bayi A, nilai bilirubin total serum
19 mg/dl. Dokter kemudian memberikan advice untuk dilakukan transfusi
tukar. Perawat kemudian menyiapkan alat di meja steril dan menjadi
asisten dokter untuk tindakan transfusi tukar.

PERALATAN DAN BAHAN

1. Radiant warmer
2. Peralatan dan obat-obatan resusitasi
3. Alat monitor lengkap (denyut jantung, frekuensi pernafasan,
suhu, pulse oxymetry dan tekanan darah)
4. Peralatan untuk pemasangan arteri dan vena umbilikal
5. Orogastric tube, dipasang ke bayi.
6. Spuit 10 – 20 cc
7. Kalsium glukonas
8. NaCl: Heparin 1 UI/cc
9. Tempat pembuangan darah (bisa dibuat dari botol infus) yang
telah dihubungkan dengan set infus makro

PROSEDUR KETERAMPILAN

A. Tahap Pra Interaksi


1. Mengecek program terapi.
2. Jelaskan prosedur dan minta informed consent kepada orang tua
3. Puasakan bayi selama 3-4 jam sebelum tranfusi tukar dimulai.
4. Mencuci tangan.

47
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 47
5. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
6. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien.
B. Tahap Orientasi
1. Mengucap salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
2. Melakukan kontrak untuk tindakan yang akan dilakukan.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
4. Menanyakan kesiapan dan meminta kerja sama pasien.
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy.
2. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa.
3. Memakai sarung tangan.
4. Lakukan prosedur pemasangan OGT untuk mengosongkan
lambung dan alirkan (buka tutupnya) selam prosedur. Tindakan
ini berguna untuk dekompresi, mencegah regurgitasi serta
aspirasi cairan lambung.
5. Pasang prosedur urine collector.
6. Pasang pengalas dibawah tubuh bayi.
7. Tidurkan bayi terlentang dan tahan posisi dengan baik (tahan
dengan erat, tetapi tidak ketat, dengan bantalan pasir atau
plester ke tempat tidur).
8. Lakukan prosedur pemasangan kateter umbilikal, kemudian
pasang kateter vena umbilikal untuk teknik push and pull, serta
arteri dan vena umbilikal untuk teknik isovolumetrik.
9. Siapkan unit yang dibutuhkan berdasarkan hitungan. Pastikan
darah tersebut memang benar untuk pasien, golongan darah
cocok dan temperatur cocok. Kalau masih dingin, hangatkan ke
suhu tubuh (tidak lebih dari 37°C), jangan terlalu panas kerena
dapat menyebabkan hemolisis.
10. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah perifer lengkap
dan kimia darah

48 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


11. Pasang darah ke set infus, pastikan threeway stopcock berada
pada posisi yang tepat sebelum mulai prosedur.
a. Untuk teknik push-pull, pasang set tranfusi di jalur vena
(umbilikal atau vena besar lainnya) dengan bantuan four
way stopcock. Kalau tidak ada, bisa diganti dengan 2 buah
threeway stopcock yang dipasang seri. Di oulet stopcock
tersebut, dipasang 1 buah spuit 10 atau 20 cc, darah yang
akan ditranfusikan dan set infus untuk tempat darah kotor.
Pasang set tranfusi sedemikian rupa sehingga stopcockakan
berotasi searah jarum jam denga urutan (1) tarik darah dari
pasien, (2) buang ke tempat darah kotor, (3) ambil darah
baru dan (4) masukkan dengan perlahan. Jika vena umbilikal
tidak bisa digunakan, teknik push-pull boleh dilakukan di
arteri umbilikal dengan syarat ujung kateter berada di bawah
aorta (di bawah lumbal 3)
b. Untuk teknik isovolumetrik. Di jalur vena, dipasang satu buah
three way stopcock yang dihubungkan dengan 1 buah spuit
10 atau 20 cc dan darah yang akan di transfusikan,
sedangkan di jalur arteri, three way stopcock dihubungkan
dengan 1 spuit 10 atau 20 cc dan set infus untuk tempat
darah kotor. Jika jalur arteri tidak dapat ditemukan, alternatif
dari teknik ini adalah dengan penggunaan dua vena. Vena
besaruntuk menarik darah, sedangkan vena perifer untuk
memasukkan darah. Bilas jalur penarikan darah dengan
NaCl-heparinn dua vena. Vena besar untuk menarik darah,
sedangkan vena perifer untuk memasukkan darah. Bilas
jalur penarikan darah dengan NaCl-heparin 1 Ul/cc tiap 10-
15 menit sekali untuk mencegah bekuan.
12. Mulailah prosedur transfusi tukar dengan perlahan, volume
keluar-masuk darah disesuaikan dengan berat badan bayi (lihat

49
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 49
tabel), rata-rata 5 ml/ KgBB. Volume perkali (aliquots), minimal 5
cc dan maksimal 20 cc.
Tabel 1. Volume keluar/ masuk darah per-kali (aliquots) pada
transfusi tukar

Berat Badan Volume per kali (ml)


> 3 Kg 20
2-3 Kg 15
1-2 Kg 10
850 gr – 1 Kg 5
< 850 gr 1-3
13. Selama prosedur berlangsung, operator harus berbicara dengan
jelas tentang volume darah keluar-masuk (misalnya: “sepuluh
masuk”, “sepuluh keluar”), sehingga asisten bisa mendengar dan
mencatat dengan baik
14. Pantau keadaan umum, tanda-tanda vital, FiO2 dan kadar
kalsium selama prosedur.
15. Lakukan prosedur hingga jumlah volume darah yang dibutuhkan
selesai dimasukkan.
16. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah perifer lengkap
dan kimia darah
17. Melepas sarung tangan.
18. Merapikan pasien.
D. Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa
4. Berpamitan dengan pasien.
5. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
6. Mencuci tangan.
7. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

50 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


DAFTAR PUSTAKA

Hockenberry, M.J. dan Wilson,D. (2013). Wong’s Essentials of Pediatric


Nursing. 9th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Hockenberry, M.J. dan Wilson,D. (2014). Wong’s Nursing Care of Infant
and Children. 10th edition. Mosby: Elsevier Inc.
Harkreader, H., Hogan, M.A., dan Thobaben, M. (2007). Fundamental
ofnursing caring and clinical judgment. St. Louis Missouri:
Saunders Elseiver

CHECK LIST PENILAIAN DEMONSTRASI SKILL

N BO SKOR
ASPEK YANG DINILAI
O BOT 0 1 2
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi 1
Jelaskan prosedur dan minta informed consent
2. 1
kepada orang tua
Puasakan bayi selama 3-4 jam sebelum
3. 1
tranfusi tukar dimulai.
4. Mencuci tangan 1
5. Mengidentifikasi pasien dengan benar 1
6. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien 1
Tahap Orientasi
1. Salam, sapa, perkenalkan diri 1
2. Melakukan kontrak 1
3. Menjelaskan tujuan 1
4. Menjelaskan prosedur 1
5. Menanyakan kesiapan dan kerjasama pasien 1
Tahap Kerja
1. Menjaga privacy 1
2. Mengajak pasien membaca Basmalah 1
3. Memakai sarung tangan 1
Lakukan prosedur pemasangan OGT dan
4. 1,5
alirkan
5. Pasang urin collector 1,5
6. Pasang pengalas dibawah tubuh bayi. 1,5
7 Tidurkan bayi terlentang dan tahan posisi 2
dengan baik (tahan dengan erat, tetapi tidak

51
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 51
ketat, dengan bantalan pasir atau plester ke
tempat tidur).
Lakukan prosedur pemasangan kateter
umbilikal, kemudian pasang kateter vena
8 umbilikal untuk teknik push and pull, serta 2,5
arteri dan vena umbilikal untuk teknik
isovolumetrik.
Siapkan unit yang dibutuhkan berdasarkan
hitungan. Pastikan darah tersebut memang
9 2,5
benar untuk pasien, golongan darah cocok
dan temperatur cocok.
Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
10 2,5
perifer lengkap dan kimia darah
Pasang darah ke set infus, pastikan threeway
11 stopcock berada pada posisi yang tepat 2,5
sebelum mulai prosedur.
Mulailah prosedur transfusi tukar dengan
12 perlahan, volume keluar-masuk darah 1,5
disesuaikan dengan berat badan bayi
Selama prosedur berlangsung, operator harus
berbicara dengan jelas tentang volume darah
13 1,5
keluar-masuk (misalnya: “sepuluh masuk”,
“sepuluh keluar”)
Pantau keadaan umum, tanda-tanda vital,
14 1,5
FiO2 dan kadar kalsium selama prosedur.
Lakukan prosedur hingga jumlah volume
15 1
darah yang dibutuhkan selesai dimasukkan.
Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
16 2
perifer lengkap dan kimia darah
17 Melepas sarung tangan 1
18 Merapikan pasien 1
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan 1
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut / RTL 1
3. Mengajak pasien membaca Hamdalah 1
4. Berpamitan dan menyampaikan kontrak 1
5. Membereskan dan mengembalikan alat 1
6. Mencuci tangan 1
7. Mencatat dalam lembar catatan keperawatan 1
Penampilan selama tindakan
1. Ketenangan 1

52 Skill of Laboratory Keperawatan Anak


2. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien 1
3. Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik 1
TOTAL SKOR

53
Skill of Laboratory Keperawatan Anak 53

Anda mungkin juga menyukai