Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kasus

Struma Nodosa Non Toxic

OLEH:

Denny Albert Phangestu Abady


112021092

PEMBIMBING:
dr. Lukas Anton Pataipon, Sp.B (K) Onk

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG
PERIODE 24 DESEMBER 2022 – 4 MARET 2023
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. ME
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Cengkareng
Tanggal masuk RS : 4 Januari 2023

I. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis tanggal 4 Januari 2023 pukul 12.00 WIB di Poli klinik onkologi
RSUD Cengkareng.

 Keluhan utama : Pasien datang ke Poli Onkologi RSUD Cengkareng


dengan keluhan benjolan di depan leher sejak pertengahan tahun 2022

Riwayat penyakit sekarang:


Pasien mengatakan benjolan pertama kali muncul di leher pada tahun 2020, benjolan
berukuran kecil dan tidak bertambah besar. Pada pertengahan tahun 2022, benjolan mulai
membesar awalnya sebesar gundu dibagian leher kiri depan, lama-lama makin membesar dan
leher bagian kanannya ikut membesar. Keluhan seperti nyeri menelan (-), berat badan
menurun tanpa sebab (-), gemetaran pada tangan (-), rasa jantung berdebar (-), lebih suka
ditempat panas ataupun dingin (-), rasa otot lemas (-) disangkal pasien.
Pasien tidak pernah mengalami ini sebelumnya, pasien belum mencoba mengobati
penyakit ini, pasien belum mengobati keluhan ini. Tidak ada riwayat alergi pada pasien.
Tidak ada benjolan ditempat lain, riwayat menstruasi pasien, menstruasi pertama usia 13
tahun, haid teratur. Riwayat pernikahan pasien sudah menikah, riwayat makan pasien
terkadang beli makan diluar dan masak sendiri.

2
Riwayat penyakit dahulu :
 Pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya
 Alergi obat, diabetes melitus, dan asma disangkal
 Hipertensi (+) namun belum meminum obat

Riwayat penyakit keluarga


 Alergi obat, diabetes melitus, hipertensi dan asma disangkal
 Ibu pasien pernah mengalami penyakit yang serupa dengan pasien saat berusia 30
tahun, sudah dilaukan pengangkatan kelenjar tiroid

Riwayat benjolan ditempat lain


Tidak ada

Riwayat pengobatan alternatif


Tidak ada

Riwayat kemoterapi
Belum pernah melakukan kemoterapi

Riwayat biopsi
Belum pernah melakukan biopsi

Riwayat menstruasi
Pasien menarche usia 14 tahun, saat ini sudah menopause

Riwayat pernikahan
Pasien menikah 1x, menikah di usia 26 tahun

Riwayat menyusui
Pasien memiliki 3 orang anak
Anak pertama lahir saat pasien berusia 27 tahun

3
Riwayat KB
Tidak ada

Riwayat sosial
Pasien memiliki makanan bervariasi, terkadang memasak sendiri terkadang membeli diluar

II. PEMERIKSAAN FISIK


• Keadaan umum : tampak sakit ringan
• Kesadaran : compos mentis
• Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 145/86 mmHg
Nadi : 89x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36.6° C
SpO2 : 99%
Tinggi badan : 159 cm
Berat badan : 76 kg

Status generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Conjunctiva anemis -/-, sclera tidak ikterik, pupil bulat isokor, refleks pupil
+/+ normal
Leher : Trakea ditengah, Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (+), nyeri tekan (-)
Thoraks :
Cor : Bunyi jantung normal regular, tidak ada bunyi tambahan
Pulmo : Pergerakan hemitoraks dalam keadaan statis dan dinamis simetris kanan dan
kiri, terdengar bunyi vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Tampak datar simetris, teraba supel , NT -/- ; hepar dan lien tidak
teraba besar, tympani pada seluruh kuadran abdomen, bising usus (+)
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-

4
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-

Status lokalis :
Pada regio colli anterior, Terdapat benjolan berukuran 5x3 cm, konsistensi kenyal,
permukaan rata, batas tegas, dan imobile. Perlukaan (-), Darah (-)
Pembesaran nodul di submandibula dan leher lateral kiri kanan (-)

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium 29 Desember 2022
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Free T4 0,7 – 1,48 pmol/L

TSH 1,6777 0,35 – 4,94 mlU/L

Laboratorium 4 Januari 2023


Pemeriksaa Hasil Nilai Normal
n
eGFR 111,8 >= 90 : normal

Kreatinin 0,6 0,5 – 1,0 mL/min

Ureum 19 21,0 – 43,0 mg/dl

Foto Ultrasonografi thyroid

5
Ultrasonografi thyroid menggunakan transduser linear 7 MHz tanggal 30/12/2023

Thyroid kanan :
Ukuran tidak membesar. Tampak nodul kistik dengan internal echo didalamnya. Tampak

6
nodul kistik dengan kompinen padat dan septapsi berukuran 1,1 x 0,9 x 1,1 cm
Tampak nodul hipoekoik berukuran 1,1 x 1 x 1,2 cm dengan echogic foci didalamnya

Thyroid kiri :
Ukuran membesar
Tampak nodul kistik dengan komponen padat didalamnya degan kalsifikasi didalamnya
berukuran 4 x 3,1 x 4,6 cm

Isthmus tak menebal.


Regio colli kanan kiri tampak kelenjar limfe coli kanan berukuran 0,6 x 0,3 x 0,5 cm dan coli
kiri berukuran 0,8 x 0,4 cm
KESAN :
Nodul thyroid kanan (TIRADS 4)
Nodul thyroid kiri (TIRADS 4)
Limfadenipati coli bilateral

IV. DIAGNOSIS KERJA


Struma Nodosa Non Toxic Bilateral

V. DIAGNOSIS BANDING
Kanker tiroid
Tiroiditis kronik (Hashimoto disease)

VI. PENATALAKSANAAN
 Mengonsumsi makanan yang mengandung garam beryodium
 Disarankan untuk pemeriksaan lanjutan seperti FNAB

VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

7
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

8
Tinjauan Pustaka

I. Pendahuluan
Tiroid merupakan kelenjar endokrin yang terletak di bawah leher, yaitu antara fasia koli
media dan prefotebralis. Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) dan
triyodotironin (T3). Hormon T4 dan T3 terikat dalam darah dengan protein khusus yang mengikat
T4 dan T3, yaitu thyroxyne binding globulin (TBG) dan thyroxine binding prealbumin (TBPA)
dan hanya satu persen hormon yang tidak terikat berada dalam bentuk bebas (free) sehingga
disebut FT4 dan FT3 yang berperan dalam mengendalikan metabolisme tubuh. 1
Kadar hormon tiroid akan selalu berada pada range normalnya dikarenakan
adanya feedback terhadap hormon Thyroid Stimulating Hormone (TSH) di hipofisis
anterior yang mengatur dalam pertumbuhan sel tiroid, sintesis serta sekresi dari hormon
tiroid. Pada keadaan tertentu, hormon TSH mengalami peningkatan dan penurunan yang
abnormal. Keadaan ini lah yang mengakibatkan terjadinya pertumbuhan kelenjar tiroid
abnormal dan memicu terbentuknya struma pada kelenjar tiroid.2
Struma disebut juga goiter didefinisikan sebagai pembesaran kelenjar tiroid.
Struma disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid yang menginduksi mekanisme
kopensasi terhadap kadar TSH serum, sehingga akibatnya menyebabkan hipertrofi dan
hyperplasia selfolikel tiroid.1

II. Definisi
Non toxic goiter disebabkan oleh pertumbuhan jaringan tiroid yang berlebihan
yang menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid. Idealnya, keberadaan gondok harus
ditetapkan dengan menerapkan nilai referensi untuk volume tiroid, yang diperoleh
dengan ultrasonografi, pada individu sehat yang tinggal di daerah yang cukup yodium.
Dengan demikian, kelenjar tiroid tidak boleh lebih besar dari 18 mL pada wanita dan 25
mL pada pria. Karena jaringan tiroid secara intrinsik lebih banyak mengalami degenerasi
nodular, setidaknya pada individu yang rentan, gondok yang bertahan lama paling sering
mengandung nodul dengan ukuran dan tekstur yang berbeda. satu atau beberapa area
parenkim tiroid Nodul bisa padat, kistik, atau kompleks (kombinasi komponen padat dan
kistik). Jika satu atau lebih nodul ditemukan tertanam dalam kelenjar tiroid berukuran
normal, istilah "nodular tiroid" daripada "goiter" harus diterapkan. Semua nodul tiroid

9
dapat dianggap sebagai tumor (atau adenoma), tetapi secara histologis istilah ini hanya
berlaku untuk nodul berkapsul, sedangkan yang tidak berkapsul menunjukkan hiperplasia
tiroid. Namun, diferensiasi histologis tidak begitu penting dari sudut pandang klinis.3
Secara klinis, gondok dikategorikan menjadi penyakit tiroid difus, nodular soliter,
atau multinodular, yang terakhir menjadi fenotipe yang paling umum.
Gondok biasanya berkembang perlahan, dan mungkin telah ada selama bertahun-
tahun tanpa menarik perhatian pasien karena kurangnya gejala. Ada banyak alasan,
meliputi berbagai gejala kompresi dan/atau keluhan kosmetik, mengapa pasien dirujuk
untuk evaluasi gondok.

III. Epidemiologi
Penyebab paling umum dari struma di seluruh dunia ialah defisiensi yodium.
Menurut WHO, 1,6 miliar orang berisiko mengalami gangguan defisiensi yodium dan
diantaranya terdapat 655 juta yang struma dimana 27% terdapat di Asia Tenggara.2
kasus hipotiroid di Indonesia dari hasil pemeriksaan TSh pada Riskesdas 2007
mendapatkan 12,8% laki-laki dan 14,7% perempuan memiliki kadar TSH rendah yang
menunjukan kecurigaan adanya hipertiroid. Namun menurut hasil Riskesdas 2013, hanya
terdapat 0,4% penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun atau lebih yang berdasarkan
wawancara mengakui terdiagnosis hipertiroid. Meskipun secara presentase kecil, namun
secara kuantitas cukup besar. Jika pada tahun 2013 jumlah penduduk usia ≥15 tahun
sebanyak 176.689.336 jiwa, maka terdapat lebih dari 700.000 orang yang terdiagnosis
hipertiroid.1

IV. Etiologi
Gondok nodular disebabkan oleh faktor intrinsik dan eksternal dalam interaksi
yang kompleks. Kerentanan genetik, jenis kelamin perempuan, dan usia adalah faktor
etiologi yang penting, tetapi tidak dapat dimodifikasi, untuk perkembangan gondok,
sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi berat badan, kebiasaan merokok,
konsumsi alkohol, dan paling tidak asupan yodium. Insidensi gondok yang lebih tinggi
pada wanita dibandingkan pada pria menekankan bahwa gen memiliki peran yang sangat
penting, sedangkan pengaruh hormon seks lebih sulit dipahami.

1
0
Efek merokok pada perkembangan gondok mungkin dimediasi oleh tiosianat,
yang secara kompetitif menghambat transportasi iodida (yodium terionisasi) ke kelenjar
tiroid. Sebaliknya, mekanisme di balik korelasi terbalik yang diamati antara konsumsi
alkohol dan ukuran tiroid, yang menyebabkan fibrosis tiroid tetap tidak jelas
Yodium sangat penting untuk fungsi tiroid yang normal, tetapi dalam jumlah yang
berlebihan, ia melawan respons tiroid terhadap TSH dan bahkan dapat menyebabkan
apoptosis sel-sel tiroid. Pada pasien hipertiroid, ini dapat digunakan sebagai terapi,
karena pengobatan dengan yodium menyebabkan involusi hiperplasia tiroid dan
menurunkan vaskularisasi, setidaknya untuk sementara. Dalam konteks gondok
multinodular endemik, defisiensi yodium adalah faktor lingkungan terpenting di seluruh
dunia. Sebagai mekanisme yang masuk akal, kekurangan yodium yang berlangsung lama,
meskipun ringan, dapat menyebabkan peningkatan serum TSH di atas set-point normal
yang ditentukan secara genetik untuk individu. Tingkat TSH yang lebih tinggi, sebagai
faktor pertumbuhan utama, seiring waktu menghasilkan pembesaran kelenjar tiroid.

V. Patofisiologi
Kelenjarr tiroid dikendalikan oleh Thyroid Stimulating Hormon (TSH), yang
disekresi oleh kelenjar hipofisis, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh Thyrotropin-
Releasing Hormon (TRH) dari hipotalamus. TSH memungkinkan pertumbuhan,
diferensiasi sel, dan produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Tirotropin
bekerja pada reseptor TSH yang terletak di kelenjar tiroid. Hormon tiroid disintesis dari
iodinasi tirosin. Yodium diangkut dari plasma ke dalam sel tiroid melalui sodium-iodide
symporter. Ini adalah proses aktif yang menghasilkan tingkat yodium intraseluler
melebihi 20 kali tingkat yodium plasma. Aktivitas transportasi yodium ini dikendalikan
oleh TSH.4
Hormon tiroid serum levothyroxine dan triiodothyronine memberi umpan balik ke
hipofisis, mengatur produksi TSH. Gangguan pada sumbu hormon tiroid TRH-TSH ini
menyebabkan perubahan fungsi dan struktur kelenjar tiroid. Stimulasi reseptor TSH tiroid
oleh TSH, antibodi reseptor TSH, atau agonis reseptor TSH, seperti chorionic
gonadotropin, dapat menyebabkan gondok difus. Ketika sekelompok kecil sel tiroid, sel
radang, atau sel ganas yang bermetastasis ke tiroid terlibat, nodul tiroid dapat

1
1
berkembang.4
Kekurangan dalam sintesis atau asupan hormon tiroid menyebabkan peningkatan
produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan seluler dan hiperplasia
kelenjar tiroid dalam upaya untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Jika proses ini
berkelanjutan, gondok terbentuk. Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk kesalahan
sintesis hormon tiroid bawaan, defisiensi yodium, dan goitrogen.4

VI. Gejala klinis


Gejala terdiri dari sensasi globus, disfagia, batuk, perubahan suara, gangguan
pernapasan, dan sensasi tersedak. Untuk beberapa pasien, keluhan kosmetik atau
cancrophobia adalah masalah yang paling penting. Nyeri dari kelenjar tiroid jarang terjadi
pada pasien dengan gondok nodular tetapi dapat terjadi akibat perdarahan ke dalam nodul
atau kista yang tertanam di gondok.3
Karena lokasinya di bagian bawah leher dan di pintu masuk toraks, gondok
nodular dapat memengaruhi struktur vital, seperti trakea, kerongkongan, saraf, dan
pembuluh darah, tetapi variasi individu yang sangat besar ada karena perbedaan ukuran
gondok, struktur, konfigurasi, dan tingkat pertumbuhan.3

Gejala-gejala goiter:4
 Kebetulan, sebagai pembengkakan di leher ditemukan oleh pasien atau pada
pemeriksaan fisik rutin
 Temuan pada studi pencitraan yang dilakukan untuk evaluasi medis terkait atau
tidak terkait
 Kompresi lokal menyebabkan disfagia, dispnea, stridor, plethora, atau suara serak
 Nyeri karena perdarahan, peradangan, nekrosis, atau transformasi ganas
 Tanda dan gejala hipertiroidisme atau hipotiroidisme
 Kanker tiroid dengan atau tanpa metastasis

VII. Klasifikasi klinis


Klasifikasi klinis pada tiroid menggunakan TNM AJCC (American Joint Committee on
Cancer) edisi 8-2018

1
2
Pengelompokan stadium klinis adalah sebagai berikut:

VIII. Diagnosis
Skrining awal harus mencakup TSH. Mengingat tes generasi ketiga yang sensitif,
dengan tidak adanya gejala hipertiroidisme atau hipotiroidisme, pengujian lebih lanjut
tidak diperlukan. Penilaian indeks tiroksin bebas atau pengukuran langsung tiroksin
bebas akan menjadi langkah selanjutnya dalam evaluasi.4
Pengujian laboratorium lebih lanjut didasarkan pada presentasi dan hasil studi

1
3
skrining dan mungkin termasuk antibodi tiroid (peroksidase antitiroid; sebelumnya,
antibodi antimicrosomal dan antithyroglobulin), tiroglobulin, tingkat sedimentasi, dan
kalsitonin pada individu yang berisiko tinggi untuk karsinoma meduler tiroid.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk menetapkan dan mengikuti ukuran gondok,
konsistensi, dan nodularitas. Hal ini juga dapat digunakan untuk melokalisir nodul untuk
biopsi dipandu ultrasonografi.
Pemindaian tomografi terkomputasi (CT) berguna dalam menentukan efek
kelenjar tiroid pada struktur di dekatnya. Ini juga dapat membantu dalam tindak lanjut
pasien dengan kanker tiroid yang menunjukkan bukti kekambuhan. Magnetic resonance
imaging (MRI) memiliki indikasi yang sama dengan CT scan.
Biopsi aspirasi jarum halus digunakan untuk diagnosis sitologi. Aspirasi jarum
halus tiroid digunakan untuk menentukan penyebab pembesaran kelenjar. Secara umum,
prosedur ini tidak digunakan dalam pemeriksaan nodul yang berfungsi secara mandiri.
Biopsi inti, atau biopsi jarum besar, dari tiroid menggunakan jarum berukuran
lebih besar, memberikan potongan jaringan. Prosedur ini juga membawa morbiditas yang
lebih tinggi daripada biopsi aspirasi jarum halus. Biopsi inti memiliki keunggulan
pengambilan sampel yang lebih lengkap.

Pemeriksaan fisik
Kelenjar tiroid yang normal seringkali tidak terlihat atau teraba sampai mencapai
ukuran setidaknya dua kali lipat. Tiroid sebaiknya diperiksa dengan kepala pasien
dimiringkan sedikit ke belakang dan dengan dokter berdiri di belakang pasien.

Gondok jinak hingga Kanker tiroid diseminata harus dicurigai jika pemeriksaan
klinis menunjukkan pembesaran kelenjar getah bening di leher, suara serak karena
kelumpuhan pita suara, atau sindrom Horner (pupil miotik unilateral). Ini juga berlaku
jika gondok melekat pada struktur yang berdekatan atau memiliki konsistensi yang sangat
kuat. Respirasi stridor mencerminkan kompresi trakea yang signifikan dan mendukung
adanya gondok besar.

Biochemical dan tes serologic

1
4
Tes fungsi tiroid: Pengukuran TSH serum harus menjadi tes biokimia awal, dan
jika kadar hormon ini di luar kisaran referensi, penilaian T4 bebas serum dan T3 bebas
harus mengikuti. Peralihan dari gondok nodular nontoksik menjadi toksik adalah bagian
dari riwayat alami penyakit ini, dan nilai TSH serum di bawah kisaran normal hanya
mencerminkan bahwa nodul yang hiperfungsi tidak lagi dapat diimbangi dengan supresi
jaringan tiroid yang responsif terhadap TSH paranodular. Jika serum TSH di bawah
normal saat diagnosis, terlepas dari kadar serum hormon tiroid, ini akan memperkuat
indikasi untuk pengobatan gondok, bahkan tanpa adanya gejala
Penanda autoimunitas tiroid: Tiroid-peroksidase (TPO), tiroglobulin, dan antibodi
reseptor TSH dalam serum harus dipertimbangkan dalam pemeriksaan semua pasien
dengan gondok. Jadi, jika TSH serum meningkat di atas kisaran normal pada pasien
dengan gondok nodular yang baru ditemukan, ini harus meningkatkan kecurigaan adanya
tiroiditis autoimun Hashimoto dan anti-TPO.
Tiroglobulin serum: Ini adalah penanda massa jaringan tiroid dan terutama
digunakan untuk pemantauan pascaoperasi kanker tiroid dan dalam studi epidemiologi.
Meskipun serum tiroglobulin berkorelasi positif dengan ukuran tiroid, ia memiliki sedikit
tempat dalam pemeriksaan diagnostik gondok nodular jinak karena kurangnya akurasi
pada tingkat individu.
Kalsitonin adalah penanda kanker tiroid meduler (MTC), dan juga digunakan
untuk memantau penyakit ini. Pengukuran kadar kalsitonin basal atau terstimulasi
umumnya lebih sensitif dibandingkan biopsi aspirasi jarum halus dalam mendeteksi
MTC, namun sensitivitas tinggi dari tes ini, spesifisitasnya rendah.

Imaging
Ultrasonografi (USG) merupakan pemeriksaan yang mudah untuk diakses,
noninvasif dan hemat biaya dan merupakan metode kunci kunci untuk pencitraan nodul
tiroid. Dengan ultrasonografi, tekstur jaringan tiroid dapat dinilai dengan sangat rinci, dan
memungkinkan untuk dievaluasi kelenjar getah bening regional. Menjadi teknologi tiga
dimensi, perhitungan volume nodul individu atau seluruh kelenjar tiroid adalah fitur
ultrasonografi yang sangat berguna. Keuntungan lebih lanjut, ultrasound sangat
membantu dalam prosedur diagnostik dan terapeutik, misalnya, biopsi aspirasi jarum

1
5
halus, tusukan kista, atau ablasi nodul soliter non-bedah. Kerugian dari ultrasonografi
tiroid termasuk ketergantungan operatornya, ketidakmampuan untuk mengakses gondok
substernal, dan estimasi volume gondok yang sangat besar yang tidak akurat.

Gambar 1. Gambaran ultrasound (tranvere section) dari kelenjar tiroid dengan


multinodular degenetarion. Beberapa nodul tiroid terlihat, dan 2 diantaranya kista (area
gelap) dan CA carotid artery
Skintigrafi tiroid adalah metode yang cepat, relatif murah, dan hanya
menimbulkan sedikit beban radiasi pada tubuh dan lingkungan. Tc paling sering
99m

digunakan sebagai pelacak karena alasan praktis. Metode ini memungkinkan penentuan
area tiroid yang hiperfungsi (panas/hangat) dan hipofungsi (dingin). Ini juga memberikan
perkiraan kasar tentang ukuran dan konfigurasi gondok dan perluasannya ke
mediastinum, jika ada. Selain itu, skintigrafi membantu memprioritaskan nodul mana
yang akan ditawarkan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB). Untuk alasan ini, skintigrafi
berguna dalam evaluasi gondok multinodular. Namun, resolusi gambarnya yang rendah
tidak memungkinkan untuk evaluasi morfologi tiroid dan teksturnya secara mendetail,
maupun untuk perkiraan volume gondok yang akurat.

1
6
Gambar 2. 99mTc scintigram dari struma multinodular besar, memperlihatkan area
uptake yang mix of low and high isotope
Computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) adalah
metode yang berguna jika sebagian besar gondok berpindah ke mediastinum, di mana
akses dengan ultrasound tidak mungkin dilakukan. Selain itu, jika gondok besar diduga
menyebabkan kompresi trakea, seperti yang biasa terlihat, CT dan MRI memungkinkan
penilaian area trakea cross-sectional terkecil. Radiografi trakea rutin, misalnya, rontgen
toraks konvensional, dapat menunjukkan deviasi trakea dari garis tengah, tetapi tidak
dapat diandalkan untuk mengukur tingkat obstruksi trakea.

Gambar 3. CT scan dari thorax, memperlihatkan ekstensi intrathoracic dari lobus

1
7
tiroid kiri dengan kompresi dari trakea.
Fine-Needle Aspiration Biopsy (FNAB) dilakukan karena kemungkinan
keganasan tiroid harus dipertimbangkan pada semua pasien dengan gondok nodular.
Penilaian ultrasonografi terhadap risiko keganasan tiroid sangat penting, untuk memilih
nodul yang harus menjalani FNAB.
Pada gondok multinodular yang mengandung beberapa lesi bilateral, FNAB harus
dilakukan pada semua nodul yang mencurigakan, atau setidaknya pada nodul dengan
risiko tertinggi pada ultrasonografi. Pelaksanaan prosedur FNAB harus dipandu oleh
USG untuk menurunkan risiko kesalahan pengambilan sampel. Nodul hangat yang
ditunjukkan oleh skintigrafi tiroid, jika dilakukan, dengan pengecualian yang jarang,
tidak pernah ganas, dan oleh karena itu FNAB dari lesi semacam itu tidak diindikasikan.

IX. Penatalaksanaan
Sebagian besar gondok nontoksik memiliki satu atau lebih nodul tiroid, yang
dapat berupa padat, kistik, atau kompleks. Ketika keganasan telah dikesampingkan oleh
FNAB dari nodul dengan gambaran yang mencurigakan pada USG, banyak pasien tidak
memerlukan pengobatan. Efektivitas pengobatan medis menggunakan hormon tiroid
untuk gondok jinak masih kontroversial. Pengukuran tahunan serum TSH tampaknya
masuk akal untuk mendeteksi munculnya otonomi nodul tiroid. Jelas, pasien harus
diperiksa ulang jika ada gejala pertumbuhan gondok dan gejala awal terkait.4
Tidak ada ambang batas volume tiroid yang dapat diberikan di atas ambang batas
yang benar-benar diindikasikan untuk diintervensi. Namun demikian, dalam kasus
gondok yang sangat besar (sekitar 200 mL atau lebih), pasien harus direkomendasikan
pengobatan, meskipun tidak ada gejala, karena potensi pertumbuhan yang tinggi pada
akhirnya dapat menyebabkan kompresi leher kritis.
Ukuran gondok eutiroid jinak dapat dikurangi dengan terapi penekan
levothyroxine. Selain itu, pengobatan hipotiroidisme atau hipertiroidisme seringkali
mengurangi ukuran gondok.
1) Suplemen yodium
Sejak insufisiensi yodium lama merupakan faktor etiologi utama dalam
perkembangan gondok nodular nontoksik, tampaknya logis untuk

1
8
mempertimbangkan suplementasi yodium sebagai pengobatan potensial untuk
kondisi ini. Pada gondok difus dengan ukuran sedang, suplementasi yodium mungkin
memiliki efek kecil namun signifikan.
2) Terapi thyroid hormone suppressive
Terapi penekan levothyroxine untuk penyusutan gondok pada individu eutiroid
telah digunakan selama bertahun-tahun. Alasan pengobatan ini adalah untuk
menurunkan TSH serum dan dengan demikian menghilangkan faktor trofik utama.
Pada goiter nontoksik difus, terapi penekan levothyroxine dapat mengurangi volume
hingga 30%.
Pengobatan supresif levothyroxine, yang mungkin harus seumur hidup untuk
menghindari kekambuhan gondok, sering ditargetkan pada tingkat TSH serum di
bawah normal.
3) Pembedahan
Tujuan dari terapi apapun adalah untuk mengurangi gondok ke tingkat yang
meringankan gejala dan menghambat kekambuhan. Kedua tujuan tersebut dapat
dicapai dengan pembedahan karena kepuasan pasien, yang diukur dengan instrumen
kualitas hidup spesifik penyakit, tinggi
Kedua lobus tiroid terpengaruh pada sebagian besar pasien yang dirujuk untuk
gondok nodular. Oleh karena itu, tiroidektomi total sering diindikasikan. 10-15 tahun
yang lalu, reseksi subtotal bilateral sering dilakukan pada situasi ini untuk
mengantisipasi risiko komplikasi yang lebih rendah. Namun, strategi seperti itu
menyebabkan tingkat kekambuhan gondok 15-40%. Penggunaan levothyroxine atau
yodium pasca operasi tidak dapat mencegah pertumbuhan kembali jaringan tiroid.
Faktor-faktor yang mendukung operasi goiter non toxic :
 Dugaan kanker
 Gondok besar (sekitar >= 150mL)
 Lesi tiroid unilateral dengan lobus tiroid kontralateral yang normal
 Perlu bantuan cepat dari gondok
 Perlu pengobatan gondok selama kehamilan
 Dampak parah pada trakea dengan penurunan kapasitas pernapasan
 Permintaan pasien

1
9
Keuntungan : Memiliki keuntungan yang jelas bahwa menghilangkan gejala
gondok dengan cepat tercapai, sementara pemeriksaan histologis spesimen dapat
meyakinkan pasien tentang sifat gondok yang jinak.
Kerugian : Risiko kematian perioperatif kurang dari 1%, sedangkan kerugian lain
seperti perdarahan pra dan pasca operasi dan infeksi lebih sering terjadi. Risiko
spesifik termasuk kelumpuhan pita suara dan hipoparatiroidisme, baik sementara atau
permanen. Angka kejadian komplikasi ini berkisar antara 2-8% dan berkorelasi
dengan ukuran gondok. Tracheomalacia, gangguan pernapasan pada fase pasca
operasi, terlihat pada sekitar 5% pasien yang dioperasi karena gondok yang sangat
besar.
Substitusi levothyroxine seumur hidup mungkin merupakan konsekuensi dari
operasi tiroid, tergantung pada luasnya prosedur. Setelah tiroidektomi total, 100 μg
levothyroxine harus dimulai pada hari setelah operasi, diikuti dengan penyesuaian
dosis setelah 6 minggu, dipandu oleh tes fungsi tiroid. Setelah hemitiroidektomi,
separuh kelenjar tiroid yang tersisa mampu memastikan produksi hormon tiroid yang
cukup pada sebagian besar pasien. Peningkatan sementara TSH serum sering terlihat,
tetapi karena hipertrofi kompensasi dari lobus yang tersisa, TSH serum biasanya
menjadi normal dalam beberapa bulan.

X. Prognosis
Gondok jinak memiliki prognosis yang baik. Namun, semua gondok harus
dipantau dengan pemeriksaan dan biopsi untuk kemungkinan transformasi ganas, yang
dapat ditandai dengan perubahan ukuran, nyeri, atau konsistensi yang tiba-
tiba. Untungnya, risiko ini rendah. Pada pasien yang terpapar radiasi tingkat rendah,
risikonya meningkat.4

DAFTAR PUSTAKA
1. Tampatty G, Tubagus V, Rondo A. Profil pemeriksaan ultrasonografi pada pasien struma
dibagian radiologi FK UNSRAT RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari
2018-Juni 2018. Jurnal Medik dan Rehabilitasi 2019:1(3);1-6
2. Fadilah I, Rusjdi DA, Aprilia D. Gambaran pemeriksaan ultrasonografi pada pasien

2
0
struma di bagian radiologi RSUP Dr. M. Djamil Periode Januari-Desember 2019. Jurnal
ilmu kesehatan indonesia 2021:2(1);41-7
3. Bonnema SJ, Hegedus L. Nontoxic goiter. Springer international publishing 2017:1-38
4. Mulinda JR. Goiter [internet]. Medscape. 2022 [cited 2 February 2023]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/120034-overview#a6
5.

2
1

Anda mungkin juga menyukai