Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA PASIEN TN.

KK DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS SOLIDE NODUL TIROID (SNT) SINISTRA + PENYAKIT
PENYERTA ANGINA PECTORIS STABIL DENGAN TINDAKAN
TIROIDECTOMY MENGGUNAKAN GENERAL ANESTESI

OLEH :

KELOMPOK 8

 Putu Ayu Pratami (1914320096)


 Rahma Setyawati Inna Putri (1914320097)
 Raodatul Jannah (1914320098)
 Rey Rex Pratama Lumenta (1914320098)
 Rian Fitrah Fadhilah (1914320100)
 Ryan Aananta Fahrezy Tarigan (1914320101)

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI D. IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI TK III B

ITEKES BALI 2021


1. Konsep Teori Penyakit Soliter Nodul Tiroid (SNT)

A. Pengertian
Nodul tiroid adalah benjolan yang muncul pada kelenjar tiroid di leher. Benjolan ini bisa
teraba keras dan padat, atau bisa juga lembek dan berisi cairan. Munculnya nodul tiroid
bisa disebabkan oleh beberapa hal, mulai dari kekurangan yodium hingga tumor atau
kanker tiroid.
B. Etiologi
Etiologi nodul tiroid dapat berupa proses neoplastik maupun nonneoplastik, dengan tipe sel
yang bervariasi secara histologis.
1. Nodul Tiroid Neoplastik
Secara histologis, sebagian besar nodul tiroid merupakan sel-sel turunan dari sel folikular.
Nodul tiroid neoplastik dapat bersifat jinak dan ganas. Nodul jinak meliputi nodul
fungsional dan nonfungsional. Baik pada nodul soliter maupun multipel, tipe nodul jinak
yang paling sering dijumpai adalah nodul makrofolikular. Nodul tersebut dapat berupa
adenoma atau nodul koloid.[4,7] Pada nodul yang bersifat ganas, didapatkan invasi
vaskular dan/atau kapsular. Etiologi nodul yang bersifat ganas umumnya dihubungkan
dengan radiasi dan translokasi RET (rearranged during transfection) proto-onkogen. Pada
kanker tiroid tipe papiler, ditemukan mutasi BRAF, sedangkan pada kanker tiroid tipe
folikuler ditemukan mutasi RAS. atau anaplastik (<1%). Nodul tiroid yang bersifat ganas
juga dapat disebabkan metastasis dari organ lain, dengan penyebab tersering adalah kanker
paru dan ginjal.
2. Nodul Tiroid Nonneoplastik
Nodul tiroid nonneoplastik meliputi nodul hiperplastik dan nodul akibat inflamasi. Nodul
dapat muncul pada beberapa kondisi, seperti tiroiditis subakut, tiroiditis limfositik kronis,
dan Grave’s disease. Kondisi lain seperti lipoma dan paraganglioma juga dapat
menimbulkan nodul di tiroid.

C. Manifestasi klinik
Kebanyakan nodul tiroid tidak menimbulkan tanda atau gejala apapun. Namun gejala dapat
timbul apabila ukuran nodul terlalu besar. Keluhan ini meliputi:
1. Benjolan yang bisa diraba
2. Benjolan yang tampak sebagai pembengkakan di leher bawah
3. Kesulitan menelan atau bernapas
Nodul tiroid juga dapat menghasilkan peningkatan kadar hormon dalam tubuh. Kondisi ini
akan menimbulkan gejala-gejala berupa:
1. Berat badan yang turun, tapi penyebabnya tidak jelas
2. Keringat berlebih
3. Tremor
4. Rasa cemas
5. Jantung berdebar atau denyut jantung yang tidak teratur
D. Penatalaksanaan
Cara mengobati nodul tiroid tergantung pada ukuran dan jenisnya. Beberapa metode
penanganannya bisa meliputi:
1. Pemantauan berkala
Apabila benjolan tidak disebabkan oleh kanker, dokter biasanya akan menyarankan pasien
untuk menjalani pemantauan berkala. Langkah ini bertujuan mengawasi pertumbuhan
nodul tiroid.Nodul tiroid yang bersifat jinak atau terlalu kecil untuk biopsi perlu dipantau
dengan ketat. Dokter bisa melakukan pemeriksaan USG tiap 6-12 bulan sekali, disertai
dengan pemeriksaan fisik tiap tahun.
2. Pemberian yodium radioaktif
Dokter mungkin akan memberikan yodium radioaktif untuk nodul tiroid dengan gejala
kadar hormon tiroid berlebih dan goiter multinodular. Senyawa ini akan diserap oleh
kelenjar tiroid dan membuat ukuran nodul menyusut.Meski begitu, terapi ini tidak boleh
diberikan pada wanita hamil atau yang berencana hamil.
3. Operasi tiroid
Operasi tiroid diperlukan bagi nodul tiroid yang disebabkan oleh kanker, berukuran terlalu
besar, menimbulkan gejala kesulitan bernapas atau menelan, dan tidak bisa didiagnosis
secara pasti oleh dokter.

Angina Pectoris Stabil


a. Pengertian
Stable angina atau angina stabil sering muncul ketika penderitanya melakukan aktivitas
yang berat atau saat mengalami tekanan emosional. Stable angina ini memiliki pola yang
teratur, dengan durasi yang singkat, biasanya tidak lebih dari 5 menit. Istirahat dan obat-
obatan biasanya akan mengurangi keluhan

b. Etiologi
Secara prinsip, ketidakseimbangan kebutuhan dan pasokan oksigen di kardiomiosit
merupakan etiologi angina pektoris. Pada aterosklerosis koroner, aliran darah koroner
terganggu sehingga angina pektoris terjadi di tengah peningkatan kebutuhan oksigen.

Namun, aliran darah koroner dapat pula terganggu walaupun tidak terdapat suatu penyakit
jantung koroner epikardial. Hal ini dapat ditemui pada kasus penyakit katup aorta berat
disertai hipertrofi ventrikel kiri, hipertensi sistemik, kardiomiopati dilatasi idiopatik, dan
kardiomiopati hipertrofik. Pada pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri (left ventricular
hypertrophy/LVH), iskemia terjadi akibat kurangnya kepadatan kapiler, perubahan
patologis pada arteri dan arteriol intramiokard, penurunan cadangan aliran koroner, serta
peningkatan tekanan diastolik di lapisan subendokardium. [22,23] Penyakit jantung koroner
epikardial non obstruktif yang disertai disfungsi endotel dan gangguan cadangan aliran
koroner juga dapat menyebabkan angina mikrovaskuler. [24,25]

Pada kondisi anemia berat atau hemoglobinopati, pasokan oksigen secara kronik menurun.
Situasi semacam ini dapat menyebabkan iskemia atau jejas miokard serta manifestasi
angina pektoris yang dipengaruhi oleh penurunan ambang iskemia

c. Penatalksanaan
Penatalaksanaan angina pektoris bertujuan untuk mengurangi gejala dan memperbaiki
prognosis. Penatalaksanaan komprehensif pasien dengan angina pektoris mencakup terapi
farmakologi terhadap iskemia, pencegahan infark miokard dan kematian, dan
revaskularisasi koroner.

Terapi Farmakologi terhadap Iskemia


Terapi farmakologi terhadap iskemia pada pasien dengan angina pektoris bertujuan untuk
meredakan gejala angina serta mencegah kejadian kardiovaskuler.
Penggunaan nitrogliserin kerja cepat sublingual mampu meredakan gejala nyeri dada yang
sedang muncul dan mencegah episode angina berikutnya. Pencegahan kejadian
kardiovaskuler seperti thrombosis koroner dan disfungsi ventrikel dapat dicapai dengan
terapi farmakologi yang diarahkan pada penundaan progresivitas plak aterosklerosis,
stabilisasi plak, dan pencegahan thrombosis apabila plak mengalami ruptur dan erosi.

d. Manifestasiklinik
Gejala Angina Pectoris
Angina pectoris ditandai dengan nyeri dada sebelah kiri seperti tertindih, terbakar, tertusuk
ataupun terasa penuh. Rasa sakitnya dapat menjalar ke lengan, bahu, punggung, leher, dan
rahang. Gejala lain yang dapat menyertai rasa nyeri tersebut antara lain:
• Keringat yang muncul berlebihan, meski cuaca tidak panas.
• Mual.
• Lelah.
• Pusing.
• Sesak napas.
I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. KK
Umur : 48
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan` : kawin
Golongan darah :O
Alamat : Jl. Tukad balian
No. CM : 423065
Diagnosa medis : Solide Nodul Tiroid (SNT) sinistra
Tindakan Operasi : Tiroidektomi
Tanggal MRS : 16 september 2021
Tanggal pengkajian : 16 september 2021 Jam Pengkajian: 10.00
wita Jaminan : JKN

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. S
Umur 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Suku Bangsa : Bali
Hubungan dengan Klien :
istri
Alamat : Jl. Tukad balian

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengeluhkan adanya benjolan dileher sebelah kiri sejak 8 bulan yang
lalu

b. Saat Pengkajian
Pasien mengatakan merasa tidak enak dengan benjolan tersebut karena
mengganggu saat pasien menengok ke kiri dan menunduk

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli THT K-L rumah sakit ITEKES BALI pada pukul 09.36
WITA diantar oleh istrinya. Pasien mengeluhkan benjolan di leher sebelah kiri
sejak 8 bulan yang lalu semakin membesar, dirasakan mengganggu saat menunduk
dan menengok ke arah kiri, kadang-kadang terasa tidak enak di leher, ukuran
benjoan dengan diameter sekitar 4 cm dengan kontur padat dan teraba tidak
mobile. Pasien sudah dilakukan pemeriksaan fungsi T3, T4, dan TSH dengan hasil
dikatakan masih normal. Riwayat HT (+), riwayat angina pectoris stabil (+) sejak 2
bulan lalu. Riwayat hipertensi dan angina di keluarga. Pasien mengatakan tidak
memiliki alergi obat dan makanan. Pemeriksaan TTV didapatkan TD: 150/90,
Suhu: 36.5,RR: 20 x/menit, Nadi 90 x/menit ireguler, Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan: SGOT/SGPT meningkat, ECG kesan iskemik (ST depresi dan T
inverted simetris) , RO thorak kesan cardiomegali. Pemeriksaan echo jantung
menunjukkan daerah yang iskemi. Pada pemeriksaan treadmill ditemukan ST
depresi dan T inversi serta kesan nyeri. BB: 60 Kg, TB: 170 cm. Pasien
mengatakan mengkonsumsi obat nitrogliserin saat nyeri dada kambuh dan obat
bisoprolol 100 mg 1x1 hari serta amlodipin 10 mg 1x1 hari secara oral. Selama 1
bulan belakangan ini, nyeri dada kambuh 1x. Pada saat pengkajian pasien
menanyakan pembiusan yang akan dilakukan sebelum dioperasi dan risikonya jika
dibius, pasien juga bertanya tentang keberhasilan operasi yg akan dikerjakan serta
keberhasilannya serta risiko yang bisa timbul setelah operasi. Oleh dokter THT K-
L, dokter bedah, dan dokter jantung, pasien di ACC untuk dilakukan tiroidektomi
pada pukul 14.00 WITA di keesokan harinya.

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan angina pectoris stabil sejak 2
bulan yang lalu.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi dan angina

5) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit untuk kontrol penyakit angina
pectoris stabil dan pengambilan obat rutin untuk dikonsumsi
- Tidak ada operasi sebelumnya
- Tidak ada riwayat anestesi sebelumnya
- Pasien tidak pernah mendapatkan transfusi darah
- Pasien tidak memliki alergi
- Pasien tidak pernah didiagnosis penyakit menular

6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat:


- Nitrogliserin spray 0,5 mg setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali pemberian.
- Bisoprolol oral 100 mg 1x1
- Amlodipin oral 10 mg 1x1

7) Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan

8) Kebiasaan :
a) Merokok 8 batang perhari namun sudah berhenti sejak 2 bulan yang lalu
b) Konsumsi alkohol moderate
c) Tidak minum kopi/teh/soda

c. Pola Kebutuhan Dasar


1) Udara atauoksigenasi
Sebelum Sakit
- Gangguan pernapasan : pernapasan dyspnea saat nyeri dada kambuh
- Sirkulasi udara : baik
- Alat bantu napas : tidak ada
- Keluhan : sesak napas saat nyeri dada kambuh
- Lainnya : tidak ada

Saat Ini
- Gangguan pernapasan : tidak ada
- Sirkulasi udara : baik
- Alat bantu napas : oksigen nasal kanul 2 lpm
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

2) Air / Minum
Sebelum Sakit
- Frekuensi : 1000 ml/hari
- Jenis : air putih
- Cara : oral
- Minum Terakhir : tidak terkaji
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

Saat Ini
- Frekuensi : 800 ml/hari
- Jenis : air putih
- Cara : oral
- Minum Terakhir : 5 menit yang lalu
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidaka ada

3) Nutrisi/ makanan
Sebelum Sakit
- Frekuensi : 3x sehari
- Jenis : padat
- Porsi : satu piring
- Diet khusus : diet rendah kolesterol
- Makanan yang disukai : sate kambing
- Napsu makan : baik
- Puasa terakhir : tidak terkaji
- Keluhan : tidaka ada
- Lainnya : tida ada

Saat ini

- Frekuensi : 3x Sehari
- Jenis : padat
- Porsi : 1 piring
- Diet khusus : diet rendah kolesterol
- Makanan yang disukai : nugget wortel
- Napsu makan : baik
- Makan terakhir : 10.00 Wita
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit
- Frekuensi :1x sehari
- Konsistensi : semi padat
- Warna : coklat kekuningan
- Bau : khas feses
- Cara : mandiri
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

Saat ini
- Frekuensi : 1x sehari
- Konsistensi : semi padat
- Warna : coklat kekuningan
- Bau : khas feses
- Cara : mandiri
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada

b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi :7 kali sehari
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning bening
- Bau : khas urine
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya :-

Saat ini
- Frekuensi :8 kali sehari
- Konsistensi : cair
- Warna : kuning bening
- Bau : khas urine
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan : tidak ada
- Lainnya : tidak ada
5) Pola aktivitas dan istirahat (tidak terkaji)
a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Berpindah V
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
b) Istirahat Dan Tidur
Sebelum sakit
- Tidak Terkaji
Saat ini
- Sulit tidur
6) Interaksi Sosial
-Baik

7) Pemeliharaan Kesehatan
- Baik, pemanfaatan fasilitas kesehatan rutin sejak terdiagnosa angina pectoris
stabil

8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial


sesuai dengan potensinya.
Baik

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Tidak sadar
GCS : Verbal: 5 Motorik : 6 Mata
:4
Penampilan : tampak sakit ringan
Tanda-tanda Vital : Nadi = 90x/menit, Suhu = 360 C, TD = 150/90 mmHg,
RR = 20 x/menit, Skala Nyeri:-
BB: 60 Kg, TB: 170Cm, BMI: 20.7
Lainnya: BMI normal

b. Pemeriksaan 6 B
1) B1 (BREATH)
- Wajah normal, tidak dagu kecil, tidak edema, tidak ada gigi palsu, tidak ada
gigi goyang, tidak ada gigi maju, ada kumis/jenggot, tidak ada
mikrognathia, tidak ada hilangnya gigi.
- Kemampuan membuka bisa mulut ≥ 3 cm
- Jarak Thyro – Mental bisa ≥ 6 cm
- Napas terkadang dyspnea
- Mallampati Skor II
- Tonsil T0
- Tidak ada obstruksi Jalan Napas
- Bentuk Leher simetris
 Bisa mobilitas Leher
 Tidak leher pendek
 Pasien dapat menggerakkan rahang ke depan
 Pasien dapat melakukan ekstensi leher dan kepala
 Pasien tidak menggunakan collar
- Thorax:
 Bentuk thorax normal, simetris
 Pola napas eupnea
 Perkusi paru sonor
 Tidak ada suara napas tambahan
 Tampak cardiomegali

2) B2 ( BLOOD )
- Tidak ada konjungtiva anemis
- Ictus cordis tidak tampak
- Vena jugularis : tidak ada pembesaran
- Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavicula line sinistra
- BJ I : tunggal “lup
- BJ II : tunggal “dup”
- Suara jantung melemah
- S4 lambat atau murmur sistolik transen lambat (disfungsi otot papilaris)vmungkin ada
saat nyeri

3) B3 ( BRAIN )
- Kesadaran kompomentis
- GCS : Verbal : 5 Motorik: : 6 Mata : 4

4) B4 ( BOWEL )
- Frekuensi peristaltic usus : 16x/menit
- Titik Mc. Burney tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas
- Nyeri tekan karena ada kram abdomen
- Timpani

5) B4 ( BLADER)
- Buang air kecil spontan
- Tidak terpasang kateter
- Tidak ada gagal ginjal
- Tidak ada infeksi saluran kemih

6) B6 ( BONE )
a) Pemeriksaan Tulang Belakang :
- Tidak ada kelainan tulang belakang, tidak ada perlukaan, tidak ada infeksi
mobilitas leluasa, tidak ada fibrosis, tidak ada HNP

b) Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri simetris, tidak deformitas
Tidak ada fraktur, tidak terpasang gips, tidak traksi, tidak ada atropi otot
IV line: terpasang di kanan, ukuran abocatch 20 G, tetesan: 17 Tpm

 Palpasi
CRT: 2 detik
Edema : ( 0 )
Lakukan uji kekuatan otat : ( 4 )
- Ekstremitas Bawah :
 Inspeksi
-

 Palpasi
CRT: 2 detik
Edema : ( 0 )
Kekuatan otot : ( 4 )
Kesimpulan palpasi ekstermitas :

- Edema : 0 0

0 0

- uji kekuatan otot :


4 4

4 4
3. Data Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
LABORATORIUM

Hb 10.8 gr/DL 13.5-18 gr/DL


Ht 38% 40-52%
MCV 73.8 fl 80-100 fl
MCH 23.6 pg 26-34 pg
Lekosit 10.43 x 10.3/ul 4400-11300
Limfosit 3.75 10.3/ul 3.00-4.50 10.3/ul
Monosit 3% 2-10%

serologi:
Troponin I <0.12ug/L <0.1 ug/L
CKMB 2 mcg
0-3 mcg

kimia darah:
Glukosa sewaktu 102 mg/dl <140 mg/dl
Kreatinin darah 0.58 mg/dl <1.2 mg/dl

elektrolit:
Natrium darah
140 mmol/L
Kalium darah 3.8 mmol/L 135-145 mmol/L
3.6-5.5 mmol/L

CPK
SGOT 35 <37
SGPT 37 <40
LDH 300 240-480
b. Pemeriksaan radiologi
Ro thorax :adanya kesan cardiomegali
EKG : ST depresi dan T inversi
Echocardiografi : menunjukkan bagian yang iskemik.
c. Pemeriksaan lainnya
Treadmill : ST depresi dan T inversi serta kesan nyeri

4. Therapi Saat ini :


- Nitrogliserin spray 0,5 mg setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali pemberian.
- Sorbitrat 10-20 mg tiap 2-4 jam sublingual

- Bisoprolol oral 100 mg 1x1


- Amlodipin oral 10 mg 1x1
- NaCl 15 tpm
- ranitidine 2x50 mg/iv,
- furosemide 1x20 mg/iv,
- simvastatin 1x10 mg/oral,
- aspilet 1x80 mg/oral

5. Kesimpulan status fisik (ASA):


ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik angina pectoris stabil dan hipertensi ringan yang tidak
mengganggu aktivitas fungsional

6. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit:
Wajah normal, tidak dagu kecil, tidak edema, tidak ada gigi palsu, tidak ada gigi
goyang, tidak ada gigi maju, ada kumis/jenggot, tidak ada mikrognathia, tidak ada
hilangnya gigi.
b. Jenis Anestesi: General Anestesi
Indikasi: GA karena pasien akan di operasi di daerah leher
c. Teknik Anestesi: Anestesi Imbang
Inhalasi ETT + IV karena operasi berlangsung lama sekitar 2-3 jam agar kepatenan
jalan napas lebih terjaga. Pertimbangan anestesi dengan general anestesi dengan teknik
ETT sistem lingkar semi open. Induksi dengan propopol 2ml/kgbb. Agen anestesi
sevofluran dengan N20:O2 50:50/ 60:40. Obat pelumpuh otot non depolarisasi muskular
rokuronium dengan reverse sulfas atrofin+neostigmin.
Obat antihipertensi bisoprolol diteruskan selama anestesi.
A. Analisa Data
a. PRE ANESTESI

No Symptom Etiologi Problem

1 DS : pasien mengatakan bahwa Ketakutan akan Ansietas


merasakan gelisah dan takut dengan tindakan pembedahan
tindakan operasi karena baru pertama
kali operasi
Kurangnya
DO: pengetahuan akan
 Pasien tampak gelisah tindakan pembedahan
 Pasien tampak cemas.
 Kurang adanya kontak mata
Ansietas

2 DS: tiroidectomy Risiko cedera agen


anestesi
Pasien mengatakan akan dilakukan
operasi di daerah lehernya.

DO:

 Tanda-tanda vital pasien : Kurangnya evaluasi


TD : 150/90 mmHg pra anestesi
S : 36,5˚C
N : 100 x/menit
 Pasien dengan diagnosa
SNT Sinistra direncanakan
dilakukan tiroidectomy
menggunakan GA dengan ETT Resiko Cedera Agen
 Pasien memiliki riwayat penyakit Anestesi
penyerta hipertensi dan angina
pectoris stabil
b. INTRA ANESTESI

No Symptom Etiologi Problem

1 DS: - Tindakan Anestesi RK Kardiovaskuler

DO: (Hipertensi)
 TD = 140/90 mmHg Obat Anestesi
 HR = 100x/menit
 Perdarahan 100 cc saat insisi
awal
 EKG tampak adanya T inversi
Angina pectoris stabil

RK Kardiovaskuler

(Hipertensi)

2 DS: - Pasien dengan SNT RK Trauma


Pembedahan
DO:
 Pasien akan dilakukan tindakan
Di
Tiroidektomy
 Tanda-tanda vital pasien lakukan tindakan
TD = 140/90 mmHg Pembedahan
 Perdarahan 100 cc saat insisi Tiroidectomy
awal.

Luka Bedah

Resiko Komplikasi
Trauma
Pembedahan
3. DS : - SNT + angina Resiko Perdarahan
pectoris stabil
DO :
 Adanya luka insisi
 Pasien tampak pucat
 Akral teraba dingin
 Kehilangan darah pada intra
pembedahan < 20 % ABL Tiroidektomi
 Tanda-tanda vital pasien
TD = 140/90 mmHg ^
N = 100 x/menit
CRT < 2 dtk Hipertensi

Resiko Perdarahan

4. DS : - Tindakan Anestesi RK Disfungsi


Respirasi

DO :
 Pasien dilakukan tindakan Efe
tiroidectomy k Obat Anestesi
 Pada pertimbangan
anestesi pasien akan di induksi
dengan profopol dan
maintenance anestesi dengan Oksigen
N2O : O2 asi tidak adekuat
 Tanda vital pasien
RR : 12 x/menit,
SpO2 : < 97 %

RK disfungsi
Respirasi
c. PASCA ANESTESI

No Symptom Etiologi Problem

1 DS: Tindakan RK Disfungsi


Pembedahan Respirasi
- Pasien mengatakan sesak napas Tiroiddectomy
DO:

- terlihat retraksi otot napas Tindakan General


- RR pasien 28x/menit Anestesi

- SaO2 pasien 93%


Pola Napas Tidak
Efektif

RK Disfungsi
Respirasi

2 DS: Tindakan Anestesi PK Disfungsi


Termoregulasi
- Pasien mengatakan kedinginan

DO: Suhu Ruangan


Rendah
- Pasien Kelihatan Menggil

- Akral pasien dingin


Hipotermi
- Suhu Tubuh 34,9 derajat celcius

- Pasien tampak pucat


PK Termoregulasi

2 DS: Tindakan Nyeri Pasca Operasi


Pembedahan
- Pasien mengatakan nyeri di sekitar Tiroidectomy
area pembedahan

DO:
Nyeri Pasca Operasi
- Pasien tampak meringis

- skala nyeri 4

B. RENCANA INTERVENSI
a. PRE ANESTESI

No Problem Rencana Intervensi Nama &


Paraf
(Masalah) Tujuan Intervensi

1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV


asuhan kepenataan selama
2. Jelaskan prosedur
1 x 60 menit setiap 5
termasuk keadaan selama
menit diharapkan masalah
prosedur
ansietas dapat teratasi
dengan kriteria hasil

1. pasien tampak tenang Team

dan tidak gelisah,

2.pasien menyatakan siap


untuk dilakukan operasi

3. adanya kontak mata


antara pasien dan perawat

2. Risiko cedera Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan persiapan


anastesi keperawatan anestesi sebelum pembedahan
selama 1x60 menit setiap
2. Kaji status nutrisi
5 menit diharapkan tidak
pasien (menimbang
terjadi cedera anestesi
BB)
dengan kriteria hasil :
3. Anjurkan pasien untuk
1. Pasien siap untuk
Team
berpuasa
dilakukan tindakan
anestesi 4. Anjurkan pasien untuk
mengosongkan kadung
2. Pemilihan teknik
anestesi yang tepat sesuai
kondisi pasien kemih sebelum operasi

5. Lakukan balance
cairan

6. Lepaskan aksesoris

7. Lakukan latihan pra


anestesi

8. Pantau penyulit yang


akan terjadi

9. Tetapkan kriteria
mallampati

10. Tentukan status fisik


menurut ASA

11. Delegasi dalam


pemberian obat
pramedikasi

12. Kolaborasi penetapan


teknik anestesi

13. Kolaborasi penetapan


teknik anestesi

14. Lakukan informed


consent.
b. INTRA ANESTESI

No Problem Rencana Intervensi Nama


&
(Masalah) Tujuan Intervensi Paraf

1. RK Setelah dilakukan Tindakan  Observasi tanda–tanda vital


Kardiovaskuler keperawatan aestesi selama1x180  Monitor EKG
menit setiap 5 menit diharapkan RK  Monitor TTV dan MAP
(Hipertensi) Kardiovaskuler dapat teratasi dengan  Catat bunyi jantung
kriteria hasil:  Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
 EKG dengan T inversi minimal antihipertensi
 Denyut jantung 80x/menit
 MAP dalam batas
normal(<70mmHg) Team
 Tanda tanda vital
TD>90/60mmhg-130/90mmHg
Nadi 80x/menit
RR 14-20x/menit
SpO2 96%-100%

2. RK Trauma Setelah dilakukan Tindakan  Persiapkan pasien:pasien


Pembedahan keperawatan anestesi selama1x180 sudah diberikan
menit setiap 5 menit diharapkan Resiko premedikasi,pemasangan
Trauma Pembedahan dapat terkontrol alat monitor seperti kanulasi
vena,monitor EKG,
dengan kriteria hasil:
pulseoxymetri,
tekanandarah, manset,dan
 Tidak terjadi trauma selama
persiapan alat dan obat untuk Team
pembedahan
anestesi general.
 Tercapainya trias anestesi
 Berikan posisi untuk general
 Tanda tanda vital dalam batas
anestesi (supine)
normal: TD=120/80mmHg,
 Berikan preoksigenasi 100%
S=36,5-37,5˚C,
pada pasien dengan nasal
N=60-100x/menit,
kanul sebelum dilakukan
RR=16-20x/menit
anestesi untuk membuat
pasien lebih rileks
 Berikan posisi sesuai jenis
pembedahan
 Lakukan monitoring
terstandar,seperti:
Airway,oksigenasi,venilasi,si
rkulasi dan suhu
 Monitor cairan dan
elektrolit
 Monitor fungsi renal melalui
produk siurine
 Monitor system saraf dengan
respon relaksasi otot cukup
atau tidak
 Atasi penyulit yang timbul
pada intra operasi seperti
apnea maupun syok

3. RK Setelah dilakukan tindakan  Monitoring tanda-tanda vital


Perdarahan keperawatan anestesi selama 1x180 pasien tiap 5 Menit
menit setiap 5 diharapkan tidak terjadi  Pantau jumlah perdarahan.
resiko perdarahan : Jika banyak maka stabilkan
tekanan darah
 Tidak terjadinya Shock
 Pantau jumlah cairan yang
 Pasien tidak tampak pucat
masuk
 Elastis turgor kulit baik
 Pantau adanya tanda-tanda
 Tanda-tanda vital dalam batas
normal : shock
Team
TD : 120/80 mmHg  Kolaborasi dengan dokter
MAP : 60-100 mmHg dalam pemberian cairan jika
S : 36 C perdarah < 20 % maupun
N : 16-20 X/Menit produk darah bila perdarahan
SpO2 : 97-100% > 20%

4. RK Disfungi Setelah dilakukan tindakan  Monitoring vital sign pasien


Respirasi keperawatan anestesi selama 1x180  Monitoring airway pasien
menit setiap 5 diharapkan tidak terjadi  Monitoring ekspansi dada
resiko komplikasi disfungsi Respirasi
selama durante anestesi
tidak terjadi, dengan kriteria hasil
 Observasi tanda-tanda
 Ekspansi dada simetris
sianosis
 SpO2 dalam batas normal : 96-
 Kolaborasi pemberian
100%
rumatan anestesi
 RR dalam batas normal : 16-
20x/menit Team
 Suara napas bersih
 Tidak terdengar suara napas
tambahan (wheezing, gurgling,
snoring, stridor) Tidak ada
tanda-tanda sianosis

c. PASCA ANESTESI

No Problem Rencana Intervensi Nama &


Paraf
(Masalah) Tujuan Intervensi

1. PK Disfungsi Setelah dilakukan 1. Observasi TTV.


Respirasi tindakan keperawatan
(Pola Napas anestesi selama 1x60 2. Ajarkan pola napas
Tidak Efekif) menit setiap 5 menit efektif.
diharapkan PK Disfungsi 3. Berikan oksigen canul
Respirasi dapat teratasi 3L/menit.
dengan kriteria hasil:
Team
1. Tidak adanya retraksi
dinding dada ketika
bernapas.

2. RR normal
(12-20x/menit).

3. SaO2 dalam batas


normal (94-100%).

2. PK Disfungsi Setelah dilakukan 1. Observasi TTV.


Termoregulasi tindakan keperawatan
(Hipotermi) anestesi selama 1x60 2. Berikan Selimut
menit setiap 5 menit hangat.
diharapkan PK Disfungsi 3. Kolaborasikan
Termoregulasi dapat pemberian Pethidine
teratasi dengan kriteria dengan dokter Anestesi Team
hasil: jika diperlukan.
1. Pasien tidak
kedinginan.

2. Akral pasien hangat.

3. Pasien tidak tampak


pucat.

4. Pasien tidak menggigil.

5. Suhu tubuh normal.

3. Nyeri Pasca Setelah dilakukan 1. Observasi TTV.


Operasi tindakan keperawatan
anestesi selama 1x60 2. Ajarkan teknik
menit setiap 5 menit relaksasi napas dalam.
diharapkan nyeri pasca 3. Kolaborasikan
operasi berkurang atau pemberian analgetik
dapat teratasi dengan seperti paracetamol dan Team
kriteria hasil: ketorolac dengan dokter
1. Pasien tidak meringis. anestesi jika diperlukan.

2. Pasien tidak
mengatakan nyeri.

3. Skala nyeri <4

Anda mungkin juga menyukai