Anda di halaman 1dari 25

ASKEP TEORI 13i INANIATION ( MALNUTRISI )

KELOMPOK :

ADE AJENG TIANTI 2720170035

RIMA MULYATI 2720170063

SHOHIBUL MAKKI 2720160071

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan Rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik tepat pada
waktunya . dan tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah gerontik.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.

Namun terlepas dari itu , kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jakarta, 04 mei 2020

penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstuktur lanjut
usia(aging struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk lanjut usia (lansia)nya
sebanyak 7% adalah di pulau jawa dan bali. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini
antara lain disebabkan tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di
bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat. Oleh
karenanya kebutuhan akan asuhan keperawatan meningkat terutama didaerah perkotaan
dimana lansia sekarang mayotritas berdomisili didaerah perkotaan(menkokesra,2003).
Jumlah populasi lansia yang meningkat diperkotaan mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan akan caregiver yang ditujukan kepada lansia, sehingga lansia tetap
dipertahankan untuk produktif dalam arti mandiri dan dapat memenughi kebutuhan dasar
manusia tanpa bantuan sepenuhnya, sehingga lansia juga dapat melakukan perannya di
dalam lingkungan keluarga dan sosial. Jika kebutuhan akan asuhan keperawatan tidak
terpenuhi, maka jumlah lansia yang menjadi beban negara juga semakin meningkat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu malnutrisi ?
2. Apa saja kebutuhan nutrisi pada lansia ?
3. Faktor apa saja yang mepengaruhi nutrisi pada lansia ?
4. Apa saja dampak malnutrisi pada lansia ?
5. Apa saja gangguan nutrisi pada lansia ?
6. Bagaimana status nutrisi pada lansia ?
7. Bagaimana penatalaksanaanya ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu malnutrisi
2. Mengetahui apa saja kebutuhan nutrisi pada lansia
3. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi nutrisi pada lansia
4. Mengetahui dampak malnutrisi apa saja yang terjadi pada lansia
5. Memahami gangguan nutrisi apa saja yang terjadi yang terjadi pada lansia

3
6. Memahami bagaimana ststus nutrisi pada lansia
7. Mengetahui apa saja penatalaksanaanya

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Malnutrisi adalah Suatu keadaan gizi yang buruk yang terjadi karena tidak
cukupnya asupan satu atau lebih nutrisi yang membahayakan status kesehatan
(Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC)
Gangguan gizi yang dapat terjadi karena tidak cukupnya asupan nutrient
esensial atau karena mal asimilasi. (Hincliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan,
Jakarta : EGC)
Malnutrisi adalah adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi
agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan. Gangguan
nutrisi terjadi kalau diet mengandung satu atau lebih nutrient dalam jumlah yang tidak
tepat.
B. Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
1. Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada
orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya
massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4
kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25%
berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan 
kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700
kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan
disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu
sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi
kurus.
2. Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per
hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi
ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih
tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen
(protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya
kurang efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya

5
konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa.
Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
3. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori
yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari
konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan
pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut
adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak
nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak
hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.
4. Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat
makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang
baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula
tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial),
karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan
mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh.
Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan
menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan
dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
5. Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang
mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E
umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan,
khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak
diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang
dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral
bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain.
Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin,
mineral dan serat.
6. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan
tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu

6
pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal).
Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.
C. Gangguan Sistem Pencernaan Lansia
Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolisme di
sel lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan
komposisi tubuh. Perubahan pada sistem pencernaan yaitu :
1. kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk, indera pengecap menurun akibat adanya iritasi
yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (±80%) akibat
hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis, asin,
asam, pahit. Sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75% sehingga
mengakibatkan rongga mulut menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.
2. Esofagus melebar akibat terjadinya penuaan esofagus berupa pengerasan
sfringfar bagian bawah sehingga menjadi mengendur (relaksasi) dan
mengakibatkan esofagus melebar (presbyusofagus). Keadaan ini
memperlambat pengosongan esofagus dan tidak jarang berlanjut sebagai
hernia hiatal.
3. Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah presofagus tepatnya di
daerah osofaring penyebabnya tersembunyi dalam sistem saraf sentral atau
akibat gangguan neuromuskuler seperti jumlah ganglion yang menyusut
sementara lapisan otot menebal dengan manometer akan tampak tanda
perlambatan pengosongan usofagus.
1. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun). Lapisan
lambung menipis diatas 60 tahun, sekresi HCL dan pepsin berkurang,
asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung menurun
dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun, peristaltic lemah dan
biaanya timbul konstipasi.
2. Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu). Berat total usus halus
berkurang diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada
umumnya masih dalam batas normal, kecuali kalsium (diatas 60 tahun)
dan zat besi, liver (hati) . Penurunan enzim hati yang terlibat dalam
oksidasi dan reduksi,yang menyebabkan metabolisme obat dan
detoksifikasi zat kurang efisien.

7
3. Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan
kompleks  karbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican
makanan berkurang sehingga proses menelan menjadi sukar.
4. Keluhan-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan
sebagainya, seringkali disebabkan makanan yang kurang dicerna akibat
berkurangnya fungsi kelenjar pencernaan. Juga dapat disebabkan karena
berkurangnya toleransi terhadap makanan terutama yang mengandung
lemak.
5. Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan
karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa
disebabkan karenanya banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses
menua bisa terjadi gangguan motilits otot polos esophagus, bisa juga
terjadi  refluks disease (terjadi akibat refluks isi lambung ke esophagus),
insiden ini mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia
Adanya perubahan – perubahan fisik,psikologik dan social akan berakibat pada
pemenuhan nutrisi lansia. Oleh karena lansia sebagian besar mempunyai resiko
terjadinya gangguan pemenuhan nutrisi dibandingkan dengan kelompok usia yang
lain, yang disebabkan oleh beberapa factor resiko antara lain :
1. Tinggal sendiri: seseorang yang tinggal sendiri sering tidak memperdulikan tugas
memasak untuk menyediakan makanan
2. Kelemahan fisik: akibat kelemahan fisik sehinga menyebabkan kesulitan untuk
berbelanja atau memasak, mereka tidak mampu merencanakan dan menyediakan
makanannya sendiri.
3. Kehilangan: terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk
mereka sendiri, mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makanan yang gizinya
seimbang.
4. Depresi: menyebabkan kehilangan nafsu makan, mereka tidak mau bersusah
payah berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
5. Pendapatan yang rendah: ketidak mampuan untuk membeli makanan yang cermat
untuk meningkatkan pengonsumsian makanan yang bergizi.
6. Penyakit saluran cerna: termasuk sakit gigi dan ulkus. Berkurangnya kemampuan
mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong, Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran rasa lapar menurun, asam lambung menurun, berkurangnya

8
indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam,
dan pahit, gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi, penyerapan makanan di usus menurun
7. Penyalahgunaan alkohol: penyalah gunaan alcohol mengurangi asupan kalori atau
nonkalori seperti asupan energy dengan sedikit factor nutrisi lain.
8. Obat-obatan : lansia yang mendapatkan banyak obat dibandingkan kelompok usia
lain yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan
mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.
E. Dampak Malnutrisi
Malnutrisi yang lama pada lansia akan berdampak pada kelemahan otot dan kelelahan
karena energi yang menurun. Lansia dengan mal nutrisi beresiko tinggi terhadap
terjatuh/mengalami ketidakmampuan dalam mobilisasi yang menyebabkan cedera.
Kaum manula yang mendorong kesalahan gizi dapat dibagi menjadi 3 kelompok :
a. Malnutrisi umum
Diet tidak mengandung beberapa nutrient dalam jumlah yang memadai.
b. Defisiensi nutrient tertentu
Terjadi bila suatu makanan atau kelompok makanan tertentu tidak ada
dalam diet. Contoh : defisiensi zat besi pada manula yang keadaan gigi
geliginya jelek sehingga tidak makan daging karena kesulitan mengunyah
dan konsumsi vit. C yang rendah pada manula yang terus menerus dalam
jangka waktu yang lama mengalami diet lambung.
c. Obesitas
Disebabkan oleh kebiasaan makan yang jelek sejak usia muda. Gerakan
manula yang gemuk akan menjadi lebih sulit.

F. Gangguan Nutrisi Pada Lansia


1. Obesitas
Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak yang
berlebihan, dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20% dari jumlah yang di
anjurkan untuk tinggi dan usia seseorang. Pola konsumsi yang berlebihan
terutama yang mengandung lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh. Pencetus berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung
koroner, Strok, seta Diabetes Melitus.

9
2. Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh penurunan
densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam jangka waktu yang
lama. Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada wanita dan 45 tahun pada
pria.
3. Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil yang tidak normal,
kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh yang disebabkan kurang
Fe, asam folat, B12 dan protein. Akibatnya akan cepat lelah, lesu, otot lemah,
letih, pucat, kesemutan, sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB
<8 gr/dL.
4. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di tambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makn berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
5. Kekurangan anti oksidan
Anti oksidan (banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu
menangkal efek merusak radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang
kurang dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal bebas, seperti
serangan jantung dan stroke, katarak, persendian hingga menurunnya penampilan
fisik seperti kulit menjadi keriput.Sulit buang air besar karena pergerakan usus
besar semakin lambat, makanan lambat diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang air
besar jadi jarang.
6. Kelebihan gula dan garam
1. Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada orangtua
2. Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan kolesterol
dan gula darah, karena itu sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam
G. Status Gizi Pada Usia Lanjut
1. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia
cenderung mengalami kegemukan/obesitas
2. Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya
cenderung kegemukan/obesitas
3. Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya
cenderung kegemukan/obesitas

10
4. Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan
nafsu makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi
protein yang kronis
5. Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat
(sayur, daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal
ini menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas
6. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini
mengganggu penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi
defisiensi zat-zat gizi mikro
7. Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia
menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya
anemia
8. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu
makan yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
9. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan
makanan sendiri dan menjadi kurang gizi
10. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan
menurun dan menjadi kurang gizi
11. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya
menjadi kurang gizi
12. Demensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang
dapat menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.
H. Penatalaksanaan
1. Memperhatikan kebutuhan gizi pada lansia. Kecukupan energy sehari yan
dianjurkan untuk pria berusia lebih tua atau sama dengan 60 tahun dengan
berat badan sekitar 62 kg adalah 2200 kkal sedangkan untuk perempuan
adalah 1850 kkal
2. Memperhatikan bentuk dan variasi makanan yang menarik agar tidak
membosankan (bentuk cair, bubur saring, bubur, nasi tim, nasi biasa)
3. Menambah makanan cair lain / susu bila lansia tidak bias menghabiskan
makanannya
4. Bila terdapat penyakit metabolic seperti DM, gula sederhana dihindari, bila
terdapat penyakit gagal ginjal sebaliknya dipilih asam amino yang esensial.

11
Perubahan sederhana untuk memperbaiki diet bagi manula yaitu :
1. Minum satu gelas sari buah yang murni (jangan dicampuri air ataupun gula)
2. Sarapan dengan biji-bijian utuh (misalnya havermout, beras merah) dan telur
setiap pagi
3. Mengusahakan makan daging atau ikan paling tidak sekali dalam sehari
4. Minum segelas susu pada waktu akan tidur
5. Paling sedikit makan satu porsi sayuran setiap hari.

12
BAB III
Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian Data
1. Identitas Klien
Meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, Status perkawinan, Alamat, Suku,
Agama, Pekerjaan/penghasilan, Pendidikan terakhir.
2. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Sekarang
Pada lansia mengalami masalah pada pola makan, nafsu makan berkurang, sulit
mengunyah makanan sehinngga terjadi penurunan BB pada beberapa kasus.
Selain itu klien juga sering pusing ketika ia terlalu banyak melakukan aktifitas
dan badannya terasa letih dan lemah.
 Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang pernah diderita oleh klien tetapi masih berhubungan
dengan penyakit sekarang, misalnya : gastritis, dispepsia, DM, obesitas dll.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Berisi tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga klien, baik
berhubungan dengan panyakit yang diderita oleh klien maupun penyakit
keturunan dan menular lainnya.
3. Pemeriksaan Fisik
 Pengkajian kebutuhan dasar
Kaji bagaimana pemenuhan kebutuhan dasar klien meliputi : makan,
pola tidur, BAB, BAK dan personal hygine.
 Kemandirian dalam melakuakan aktifitas
Kaji kemandirian klien dalam melakukan aktifitas apakah mandiri,
membutuhkan bantuan sebagian atau membutuhkan bantuan
sepenuhnya. Pada beberapa lansia biasanya mengalami intoleransi
aktifitas atau kegiatan fisik yang dilakukan kurang.
 Pengkajian keseimbangan
Menurut Tinenti dan Ginter (1998) ada beberapa pengkajian
keseimbangan untuk
klien lansia yaitu :

13
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Instruksi :
Dudukkan klien pada kursi beralas keras dan tanpa penahan tangan,
ujilah hal-hal dibawah ini :
Keseimbangan saat duduk
1) Bersandar atau bertumpu pada kursi =0
2) Mantap, aman =1
Skor (0)
1. Bangkit berdiri
1) Tidak stabil bila tanpa bantuan =1
2) Mampu berdiri menggunakan kedua tangan untuk
sokongan =1
3) Mampu berdiri tanpa dibantu sokongan lengan sendiri =2
Skor (1)
2. Upaya untuk bangkit berdiri
1) Tidak mampu tahan lama =0
2) Mampu untuk melakukan tetapi membutuhkan upaya
lebih satu kali =1
3) Mampu bangkit berdiri dengan satu kali upaya =2
Skor (2)
3. Keseimbangan setelah tiba-tiba berdiri (5 detik pertama)
1) Tidak tetap (bergoyang, menggerakkan kaki) =0
2) Tetap stabil namun menggunakan tongkat atau penyokong
lainnya =1
3) Tetap stabil tanpa menggunakan tongkat atau penyokong
lainnya=2
Skor (2)
4. Keseimbangan saat berdiri
1) Tidak stabil =0
2) Tetap stabil namun dengan kedudukan kaki yang lebar
atau menggunakan alat bantu =1
3) Kedudukan kaki yang sempit dan tidak memerlukan alat
penyokong =2
Skor (2)

14
1. Pertahankan akan keseimbangan diri (kaki pasien berposisi
serapat mungkin dan dorong lembut area sternum sebanyak
3 kali)
1) Mulai terjatuh =0
2) Bergoyang dan menggapai-gapai namun akhirnya
mendapat keseimbangan =1
3) Tetap stabil =2
Skor (2)
2. Mata tertutup (dengan posisi sama dengan nomor 6)
1) Tidak stabil =0
2) Stabil =1
Skor (1)
3. Upaya untuk duduk
1) Tidak aman (salah pikiran mengenai jauhnya jarak
atau terjatuh ke atas kursi) =0
2) Mempergunakan tangan=1
3) Gerakan yang halus serta aman =2
Skor (1)
b. Komponen gaya jalan atau gerakan
Instruksi :
Pasien berdiri bersama dengan pasien kemudian berjalan dalam
lorong atau menyebrangi ruangan, pertama dengan irama yang
perlahan kemudian pada saat balik dengan irama yang cepat.
Dapat digunakan tongkat bila pasien biasanya menggunakannya.
Ayunan kaki kanan
a. Permulaan gaya berjalan
1) Terdapat keraguan atau beberapa gaya untuk
memulainya =0
2) Tidak ada keraguan =1
Skor : 0
b. Panjangnya langkah dan tinggi tubuh pasien
1) Tidak dapat melewati kaki kiri saat melangkah =0
2) Ayunan langkah melewati kaki kiri =1
3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0

15
4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1
Skor : 1
Ayunan kaki kiri
1) Tidak dapat melewati kaki kanan saat melangkah =0
2) Ayunan langkah melewati kaki kanan =1
3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0
4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1
Skor : 2
c. Kesimetrisan langkah
1) Langkah kaki kiri dan kanan tidak sebanding =0
2) Langkah kaki kiri dan kanan seimbang =1
Skor : 1
d. Keberlanjutan langkah
1) Berhenti atau tidak dapat melanjutkan langkah berikutnya =0
2) Langkah-langkah yang diayunkan tampak
berkesimbungan =1
Skor : 1
e. Jalur berjalan
1) Ada penyimpangan =0
2) Penyimpangan langkah ringan atau menengah atau
klien menggunakan tongkat penyokong =1
3) Berjalan lurus tanpa adanya alat bantu =2
Skor : 2

f. Bagian torso tubuh


1) Adanya gerakan mengayun atau klien menggunakan
alat penyokong =0
2) Tidak terjadi gerakan mengayun namun terjadi fleksi
lutut atau perentangan saat berjalan =0
3) Tidak terjadi gerakan mengayun, penggunaan lengan
atau alat sokong =2
Skor : 0
g. Pertahankan keseimbangan saat berjalan
1) Tumit-tumit terpisah =0

16
2) Tumit-tumit hampir bersentuhan saat berjalan =1
Skor : 0
Total Skor : 19
Interprestasi hasil :
0-8= Resiko jatuh tinggi
9-18= Resiko jatuh sedang
19-22= Resiko jatuh rendah
Kesimpulan : Resiko Jatuh sedang
 Tanda-tanda Vital
TD, Nadi, Suhu, RR , TB, pada klien lansia BB : Biasanya terjadi perubahan
berat badan. Difokuskan pada kehilangan atau pertambahan berat badan saat ini
 Pemeriksaan Per Sistem

a. Sistem Pernafasan
Anamnesa : pada beberapa lansia biasanya ada yang memiliki gangguan pada
sistem pernafasan seperti asma, batuk, dll.
Hidung
Inspeksi : ada/tidak ada pernafasan cuping hidung, ada/tidak ada
secret/ingus, ada/tidak ada pemberian O2 melalui nasal/masker.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada fraktur tulang nasal
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir pucat dan kering/lembab, ada/tidak menggunakan alat
bantu nafas ETT
Leher
Inspeksi : bentuk leher normal dan simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada pembesaran kalenjer
tiroid
Faring
Inspeksi : tidak ada kemerahan dan tanda-tanda infeksi/oedem
Area Dada
Inspeksi :ada/ tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, pergerakan dada
simetris, bentuk dada normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan pada dinding thorax.
Perkusi : bunyi paru sonor pada seluruh lapang paru.

17
Auskultasi : suara nafas vesikuler
b. Kardiovaskuler Dan Limfe 
Anamnesa :
Wajah
Inspeksi : pucat dan konjungtiva anemis
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris
Palpasi : tidak ada pembesaran ictus cordis
Perkusi : adanya bunyi redup pada batas jantung dan tidak terjadi pelebaran
atau pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal
Ekstermitas atas
Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
Ekstermitas bawah
Inspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan clubbing finger
Palpasi : suhu akral hangat
c. Persyarafan
Anamnesa : pada beberapa lansia biasanya mengalami gangguan pada uji nervus
olfakturius, akustikus dan vagus.
d. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa : Pada lansia dengan DM biasanya akan mengalami poliuria
e. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : pada lansia biasanya nafsu makan menurun, pola makan tidak
teratur, porsi makan dan minum tidak sesuai, mual muntah, distensi, disfagia,
gangguan defekasi (konstipasi), pola BAB tidak teratur dan perubahan berat badan
(penurunan/pertambahan)
Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir pucat dan kering/lembab, jumlah gigi sudah tidak lengkap
(ompong), kerusakan pada gigi, karises dan radang pada gusi.
Palpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,

18
Lidah
Inspeksi : Bentuk simetris, ada/tidak stomatitis
Palpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan dan edema.
Abdomen
Inspeksi : ada/tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi abdomen).
Auakultasi : peristaltic usus
Perkusi : hipertympani/timpani
Palpasi
Kuadran I
Hepar ada/tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekan
Kuadran II
Gaster ada/tidak ada nyeri tekan abdomen dan ada/ tidak terdapat distensi
abdomen
Kuadran III
Tidak ada massa dan nyeri tekan
Kuadran IV
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney
f. Sistem Muskuloskeletal Dan Integumen
Anamnesa : intoleransi aktifitas, pada beberapa lansi biasanya bentuk tulang
belakang lordosis/skoliosis
Warna Kulit
Tidak elastis dan turgor kulit menurun (kering)
g. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Anamnesa : Pada lansia dengan DM terdapat riwayat
(3P:poliuri,polifagia,polidipsia), lemah, kesulitan menelan, perubahan BB.
Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala normal, tampak pada rambut sudah mengalami
penurunan fungsi pigmentasi (rambut beruban), rambut kepala mulai jarang
(mengalami kerontokan).
Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris.
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tyyroid, dan tidak ada nyeri tekan.
h. Persepsi Sensori
Anamnesa : pada lansia biasanya mengalami gangguan penglihatan, penurunan

19
pendengaran, mata berkunang-kunang.
Mata
Inspeksi : kekeruhan pada lensa
Palpasi : ada/tidak ada nyeri dan ada/ tidak ada pembengkakan kelopak mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi : ada/tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik:
1) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
2) Bising usus hiperaktif
3) Cepat kenyang setelah makan
4) Diare
5) Gangguan sensasi rasa
6) Kehilangan rambut berlebihan
7) Kelemahan otot pengunyah
8) Kelemahan otot untuk menelan
9) Kerapuhan kapiler
10) Kesalahan informasi
11) Kesalahan persepsi
12) Ketidakmampuan memakan makanan
13) Kram abdomen
14) Kurang informasi
15) Kurang minat pada makanan
16) Membran mukosa pucat
17) Nyeri abdomen
18) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
19) Sariawan rongga mulut
20) Tonus otot menurun

Faktor yang berhubungan:


1) Faktor biologis

20
2) Faktor ekonomi
3) Gangguan psikososial
4) Ketidakmampuan makan
5) Ketidakmampuan mencerna makanan
6) Ketidakmampuan mengabsorpsi makanan
7) Kurang asupan makanan

(NANDA International, 2015)

b. Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh


Definisi: Intake nutrisi melebihi kebutuhan metabolik tubuh.
Batasan Karakterisitik:
1) Lipatan kulit tricep lebih dari 25 mm untuk wanita dan 15 mm untuk pria
2) BB diatas 20 % diatas tubuh ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh ideal
3) Makan dengan respon eksternal (misalnya: situasi sosial, sepanjang hari)
4) Dilaporkan atau diobservasi adanya disfungsi pola makan (misalnya:
memasangkan makanan dengan aktivitas yang lain)
5) Tingkat aktivitas yang menetap
6) Konsentrasi intake makanan yang menjelang malam
Faktor yang berhubungan:
Intake yang berlebihan dalam hubungannya dengan kebutuhan metabolisme
tubuh.

(NANDA International, 2010)

III. INTERVENSI

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kriteria hasil :

1. Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu

2. Peningkatan status nutrisi

Rencana tindakan :

1. Kaji status nutrisi klien meliputi ABCD, tanda-tanda vital, sensori, dan
bising usus

21
Rasional : membantu mengkaji keadaan pasien

2. Siapkan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup,


berikan sedikit tapi sering

Rasional : meningkatkan selera makan dan intake makanan

3. Bantu klien makan jika tidak mampu

Rasional : memastikan klien memakan makananya

4. Ukur intake makanan jika tidak mampu

Rasional : observasi kebutuhan nutrisi

5. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang banyak mengandung gas

Rasional : meningkatkan rasa nyaman

6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat bagi pasien

Rasional : diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi pasien

7. Monitor hasil lab, seperti glukosa, elektrolit, albumin, hemoglobin,


kolaborasi dengan dokter

Rasional : Monitor status nutrisi

b. Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh

Kriteria Hasil:
1) Teridentifikasi kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol
2) Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang
3) Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan

(Tarwoto & Wartonah, 2006)

Rencana Tindakan (Tarwoto & Wartonah, 2006):


1. Lakukan pengkajian kembali pola makan pasien

Rasional : Informasi dasar untuk perencanaan awal dan validasi data

2. Ukur intake makanan dalam 24 jam

Rasional :Mengetahui jumlah kalori yang masuk

22
3. Buat program latihan untuk olahraga

Rasional : Meningkatkan kebutuhan energi

4. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang banyak mengandung


lemak

Rasional : Makanan berlemak banyak menghasilkan energi

5. Berikan pengetahuan kesehatan tentang:

a. Program diet yang benar

b. Akibat yang mungkin timbul akibat kelebihan berat badan

Rasional : Menambah informasi dan mengurangi komplikasi

6. Kolaborasi dengan ahli diet yang tepat

Rasional : Menentukan makanan yang sesuai dengan pasien

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia Lanjut Usia (MANULA) adalah manusia yang sedang mengalami proses menua
atau menjadi tua yaitu suatu proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk dan
figur tubuh yang tidak proporsional.

Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada kesehatan lansia. Faktor-
faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia adalah
menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan kolesistokinin
yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan peningkatan rasa kenyang. Proses
penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu proses penyerapan vitamin pada berbagai
tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan terakhir mengindikasikan bahwa lansia
mengalami defisiensi vitamin B12, vitamin D dan asam folat.

Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi, meskipun
tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan , bahkan sebaliknya sudah terjadi involusi
dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi
disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

www.google.co.id

www.wikipedia.co.id

www.scribd.com

Asuhan keperawatan lanjut usia

25

Anda mungkin juga menyukai