Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu sistem
organ terdiri dari berbabagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam melaksanakan
kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama anatara alat-alat
tubuh yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun
atas banyak alat itu berjalan dengan harmonis (serasi), maka diperlukan adanya sistem
pengendalian atau pengatur. Sistem pengendali itu disebut sebagai sitem koordinasi
(Lita, 2006).
Tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf, sistem indera, dan sistem endokrin.
Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan
lingkungan yang merangsangnya. Semua kegiatan tubuh manusia dikendalikan dan
diatur oleh sistem saraf. Sebagai alat pengendali dan pengatur kegiatan alat-alat tubuh,
susunan saraf mempunyai kemampuan menerima rangsang dan mengirimkan pesan-
pesan rangsang atau impuls saraf ke pusat susunan saraf, dan selanjutnya memberikan
tanggapan atau reaksi terhadap rangsang tersebut (Kus Irianto, 2004).

B. Tujuan
Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada penderita Tumor Otak.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui:
a. Definisi Tumor Otak
b. Etiologi Tumor Otak
c. Klasifikasi Tumor Otak
d. Patofiologi Tumor Otak
e. Manifestasi Klinis Tumor Otak
f. Pengkajian
g. Pemeriksaan Diagnostik
h. Pencegahan Tumor Otak
i. Penatalaksanaan
j. Analisa Data
k. Diagnosa Keperawatan Prioritas
l. Rencana Asuhan Keperawatan

C. Manfaat
1. Untuk menambah wawasan
2. Untuk melatih diri agar terampil dalam menulis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang
(space occupying lesion atau space taking lision) yang timbul didalam rongga
tengkorak baik didalam kompartemen supratentotrial maupun intratetrotial.
(satyanegara)

B. Etiologi
Penyebab tumur sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun factor-faktor yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Skelerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa sel embrional (Embrionic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan disekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya
suatu radiat.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan
pada hewan.
C. Klasifikasi
1. Berdasarkan jenis tumor
- Jinak: acoustic neuroma, meningioma, pituitary adenoma,astrocytoma (gradeI)
- Malignant: astrocytoma ( grade 2,3,4) oligodendroglioma, apendymoma
2. Berdasarkan lokasi
Tumor intradural
- Ekstrmedular: cleurofibroma, meningioma
- Intramedular: oligodendroglioma, hemangioblastoma, apendymoma,
astrocytoma.

Tumor ekstradural

- merupakan mestastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal


tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung.

D. Pathway

Pertumbuhan sel otak Kangker otak/tumor


etiologi
abnormal otak

Obstruksi sirkulasi Penekanan jaringan otak Massa dalam otak


cairan serebrospinal terhadap sirkulasi darah bertambah
dari ventrike ke dan O2

hidrochepalus Penurunan suplai O2kejaringan Mengganggu spesipik bagian


otak akibat ostruksi sirkulasi otak otak tempat tumor otak

Kerusakan aliran darah Hipoksia cerebral Timbul menifestasi


klinis/gejala lokasi sesuai

Perpindahan cairan fokal tumor


Tumor di cerebellum,
intravascular kejaringan
hipotalamus fassaposterior
serebral
Peningkatan volume
intrakranial
Resiko ketidak efektipan Tubuh melakukan
verkusi jaringan otak konpensasi dengan
mempercepat pernapaan
Peningkatan TIK
Kompensasi (butuh waktu berhari –
hari sampai berbulan –bulan) dengan Ketidak efektipa prola
Kelebihan cara ; nafas
volume cairan - penurunan volume darah intracranial
- penurunan volume cairan cerebral
spinal
- penurunan kandungan cairan intra sel
kematian

Herniasi cerebral

Bergesernya ginus medialis


Tidak terkompensasi Nyeri kepala
labis temporal ke inferion
melalui insisura tentorial

Obstruksi system cerebral Stasis vena cerebral Konvensasi subkortikal &


obstruksi drainage vena batang otak
retina, tumor pada lobus
Kehilangan auto regulasi
oksipital
Subkortikal tertekan
Papil edema sebral

Suhu tubuh Iritasi pusat vegal


Kompresi syaraf optikus
meningkat dimedula oblongata
(N.III/V)

Gangguan penglihatan Ketidak efektipan


Muntah
termoregulasi
Rresiko jatuh Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhabn tubuh

E. Manisfestasi Klinis
Menurut lokasi tumor
1. Lobus frontalis : gangguan mental / gangguan keperibadian ringan :
depresi bingung,tingkah lakuaneh,sulit memberi argumentasi / menilai benar
atau tidak, hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara
2. Kontek prensentalis posterior: kelemahan / kelumpuhan pada otot – otot
wajah, lidah dan jari
3. Lobusparasentralis : kelemahan pada ekstremitas bawah
4. Lobus oksipital : kejang,gangguan penglihatan
5. Lobus temporalis : tinnitus,halusinasi, pendengaran, afasia sensorik,
kelumpuhan otot wajah
6. Lobus parietalis : hilang fungsi sensorik, kortikalis, ganggaun lokalisasi
sensorik gangguan penglihatan
7. Cerebulum : papil oedema,nyeri kepalaganggauan motorik,
hiperekstremitas sendi,hipotonia

Tanda dan gejala umum

1. Nyeri kepala berat pada pagi hari makin bertambah bila batuk atau
membungkuk
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan intra kranial: pandangan kabur, mual, muntah,
penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia
4. Perubahan kperibadian
5. Gangguan memori dan alam rasa

Trias klasik:

1. Nyeri kepala
2. Papil oedema
3. muntah

F. Pengkajian
a. Wawancara
Pada saat wawancara, tentunya yang pertama adalah pengumpulan identitas
pasien/klien yang di mulai dari nama, umur, TTL, pekerjaan, pendidikan, agama,
suku bangsa dan alamat klien.
b. Keluhan Utama
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial dan adanya
gangguan fokal, seperti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang, dan
penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji adanya keluhan nyeri kepala, mual, muntah, kejang, dan penurunan
tingkat kesadaran dengan pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau perubahan
pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan di dalam intracranial.
Keluhan perubahan perilakujuga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit,
dapat terjadi letergik, tidak responsive, dan koma.
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Kaji adanya riwayat nyeri kepala pada masa sebelumnya. Pengkajian riwayat
ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan
data dasar untuk mengkaji lebih jauh untuk memberikan tindakan selanjutnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya hubungan keluhan tumor intracranial pada generasi terdahulu.
f. Pengkajian psikososiospiritual

Pengkajian psikologis klien tumor intracranial meliputi beberapa dimensi yang


memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status
emosi, kognitif, dan prilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan
klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya, perubahan peran klien, serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah ada
dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan,
rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal,dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan


untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri
didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif. Pola penanganan stres, klien biasanya mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah karena gangguan proses berfikir dan kesulitan
berkomunikasi. Pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan
ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil, dan kelemahan/kelumpuhan
pada salah satu sisi tubuh.

g. Pemeriksaan fisik

1) B1 (Breathing)

Infeksi: pada keadaaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada


medulla oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan.

Pada klien tanpa kompresi medulla oblongata pada pengkajian inspeksi


pernapasan tidak ada kelainan. Palpitasi toraks didapatkan taktilpremitus
seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.

2) B2 (Blood)

Pada keadaan lanjut yang disebabakan adanya kompresi pada medulla


oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi
medulla oblongata pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah
biasanya normal, dan tidak ada peningkatan beart rate.

3) B3 (Brain)
Tumor intracranial serinng menyeybabkan berbagai deficit neurologis,
bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intracranial.
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian, dan papilerdema.

4) Pengkajian tingkat kesadaran.

Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar


dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat
keterjagaan klien dan respons terhadap lingkungan adalah indicator paling
sensitive untuk disfungsi system persarafan. Beberapa system digunakan
untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.

Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intracranial


biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien
sudah mengalami koma, penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat
kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuahan.

5) Pengkajian fungsi serebral.

Pengkajaian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, dan lobus


frontal.

 Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,


ekspresi wajah, dan aktivitas motoric klien. Pada klien tumor intracranial
tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.
 Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung
dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami ‘brain damage’ yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu
nyata.
 Lobus frontal. Tumor lobus frontalis memeberi gejala perubahan mental,
hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan dalam
kepribadiaan. Beberapa klien mengalami periode depresi, binguang, atau
periode ketika tingkah laku klien menjadi aneh.
Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi
argumentasi yang sulit dari perubahan dalam memberi penilaian tentang
benar dan salah. Hemiparesis disebabkan oleh tekanan pada area dan
lintasan motoric di dekat tumor. Jika area motoric terlibat, akan terjadi
epilepsy jacson dan kelemahan motoric yang jelas. Tumor yang
menyerang ujung bawah korteks prasentalis menyebabkan kelemahan pada
wajah, lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada lobules parasentralis
menyebabkan kelemahan pada kaki dan estremitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang
tidak mantap, sering menyerupai ataksia serebelum serebelum. Jika lobus
frontalis kiri atau yang dominan terkena, akan terlihat adanya afasia dan
apraksia.
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan jika
kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasita, memori, atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat
ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman,
lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan klien ini menghadapi
masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka. Masalah psikologis
lian juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh emosi oleh emosi yang
labil, bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang kerja sama.

6) Pengkajian saraf kranial.

 Saraf I. Pada klien tumor intracranial yang tidak mengalami kompresi


saraf ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
 Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagaian tertentu
dari lintasan visual.
 Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari
saraf VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma
multiformis.
 Saraf V. pada keadaaan tumor intracranial yang tidak menekan saraf
trigeminus, tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang
menekan saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral.
 Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan
otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
 Saraf VIII. Pada neuroloma didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus
temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang
mungkin diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalius atau
korteks yang berbatasan.
 Saarf IX dan X. kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan
membuka mulut.
 Saraf XI. Tidak adaatrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezieus.
 Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisidan fasikulasi.
Indra pengecapan normal.

7) Pengkajian system motoric

Keseimbangan dan koordinasi, lesi serebelum mengakibatkan gangguan


pergerakan. Gangguan ini bervariasi, bergantung pada ukuran dan lokasi
spesifik tumor dalam serebelum. Gangguan yang paling sering dijumpai yang
kurang mencolok tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan tumor
serebelum adalah hipotania (tidak adanya resistensi normal terhadap
reganagan atau perpindahan anggota tubuh dari sikap aslinya) dan
hiperekstensibilitas sendi. Gangguan dalam koordinasi berpakaian merupakan
ciri khas pada klien dengan tumor pada lobus temporalis.

8) Pengkajian reflex

Gerakan involunter: pada lesi tertentu yang memberikan tekanan pada area
fokal kortikal tertentu, biasanya menyebabkan kejang umum, terutama pada
tumor lobus oksipital.

9) Pengkajian system sesnsorik

Mungkin nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai
pada klien tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-
menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat
waktu pagi hari dan menjadi lebih oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan
tekanann intracranial, seperti membungkuk, batuk, atau mengejen pada waktu
buang air besar. Nyeri kepala sedikit berkurang jika diberi aspirin dan
kompres dingin pada tempat yang sakit. Nyeri kepala yang dihubungkan
dengan tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur peka-nyeri
dalam rongga intrakarnial.

Lokasi nyeri kepala cukup bernilai oleh karena sepertiga dari nyeri kepala
ini terjadi pada tempat tumor sedangkan dua pertiga lainnya terjadi di dekat
atau diatas tumor.

Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama pada tumor fosa posterior.
Kira-kira sepertiga lesi supratentorial menyebabkan nyeri kepala frontal. Jika
keluhan nyeri kepala yang terajdi menyeluruh maka nilai lokasinya kecil dan
pada umumnya menunjukkan pergeseran ekstensif kandungan intracranial
yang meningkatkan tekanan intracranial.

Tumor pada lobus parietalis korteks sensorik parietalis mengakibatkan


hilangnya fungsi sensorik kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
diskriminasi dua-titik, grafestesia, kesan posisi, dan stereognosis.

10) B4 (Bladder)

Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis


luas.

11) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan
pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling sering terjadi pada
anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakarnial disertai
pergeseeran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat
berupa muntah proyektil.

12) B6 (Bone)

Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori, dan


mudah lelah menyebabkan msalah pada pola aktivitas dan istirahat.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Arterigrafi atau ventricologram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisterna
2. Radiogram ; memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi
selatursika
3. ekoensefalogram; memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra
serebral
4. CT scan ; dasar dalam menentukan diagnose
5. Sidik otak radioaktif; memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat
radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
6. Elektroensefalogam (EEG) ; memberi informasi mengenai perubahan kepekaan
neuron

H. Penatalaksanaan
Penanganan yang dilakukkan tergantung dari keadaan tumor tersebut, apakah
masih bisa dioperasi (operable) ataupun in operable. Sebelum dilakukan seperti
pemeriksaan labolatorium lengkap, tes fungsi hati, ginjal, EKG, dan lain-lain.
1. Tindakan operatif dilakukan pada keadaan berikut, antara lain :
a. Emergensi, misalnya pasien dengan penurunan kesadaran.
b. Elektif (direncanakan), misalnya pada penderita tumor otak stadium dini.
2. Terapi operatif dengan radioterapi dan kemoterapi temozolomide dilakukan
pada kasus Anaplastic Oligodendroglioma (grade III). Untuk kasus Malignant
Glioma dilanjutkan dengan interstitial radioterapi/barachytherapy dengan
radioaktif Irridium192 atau lodine-125 langsung ke tumor. Stereotatic
radiotherapy dan radiosurgery (linac dan gamma knife) dilakukan hanya
terbatas pada lesi-lesi dengan diameter tidak lebih dari 3-4 cm dan sangat
potensial untuk malignant glioma yang berada jauh di dalam otak. Pada tumor
dengan metastase tunggal otak, dilakukan tindakan operatif terhadap
tumornya tetapi disertai dengan whole brain radiotherapy (WBRT) ataupun
engan stereotatic radio surgery (SRS). Selain itu, dilanjutkan lagi dengan
kemoterapi, seperti pada tumor small cell lung carcinoma, germ cell tumor
ataupun pada breast cancer.
3. Paliatif; dilakukan pasa kasus-kasus yang tidak mungkin lagi operasi.

I. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Peningkatan TIK Nyeri akut
-mengeluh nyeri

DO :
-tampak meringis Tidak terkompensasi
-bersifat protektif (mis.
waspada posisi
menghindari nyeri)
- gelisah Nyeri akut
- frekuensi nadi
meningkat
- sulit tidur
- TD meningkat
- pola napas berubah
- nafsu makan berubah
- proses berfikir
terganggu
- menarik diri
-berfokus pada diri
sendiri
- diaforesis
2 DS : Kompresi subkortikal & Deficit nutrisi
- cepat kenyang setelah batang otak
makan
- kram/nyeri abdomen
- nafsu makan Kehilangan auto regulasi
menurun serebral

DO :
- berat badan menurun
minimal 10% dibawah
rentang ideal Iritasi pusat vegal di
- bising usus hiperaktif medulla oblongata
- otot pengunyah
lemah
- otot menelan lemah Muntah
- membrane mukosa
pucat
- sariawan Deficit nutrisi
- serum albumin turun
- rambut rontok
berlebih
- diare
3 DS : Obstruksi sirkulasi cairan Hypervolemia
- ortopnea serebrospinal dari ventrikel
- dyspnea lateral ke sub arachnoid
- paroxysmal nocturnal
dyspnea
DO : Hidrocepalus
- edema anarsaka
dan/edema perifer
- berat badan Kerusakan aliran darh
meningkat dalam keotak
waktu singkat
- jugular Venous
Pressure (JVP)
dan/atau centai venous Penigkatan volume
pressure (CVP) intrakarnial
meningkat
- reflex hepatojugular
positif
- distensi vena Peningkatan TIK
jugularis
- terdengar suara nafas
tambahan hipervolemia
- hepatomegaly
- kadar Hb/Ht turun
- oliguria
- intake lebih banyak
dari output
- kongesti paru
4 DS : Tumor otak Resiko perfusi
- serebral tidak
DO : epektif
- Penekanan jaringan otak
terhadap sirkulasi darah &
O2
penurunan suplai O2
kejaringan otak akibat
obstruksi sirkulasi oatak

Hipoksia serebral

Resiko perfusi serebral


tidak epektif
DS : kompresi saraf optikus
- (N.III/IV)
DO :
-
5 Resiko jatuh
gangguan penglihatan

Resiko jatuh
6 DS : Hipoksia serebral Pola napas tidak
- dyspnea efektif
- ortopnea
Tubuh melakukan
DO : kompensasi dengan
- penggunaan otot mempercepat pernapasan
bantu pernapasan
- fase ekspirasi
memanjang
- pola napas abnormal Pola napas tidak efektif
(mis. takipnea,
bradipnea,
hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-
stroke)
- pernapasan pursed-
lip
- pernapasan cuping
hidung
- diameter thoraks
anterior –posterior
meningkat
- ventilasi semenit
menurun
- kapasitas vital
menurun
Tekanan inspirasi
menurun
- ekskursi dada
berubah
7 DS : Kompresi subkortikal & Termogulasi tidak
- dan batang otak efektif

DO :
- kulit dingin/hangat Kehilangan auto regulasi
- menggigil serebral
- suhu tubuh
fluktuatihf
- piloereksi Subkortikal tertekan
- pengisian kapiler >3
detik
- TD meningkat Suhu tubuh meningkat
- pucat
- frekuensi napas
meningkat Termogulasi tidak efektif
- takikardia
- kejang
- kulit kemerahan
- dasar kuku sianostik
8 DS : Obstruksi vena di otak Gangguan
- komunikasi verbal
DO :
-tidak mampu bicara Edema
atau mendengar
-menunjukan respon
tidak sesuai Peningkatan TIK
-afasia
-disfasia
-apraksia Bicara terganggu, afasia
-pelo
-disleksia
-disartria Gangguan komunikasi
- afonia verbal
-Gagap
- tidak ada kontak
mata
- sulit memahami
komunikasi
- sulit
mempertahankan
komunikasi
- sulit menggunakan
ekspresi wajah atau
tubuh
J. Diagnose Keperawatan

1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intra kranial


2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah,
penurunan intake makanan
3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme pengaturan di otak
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan suplai darahke
jaringan otak (tumor otak)
5. Resiko jatuh b.d gangguan penglihatan
6. Ketidakefektipanpola nafas b.d suplai O2 ke otot pernapasan
7. Ketidakefektipan termoregulasi b.d peningkatan suhu tubuh
8. Hambatan komunikasi verbal b.d kesulitan bicara

K. Rencana Asuhan Keperawatan

No Dx.Kep Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri akut Setelah dilakukan INTERVENSI
tindakana keperawatan UTAMA
diharapkan nyeri dapat
teratasi dengan KH : 1. manajemen nyeri

- Mampu mengontrol 2. pemeberian analgesik


nyeri (tahu
penyebab nyeri, Observasi :
mampu
-identifikasi skala nyeri
menggunakan teknik
nonfarmakologi
untuk menurangi -nyeri merupakan
nyeri, mencari pengalaman
bantuan) subyektif dan
- Melaporkan bahwa -identifikasi respons harus dijelaskan
nyeri berkurang nyeri non verbal oleh pasien.
dengan
menggunakan -Identifikasi
manajemen nyeri karakteristik
- Mampu mengenali nyeri dan factor
nyeri(skala, yang
intensitas, frekuensi berhubungan
dan tanda nyeri) merupakan suatu
- Mengatakan rasa hal yang amat
nyaman setelah penting untuk
nyeri berkurang memilih
intervensi yang
cocok dan untuk
mengevaluasi
Terapeutik :
keefektifan dari
-berikan teknik non terapi yang di
farmakologis (mis. berikan.
Hypnosis, aromaterapi,
akupuntur, pijat, terapi
music dll)
- tindakan ini
memungkinkan
klien untuk
-fasilitasi istirahat dan mendapatkan rasa
tidur control terhadap
nyeri
Edukasi:
- agar pasien
-jelaskan penyebab dan tetap merasa
pemicu nyeri nyaman

- hindari hal yang


dapat memicu
-jelaskan strategi munculnya atau
meredakan nyeri yang
memperberat rasa
nyeri

Kolaborasi : - agar pasien


dapat mengontrol
-kolaborasi pemberian rasa nyeri dengan
analgetik , jika perlu mandiri

- setelah teknik
nonfarmako
masih belum
cukup, maka
selanjutnya bias
INTERVENSI
dibantu dengan
TAMBAHAN
obat agar nyeri
yang dirasa
1. dukungan koping
berkurang.
keluarga

2 Deficit Setelah dilakukan INTERVENSI


nutrisi tindakan keperawatan UTAMA
diharapkan masalah
teratasi dengan KH : 1. manajemen nutrisi

- Adanya peningkatan 2. promosi berat badan


berat badan sesuai
dengan tujuan Observasi :

- berat badan ideal -identifikasi status


sesuai engan tinggi nutrisi
badan
- monitor asupan
-mampu makanan
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi

- taka da tanda-tanda Terapeutik :


malnutrisi
-fasilitasi menentukan
-menunjukkan pedoman diet (mis.
peningkatan fungsi piramida makanan)
pengecapan dari
- sajikan makanan
menelan
secara menarik dan suhu
- tidak terjadi yang sesuai
penurunan berat badan
Edukasi:
yang berarti
- anjurkan posisi duduk
jika mampu

- ajarkan diet yang di


programkan

Kolaborasi :

-kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan

INTERVENSI
PENDUKUNG

- dukungan kepatuhan
program pengobatan

3 Hipervolemi Seteelah dilakukan INTERVENSI


tindakana keperawatan UTAMA
diharapkan masalah
teratasi dengan KH : 1. manajemen
hipervolemi
- terbebas dari edema,
efusi, anasarka 2. pemantaun cairan

- bunyi napas bersih, Observasi :


tidak ada
dyspnea/ortopnea -monitor tanda-tanda
vital
- terbebasa dari distensi
vena jugularis, reflek - identifikasi tanda-
hepatojugular (+) tanda hipervolemia

-terbebas dari Terapeutik :


kelelahan, kecemasan
atau kebigungan - atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien

Edukasi:
- jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

INTERVENSI
PENDUKUNG

- dukungan kepatuhan
program pengobatan

4 Resiko Setelah dilakukan INTERVENSI


perfusi tindakana keperawatan UTAMA
serebral tidak diharapkan masalah
epektif teratasi dengan KH : - Menejemen
peningkatan tekanan
- tekanan systole dan intracranial
diastole dalam rentang - pemantauan tekanna
yabg diharapkan intrakranial

- tidak ada tanda-tanda Observasi :


peningkatan tekanan
intracranial -identifikasi penyebab
peningkatan TIK
- berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan - monitor tanda-tanda
kemampuan vital

Terapeutik :

-pertahankan sterilitas
system pemantauan

- pertahankan posisi
kepala dan leher netral

Edukasi :

- jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan

INTERVENSI
PENDUKUNG
-1. Edukasi program
pengobatan

5 Resiko jatuh Setelah dilakukan INTERVENSI


tindakana keperawatan UTAMA
diharapkan masalah
teratasi dengan KH : -Pencegahan jatuh
-Manajemen
- keseimbangan : keselamatan
kemampuan untuk lingkungan
mempertahankan
ekuilibrium Observasi :

- kejadian jatuh : tidak -identifikasi kebutuhan - agar mengetahui


ada kejadian jatuh keselamatan kemampuan yang
masih bisa
- pengetahuan : dilakukan oleh
pemahaman pasien
pencegahan jatuh
pengetahuan : -agar
keselamatan anak fisik -monitor perubahan terpantaunya
status keselamatan kemempuan yang
lingkungan masih bisa
dilakukan oleh
Terapeutik : pasien

-hilangkan bahaya - jauhi segala hal


keselamatan lingkungan yang dapat
(mis.kondisi fisik, fungsi mencederai psien
kognitif)
- dapat membantu
- sediakan alat bantu proses aktivitas
keamanan lingkungan klien
(mis.pegangan tangan)

Edukasi :
- agar keluarga
-ajarkan individu, paham dan dapat
keluarga dan kelompok membantu psien
risiko tinggi bahaya dalam melakukan
lingkungan aktivitas dan
psien dapat
mandiri
INTERVENSI
PENDUKUNG

-1.pengenalan fasilitas

6 Pola napas Setelah dilakukan INTERVENSI


tidak efektif tindakana keperawatan UTAMA
diharapkan masalah
teratasi dengan KH : - manajemen jalan
napas
- mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara - pemantauan respirasi
napas yang bersih, tidak
ada sianosis dan Observasi :
dyspnea
- monitor pola napas
- menunjukkan jalan
napas yang paten - monitor bunyi dapas
tambahan
- tanda-tanda vital
dalam rentang normal - monitor sputum

Terapeutik :

- ganti fiksasi FTT


setiap 24 jam

Edukasi:

- jelaskan pasien dan/atau


keluarga tujuan dan
prosedur
pemasangan jalan
napas buatan

Kolaborasi :

- kolaborasi intubasi
ulang jika terbentuk
mocus plug yang
tidak dapat dilakukan
penghisapan

INTERVENSI
PENDUKUNG

- 1.dukung perawatan
diri

7 Termogulasi Setelah dilakukan INTERVENSI


tidak efektif tindakana keperawatan UTAMA
diharapkan masalah
teratasi dengan KH : - regulasi temperatur

- keseimbangan antara Observasi :


produksi panas, panas
yang diterima, dan - monitor tanda-tanda
kehilangan panas vital

- temperature stabil : - monitor warna kulit


37,5-37,5 derajat
celciaous Terapeutik :

- tidak ada kejang - tingkatkan asupan


cairan nutrisi yang
adekuat

Edukasi:

- jelaskan cara
pencegahan
hiportemi karena
udara dingin

Kolaborasi :

- kolaborasi
pemebrian antipiretik

INTERVENSI
PENDUKUNG

- manajemen cairan

8 Gangguan Setelah dilakukan INTERVENSI


komunikasi tindakana keperawatan UTAMA
verbal diharapkan masalah
- Promkom :deficit
teratasi dengan KH :
bicara
- lisan, tulisan, dan - Promkom :deficit
nonverbal meningkat pendengaran
- Promkom :defisit
- gerakan terkoordinasi: visual
mampu
mengkoordinasikan Observasi :
gerakan dalam
menggunakan isyarat - identifikasi prioritas - gunakan
metode komunikasi komunikasi yang
- mampu yang digunakan mudah dilakukan
mengkomunikasikan sesuai dengan oleh pasien
kebutuhan dengan kemampuan
lingkungan sosial

- pesan harus
- identifikasi sumber
jelas, agar
pesan secara jelas
terminimalrisin
(siapa yang
dari kesalah
seharusnya
pahaman
mengatakannya)

Terapeutik :
- bantu dengan
- fasilitasi
pemeberian alat
mengungkapkan isi
tulis dan papan
pesan dengan jelas
tulisnnya untuk
menyampaikan
pesan

- mengurangi
- dukung pasien dan isolasi social dan
keluarga meningkatkan
menggunakan komunikasi yang
komunikasi efektif efektif

edukasi:

- ajarkan - memenuhi
memformulasikan kebutuhan
pesan dengan tepat komunikasi
sesuai dengan
kemampuan klien
- agar pasien
- jelaskan perlunya dapat mandiri dan
komunikasi epektif menminimalisir
ansietas

INTERVENSI
PENDUKUNG

- 1.dukung perawatan
diri
BAB III

LAPORAN KASUS

Tn A usia 55 tahun datang kepoliklinik neurologi dengan keluhan nyeri kepala terus
menerus , kadang-kadang nyeri kepala hebat sekali. Nyeri yang dirasakan pada pagi hari dan
lebih hebat saat melakukan aktivitas. Mual dan muntah yang dirasakan pada pagi hari dan
malam hari . pandangan kabur, pasien suka lupa, sulit menelan, sesak. Keluhan ini sudah
seminggu yang lalu. Pasien sudah berobat ke puskesmas tapi tidak ada perubahan sehingga
pasien di rujuk ke RS. Pasien mempunyai riwayat trauma kepala 3 tahun yang lalu dan
dirawat di RS selama 1 minggu dan pekerjaan sebagai petugas radiologi di sebuah RS. Hasil
anamnesa skala nyeri 7-8 , TD 130/90 mmhg, Nadi 110x/mnt, nafas cepas dan pendek ,
Respirasi 32x/mnt , Suhu 38 oC. Pemeriksaan system neurologi nerves ke II gangguan lapang
pandang , nerves III/IV kelumpuhan bilateral, wajah asimetris, otot wajah tertarik ke bagian
kiri. Gangguan system motoric terdapat gangguan pergerakan (keseimbangan dan
koordinasi). Hasil CT scan terlihat desitasi tinggi pada bifrontal dan adanya gambaran cicin,
mestatas tunggal otak. Pasien direncanakan operasi disertai dengan whole Brain
Radiotherapy (WBRT) atau Stereotactic Radio Surgery (SRS). Therapy valdimex 5 mg 1x1,
Dexsamethason 10 mg 3x1, paracetamol 500mg 3x1, Ranitidine 50mg 2x1, oksigen
terpasang 4lt/menit.

Kata Kunci

1. Poli Klinik Neurologi : khusus untuk gangguan system saraf

2. Petugas Radiologi : melakukan layanan kesehatan yang membantu


mendiagnosis penyakit serius.

4. Whole Brain Radiotherapy (WBRT) : radioterapi otak secara keseluruhan adalah


pilihan paliatif untuk pasien dengan metastasis otak
yang mengurangi gejala, mengurangi penggunaan
kortikosteroid yang diperlukan untuk mengendalikan
edema terkait tumor, dan berpotensi meningkatkan
kelangsungan hidup secara keseluruhan.

5. Stereotactic Radio Surgery (SRS) : menggunakan banyak sinar radiasi terfokus


tepat unruk mengobati tumor dan masalah lain di otak,
leher, paru-paru, hati dan tulang belakang, dan bagian
tubuh lainnya. Ini bukan operasi dalam arti tradisional
kaena tidak ad sayatan
Laporan Kasus

A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan :-
Agama :-
Pendidikan :-
Pekerjaan : petugas radiologi di RS
Alamat Rumah :-
Sumber Biaya :-

B. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN


Keluhan utama : Nyeri kepala
Keluhan Penyerta : Mual dan muntah yang dirasakan pada pagi hari dan
malam hari, pasien suka lupa, sulit menelan, sesak, keluhan ini sudah seminggu
yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengeluhan nyeri kepala terus menerus , kadang-kadang nyeri kepala
hebat sekali. Nyeri yang dirasakan pada pagi hari dan lebih hebat saat melakukan
aktivitas. skala nyeri 7-8 .
Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien mempunyai riwayat trauma kepala 3 tahun yang lalu dan dirawat di RS
selama 1 minggu.
Riwayat Kesehatan Keluarga : -

C. PSIKOSOSIAL & SPIRITUAL

D. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum : Skala nyeri 7-8 , TD 130/90 mmhg, Nadi 110x/mnt, nafas cepas
dan pendek , Respirasi 32x/mnt

Pemeriksaan Fisik Per System

a) Sistem Penglihatan : Pandangan kabur


b) Sistem Pendengaran :-
c) Sistem Wicara :-
d) Sistem Pernapasan : klien mengeluh sesak dan nafas cepas dan pendek ,
Respirasi 32x/m.
e) Sistem Kardiovaskuler : Nadi 110x/m
f) Sistem Neurologi : nerves ke II gangguan lapang pandang , nerves III/IV
kelumpuhan bilateral, wajah asimetris, otot wajah tertarik ke bagian kiri.
g) Sistem Pencernaan : Mual dan muntah yang dirasakan pada pagi hari dan
malam hari ada kesulitan saat menelan.
h) Sistem Imunologi :-
i) Sistem Endokrin :-
j) Sistem Uragenital :-
k) Sistem Integumen :-
l) Sistem Muskuloskeletal : -
m) Sistem Motorik : terdapat gangguan pergerakan (keseimbangan dan
koordinasi).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil CT scan terlihat desitasi tinggi pada bifrontal dan adanya gambaran cicin,
mestatas tunggal otak.
Pemeriksaan Laboratorium : -
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis : Pasien direncanakan oprasi disertai dengan whole
Brain Radiotherapy (WBRT) atau Stereotactic Radio Surgery (SRS).
Therapy :

No Nama Obat Indikasi Kontra indikasi Efek samping Dosis Frekuen


si

1  Untuk  Jangan  Efek 5 mg 1x1


Valdimex pengobatan digunakan samping
jangka pendek untuk pasien yang umum
pada yang yaitu,
ansietas/insom memiliki mengantuk,
nia (sulit tidur), riwayat ksulitan
kejang, hipersensitif koordinasi,
kecemasan, pada kelelahan,
dan kepanikan. valdimex kelemahan
 Sebagai atau otot, ataksia,
tambahan golongan dan kepala
untuk benzodiazepi terasa
menghilangk ne lainnya ringan.
an kejang  Hindari pada  Obat ini
otot rangka psien meningkatk
karena myasthenia an resiko
spasme reflex gravis, kejang jika
patologi local infusiensi digunakan
pernafasan terlalu
berat, sering pada
infusiensi pasien
hati berat, pengidap
infusiensi epilepsy
ginjal berat,
infusiensi
pulmoner
akut, kondisi
fobia dan
obsesi,
psikosis
kronik,
serangan
asma akut,
dan sleep
apnea
sindrom.
 Hindari
untuk wanita
hamil dan ibu
menyusui.

2 Dexsametha  Sebagai  Tidak boleh  Nafsu 10 mg 3x1


son antiinflamasi untuk wanita makan
atau hamil dan meningkat
imunosupresen menyusui  Berat badan
 Mengatasi bertambah
peradangan  Perubahan
 Reaksi alergi siklus
 Penyakit auto menstruasi
imun  Gangguan
tidur
 Pusing
 Kepala sakit
 Sakit perut

3 Paracetamol  Menurunkan  Jangan  Efek 500 mg 3 x 1


demam untuk gunakan samping
segala usia. untuk pasien ringan pada
Baik yang seluruh
digunakan memiliki pencernaan
dengan suhu riwayat misalnya
tubuh lebih hipersensitif mual dan
dari 38,5 atau alergi
derajat terhadap muntah.
celsious. paracetamol.
 Untuk
meredakan
sakit kepala,
sakit gigi dan
nyeri ringan
lainnya.

4 Ranitidine  Mengobati  Lansia  Kegelisahan 50 mg 2x1


ulkus lambung  Ibu hamil , depresi,
dan duodenum  Ibu menyusui halusinasi
 Mengobati  Kanker  Reaksi
masalah yang lambung alergi
disebabkan  Penyakit seperti kulit
oleh asam pada ginjal ruam, gatal
kerongkongan,  Mengonsums atau gatal-
contohnya i oabat non- gatal
GERD. steroid anti- pembengka
 Mencegah inflamasi kan wajah,
tukak lambung  Sakit paru- bibir atau
agar tidak paru lidah.
berdarah  Diabetes  Gangguan
 Mengobati  Masalah pernafasan
sakit maag dengan  Perdarahan
beserta gejala- system yang tidak
gejala yang kekebalan biasa atau
ditimbulkanny tubuh memar
a.  Porfiria akut  Muntah
(gangguan  Menguning
metabolism nya kulit
langka) atau mata
 Eeksamping
ringan,
sembelit
atau diare,
pusing, sakit
kepala,
mual.

Penatalaksanaan Keperawatan

H. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Peningkatan TIK Nyeri akut
DS :
-mengeluh nyeri

DO :
Tidak terkompensasi
- skala nyeri 7-8
- frekuensi nadi
110x/mnt
- TD 130/90 mmHg
Nyeri akut
- napas cepat dan
pendek
2 DS : Hipoksia serebral Pola napas tidak
- dyspnea efektif

DO : Tubuh melakukan
- napas cepat an kompensasi dengan
pendek mempercepat pernapasan
- nadi 110x/mnt
- respirasi 32x/mnt
- oksigen terpasang
4lt/menit. Pola napas tidak efektif

3 DS : Tumor otak Resiko perfusi


- mengeluh nyeri serebral tidak
kepala epektif
- pandangan kabur Penekanan jaringan otak
- sering lupa terhadap sirkulasi darah &
O2
DO :
- terdapat gangguan
keseimbangan penurunan suplai O2
pergerakan kejaringan otak akibat
(keseimbangan dan obstruksi sirkulasi oatak
koordinasi)
- suhu 38 derajat
celcious
Hipoksia serebral

Resiko perfusi serebral


tidak epektif
DS : kompresi saraf optikus
- mengeluh nyeri (N.III/IV)
kepala terus-menerus
4 Resiko jatuh
DO : gangguan penglihatan
- skala nyeri 7-8
- pandangan kabur
Resiko jatuh

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intra kranial
2. Ketidakefektipanpola nafas b.d suplai O2 ke otot pernapasan (Pola napas
tidak efektif. SDKI)

3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan suplai darahke


jaringan otak (tumor otak). (Resiko perfusi serebral tidak efektif. SDKI)
4. Resiko jatuh b.d gangguan penglihatan

J. IMPLEMENTASI

No Hari/tgl No Implementasi Evaluasi Paraf


DX
1 1 - melakukan S:
pemeriksaan tanda- O:
tanda vital A:
- mengobservasi P:
karakteristik nyeri,
frekuensi, intensitas
nyeri
- memberikan
lingkungan yang
nyaman
- mengajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri, yaitu
dengan relaksaki
masase
- melakukan
kolaborasi untuk
pemeberian
analegetik
2 II - menobservasi pola S:
napas O:
- memposisikan A:
semi-Fowler atau P:
Fowler
- mengobservasi
pemebrian oksigen
3 III - mengobservasi S:
penyebab O:
peningkatan TIK A:
- membantu P:
menyediakan
lingkungan yang
tenang
- pemeberian obat
paracetamol agar
suhu tubuh kembali
normal
4 IV - mengidentifikasi S:
factor risiko akan O:
jatuh dan factor A:
lingkungan yang P:
meningkatkan risiko
jatuh
- mengorientasikan
ruangan pada pasien
dan keluarga
- memastikan
lingkugan yang
aman untuk pasien
- menganjurkan
untuk berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbanganan

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil pengkajian kelompok didappatkan Adanya kesenjangan dalam teori Laporan
Pendahuluan dengan Laporan Kasus. Kesenjangan ini dilihat dari diagnose keperawatan yang
muncul. Pada teori terdapat 7 diagnose keperawatan, sedangkan pada kasus terdapat 5
diagnosa keperawatan. Kami ambil 5 diagnosa keperawatan ini berdasarkan data subjektif
dan data objektif yang mucul pada kasus. Diagnose tersebut diantaranya yaitu :

1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intra kranial


2. Ketidakefektipanpola nafas b.d suplai O2 ke otot pernapasan (Pola napas
tidak efektif. SDKI)
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan suplai darahke
jaringan otak (tumor otak). (Resiko perfusi serebral tidak efektif. SDKI)
4. Resiko jatuh b.d gangguan penglihatan

Sedangkan diagnosa pada LP :

1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intra kranial


2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah,
penurunan intake makanan
3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme pengaturan di otak
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan suplai darahke
jaringan otak (tumor otak)
5. Resiko jatuh b.d gangguan penglihatan
6. Ketidakefektipanpola nafas b.d suplai O2 ke otot pernapasan
7. Ketidakefektipan termoregulasi b.d peningkatan suhu tubuh
8. Hambatan komunikasi verbal b.d kesulitan bicara

Anda mungkin juga menyukai