Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN KASUS PADA KLIEN

DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

Dosen Pembimbing

Ns. Ida Suryati, M.Kep

Disusun Oleh

DIVA SANDYRA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES PERINTIS PADANG

2019/2020
A. DEFINISI
Narkoba yang juga sering disebut NAPZA adalah singkatan dari Narkotika dan
obat-obatan terlarang yang sering disalah gunakan. Penyalahgunaan obat adalah:
Pemakaian di luar indikasi medik, tanpa petunjuk/resep dokter, pemakaian sendiri secara
relatif teratur sekurang-kurangnya selama satu bulan.
Seringkali mendengar para remaja yang terlibat dalam kasus narkoba
(narkotika/naza/napza), baik si remaja sebagai pecandu maupun selaku pengedar barang
maksiat itu. Namun dalam prakteknya dilapangan, sangatlah sulit untuk mampu
mengidentifikasi remaja yang melakukan penyalahgunaan narkotika dan alkohol maupun
seseorang pecandu, sehingga diperlukan suatu teknik/trik khusus agar mampu
mengenalinya. Karena itulah perlu diketahui tentang tanda-tanda pada remaja yang kita
curigai kemungkinan apakah mereka terlibat penyalahgunaan napza.
B. ETIOLOGI
Obat atau zat yang sering disalah gunakan adalah obat alkohol, Benzodiazepin,
Mariyuana, Amfetamin, Kokain, Opium, Heroin, Morpin dll. Semua jenis obat tersebut
dapat mengakibatkan gangguan mental yang disebabkan oleh efek langsung dari dari zat
tersebut terhadap susunan saraf pusat.
C. FAKTOR PENDUKUNG.
1. Faktor predisposisi.
Alasan pengguna NAPZA ini berbeda-beda dengan latar belakang individu dan
lingkungan.
2. Faktor individu.
a. Rasa ingin tahu yang kuat dan ingin mencoba.
b. Bersikap tidak tegas terhadap tawaran/ pengaruh teman sebaya.
c. Penilaian diri negatif ( Low self esteem) seperti merasa kurang mampu dalam
pelajaran, pergaulan, penampilan diri dan status sosial ekonomi yang rendah.
d. Kurang rasa percaya diri (Low self confidence).
e. Mengurangi rasa tidak enak/sakit.
f. Sikap memberontak terhadap peraturan.
g. Identifikasi diri yang kabur akibat proses identifikasi denga orang tua/pasangan
hidup yang berjalan kurang baik.
h. Depresi, dan cemas .
i. Kepribadian dissosial ( perilaku menyimpang dari norma yang berlaku).
j. Kurang menghayati ajaran agama.
3. Faktor lingkungan.
a. Mudah memperoleh zat NAPZA.
b. Komunikasi keluarga yang tidak efektif.
c. Hubungan antar orang tua yang tidak harmonis.
d. Orang tua atau anggota keluarga lainnya pengguna NAPZA.
e. Berteman dengan pengguna NAPZA.
f. Penghargaan sosial dari lingkungan yang kurang
4. Faktor biologis Genetic
a. Tendensi keluarga.
b. Infeksi pada organ otak.
c. Penyakit kronis.
5. Faktor psikologis
a. Gangguan kepribadian: anti sosial (resiko relatif 19,9%).
b. Harga diri rendah: depresi (resiko relatif: 18,8%), faktor social, ekonomi.
c. Disfungsi keluarga.
d. Orang/ remaja yang memiliki perasaan tidak aman.
e. Orang/ remaja yang memiliki ketrampilan pemecahan masalah yang
menyimpang.
f. Orang/ remaja yang mengalami gangguan idetitas diri, kecenderungan
homoseksual, krisis identitas, menggunakan zat untuk menyatakan kejantanannya.
g. Rasa bermusuhan dengan orang tua.
6. Faktor social cultural
a. Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan dan penyalahgunaan zatadiktif:
ganja, alkohol.
b. Norma kebudayaan.
c. Adiktif untuk upacara adat.
d. Lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah yang terdapat banyak pengedar
(mudah didapat: resiko relatif 80 %).
e. Persepsi masyarakat terhadap pengunaan zat.
f. Remaja yang lari dari rumah.
g. Remaja dengan perilaku penyimpangan seksual dini.
h. Orang/ remaja yang terkait dengan tindakan kriminal.
7. Stressor presipitasi.
a. Pernyataan untuk mandiri dan dan membutuhkan teman sebaya sebagai
pengakuan ( resiko relatif untuk terlibat NAZA: 81,3%.
b. Sebagai prinsip kesenangan, menghindari sakit/stress.
c. Kehilangan seseorang atau sesuatu yang berarti.
d. Diasingkan oleh lingkungan: rumah, teman-teman.
e. Kompleksitas dari kehidupan modern.
8. Faktor kontribusi ( resiko relatif 7,9% terlibat penyalah gunaan NAZA)
Seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan tertekan, dan ketertekanan itu
dapat merupakan faktor penyerta bagi dirinya terlibat dalam penyalahgunaan /
ketergantungan NAZA, kondisi keluarga yang tidak baik itu adalah :
a. Keluarga yang tidak utuh : orang tua meninggal, orang tua cerai, dll.
b. Kesibukan orang tua.
c. Hubungan interpersonal dalam keluarga tidak baik.
9. Tingkah laku.
a. Tingkah laku klien pengguna zat sedatif hipnotik
1) Menurunnya sifat menahan diri.
2) Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang.
3) Bicara cadel, bertele-tele.
4) Sering datang ke dokter untuk minta resep.
5) Kurang perhatian.
6) Sangat gembira, berdiam, (depresi), dan kadang bersikap bermusuhan.
7) Gangguan dalam daya pertimbangan.
8) Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan dapat
menimbulkan kematian..
9) Meningkatkan rasa percaya diri.
b. Tingkah laku klien pengguna ganja.
1) Kontrol didi menurun bahkan hilang.
2) Menurunnya motivasi perubahan diri.
3) Tingkah laku klien pengguna alcohol,dll.
10. Mekanisme koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan:
a. Denial dari masalah.
b. Proyeksi merupakan tingkah laku untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
c. Disosiasi merupakan proses dari penggunaan zat adiktif.
11. Data khusus
a. Jumlah dan kemurnian zat yang digunakan.
b. Sering menggunakan.
c. Metode penggunaan (dirokok, intravena, Oral).
d. Dosis terakhir digunakan.
e. Cara memperoleh zat (dokter, mencuri, dll).
f. Dampak bila tidak menggunakan.
g. Jika over dosis, berapa beratnya.
h. Stressor dalam hidupnya.
i. Sistem dukungan (keluarga, social, finansial)
j. Tingkat harga diri klien, persepsi klien terhadap zat adiktif.
k. Tingkah laku manipulative.
l. Klasifikasi pemakai napza.
m. Pemakai coba-coba (experiment use).
n. Pemakai sosial (Social use).
o. Pemakai yang bertujuan hanya untuk bersenang-senang.
p. Pemakai situasional, pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu
(ketegangan, kesedihan atau kekecewaan) .
q. Penyalahgunaan (abuse), pemakaian sebagai suatu pola penggunaanyang bersifat
patologis/menyimpang minimal satu bulan lamanya dan telah terjadi gangguan
fungsi sosial atau pekerjaan atau dikurangi.
D. TANDA-TANDA UMUM PENGGUNA NAPZA.
1. Perubahan fisik: Badan kurus, tampak mengantuk, mata merah dan cekung dan bekas
suntikan atau gorena pada lengan dan kaki.
2. Perubahan perilaku: Emosi labil, takut sinar/air, menyendiri, bohong/mencuri, menjual
barang, pergi tanpa pamit, halusinasi dan paranoid.
E. TANDA-TANDA KLINIS DARI PENGGUNAAN NAPZA
1. Yang berefek depresan ( menghambat fungsi syaraf):
a. Berbicara kacau
b. Tidak dapat mengendalikan diri
c. Tingkah laku seperti mabuk tetapi tanpa berbau minuman beralkohol
d. Akibat kelebihan pemakaian akan menyebabkan : nafas tersengal-sengal, kulit
lembab dan dingin, pupil mata mengecil, denyut nadi cepat dan lemah , kesadaran
menurun danbisa berkibat lebih parah sampai meninggal dunia
e. Gejala putus obat seperti gelisah, sukar tidur, mengigau, tertawa tidak wajar .
2. Penyalahgunaan yang berefek stimultan (mengaktifkan fngsi syaraf)
a. Lebih waspada, bergairah, eporia, pupil mata meebar, denyut nadi meningkat,
susah tidur nafsu makan hilang
b. Kelebihan pemakaian mengakibatkan gelisah, suhu badan naik, suka berhayal,
tertawa tidak wajar sampai bisa menimbulkan kematian
3. Penyalahgunaan yang berefek halusinasi (menimbulkan rasa berhalusinasi/berkhayal)
a. Suka berhayal
b. Tidak punya gambaran ruang dan waktu
c. Bila overdosis menyebabkan kematian.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi dari penyalahgunaan zat: Selain gangguan otak, dapat menyebabkan
gangguan hati, usus, seks, kelainan bayi (bila hamil), dan resiko kena kanker.
Pencegahan:
1. Ketahuilah bahwa obat tersebut sangat berbahaya dan jangan sekali-kali mencoba
2. Bina hubungan yang harmonis dengan orang tua sehingga perilaku kita lebih
terkontrol
3. Katakan tidak bila ada yang menawari.
4. Konsultasilah kepada petugas kesehatan bila anad memiliki masalah kesehatan
termasuk gangguan pikiran.
5. Pengobatan pasien yang mengalami ketergantungan obat tergantung dari tingkat
keparahan atau berat-ringan tingakat ketergantungan. Penyembuhannya memerlukan
waktu yang relatif lama dan membutuhkan biaya yang yang besar.
G. PENGKAJIAN
1. Fisik
Secara keseluruhan, efek masing-masing golongan NAPZA pada fungsi fisiologis
memiliki banyak kesamaan. Data yang mungkin ditemukan pada klien yang
menggunakan NAPZA antara lain : nyeri, gangguan pola tidur, menurunnya selera
makan, konstipasi, diare, perilaku seks melanggar norma, tidak merawat diri,
potensial komplikasi.
Tujuan : klien mampu untuk hidup teratur.
2. Emosional
Perasaan gelisah (takut diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak berdaya.
Potensial mengalami gangguan mental dan perilaku. Dengan tambahan gejala-gejala
emosional yang terdapat pada masing-masing NAPZA.
Tujuan : Klien dapat mengontrol dan mengendalikan emosinya.
3. Sosial
Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien adalah teman pengguna zat, anggota
keluarga lain, pengguna zat di lingkungan sekolah atau kampus.
4. Intelektual
Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adiktif, perasaan ragu untuk berhenti,
aktivitas sekolah atau kuliah yang menurun sampai berhenti, pekerjaan terhenti.
Tujuan : klien mampu berkonsentrasi dan meningkatkan daya pikir ke hal-hal positif.
5. Spiritual
Kegiatan keagamaan kurang atau tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena
perubahan perilaku mis., mencuri, berbohong.
Tujuan : klien mampu meningkatkan ibadah, pelaksanaan nilai-nilai kebaikan.
6. Keluarga
Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan dan pengurasan
ekonomi keluarga oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak efektif, dukungan moril
terhadap klien tidak terpenuhi.
Tujuan : keluarga mampu merawat klien sampai akhirnya mampu mengantisipasi
terjadinya kekambuhan (relapse).
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Alkohol
a. Resiko tinggi terhadap cedera: jatuh berhubungan dengan kesulitan keseimbangan
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang kurang
2. Stimulan
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sensori sistem saraf pusat.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penggunaan obat-obatan IV.
3. Depresan
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hipersensitifitas.
b. Kerusakan pertukaran gas: pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru.
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap cedera: jatuh berhubungan dengan kesulitan keseimbangan
a. Intervensi:
Observasi
 Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis. Kondisi fisik, fungsi kognitif dan
riwayat perilaku
 Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terapeutik
 Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
 Gunakan perangkat pelindung

Edukasi

 Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan


2. Defisit Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang
kurang
Intervensi
Observasi
a. Indentifikasi status nutrisi
b. Monitor asupan makam
c. Monitor berat badan

Terapeutik

a. Lakukan oral hygiene sebelum makan


b. Berikan suplemen makanan

Edukasi

a. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kalaborasi

a. Kalaborasi pemberian medikasi sebelum makan


b. Kalaborasi dengan ahli gizi
3. Gangguan pertukaran gas : pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru

Observasi

a. Monitor kecepatan aliran oksigen


b. Monitor alat terapi oksigen
c. Monitor efektifitas terapi oksigen
d. Monitor kemampuan melepaska oksigen saat makan

Terapeutik

a. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea jika perlu


b. Pertahankan kepatenan jalan nafas
c. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
d. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien

Edukasi

a. Anjurkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah


Kolaborasi
a. Kolaborasi pemantauan dosis oksigen
b. Kolaborasi pengguanaan oksigen saaat aktivitas atau tidur

Anda mungkin juga menyukai