PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu sistem
organ terdiri dari berbabagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam melaksanakan
kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama anatara alat-alat
tubuh yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun
atas banyak alat itu berjalan dengan harmonis (serasi), maka diperlukan adanya sistem
pengendalian atau pengatur. Sistem pengendali itu disebut sebagai sitem koordinasi
(Lita, 2006).
Tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf, sistem indera, dan sistem endokrin.
Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan
lingkungan yang merangsangnya. Semua kegiatan tubuh manusia dikendalikan dan
diatur oleh sistem saraf. Sebagai alat pengendali dan pengatur kegiatan alat-alat tubuh,
susunan saraf mempunyai kemampuan menerima rangsang dan mengirimkan pesan-
pesan rangsang atau impuls saraf ke pusat susunan saraf, dan selanjutnya memberikan
tanggapan atau reaksi terhadap rangsang tersebut (Kus Irianto, 2004).
B. Tujuan
Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada penderita Tumor Otak.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui:
a. Definisi Tumor Otak
b. Etiologi Tumor Otak
c. Klasifikasi Tumor Otak
d. Patofiologi Tumor Otak
e. Manifestasi Klinis Tumor Otak
f. Pengkajian
g. Pemeriksaan Diagnostik
h. Pencegahan Tumor Otak
i. Penatalaksanaan
j. Analisa Data
k. Diagnosa Keperawatan Prioritas
l. Rencana Asuhan Keperawatan
C. Manfaat
1. Untuk menambah wawasan
2. Untuk melatih diri agar terampil dalam menulis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang
(space occupying lesion atau space taking lision) yang timbul didalam rongga
tengkorak baik didalam kompartemen supratentotrial maupun intratetrotial.
(satyanegara)
B. Etiologi
Penyebab tumur sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun factor-faktor yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Skelerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa sel embrional (Embrionic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan disekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya
suatu radiat.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan
pada hewan.
C. Klasifikasi
1. Berdasarkan jenis tumor
- Jinak: acoustic neuroma, meningioma, pituitary adenoma,astrocytoma (gradeI)
- Malignant: astrocytoma ( grade 2,3,4) oligodendroglioma, apendymoma
2. Berdasarkan lokasi
Tumor intradural
- Ekstrmedular: cleurofibroma, meningioma
- Intramedular: oligodendroglioma, hemangioblastoma, apendymoma,
astrocytoma.
Tumor ekstradural
D. Pathway
Herniasi cerebral
E. Manisfestasi Klinis
Menurut lokasi tumor
1. Lobus frontalis : gangguan mental / gangguan keperibadian ringan :
depresi bingung,tingkah lakuaneh,sulit memberi argumentasi / menilai benar
atau tidak, hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara
2. Kontek prensentalis posterior: kelemahan / kelumpuhan pada otot – otot
wajah, lidah dan jari
3. Lobusparasentralis : kelemahan pada ekstremitas bawah
4. Lobus oksipital : kejang,gangguan penglihatan
5. Lobus temporalis : tinnitus,halusinasi, pendengaran, afasia sensorik,
kelumpuhan otot wajah
6. Lobus parietalis : hilang fungsi sensorik, kortikalis, ganggaun lokalisasi
sensorik gangguan penglihatan
7. Cerebulum : papil oedema,nyeri kepalaganggauan motorik,
hiperekstremitas sendi,hipotonia
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari makin bertambah bila batuk atau
membungkuk
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan intra kranial: pandangan kabur, mual, muntah,
penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia
4. Perubahan kperibadian
5. Gangguan memori dan alam rasa
Trias klasik:
1. Nyeri kepala
2. Papil oedema
3. muntah
F. Pengkajian
a. Wawancara
Pada saat wawancara, tentunya yang pertama adalah pengumpulan identitas
pasien/klien yang di mulai dari nama, umur, TTL, pekerjaan, pendidikan, agama,
suku bangsa dan alamat klien.
b. Keluhan Utama
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial dan adanya
gangguan fokal, seperti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang, dan
penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji adanya keluhan nyeri kepala, mual, muntah, kejang, dan penurunan
tingkat kesadaran dengan pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau perubahan
pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan di dalam intracranial.
Keluhan perubahan perilakujuga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit,
dapat terjadi letergik, tidak responsive, dan koma.
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Kaji adanya riwayat nyeri kepala pada masa sebelumnya. Pengkajian riwayat
ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan
data dasar untuk mengkaji lebih jauh untuk memberikan tindakan selanjutnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya hubungan keluhan tumor intracranial pada generasi terdahulu.
f. Pengkajian psikososiospiritual
g. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breathing)
2) B2 (Blood)
3) B3 (Brain)
Tumor intracranial serinng menyeybabkan berbagai deficit neurologis,
bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan intracranial.
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian, dan papilerdema.
8) Pengkajian reflex
Gerakan involunter: pada lesi tertentu yang memberikan tekanan pada area
fokal kortikal tertentu, biasanya menyebabkan kejang umum, terutama pada
tumor lobus oksipital.
Mungkin nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai
pada klien tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-
menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat
waktu pagi hari dan menjadi lebih oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan
tekanann intracranial, seperti membungkuk, batuk, atau mengejen pada waktu
buang air besar. Nyeri kepala sedikit berkurang jika diberi aspirin dan
kompres dingin pada tempat yang sakit. Nyeri kepala yang dihubungkan
dengan tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur peka-nyeri
dalam rongga intrakarnial.
Lokasi nyeri kepala cukup bernilai oleh karena sepertiga dari nyeri kepala
ini terjadi pada tempat tumor sedangkan dua pertiga lainnya terjadi di dekat
atau diatas tumor.
Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama pada tumor fosa posterior.
Kira-kira sepertiga lesi supratentorial menyebabkan nyeri kepala frontal. Jika
keluhan nyeri kepala yang terajdi menyeluruh maka nilai lokasinya kecil dan
pada umumnya menunjukkan pergeseran ekstensif kandungan intracranial
yang meningkatkan tekanan intracranial.
10) B4 (Bladder)
11) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan
pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling sering terjadi pada
anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakarnial disertai
pergeseeran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat
berupa muntah proyektil.
12) B6 (Bone)
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Arterigrafi atau ventricologram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisterna
2. Radiogram ; memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi
selatursika
3. ekoensefalogram; memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra
serebral
4. CT scan ; dasar dalam menentukan diagnose
5. Sidik otak radioaktif; memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat
radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
6. Elektroensefalogam (EEG) ; memberi informasi mengenai perubahan kepekaan
neuron
H. Penatalaksanaan
Penanganan yang dilakukkan tergantung dari keadaan tumor tersebut, apakah
masih bisa dioperasi (operable) ataupun in operable. Sebelum dilakukan seperti
pemeriksaan labolatorium lengkap, tes fungsi hati, ginjal, EKG, dan lain-lain.
1. Tindakan operatif dilakukan pada keadaan berikut, antara lain :
a. Emergensi, misalnya pasien dengan penurunan kesadaran.
b. Elektif (direncanakan), misalnya pada penderita tumor otak stadium dini.
2. Terapi operatif dengan radioterapi dan kemoterapi temozolomide dilakukan
pada kasus Anaplastic Oligodendroglioma (grade III). Untuk kasus Malignant
Glioma dilanjutkan dengan interstitial radioterapi/barachytherapy dengan
radioaktif Irridium192 atau lodine-125 langsung ke tumor. Stereotatic
radiotherapy dan radiosurgery (linac dan gamma knife) dilakukan hanya
terbatas pada lesi-lesi dengan diameter tidak lebih dari 3-4 cm dan sangat
potensial untuk malignant glioma yang berada jauh di dalam otak. Pada tumor
dengan metastase tunggal otak, dilakukan tindakan operatif terhadap
tumornya tetapi disertai dengan whole brain radiotherapy (WBRT) ataupun
engan stereotatic radio surgery (SRS). Selain itu, dilanjutkan lagi dengan
kemoterapi, seperti pada tumor small cell lung carcinoma, germ cell tumor
ataupun pada breast cancer.
3. Paliatif; dilakukan pasa kasus-kasus yang tidak mungkin lagi operasi.
I. Analisa Data
DO :
-tampak meringis Tidak terkompensasi
-bersifat protektif (mis.
waspada posisi
menghindari nyeri)
- gelisah Nyeri akut
- frekuensi nadi
meningkat
- sulit tidur
- TD meningkat
- pola napas berubah
- nafsu makan berubah
- proses berfikir
terganggu
- menarik diri
-berfokus pada diri
sendiri
- diaforesis
2 DS : Kompresi subkortikal & Deficit nutrisi
- cepat kenyang setelah batang otak
makan
- kram/nyeri abdomen
- nafsu makan Kehilangan auto regulasi
menurun serebral
DO :
- berat badan menurun
minimal 10% dibawah
rentang ideal Iritasi pusat vegal di
- bising usus hiperaktif medulla oblongata
- otot pengunyah
lemah
- otot menelan lemah Muntah
- membrane mukosa
pucat
- sariawan Deficit nutrisi
- serum albumin turun
- rambut rontok
berlebih
- diare
3 DS : Obstruksi sirkulasi cairan Hypervolemia
- ortopnea serebrospinal dari ventrikel
- dyspnea lateral ke sub arachnoid
- paroxysmal nocturnal
dyspnea
DO : Hidrocepalus
- edema anarsaka
dan/edema perifer
- berat badan Kerusakan aliran darh
meningkat dalam keotak
waktu singkat
- jugular Venous
Pressure (JVP)
dan/atau centai venous Penigkatan volume
pressure (CVP) intrakarnial
meningkat
- reflex hepatojugular
positif
- distensi vena Peningkatan TIK
jugularis
- terdengar suara nafas
tambahan hipervolemia
- hepatomegaly
- kadar Hb/Ht turun
- oliguria
- intake lebih banyak
dari output
- kongesti paru
4 DS : Tumor otak Resiko perfusi
- serebral tidak
DO : epektif
- Penekanan jaringan otak
terhadap sirkulasi darah &
O2
penurunan suplai O2
kejaringan otak akibat
obstruksi sirkulasi oatak
Hipoksia serebral
Resiko jatuh
6 DS : Hipoksia serebral Pola napas tidak
- dyspnea efektif
- ortopnea
Tubuh melakukan
DO : kompensasi dengan
- penggunaan otot mempercepat pernapasan
bantu pernapasan
- fase ekspirasi
memanjang
- pola napas abnormal Pola napas tidak efektif
(mis. takipnea,
bradipnea,
hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-
stroke)
- pernapasan pursed-
lip
- pernapasan cuping
hidung
- diameter thoraks
anterior –posterior
meningkat
- ventilasi semenit
menurun
- kapasitas vital
menurun
Tekanan inspirasi
menurun
- ekskursi dada
berubah
7 DS : Kompresi subkortikal & Termogulasi tidak
- dan batang otak efektif
DO :
- kulit dingin/hangat Kehilangan auto regulasi
- menggigil serebral
- suhu tubuh
fluktuatihf
- piloereksi Subkortikal tertekan
- pengisian kapiler >3
detik
- TD meningkat Suhu tubuh meningkat
- pucat
- frekuensi napas
meningkat Termogulasi tidak efektif
- takikardia
- kejang
- kulit kemerahan
- dasar kuku sianostik
8 DS : Obstruksi vena di otak Gangguan
- komunikasi verbal
DO :
-tidak mampu bicara Edema
atau mendengar
-menunjukan respon
tidak sesuai Peningkatan TIK
-afasia
-disfasia
-apraksia Bicara terganggu, afasia
-pelo
-disleksia
-disartria Gangguan komunikasi
- afonia verbal
-Gagap
- tidak ada kontak
mata
- sulit memahami
komunikasi
- sulit
mempertahankan
komunikasi
- sulit menggunakan
ekspresi wajah atau
tubuh
J. Diagnose Keperawatan
- setelah teknik
nonfarmako
masih belum
cukup, maka
selanjutnya bias
INTERVENSI
dibantu dengan
TAMBAHAN
obat agar nyeri
yang dirasa
1. dukungan koping
berkurang.
keluarga
Kolaborasi :
INTERVENSI
PENDUKUNG
- dukungan kepatuhan
program pengobatan
Edukasi:
- jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
INTERVENSI
PENDUKUNG
- dukungan kepatuhan
program pengobatan
Terapeutik :
-pertahankan sterilitas
system pemantauan
- pertahankan posisi
kepala dan leher netral
Edukasi :
INTERVENSI
PENDUKUNG
-1. Edukasi program
pengobatan
Edukasi :
- agar keluarga
-ajarkan individu, paham dan dapat
keluarga dan kelompok membantu psien
risiko tinggi bahaya dalam melakukan
lingkungan aktivitas dan
psien dapat
mandiri
INTERVENSI
PENDUKUNG
-1.pengenalan fasilitas
Terapeutik :
Edukasi:
Kolaborasi :
- kolaborasi intubasi
ulang jika terbentuk
mocus plug yang
tidak dapat dilakukan
penghisapan
INTERVENSI
PENDUKUNG
- 1.dukung perawatan
diri
Edukasi:
- jelaskan cara
pencegahan
hiportemi karena
udara dingin
Kolaborasi :
- kolaborasi
pemebrian antipiretik
INTERVENSI
PENDUKUNG
- manajemen cairan
- pesan harus
- identifikasi sumber
jelas, agar
pesan secara jelas
terminimalrisin
(siapa yang
dari kesalah
seharusnya
pahaman
mengatakannya)
Terapeutik :
- bantu dengan
- fasilitasi
pemeberian alat
mengungkapkan isi
tulis dan papan
pesan dengan jelas
tulisnnya untuk
menyampaikan
pesan
- mengurangi
- dukung pasien dan isolasi social dan
keluarga meningkatkan
menggunakan komunikasi yang
komunikasi efektif efektif
edukasi:
- ajarkan - memenuhi
memformulasikan kebutuhan
pesan dengan tepat komunikasi
sesuai dengan
kemampuan klien
- agar pasien
- jelaskan perlunya dapat mandiri dan
komunikasi epektif menminimalisir
ansietas
INTERVENSI
PENDUKUNG
- 1.dukung perawatan
diri
BAB III
LAPORAN KASUS
Tn A usia 55 tahun datang kepoliklinik neurologi dengan keluhan nyeri kepala terus
menerus , kadang-kadang nyeri kepala hebat sekali. Nyeri yang dirasakan pada pagi hari dan
lebih hebat saat melakukan aktivitas. Mual dan muntah yang dirasakan pada pagi hari dan
malam hari . pandangan kabur, pasien suka lupa, sulit menelan, sesak. Keluhan ini sudah
seminggu yang lalu. Pasien sudah berobat ke puskesmas tapi tidak ada perubahan sehingga
pasien di rujuk ke RS. Pasien mempunyai riwayat trauma kepala 3 tahun yang lalu dan
dirawat di RS selama 1 minggu dan pekerjaan sebagai petugas radiologi di sebuah RS. Hasil
anamnesa skala nyeri 7-8 , TD 130/90 mmhg, Nadi 110x/mnt, nafas cepas dan pendek ,
Respirasi 32x/mnt , Suhu 38 oC. Pemeriksaan system neurologi nerves ke II gangguan lapang
pandang , nerves III/IV kelumpuhan bilateral, wajah asimetris, otot wajah tertarik ke bagian
kiri. Gangguan system motoric terdapat gangguan pergerakan (keseimbangan dan
koordinasi). Hasil CT scan terlihat desitasi tinggi pada bifrontal dan adanya gambaran cicin,
mestatas tunggal otak. Pasien direncanakan operasi disertai dengan whole Brain
Radiotherapy (WBRT) atau Stereotactic Radio Surgery (SRS). Therapy valdimex 5 mg 1x1,
Dexsamethason 10 mg 3x1, paracetamol 500mg 3x1, Ranitidine 50mg 2x1, oksigen
terpasang 4lt/menit.
Kata Kunci
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan :-
Agama :-
Pendidikan :-
Pekerjaan : petugas radiologi di RS
Alamat Rumah :-
Sumber Biaya :-
D. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum : Skala nyeri 7-8 , TD 130/90 mmhg, Nadi 110x/mnt, nafas cepas
dan pendek , Respirasi 32x/mnt
Penatalaksanaan Keperawatan
H. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Peningkatan TIK Nyeri akut
DS :
-mengeluh nyeri
DO :
Tidak terkompensasi
- skala nyeri 7-8
- frekuensi nadi
110x/mnt
- TD 130/90 mmHg
Nyeri akut
- napas cepat dan
pendek
2 DS : Hipoksia serebral Pola napas tidak
- dyspnea efektif
DO : Tubuh melakukan
- napas cepat an kompensasi dengan
pendek mempercepat pernapasan
- nadi 110x/mnt
- respirasi 32x/mnt
- oksigen terpasang
4lt/menit. Pola napas tidak efektif
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intra kranial
2. Ketidakefektipanpola nafas b.d suplai O2 ke otot pernapasan (Pola napas
tidak efektif. SDKI)
J. IMPLEMENTASI
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pengkajian kelompok didappatkan Adanya kesenjangan dalam teori Laporan
Pendahuluan dengan Laporan Kasus. Kesenjangan ini dilihat dari diagnose keperawatan yang
muncul. Pada teori terdapat 7 diagnose keperawatan, sedangkan pada kasus terdapat 5
diagnosa keperawatan. Kami ambil 5 diagnosa keperawatan ini berdasarkan data subjektif
dan data objektif yang mucul pada kasus. Diagnose tersebut diantaranya yaitu :