Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN AN.

DENGAN DIAGNOSA MEDIK ”NAPZA”

OLEH

NILASARI DEBY

NS. 20.053

CI INSTITUSI

(Adolfina Lukas Siamben, S.Kep., Ns, M.Kep)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN LAKIPADADA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Masalah Utama : NAPZA

II. Proses Terjadinya Masalah

A. Pengertian Napza

NAPZA adalah (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) adalah bahan/zat/obat yang

apabila masuk kedalam tubuh manusia bisa mempengaruhi tubuh terutama pada

otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan

fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan

(dependensi) terhadap NAPZA. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat

yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, pikiran.

( Eko, 2014).

Penyalahgunaan NAPZA adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh

pengguna yang terus-menerus sampai terjadi masalah. Pengguna NAPZA dapat mengalami

kondisi lanjut yaitu: ketergantungan napza yang merupakan suatu kondisi yang cukup berat

dan parah sehingga mengalami sakit yang cukup berat ditandai dengan ketergantungan fisik

(sindrom putus zat dan toleransi). Sindrom putus zat adalah suatu kondisi dimana individu

yang menggunakan napza, menurunkan atau menghentikan penggunaan napza sehingga

akan menimbulkan gejala kebutuhan biologi terhadap NAPZA (Farida & Yudi, 2010).

B. Rentang Respon

Rentang Respon ini berfluktuasi dari kondisi yang ringan sampai dengan yang berat.

Indikator dari rentang respon berdasarkan perilaku yang ditampakkan oleh remaja dengan

gangguan penggunaan zat adiktif.

Respon adaptif Respon Maladaptif

Eksperimental Rekreasional Situasional Penyalahgunaan Ketergantungan


zat adiktif zat adiktif
Gambar 2.1 Rentang Respon Penyalahgunaan NAPZA ( Prabowo, E. 2014)

Keterangan:

1) Eksperimental ialah kondisi penggunaan pada taraf awal,

disebabkan rasa ingin tahu, ingin memiliki pengalaman yang

baru, atau sering dikatakan taraf coba-coba.

2) Rekreasional ialah menggunakan zat od saat berkumpul

berama-sama dengan teman sebaya, yang bertujuan untuk

rekreasi bersama teman sebaya.

3) Situasional ialah orang yang menggunakan zat mempunyai

tujuan tertentu secara individual, sudah merupakan kebutuhan

bagi dirinya sendiri, seringkali penggunaan zat ini merupakan

cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang

dihadapinya. Biasanya digunakan pada saat sedang konflik,

stress, frustasi.

4) Penyalahgunaan zat adiktif ialah penggunaan zat yang sudah

bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling

tidak sudah berlangsung selama 1 bulan, dan terjadi

penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam peran

di lingkungan sosial dan pendidikan.

5) Ketergantungan zat adiktif ialah penggunaan zat yang cukup

berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis.

Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya toleransi dan

sindroma putus zat. Yang dimaksud sindroma putus zat

adalah suatu kondisi dimana orang yang biasa menggunakan

secara rutin, pada dosis tertentu berhenti menggunakan atau

menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga

menimbulkan gejala pemutusan zat.


C. Penyebab

Menurut Farida dan Yudi (2010) proses terjadinya masalah adalah :

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor biologis

1) Keluarga : terutama orangtua yang menyalahgunakan

napza.

2) Metabolik : Perubahan metabolisme alkohol yang

mengakibatkan respons fisiologis.

3) Infeksi pada otak : gejala sisa dari ensefalitis,

meningitis.

4) Penyakit kronis : kanker, asma, dan lain-lain.

b. Faktor psikologis

1) Tipe kepribadian : dependen, ansietas, depresi, psikopat.

2) Harga diri rendah akibat penganiayaan masa anak-anak.

3) Disfungsi keluarga : keluarga tidak stabil, role model negatif,

orang tua pengguna.

4) Individu yang mempunyai prasaan tidak aman

5) Cara pemecahan masalah yang menyimpang.

6) Individu dengan krisis identitas.

7) Permusuhan dengan orang tua.

c. Faktor sosial kultural

1) Sikap masyarakat yang ambivalen tentang penggunaan zat

2) Norma kebudayaan : menggunakan halusinogen atau alkohol

untuk upaca adat.

3) Lingkungan : diskotik, mall, lokalisasi, lingkungan rumah

kumuh dan padat

4) Kontrol masyarakat kurang terhadap pengguna napza

5) Kehidupan agama yang kurang


6) Perilaku tindak kriminal pada usia dini.

2. Faktor Prespitasi

a. Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai

pengakuan.

b. Reaksi sebagai prinsip kesenangan: menghindari rasa sakit, relaks

agar menikmati hubungan interpersonal

c. Kehilangan sesuatu yang berarti: rumah, sekolah, kelompok teman

sebaya

d. Dampak kompleksitas era globalisasi: film/iklan, transportasi

lancar.

D. Tanda dan Gejala

Menurut Eko (2014) tanda dan gejala dapat dilihat sebagai berikut:

1. Tingkah laku pasien pengguna zat sedatif hipnotik

a. Menurunnya sifat menahan diri

b. Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang

c. Bicara cadel, bertele-tele

d. Sering datang ke dokter untuk minta resep

e. Kurang perhatian

f. Sanggat gembira, berdiam, (depresi),

g. Kadang bersikap bermusuhan

h. Gangguan dalam daya pertimbangan

i. Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan

dapat menimbulkan kematian

j. Meningkatkan rasa percaya diri

2. Tingkah laku pasien pengguna ganja

a. Kontrol diri menurun bahkan hilang

b. Menurunnya motivasi perubahan diri

c. Ephoria ringan
3. Tingkah laku pasien pengguna alkohol

a. Sikap bermusuhan

b. Kadang bersikap murung, berdiam

c. Kontrol diri menurun

d. Suara keras, bicara cadel, dan kacau

e. Agresif

f. Minum alkohol pagi hari atau tidak kenal waktu

g. Partisipasi di lingkungan social kurang

h. Daya pertimbangan menurun

i. Koordinasi motorik terganggu,akibat cenderung

mendapat kecelakaan

j. Dalam keadaan over dosis, kesadaran menurun bahkan sampai

koma.

4. Tingkah laku pasien pengguna opioda

a. Terkantuk-kantuk

b. Bicara cadel

c. Koordinasi motorik terganggu

d. Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian

e. Perilaku manipulatif, untuk mendapatkan zat adiktif

f. Kontrol diri kurang

5. Tingkah laku pasien pengguna kokain

a. Hiperaktif

b. Euphoria, agitasi, dan sampai agitasi

c. Iritabilitas

d. Halusinasi dan waham

e. Kewaspadaan yang berlebih

f. Sangat tegang

g. Gelisah insomnia
h. Tampak membesar-besarkan sesuatu

i. Dalam keadan over dosis: kejang, delirium, dan paranoid

6. Tingkah laku pasien pengguna halusinogen

a. Tingkah laku tidak dapat diramalkan

b. Tingkah laku merusak diri sendiri

c. Halusinasi, ilusi

d. Distorsi (gangguan dalam penilaian, waktu dan jarak)

e. Sikap merasa diri benar

f. Kewaspadaan meningkat

g. Depersonalisasi

h. Pengalaman yang gaib/ajaib

E. Akibat

Menurut Alatas (2010), penyalahgunaan NAPZA akan berdampak

sebagai berikut :

1. Terhadap kondisi fisik

a. Akibat zat itu sendiri

Termasuk di sini gangguan mental organik akibat zat,

misalnya intoksikasi yaitu suatu perubahan mental yang terjadi

karena dosis berlebih yang memang diharapkan oleh

pemakaiannya. Sebaliknya bila pemakaiannya terputus akan terjadi

kondisi putus zat.

1) Ganja: pemakaian lama menurunkan daya tahan sehingga

mudah terserang infeksi. Ganja juga memperburuk aliran darah

koroner.

2) Kokain: bisa terjadi aritmia jantung, ulkus atau perforasi sekat

hidung, jangka panjang terjadi anemia dan turunannya berat

badan.

3) Alkohol: menimbulkan banyak komplikasi misalnya gangguan


lambung, kanker usus, gangguan hati, gangguan pada otot

jantung dan saraf, gangguan metabolisme, cacat janin dan

gangguan seksual.

b. Akibat bahan campuran/pelarut: bahaya yang mungkin tmbul

antara lain infeksi, emboli.

1) Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril. Akan terjadi

infeksi, berjangkitnya AIDS atau hepatitis.

2) Akibat pertolongan yang keliru misalnya dalam keadaan tidak

sadar diberi minum.

3) Akibat tidak langsung misalnya terjadi stroke pada pemakaian

alkohol atau malnutrisi karena gangguan absorbsi pada

pemakaian alkohol.

4) Akibat cara hidup pasien: terjadi kurang gizi, penyakit kulit,

kerusakan gigi dan penyakit kelamin.

2. Terhadap kehidupan mental emosional

Intoksikasi alkohol atau sedatif-hipnotik menimbulkan perubahan kehidupan

mental emosional yang bermanifestasi pada gangguan perilaku tidak wajar.

Pemakaian ganja yang berat dan lama menimbulkan sindrom amotivasional. Putus

obat golongan amfetamin dapat menimbulkan depresi sampai bunuh diri.

3. Terhadap kehidupan sosial

Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan mengganggu

fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau sekolah. Pada umumnya prestasi

akan menurun, lalu dipecat/dikeluarkan yang berakibat makin kuatnya dorongan

untuk menyalahgunakan obat. Dalam posisi demikian hubungan anggota keluarga

dan kawan dekat pada umumnya terganggu. Pemakaian yang lama akan

menimbulkan toleransi, kebutuhan akan zat bertambah. Akibat selanjutnya akan

memungkinkan terjadinya tindak kriminal, keretakan rumah tangga sampai

perceraian.
III. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan


Akibat (Effect)

Gangguan konsep diri : Harga


Masalah Utama(Core
Diri Rendah
Problem)

Koping individu tidak efektif :


Tidak Mampu Mengatasi
Penyebab (Causa)
Keinginan Menggunakan Zat

INTERNAL EKSTERNAL

- Berhubungan dengan - Kerusakan interaksi sosial


gejala putus zat (maladaftip)
- Kurang aktivitas - Koping keluarga tidak
- Distress spiritual efektif
- Perubahan Pemeliharaan - Penatalaksanaan yang
kesehatan tidak efektif

Gambar 2.2 Pohon Masalah Penyalahgunaan Napza ( Yosep, i. 2011)

IV. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

No Masalah/Diagnosa Data yang Perlu Dikaji

Keperawatan

1. Gangguan konsep diri : Harga DS :


- Hal negatif diri sendiri atau orang lain
Diri Rendah
- Perasaan tidak mampu.
- Pandangan hidup yang pesimis
- Penolakan terhadap kemampuan diri
DO :
- Penurunan produktivitas
- Tidak berani menatap lawan bicara
- Lebih banyak menundukkan kepala saat
berinteraksi
- Bicara lambat dengan nada suara lemah
2. Resiko Perilaku Kekerasan DS :
- Klien mengatakan biasa merasa jengkel dan ingin
marahsetiap permintaannya tidak dituruti
- Klien mengatakan tidak bisa mengendalikan diri
pada saat mendengar suara tersebut
- Klien dapat memukul apapun yang dihadapannya
apabila mendengar
suara-suara tersebut
DO :
- Klien bicara kacau
- Klien marah-marahtanpa sebab
- Pandangan mata tajam,tidak fokus, kontakmata
kurang
- Nada suara cepat dantinggi
- Klien mondar-mandir tanpa tujuan
- Emosi klien labil
Bicara klien tampak ngaur
3. Koping Individu Tidak DS:
- Klien mengatakan saat pulang kembali bergabung
Efektif : Tidak Mampu dengan teman-teman yang dulu. Dan mengulangi
perbuatan hal yang sama (miras dan
Mengatasi Keinginan
penyalahgunaan zat).
Menggunakan Zat DO:
- Saat ditanya bagaimana cara klien jika ada
masalah, klien menjawab menghindar/ tidak
pulang

V. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskanrespon manusia (status

kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individuatau kelompok dimana perawat secara

akontabilitas dapat mengidentifikasidan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatanmenurunkan, membatasi, mencegah dan merubah ( Dermawan& Rusdi, 2017).

Diagnosa keperawatan Napza adalah sebagai berikut :

1. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

2. Resiko Perilaku Kekerasan

3. Koping Individu Tidak Efektif : Tidak Mampu Mengatasi Keinginan Menggunakan Zat

VI. Rencana Keperawatan

1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

a. Tujuan Umum

Klien dapat meningkatkan harga diri rendah


b. Tujuan Khusus

1) Klien mampu membina hubungan saling percaya

2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

4) Klien dapat merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

5) Klien dapat melakukan kegiatan

c. Intervensi

1) Bina hubungan teraupetik

2) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien

3) Beri kesempatan klien untuk mencoba

4) Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif

5) Utamakan memberikan pujian realistik

6) Diskusikan dengan klien kegiatan yang masih bisa dilakukan

7) Rencanakan bersama

8) Berikan pujian atas usaha klien

2. Resiko Perilaku kekerasan

a. Tujuan Umum

Klien dapat mengontrol dan mencegah perilaku kekerasan baik secara fisik, sosial,

verbal, spiritual.

b. Tujuan Khusus

1) Bina hubungan saling percaya

2) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

3) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan

c. Intervensi

1) Bina hubungan saling percaya

2) Bantu klien mengungkapkan perasaan

3) Bantu klien untuk mengungkapkan tanda perilaku kekerasan

4) Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian perilaku kekerasan


3. Koping Individu Tidak Efektif : Tidak Mampu Mengatasi Keinginan Menggunakan Zat

a. Tujuan Umum

Klien dapat menemukan dan menggunakan koping yang adaptif

b. Tujuan Khusus

1) Bina hubungan saling percaya

2) Klien dapat mengontrol koping

c. Intervensi

1) Kaji perasaan dan kebutuhan klien

2) Bantu pemenuhan kebutuhan tersebut

3) Tunjukkan Empati

4) Diskusikan dengan klien cara penyelesaian masalah yang bisa digunakan


DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/369274664/ASKEP-PENYALAHGUNAAN-NAPZA

https://id.scribd.com/doc/93884001/askep-napza

Anda mungkin juga menyukai