KK DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS SOLIDE NODUL TIROID (SNT) SINISTRA + PENYAKIT
PENYERTA ANGINA PECTORIS STABIL DENGAN TINDAKAN
TIROIDECTOMY MENGGUNAKAN GENERAL ANESTESI
OLEH :
KELOMPOK 8
FAKULTAS KESEHATAN
A. Pengertian
Nodul tiroid adalah benjolan yang muncul pada kelenjar tiroid di leher. Benjolan ini bisa
teraba keras dan padat, atau bisa juga lembek dan berisi cairan. Munculnya nodul tiroid
bisa disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari kekurangan yodium hingga tumor atau
kanker tiroid.
B. Etiologi
Etiologi nodul tiroid dapat berupa proses neoplastik maupun nonneoplastik, dengan tipe sel
yang bervariasi secara histologis.
1. Nodul Tiroid Neoplastik
Secara histologis, sebagian besar nodul tiroid merupakan sel-sel turunan dari sel folikular.
Nodul tiroid neoplastik dapat bersifat jinak dan ganas. Nodul jinak meliputi nodul
fungsional dan nonfungsional. Baik pada nodul soliter maupun multipel, tipe nodul jinak
yang paling sering dijumpai adalah nodul makrofolikular. Nodul tersebut dapat berupa
adenoma atau nodul koloid.[4,7] Pada nodul yang bersifat ganas, didapatkan invasi
vaskular dan/atau kapsular. Etiologi nodul yang bersifat ganas umumnya dihubungkan
dengan radiasi dan translokasi RET (rearranged during transfection) proto-onkogen. Pada
kanker tiroid tipe papiler, ditemukan mutasi BRAF, sedangkan pada kanker tiroid tipe
folikuler ditemukan mutasi RAS. atau anaplastik (<1%). Nodul tiroid yang bersifat ganas
juga dapat disebabkan metastasis dari organ lain, dengan penyebab tersering adalah kanker
paru dan ginjal.
2. Nodul Tiroid Nonneoplastik
Nodul tiroid nonneoplastik meliputi nodul hiperplastik dan nodul akibat inflamasi. Nodul
dapat muncul pada beberapa kondisi, seperti tiroiditis subakut, tiroiditis limfositik kronis,
dan Grave’s disease. Kondisi lain seperti lipoma dan paraganglioma juga dapat
menimbulkan nodul di tiroid.
C. Manifestasi klinik
Kebanyakan nodul tiroid tidak menimbulkan tanda atau gejala apapun. Namun gejala dapat
timbul apabila ukuran nodul terlalu besar. Keluhan ini meliputi:
1. Benjolan yang bisa diraba
2. Benjolan yang tampak sebagai pembengkakan di leher bawah
3. Kesulitan menelan atau bernapas
Nodul tiroid juga dapat menghasilkan peningkatan kadar hormon dalam tubuh. Kondisi ini
akan menimbulkan gejala-gejala berupa:
1. Berat badan yang turun, tapi penyebabnya tidak jelas
2. Keringat berlebih
3. Tremor
4. Rasa cemas
5. Jantung berdebar atau denyut jantung yang tidak teratur
D. Penatalaksanaan
Cara mengobati nodul tiroid tergantung pada ukuran dan jenisnya. Beberapa metode
penanganannya bisa meliputi:
1. Pemantauan berkala
Apabila benjolan tidak disebabkan oleh kanker, dokter biasanya akan menyarankan pasien
untuk menjalani pemantauan berkala. Langkah ini bertujuan mengawasi pertumbuhan
nodul tiroid.Nodul tiroid yang bersifat jinak atau terlalu kecil untuk biopsi perlu dipantau
dengan ketat. Dokter bisa melakukan pemeriksaan USG tiap 6-12 bulan sekali, disertai
dengan pemeriksaan fisik tiap tahun.
2. Pemberian yodium radioaktif
Dokter mungkin akan memberikan yodium radioaktif untuk nodul tiroid dengan gejala
kadar hormon tiroid berlebih dan goiter multinodular. Senyawa ini akan diserap oleh
kelenjar tiroid dan membuat ukuran nodul menyusut.Meski begitu, terapi ini tidak boleh
diberikan pada wanita hamil atau yang berencana hamil.
3. Operasi tiroid
Operasi tiroid diperlukan bagi nodul tiroid yang disebabkan oleh kanker, berukuran terlalu
besar, menimbulkan gejala kesulitan bernapas atau menelan, dan tidak bisa didiagnosis
secara pasti oleh dokter.
b. Etiologi
Secara prinsip, ketidakseimbangan kebutuhan dan pasokan oksigen di kardiomiosit
merupakan etiologi angina pektoris. Pada aterosklerosis koroner, aliran darah koroner
terganggu sehingga angina pektoris terjadi di tengah peningkatan kebutuhan oksigen.
Namun, aliran darah koroner dapat pula terganggu walaupun tidak terdapat suatu penyakit
jantung koroner epikardial. Hal ini dapat ditemui pada kasus penyakit katup aorta berat
disertai hipertrofi ventrikel kiri, hipertensi sistemik, kardiomiopati dilatasi idiopatik, dan
kardiomiopati hipertrofik. Pada pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri (left ventricular
hypertrophy/LVH), iskemia terjadi akibat kurangnya kepadatan kapiler, perubahan
patologis pada arteri dan arteriol intramiokard, penurunan cadangan aliran koroner, serta
peningkatan tekanan diastolik di lapisan subendokardium. [22,23] Penyakit jantung koroner
epikardial non obstruktif yang disertai disfungsi endotel dan gangguan cadangan aliran
koroner juga dapat menyebabkan angina mikrovaskuler. [24,25]
Pada kondisi anemia berat atau hemoglobinopati, pasokan oksigen secara kronik menurun.
Situasi semacam ini dapat menyebabkan iskemia atau jejas miokard serta manifestasi
angina pektoris yang dipengaruhi oleh penurunan ambang iskemia
c. Penatalksanaan
Penatalaksanaan angina pektoris bertujuan untuk mengurangi gejala dan memperbaiki
prognosis. Penatalaksanaan komprehensif pasien dengan angina pektoris mencakup terapi
farmakologi terhadap iskemia, pencegahan infark miokard dan kematian, dan
revaskularisasi koroner.
d. Manifestasiklinik
Gejala Angina Pectoris
Angina pectoris ditandai dengan nyeri dada sebelah kiri seperti tertindih, terbakar, tertusuk
ataupun terasa penuh. Rasa sakitnya dapat menjalar ke lengan, bahu, punggung, leher, dan
rahang. Gejala lain yang dapat menyertai rasa nyeri tersebut antara lain:
• Keringat yang muncul berlebihan, meski cuaca tidak panas.
• Mual.
• Lelah.
• Pusing.
• Sesak napas.
I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. KK
Umur : 48
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan` : kawin
Golongan darah :O
Alamat : Jl. Tukad balian
No. CM : 423065
Diagnosa medis : Solide Nodul Tiroid (SNT) sinistra
Tindakan Operasi : Tiroidektomi
Tanggal MRS : 16 september 2021
Tanggal pengkajian : 16 september 2021 Jam Pengkajian: 10.00
wita Jaminan : JKN
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengeluhkan adanya benjolan dileher sebelah kiri sejak 8 bulan yang
lalu
b. Saat Pengkajian
Pasien mengatakan merasa tidak enak dengan benjolan tersebut karena
mengganggu saat pasien menengok ke kiri dan menunduk
5) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit untuk kontrol penyakit angina
pectoris stabil dan pengambilan obat rutin untuk dikonsumsi
- Tidak ada operasi sebelumnya
- Tidak ada riwayat anestesi sebelumnya
- Pasien tidak pernah mendapatkan transfusi darah
- Pasien tidak memliki alergi
- Pasien tidak pernah didiagnosis penyakit menular
8) Kebiasaan :
a) Merokok 8 batang perhari namun sudah berhenti sejak 2 bulan yang lalu
b) Konsumsi alkohol moderate
c) Tidak minum kopi/teh/soda
Saat Ini
- Gangguan pernapasan : tidak ada
- Sirkulasi udara : baik
- Alat bantu napas : oksigen nasal kanul 2 lpm
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
2) Air / Minum
Sebelum Sakit
- Frekuensi : 1000 ml/hari
- Jenis : air putih
- Cara : oral
- Minum Terakhir : tidak terkaji
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
Saat Ini
- Frekuensi : 800 ml/hari
- Jenis : air putih
- Cara : oral
- Minum Terakhir : 5 menit yang lalu
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidaka ada
3) Nutrisi/ makanan
Sebelum Sakit
- Frekuensi : 3x sehari
- Jenis : padat
- Porsi : satu piring
- Diet khusus : diet rendah kolesterol
- Makanan yang disukai : sate kambing
- Napsu makan : baik
- Puasa terakhir : tidak terkaji
- Keluhan : tidaka ada
- Lainnya : tida ada
Saat ini
- Frekuensi : 3x Sehari
- Jenis : padat
- Porsi : 1 piring
- Diet khusus : diet rendah kolesterol
- Makanan yang disukai : nugget wortel
- Napsu makan : baik
- Makan terakhir : 10.00 Wita
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit
- Frekuensi :1x sehari
- Konsistensi : semi padat
- Warna : coklat kekuningan
- Bau : khas feses
- Cara : mandiri
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
Saat ini
- Frekuensi : 1x sehari
- Konsistensi : semi padat
- Warna : coklat kekuningan
- Bau : khas feses
- Cara : mandiri
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi :7 kali sehari
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning bening
- Bau : khas urine
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi :8 kali sehari
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning bening
- Bau : khas urine
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
5) Pola aktivitas dan istirahat (tidak terkaji)
a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Berpindah V
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
b) Istirahat Dan Tidur
Sebelum sakit
- Tidak Terkaji
Saat ini
- Sulit tidur
6) Interaksi Sosial
-Baik
7) Pemeliharaan Kesehatan
- Baik, pemanfaatan fasilitas kesehatan rutin sejak terdiagnosa angina pectoris
stabil
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Tidak sadar
GCS : Verbal: 5 Motorik : 6 Mata
:4
Penampilan : tampak sakit ringan
Tanda-tanda Vital : Nadi = 90x/menit, Suhu = 360 C, TD = 150/90 mmHg,
RR = 20 x/menit, Skala Nyeri:-
BB: 60 Kg, TB: 170Cm, BMI: 20.7
Lainnya: BMI normal
b. Pemeriksaan 6 B
1) B1 (BREATH)
- Wajah normal, tidak dagu kecil, tidak edema, tidak ada gigi palsu, tidak ada
gigi goyang, tidak ada gigi maju, ada kumis/jenggot, tidak ada
mikrognathia, tidak ada hilangnya gigi.
- Kemampuan membuka bisa mulut ≥ 3 cm
- Jarak Thyro – Mental bisa ≥ 6 cm
- Napas terkadang dyspnea
- Mallampati Skor II
- Tonsil T0
- Tidak ada obstruksi Jalan Napas
- Bentuk Leher simetris
Bisa mobilitas Leher
Tidak leher pendek
Pasien dapat menggerakkan rahang ke depan
Pasien dapat melakukan ekstensi leher dan kepala
Pasien tidak menggunakan collar
- Thorax:
Bentuk thorax normal, simetris
Pola napas eupnea
Perkusi paru sonor
Tidak ada suara napas tambahan
Tampak cardiomegali
2) B2 ( BLOOD )
- Tidak ada konjungtiva anemis
- Ictus cordis tidak tampak
- Vena jugularis : tidak ada pembesaran
- Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavicula line sinistra
- BJ I : tunggal “lup
- BJ II : tunggal “dup”
- Suara jantung melemah
- S4 lambat atau murmur sistolik transen lambat (disfungsi otot papilaris)vmungkin ada
saat nyeri
3) B3 ( BRAIN )
- Kesadaran kompomentis
- GCS : Verbal : 5 Motorik: : 6 Mata : 4
4) B4 ( BOWEL )
- Frekuensi peristaltic usus : 16x/menit
- Titik Mc. Burney tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas
- Nyeri tekan karena ada kram abdomen
- Timpani
5) B4 ( BLADER)
- Buang air kecil spontan
- Tidak terpasang kateter
- Tidak ada gagal ginjal
- Tidak ada infeksi saluran kemih
6) B6 ( BONE )
a) Pemeriksaan Tulang Belakang :
- Tidak ada kelainan tulang belakang, tidak ada perlukaan, tidak ada infeksi
mobilitas leluasa, tidak ada fibrosis, tidak ada HNP
b) Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri simetris, tidak deformitas
Tidak ada fraktur, tidak terpasang gips, tidak traksi, tidak ada atropi otot
IV line: terpasang di kanan, ukuran abocatch 20 G, tetesan: 17 Tpm
Palpasi
CRT: 2 detik
Edema : ( 0 )
Lakukan uji kekuatan otat : ( 4 )
- Ekstremitas Bawah :
Inspeksi
-
Palpasi
CRT: 2 detik
Edema : ( 0 )
Kekuatan otot : ( 4 )
Kesimpulan palpasi ekstermitas :
- Edema : 0 0
0 0
4 4
3. Data Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
LABORATORIUM
serologi:
Troponin I <0.12ug/L <0.1 ug/L
CKMB 2 mcg
0-3 mcg
kimia darah:
Glukosa sewaktu 102 mg/dl <140 mg/dl
Kreatinin darah 0.58 mg/dl <1.2 mg/dl
elektrolit:
Natrium darah
140 mmol/L
Kalium darah 3.8 mmol/L 135-145 mmol/L
3.6-5.5 mmol/L
CPK
SGOT 35 <37
SGPT 37 <40
LDH 300 240-480
b. Pemeriksaan radiologi
Ro thorax :adanya kesan cardiomegali
EKG : ST depresi dan T inversi
Echocardiografi : menunjukkan bagian yang iskemik.
c. Pemeriksaan lainnya
Treadmill : ST depresi dan T inversi serta kesan nyeri
6. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit:
Wajah normal, tidak dagu kecil, tidak edema, tidak ada gigi palsu, tidak ada gigi
goyang, tidak ada gigi maju, ada kumis/jenggot, tidak ada mikrognathia, tidak ada
hilangnya gigi.
b. Jenis Anestesi: General Anestesi
Indikasi: GA karena pasien akan di operasi di daerah leher
c. Teknik Anestesi: Anestesi Imbang
Inhalasi ETT + IV karena operasi berlangsung lama sekitar 2-3 jam agar kepatenan
jalan napas lebih terjaga. Pertimbangan anestesi dengan general anestesi dengan teknik
ETT sistem lingkar semi open. Induksi dengan propopol 2ml/kgbb. Agen anestesi
sevofluran dengan N20:O2 50:50/ 60:40. Obat pelumpuh otot non depolarisasi muskular
rokuronium dengan reverse sulfas atrofin+neostigmin.
Obat antihipertensi bisoprolol diteruskan selama anestesi.
A. Analisa Data
a. PRE ANESTESI
DO:
DO: (Hipertensi)
TD = 140/90 mmHg Obat Anestesi
HR = 100x/menit
Perdarahan 100 cc saat insisi
awal
EKG tampak adanya T inversi
Angina pectoris stabil
RK Kardiovaskuler
(Hipertensi)
Luka Bedah
Resiko Komplikasi
Trauma
Pembedahan
3. DS : - SNT + angina Resiko Perdarahan
pectoris stabil
DO :
Adanya luka insisi
Pasien tampak pucat
Akral teraba dingin
Kehilangan darah pada intra
pembedahan < 20 % ABL Tiroidektomi
Tanda-tanda vital pasien
TD = 140/90 mmHg ^
N = 100 x/menit
CRT < 2 dtk Hipertensi
Resiko Perdarahan
DO :
Pasien dilakukan tindakan Efe
tiroidectomy k Obat Anestesi
Pada pertimbangan
anestesi pasien akan di induksi
dengan profopol dan
maintenance anestesi dengan Oksigen
N2O : O2 asi tidak adekuat
Tanda vital pasien
RR : 12 x/menit,
SpO2 : < 97 %
RK disfungsi
Respirasi
c. PASCA ANESTESI
RK Disfungsi
Respirasi
DO:
Nyeri Pasca Operasi
- Pasien tampak meringis
- skala nyeri 4
B. RENCANA INTERVENSI
a. PRE ANESTESI
5. Lakukan balance
cairan
6. Lepaskan aksesoris
9. Tetapkan kriteria
mallampati
c. PASCA ANESTESI
2. RR normal
(12-20x/menit).
2. Pasien tidak
mengatakan nyeri.