PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian
NAPZA merupakan kepanjangan dari narkotika dan obat berbahaya sering disebut juga
(narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya). Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh
pihak kedokteran yang menitikberatkan pada upaya penanggulangan dari segi kesehatan fisik,
psikis, dan sosial (Martaatmadja, 2007).
Jenis Napza
Narkotika
Menurut UU No. 35 Tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan.
Psikotroika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alami maupun sintesis bukan narkotik yang berkhasia
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf dan menyebabkan perubahan khas
pada aktifitas mental dan perilaku. (UU RI No 22 / 1997 ).
Zat adiktif
Zat adiktif ialah bahan lain yang bukan narkotika maupun psikotropika yang merupakan
suatu inhalasi yang penggunaannya akan dapat menimbulkan ketergantungan. Miras juga
merupakan salah satu bagian dari NAPZA golongan zat aditif yang mempunyai pengarauh
psikoaktif tetapi di luar narkotika dan psikotropika
Penyalahgunaan NAPZA
Pengertian
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk maksud
pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebih yang secara
kurang teratur dan berlangsung cukup lama,sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik,
mental dan kegidupan sosialnya (Harlina ,2006).Penyalahgunaan NAPZA bisa diartikan
sebagai pemakaian NAPZA dengan tujuan bukan untuk pengobatan atau tanpa dengan
2
menggunakan resep dari dokter. Seorang penyalahguna/ketergantungan narkotika, alkohol
dan zat adiktif adalah seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan, orang yang sakit,
seorang pasien, yang memerlukan pertolongan ,terapi serta rehabilitasi dan bukannya
hukuman. (Hawari,2006). Menurut WHO penyalahgunaan obat adalah penggunaan obat
secara periodik, tidak teratur atau terus menerus yang tidak sesuai atau tidak berhubungan
dengan praktik medis dan dapat menyebabkan kecanduan, toleransi dan ketergantungan.
2) Faktor Lingkungan
a) Keluarga tidak harmonis
b) Kontrol sosial
3
a. Gangguan pada sistem saraf seperti kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan
saraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah seperti infeksi aku totot jantung dan
gangguan peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit seperti adanya nanah.
d. Gangguan pada paru seperti kesukaran bernapas, pengerasan jaringan paru.
e. Gangguan pada darah, pembentukan sel darah terganggu.
f. Gangguan pencernaan, diare, radang lambung.
g.Gangguan sistem reproduksi, seperti gangguan fungsi seksual sampai kemandulan.
h. Gangguan pada otot dan tulang seperti penurunan fungsi otot.
i. Terinfeksi virus Hepatitis B dan C serta HIV akibat pemakaian jarum suntik bersama
dengan salah satu penderita.
j. Kematian sudah terlalu banyak terjadi karena overdosis atau pemakaian berlebih.
4
5) Berulang kali kambuh, yaitu ketergantungan yang meyebabkan craving (rasa rindu pada
narkoba), walaupun telah berhenti pakai. Narkoba dan perangkatnya, kawan-kawan, suasana,
dan tempattempat penggunaannya dahulu mendorongnya untuk memakai narkoba kembali.
Itu sebabnya pecandu akan berulang kali kambuh.
6) Gangguan perilaku/mental-sosial, sikap acuh tak acuh, sulit mengendalikan diri, mudah
tersinggung, marah, menarik diri dari pergaulan, hubungan dengan keluarga dan sesama
terganggu. Terjadi perubahan mental, diantaranya gangguan pemusatan perhatian,motivasi
belajar/bekerja lemah, ide paranoid,gejala parkinson.
7) Gangguan kesehatan, yaitu kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh seperti hati,
ginjal, jantumg, paru, kelenjar endokrin, alat repeoduksi, infeksi hepatitis B/C (80%),
HIV/AIDS(40-50%), penyakit kulit dan kelamin, kurang gizi, penyakit kulit, dan gigi
berlubang.
8) Kendornya nilai-nilai, mengendornya nilai-nilai kehidupan agama, sosial, budaya, seperti
perilaku seks bebas dengan akibatnya seperti : penyakit kelamin, kehamilan yang tidak
diinginkan, dll. Sopan santun hilang, ia menjadi asosial, mementingkan diri sendiri, dan tidak
memedulikan kepentingan orang lain.
9) Keuangan dan hukum, yaitu keuangan menjadi kacau, karena
harus memenuhi kebutuhannya akan narkoba.
Bagi keluarga
Terganggunya suasana nyaman dan tenteram di rumah.Orang tua menjadi resah karena
banyak barang yang hilang. Anak menjadi lebih sering berbohong, bersikap kasar, menipu,
acuh tak acuh terhadap keluarga. Orang tua akan menjadi malu juka memiliki anakpecandu,
merasa bersalah, sedih dan marah. Perilaku orang tua juag akan berubah karena da merasa
putus asa dengan masa depan anaknya. Stres meningkat dan membuat kehidupan ekonomi
terganggu
5
1. Ciri-ciri Umum
6
h. Sering menyendiri atau bersembunyi di kamar mandi, di gudang atau tempat-
tempat tertutup
4. Perubahan Psikologis
a. Mudah tersinggung
b. Sering terjadi perubahan mood yang mendadak
c. Malas melakukan aktivitas sehari-hari
d. Sulit berkonsentrasi
e. Tidak memiliki tanggung jawab
f. Emosi tidak terkendali
g. Tidak peduli dengan nilai dan norma yang ada
h. Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan
i. Cenderung melakukan tindak pidana kekerasan
1. Pengkajian
a. Fisik
Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaaan pada saat
pengkajian adalah sebagai berikut: nyeri, gangguan pola menurunnya selera
makan, konstipasi, diare, perilaku seks melanggar kemunduran dalam kebersihan
diri, potensial komplikasi, jantung, hati, sebagainya, infeksi pada paru-paru.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai agar klien mampu untuk teratur dalam pola
hidupnya.
b. Emosional
Persaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan berdaya.
Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk mengontrol dan
mengendalikan did sendiri.
c. Sosial
Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman guna zat,
anggota keluarga lain pengguna zat di lingkungan sekolah kampus yang
digunakan oleh para pengedar.
7
d. Intelektual
Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adiktif, perasaan ragu untuk aktivitas
sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan to Sasaran yang ingin
dicapai adalah agar klien mampu untuk konsentrasi meningkatkan daya pikir ke
hal-hal yang posistif.
e. Spiritual
Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena bahan
perilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain). Sasaran ingin dicapai
adalah mampu meningkatkan ibadah, pelaksanaan nilai-nilai kebaikan.
f. Keluarga
Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan dan
pengurasan secara ekonomi oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak
efektif,dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi. Sasaran yang hendak
dicapai adalah keluarga mampumerawat klien yang pada akhirya mencapai tujuan
utama yaitu mengantisipasi terjadinya kekambuhan (relaps).
ALASAN MASUK
Biasanya karena timbul gejala-gejala penyalahgunaan NAPZA (fsikososial) atau mungkin
klien mengatakan tidak tahu, karena yang membawanya ke RS adalah keluarganya. Alasan
masuk tanyakan kepada klien dan keluarga.
IV. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ akibat gejala yang biasa timbul dari
jenis NAPZA yang digunakan seperti tanda-tanda vital, berat badan,dll.
V. Psikososial
1. Genogram
a. Buatlah genogram minimal tiga gcncrasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga.
2. Konsep diri
a Gambaran diri : Klien mungkin merasa tubuhnya baik-baik saja
8
b. Identitas : Klien mungkin kurang puas terhadap dirinya sendiri
c. Peran : Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara
d. Ideal diri : Klien menginginkan keluarga dan orang lain menghargainya
e. Harga diri : Kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya
3. Hubungan sosial
Klien penyalahgunaan NAPZA biasanya menarik diri dari aktivitas keluarga maupun
masyarakat. Klien sering menyendiri, menghindari kontak mata langsung, sering berbohong
dan lain sebagainya.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Menurut masyarakat, NAPZA tidak baik untuk kesehatan.
b. Kegiatan ibadah : Tidak menjalankan ibadah selama menggunakan NAPZA.
2. Pembicaraan
a. Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras, gagap, membisu,
apatis dan atau lambat
b. Biasanya klien menghindari kontak mata langsung, berbohog atau memanipulasi keadaa,
bengong/linglung.
3. Aktivitas motorik
Klien biasanya menunjukkan keadaan lesu, tegang, gelisah, agitasi, Tik, grimasen, termor dan
atau komfulsif akibat penggunaan atau tidak menggunakan NAPZA
4. Alam perasaan.
Klien bisa menunjukkan ekspresi gembira berlebihan pada saat mengkonsumsi jenis
psikotropika atau mungkin gelisah pada pecandu shabu.
5. Afek
Pada umumnya, afek yang muncul adalah emosi yang tidak terkendai. Afek datar muncul
pada pecandu morfin karena mengalami penurunan kesadaran.
9
6. lnteraksi selama wawancara
Secara umum, sering menghindari kontak mata dan mudah tersingung. Pecandu amfetamin
menunjukkan perasaan curiga.
7. Persepsi.
Pada pecandu ganja dapat mengalami halusinasi pengelihatan
8. Proses pikir
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa sehingga menunjukkan
tangensial. Beberapa NAPZA menimbulkan penurunan kesadaran, sehingga klien mungkin
kehilangan asosiasi dalam berkomunikasi dan berpikir.
9. lsi pikir
11. Memori.
Golongan NAPZA yang menimbulkan penurunan kesadaran mungkin akan menunjukkan
gangguan daya ingat jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan konsentrasi. Pecandu ganja mengalami
penurunan berhitung.
10
VIII. Mekanisme Koping
Maladaptif.
X. Pengetahuan Kurang
Biasanya tentang mekanisme koping dan akibat penyalahgunaan NAPZA
11
2. Pohon Masalah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
12
Diagnosa: Resiko perilaku kekerasan
A. Pasien
Tujuan Intervensi
SP 1
jenis perilaku kekerasan yang d. Melatih memasukkan kegiatan tarik nafas dalam
SP 3
13
kekerasan dengan verbal/bicara baik-baik
b. Melatih cara verbal/bicara baik-baik
c. Melatih memasukkan kegiatan bicara baik-baik
ke dalam jadual kegiatan harian
SP 4
14
1. Diskusikan pengalaman mengucapkan
kata-kata yang mengandung semangat
menghindari zat.
Keluarga:
1. Motivasi keluarga untuk membantu
klien mampu jujur bila sugestinya
datang.
2. Diskusikan upaya keluarga
membantuklien mengurangi sugesti.
3. Bantu suasana mendukung keakraban
di rumah.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E., et all. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta:
EGC
Saddock, Benjamin J. dan Virginia A. Saddock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.
Jakarta: EGC.
journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/viewFile/1243/1148
17