Oleh :
Krisna Tri Haryono
G4D014060
A. Latar Belakang
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut
di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa
normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati
terbagi menjadi empat lobus, dimana setiap lobus dibungkus oleh lapisan tipis jaringan
ikat yang membentang ke dalam lobus itu sendiri dan membagi massa hati menjadi unitunit yang lebih kecil, yang disebut lobules. Hati dapat dianggap sebagai sebuah pabrik
kimia yang membuat, menyimpan, mengubah, dan mengekskresikan sejumlah besar
substansi yang terlibat dalam metabolisme. Hati juga membuat dan mensekresikan
empedu yang memegang peranan utama dalam proses pencernaan serta penyerapan
lemak dalam traktus gastrointestinal (Smeltzer & Bare, 2005).
Kanker adalah pertumbuhan dan perkembangbiakan sel-sel baru pada suatu organ
yang tumbuh abnormal, cepat, dan tidak terkendali dengan bentuk, sifat, dan gerakan
yang berbeda dari sel asalnya serta merusak bentuk dan fungsi sel asalnya. Pada keadaan
normal, sel hati akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel hati yang telah mati dan
rusak. Namun, bila ada sel kanker, maka pembelahan tersebut menjadi tidak terkontrol
dan bisa menyebabkan kanker hati. Dua jenis kanker hati yang umum dijumpai adalah
karsinoma hepatoseluler (KHS) dan karsinoma kolangioseluler (KKS). Prognosis
penyakit ini cenderung memburuk, sehingga bila tidak mendapatkan penanganan dengan
segera, pasien yang mengalami kanker hati akan semakin parah dan berujung pada
kematian (Smeltzer & Bare, 2005).
Berdasarkan hal tersebut, maka sebagai tenaga kesehatan perlu untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai penyakit kanker hati. Tujuan dari penulisan laporan pendahuluan
ini adalah untuk mengetahui pengertian, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi,
pemeriksaan
penunjang,
fokus
pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
intervensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sirosis hepatis
Hepatitis B dan C
Karsinoma dari sel-sel empedu (kolangioseluler)
Kontak dengan racun kimia tertentu (missal vinil klorida, arsen)
Kebiasaan merokok
Kebiasaan minum-minuman beralkohol
Metastasis dari tempat primer lain
peningkatan akustik posterior. KHS yang masih berupa nodul kecil cenderung bersifat
homogen dan hipoekoik, sedangkan nodul yang besar biasanya heterogen.
Ultrasonografi memberikan sensitivitas sebesar 45% dan spesifisitas 98%. Oleh
karena sensitivitas tes ini maka setiap massa yang terdeteksi oleh ultrasonografi harus
dianggap sebagai keganasan. Karsinoma hati sekunder memberikan gambaran berupa
nodul yang diameternya kecil mempunyai densitas tinggi dan dikelilingi oleh gema
berdensitas rendah. Gambaran ini berbentuk seperti mata sapi.
2. CT-scan dan angiografi
KHS dapat bermanifestasi sebagai massa yang soliter, massa yang dominan
dengan lesi satelit di sekelilingnya, massa multifokal, atau suatu infltrasi neoplasma
yang sifatnya difus. CT-scan telah banyak digunakan untuk melakukan karakterisasi
lebih lanjut dari tumor hati yang dideteksi melalui ultrasonografi. CT-scan dan
angiografi dapat mendeteksi tumor hati yang berdiameter 2 cm. Walaupun
ultrasonografi lebih sensitif dari angiografi dalam mendeteksi karsinoma hati, tetapi
angiografi dapat lebih memberikan kepastian diagnostik oleh karena adanya
hipervaskularisasi tumor yang tampak pada angiografi. Dengan media kontras lipoidol
yang disuntikkan ke dalam arteria hepatika, zat kontras ini dapat masuk ke dalam
nodul tumor hati. Dengan melakukan arteriografi yang dilanjutkan dengan CT-scan,
ketepatan diagnostik tumor akan menjadi lebih tinggi.
2.
3.
4.
5.
6.
I. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan KHS adalah :
a. Mengontrol nyeri yang dirasakan oleh pasien
b. Menghilangkan kecemasan yang dialami oleh pasien
c. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
d. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien
e. Membantu memenuhi perawatan diri
f. Membantu mobilitas pasien
J. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan KHS menurut
Smeltzer & Bare (2005), antara lain adalah :
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian anti tumor pada penderita kanker untuk
memperpanjang umur. Dilakukan dengan memberikan obat anti kanker ke dalam
arteri hepatika sehingga obat secara langsung masuk sel-sel kanker pada hati. Obat
tersebut akan mengecilkan tumor. Obat kemoterapi yang banyak digunakan adalah 5
Fluorourasil dan Adriamisin. Bentuk terapi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi
ajufan setelah dilakukan reseksi tumor hati.
2. Pembedahan
Pembedahan hati pada stadium dini penyakit merupakan pengobatan yang
paling baik dan paling bisa diharapkan memberikan penyembuhan Pembedahan hanya
dapat dilakukan bila tumor pada hati hanya 1 lobus saja serta tidak terdapat tandatanda sirosis hati, karena pembedahan penderita kanker hati yang disertai sirosis hati
akan menimbulkan risiko yang tinggi dalam pembedahan.
3. Radiasi
Radiasi tidak banyak peranannya dalam pengobatan kanker hati. Hal ini
disebabkan karena pada umumnya keganasan yang mengenai hati bersifat relatif
resisten terhadap pengobatan radiasi dan sel hati yang normal peka terhadap radiasi.
Namun gejala seperti nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat berkurang dengan terapi
ini. Selain itu anoreksia dan kelemahan juga dapat berkurang.
4. Embolisasi
Pengobatan kanker dengan cara memasukkan kateter ke dalam arteri hati lalu
menyuntikkan potongan-potongan kecil berupa gel foam. Embolisasi merupakan salah
satu pengobatan penderita kanker hati yang tidak bisa lagi dibedah. Hanya saja, jika
tidak berhasil malah dapat semakin memperburuk proses sirosis hati dan
menimbulkan tejadinya metastase. Efek samping yang sering terjadi antara lain adalah
demam, mual, muntah, dan sakit di daerah abdominal.
5. Transplantasi Hati
Transplantasi hati adalah tindakan pemasangan organ hati dari orang lain ke
dalam tubuh seseorang. Bila kanker hati ditemukan pada pasien yang sudah ada
sirosis hati dan ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir
seluruh hati terkena kanker atau sudah ada sel-sel kanker yang masuk ke vena porta
maka tidak ada jalan terapi yang lebih baik lagi dari transplantasi hati.
Daftar Pustaka
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.