Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja diartikan sebagai masa dimana terjadi proses peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa. Selain kematangan fisik dan seksual,
remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian sosial, ekonomi,
membangun identitas diri, serta kemampuan bernegosiasi (WHO, 2015).
Sedangkan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, menyatakan rentang usia disaat remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah. WHO menjelaskan jumlah kelompok remaja di dunia saat
ini mencapai 1,2 Milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia. Jumlah
kelompok remaja di Indonesia menurut Sensus Penduduk (2010) sebanyak
43,55 juta jiwa atau sekitar 18%. Badan Pusat Statistik (2010) menunjukkan
bahwa jumlah kelompok umur remaja di indonesia berkisar 43,55 juta jiwa.
Remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar
sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Selain itu perkembangan
emosi remaja juga dipengaruhi beberapa faktor, yaitu perubahan jasmani,
perubahan pola interaksi dengan orangtua, perubahan interaksi dengan
teman sebaya, perubahan pandangan luar, perubahan interaksi dengan
sekolah (Ali, 2010). Kemampuan berpikir remaja yang sedang berkembang,
membuat cakrawala kognitif yang baru. Tahap perkembangan remaja dalam
proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan
remaja seperti remaja awal (early adolescence), remaja madya (middle
adolescence), dan remaja akhir (late adolescence). Pertumbuhan dan
perkembangan remaja meliputi biologis, kognitif dan sosio emosional.
Tugas perkembangan remaja yaitu memfokuskan pada bagaimana
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan menjadi perilaku dan
sikap dewasa (Sarwono,2012).
Saat remaja, banyak anak remaja yang tidak disiplin tentang
tanggung jawab terutama dalam belajar. Menurut Ariefianai (2013)
memperoleh data tentang kedisiplinan remaja, yaitu dari 64 orang siswa

1
FIKes UIA 2020
2

dapat disimpulkan 29 orang (45,3%) menunjukkan dikategori rendah untuk


ketepatan waktu, 29 orang (49,3%) menunjukkan dikategori sedang untuk
ketaatan pada aturan sekolah, dan 29 orang (45,3%) menunjukkan
dikategori rendah untuk ketanggung jawaban. Menurut Wibowo (2012)
yang mengatakan karakter orang Indonesia itu masih sangat buram, salah
satunya adalah kedisiplinan. Menurut Amri (2013) untuk membentuk
generasi bangsa yang mempunyai kedisiplinan yang tinggi, kita perlu
memulainya dari sekolah. Dengan adanya disiplin di sekolah, dapat melatih
dan membentuk kepribadian siswa yang selalu mematuhi aturan yang
berlaku, hal ini sesuai dengan pernyataan.
Berdasarkan fenomena diatas, belajar tidak asing lagi bagi manusia,
terutama bagi seorang anak. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap
jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang
dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah
atau keluarga sendiri (Muhibbinsyah, 2010).
Peran orang tua disini sangat penting karena orang tua merupakan
pendidik yang pertama dan utama, disamping itu orang tua harus memberi
contoh dan perilaku baik agar anak dapat meniru kebaikan dari orang tuanya
( Permono, 2013). Peran orang tua dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak sangat penting, salah satunya mengajarkan cara berbahasa
dalam pergaulan sehari-hari kepada anak (Handaya, 2016). Anak-anak dan
remaja pada masa sekarang perlu mendapatkan perhatian dan bimbingan
yang penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya dan orang-orang dewasa
lainnya dalam rumah tangga, agar mereka dapat mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang terarah kepada kebahagiaannya antara lain dalam
bidang proses belajar. Tidaklah tepat jika kita membiarkan tanpa
pengarahan yang tepat atau menyerahkan seutuhnya kepada bapak dan ibu
guru di sekolah, sebab disamping waktu yang sangat terbatas juga perhatian
dan kasih sayang yang tulus seperti yang didapatkan dari ayah dan ibu.

FIKes UIA 2020


3

Ada 4 gaya pola asuh orang tua terhadap anaknya yaitu authoritative
(demokrasi) dengan mendorong remaja untuk mandiri namun masih
membatasi dan mengendalikan aksi-aksi mereka. Kedua authoritarium
(otorirer) pola asuh ini bersifat menghukum dan membatasi dimana orang
tua sangat memaksakan remaja mengikuti dan menghormati usaha-usaha
yang dilakukan oleh orang tuanya. Ketiga adalah permissive (mengabaikan)
gaya pengasuhan orang tua dimana orangtua memberikan kebebasan penuh
kepada anaknya. Dan keempat adalah pola asuh overprotected gaya
pengasuhan ini menonjolkan perlindungan berlebihan, meinmbulkan
kekhawatiran yang menyebabkan penjagaan yang berlebihan (Fathi, 2015).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan april
2020 di RW 06, Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta
Timur, peneliti melibatkan 10 orangtua yang memiliki anak usia remaja dan
10 anak usia remaja diwilayah tersebut. Hasilnya 8 dari 10 orangtua
mengatakan anaknya tidak disiplin dalam belajar mulai dari beberapa faktor
seperti bermain sampai lupa waktu, bermain game, pacaran, dan beberapa
kali bermain hingga larut malam. Namun orang tua tersebut mengatakan
bahwa pola asuh yang diberikan sudah baik dan mengatakan hal diatas
tersebut adalah hal yang wajar. Dan wawancara dari remaja tersebut, 7 dari
10 remaja mengatakan belajar kalau diberikan tugas saja dan lebih
mengutamakan bermain game, bermain bersama teman hingga larut malam,
pacarana. Remaja mengatakan hal itu adalah hal yang wajar dan tidak ada
masalah dan senang menjalankan hal tersebut karena orang tua merekapun
tidak menegur.
Berdasarkan fenomena yang ada, maka peneliti tertarik untuk
melihat apakah perilaku remaja khususnya yang berkaitan dengan
kedisplinan belajar ada kaitannya dengan pola asuh yang diterapkan oleh
orang tua, pola asuh orangtua terutama ibu merupakan faktor penting yang
mampu mempengaruhi kemandirian dan pembentukan sikap anak dalam
bersosialisasi maupun kebertanggung jawabannya terhadap tugas tugas yang
seharusnya dilaksanakan terutama bertanggung jawab kepada sang pencipta,
seperti belajar dengan tekun, sholat 5 waktu, serta sikap dalam menjalankan

FIKes UIA 2020


4

kehidupan lainnya. Latar belakang pola asuh keluarga satu dan yang lainnya
berbeda beda pasti akan membentuk pola asuh yang berbeda, maka dari itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pola Asuh
Orangtua Dengan Kedisplinan Belajar Pada Anak Usia Remaja di RW 06
Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, hasil dari wawancara
dengan orang tua remaja dan remaja tersebut, peneliti melakukan
wawancara di RW 06 Kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit,
Jakarta Timur.
1. Hasil wawancara dengan 10 orang tua yang memiliki anak usia remaja,
80% orang tua mengatakan anaknya tidak disiplin dalam belajar mulai
dari beberapa faktor seperti bermain sampai lupa waktu, bermain game,
pacaran, dan beberapa kali bermain hingga larut malam. Namun orang
tua tersebut mengatakan bahwa pola asuh yang diberikan sudah baik
dan mengatakan hal seperti bermain sampai lupa waktu, bermain game,
pacaran, dan beberapa kali bermain hingga larut malam adalah hal yang
wajar.
2. Peneliti melakukan wawancara dengan 10 remaja diwilayah tersebut
dan hasilnya 70% remaja mengatakan belajar kalau diberikan tugas dan
lebih mengutamakan bermain game, bermain Bersama teman hingga
larut malam, pacaran dan remaja mengatakan hal itu adalah hal yang
wajar dan tidak ada masalah dan senang menjalankan hal tersebut
karena orang tua merekapun tidak menegur.
3. Hasil observasi diwilayah tersebut remaja sering kali terlihat berkumpul
sampai pukul 24.00 WIB hingga menjelang subuh tanpa memikirkan
pendidikannya, tidak terlihat hal positif, remaja hanya bermain game,
bercanda-canda hanya mementingkan kesenangannya saja. Orang tua
yang melihat hal tersebut pun tidak menegur dan membiarkannya.

FIKes UIA 2020


5

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka peneliti dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran pola asuh orangtua pada anak usia remaja di RW
06 Malaka Jaya?
2. Bagaimana gambaran kedisiplinan belajar pada anak usia remaja di RW
06 Malaka Jaya?
3. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kedisiplinan
belajar pada anak usia remaja di RW 06 Malaka Jaya?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kedisiplinan
dalam belajar pada anak usia remaja di RW 06 Kelurahan Malaka Jaya,
Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui gambaran pola asuh orang tua pada anak usia remaja di
RW 06 Malaka Jaya.
b) Mengetahui kedisiplinan belajar pada anak usia remaja di RW 06
Malaka Jaya.
c) Menganalisis hubungan antara pola asuh orangtua dengan
kedisiplinan belajar anak usia remaja di RW 06 Malaka Jaya.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
dijadikan bahan masukan bagi orang tua dalam memberikan pola asuh
yang baik dan lebih paham lagi dalam mencegah terjadinya anak susah
dalam belajar.

FIKes UIA 2020


6

2. Manfaat Penelitian
a) Masyarakat
Sebagai materi untuk memberikan edukasi melalui
penyuluhan tentang pentingnya pola asuh orangtua terhadap
kedisiplin dalam belajar anak untuk menjadi pedoman bekal untuk
masa depan anak tersebut
b) Institusi Pendidikan
Sebagai acuan dalam memberikan edukasi bagi mahasiswa
ketika melakukan praktek lapangan dengan keluarga yang
memiliki anak usia remaja dan harus memahami tentang pola asuh
orangtua yang baik dan benar tentang kedisiplinan dalam belajar.
c) Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau
bahan rujukan untuk peneliti selanjutnya yang lebih besar dan
bermanfaat bagi kemajuan keperawatan khususnya di Indonesia.

FIKes UIA 2020

Anda mungkin juga menyukai