Di Susun Oleh:
Mungkin pada makalah yang penyusun buat masih jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu penyusun mohon maaf dan tentu saja saran dan masukan dari pembaca sangat penyusun
perlukan, guna membarikan penyusun motivasi sehingga kedepannya, agar penyusun dapat
membuat makalah yang lebih baik dari yang sekarang. Penyusun menyucapkan terima kasih
kepada Dosen serta kepada teman-teman yang memberikan masukan dan saran yang sangat
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil proyeksi penduduk 2010-2035, Indonesia akan memasuki periode lansia , 10%
penduduk akan berusia 60 tahun ke atas. Adapaun sebaran penduduk lansia tertinggi adalah
di DI Yogyakarta dengan persentase 13,4% (Info Datin Kemenkes RI , 2016). Banyaknya
jumlah lansia di Yogyakarta tentunya banyak juga permasalahan yang ditemukan pada lanisa
tersebut akibat dari proses penuaan yang dialami.
Perubahan fungsi fisiologis biasanya dialami oleh lansia. Perubahan fungsi fisiologis
ini antara lain penurunan kekuatan otot, kontraksi otot, elastisitas otot, fleksibilitas otot,
kecepatan gerak dan waktu reaksi gerakan yang lambat. Keadaan yang seperti ini
mengakibatkan penurunan keseimbangan pada lansia. Penurunan keseimbangan yang
dialami oleh lansia mengakibatkan beberapa risiko antara lain ketidakpercayaan diri lansia
dalam beraktivitas mengakibatkan intoleransi aktivitas pada lansia, risiko jatuh, cidera
kepala, cidera muskuloskeletal dan beberapa kecelakaan yang diakibatkan oleh jatuh.
Berdasarkan survei di Amerika Serikat, sekitar 30% lansia umur lebih dari 65 tahun
jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang (Annafisah dkk,
2013). Penurunan keseimbangan pada orang tua dapat diperbaiki dengan berbagai latihan
keseimbangan. Komponen keseimbangan dalam latihan akan menurunkan insisdensi jatuh
pada lanjut usia sebesar 17%. (Darmojo dalam Annafisah dkk , 2013).
Salah satu latihan keseimbangan yang dapat dilakukan adalah balance exesice.
Balance exercise merupakan aktivitas fisik yang dilakukan untuk meningkatkan kestabilan
tubuh dengan meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah. (Nyman dalam Masitoh,
2013). Balance exercise dilakukan dalam 3 kali dalam seminggu selama 5 minggu adalah
frekuensi yang optimal, dan dapat meningkatkan keseimbangan postural lansia dan mencegah
timbulnya jatuh (Skelton dalam Masitoh, 2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimanakah
penerapan balance exercise pada lansia dengan gangguan keseimbangan ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Menerapkan balance exercise pada lansia dengan gangguan keseimbangan tubuh.
2. Tujuan khusus
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Lansia
1. Pengertian lansia
Lansia adalah tahapan dimana individu ada pada usia tertentu, yang dikategorikan sebagai
berikut: lansia awal (young old) antara 65 sampai 74 tahun, lansia pertengahan (middle old)
antara 75 sampai 84 tahun dan lansia akhir ( oldold) 85 tahun atau lebih (Miller, 2012).
2. Klasifikasi Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2006), lanjut usia meliputi:
3. Tipe Lansia
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari pekerjaan,
bergaul dengan teman dan memenuhi undangan
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan
apa saja
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tidak
acuh
Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago, dan
jaringan pengikat mengalami perubahan bentangan cross linking yang tidak
teratur.Bentangan yang tidak teratur dan hubungan penurunan hubungan tarikan linier
pada jaringan kolagen merupakan salah satu alas an penuruna mobilitas pada jaringan
tubuh.Setelah kolagen mencapai puncak fungsi dan daya mekaniknya karena penuaan,
tensile streght dan kekakuan dari kolagen menurun menyebabkan fleksibilitas pada
lansia sehingga menimbulkan nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan
kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok, dan berjalan, dan
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2) Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi sehingga
permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi cenderung kearah progresif. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif dan
rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu
berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan, kekakuan,
nyeri, keterbatasan gerak, dan terganggunya aktivitas sehari-hari.
3) Tulang
4) Otot
Perubahan morfologis otot terjadi penurunan jumlah serabut otot, atrofi beberapa
serabut otot dan fibril menjadi tidak teratur, dan hipertropi pada beberapa serabut otot
yang lain, berkurangnya 30% masa otot, peningkatan jaringan lemak dan penghubung,
degenerasi myofibril. Dampak perubahan morfologis tersebut penurunan kekuatan
otot, penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi, dan penurunan kemampuan
fungsional otot. Kekuatan, ketahanan dan koordinasi otot akan mengalami penurunan.
Kekuatan otot akan menurun secara bertahap, dan pada usia 80 tahun penurunan
kekuatan otot sekitar 30%-50%, terutama terjadi pada ekstremitas bawah (Miller,
2012).
5) Sendi
Jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament, dan fasia mengalami penurunan
elastisitas dan daya lentur. Terjadi degenerasi, erosi, dan kalsifikasi pada kartilago dan
kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak
sendi. Kelainan akibat perubahan sendi, antara lain; osteoarthritis, arthritis
rheumatoid, Gout, dan pseudogout. Kelainan tersebut menimbulkan gangguan berupa
bengkak, nyeri, kekauan sendi, keterbatasan ruang gerak sendi, gangguan jalan, dan
keterbatasan aktivitas.
1. Definisi Keseimbangan
3. Pengelompokan Keseimbangan
Tes klinis yang banyak digunakan untuk mengukur kemampuan keseimbangan statis
dan dinamis seseorang yang terdiri dari 14 perintah yang dinilai dengan menggunakan
skala ordinal (Langley & Mackintosh, 2007).
2). Tujuan
Untuk mengukur keseimbangan baik secara statis maupun
dinamis pada lansia dan menentukan risiko jatuh pada lansia
(rendah, sedang, atau tinggi)
3). Interpretasi hasil
Rentang nilai 0-4, dimana 0 berarti lansia tidak mampu
melakukan dan 4 berarti lansia mampu melakukan tanpa
bantuan. Skor maksimum adalah 56. Dengan hasil untuk nilai
0-20 resiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat bantu
jalan berupa kursi roda, nilai 21-40 resiko jatuh sedang dan
perlu menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat kruk dan
walker dan nilai 41-56 resiko jatuh rendah dan tidak
memerlukan alat bantu.
4). Alat dan bahan yang digunakan
a). Stopwatch atau jam tangan
b). Penggaris atau penanda dengan penanda 5 cm, 12,5 cm, dan
25 cm
c). Kursi dengan penyangga lengan dan kursi tanpa penyangga
lengan.
d). Objek untuk diambil dari lantai
e). Blok injakan kaki (step tool)
f). Form penilaian Berg balance scale waktu tes dilakukan 15
– 20 menit.
5). Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran ini
a). Hitung tanda-tanda vital untuk mengetahui tekanan darah.
Apabila tekanan darah tinggi tidak boleh dilakukan
penilaian Berg Balance Scale
b). Tanyakan apakah lansia merasa pusing. Apabila lansia
merasa pusing, penilaian ini tidak bisa dilakukan.
c). Tes dilakukan pada lingkungan yang aman. Klien harus
sadar dan mampu mengerti perintah yang diberikan. Tes
bisa dihentikan jika lansia merasa pusing atau tidak kuat
d). Prinsip tindakan ini dimulai dari gerakan yang paling
mudah.
e). Dokumentasikan nama, tanggal, waktu, jam dan respon
lansia
Para peneliti menyatakan bahwa Berg balance scale adalah alat yang
terbaik untuk memprediksi resiko jatuh pada lansia (Vincent, 2007).
Indikator Berg Balance Scale berdasar Canadian centre for activity
and aging tahun 2007 adalah sebagai berikut :
1) Duduk ke berdiri
Instruksi: tolong berdiri, cobalah untuk tidak menggunakan
tangan sebagai sokongan
4: mampu berdiri tanpa menggunakan tangan
3 : mampu untuk berdiri namun menggunakan bantuan tangan
2 : mampu berdiri menggunakan tangan setelah beberapa kali
mencoba
1 : membutuhkan bantuan minimal untuk berdiri
0 : membutuhkan bantuan sedang atau maksimal untuk berdiri
2) Berdiri tanpa bantuan
Instruksi: berdirilah selama dua menit tanpa berpegangan
4 : mampu berdiri selama dua menit
3 : mampu berdiri selama dua menit dengan pengawasan
2 : mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan
1 : membutuhkan beberapa kali untuk mencoba berdiri selama
30 detik tanpa bantuan
0 : tidak mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan
3) Duduk tanpa sandaran punggung tetapi kaki sebagai tumpuan di
lantai
Instruksi: duduklah sambil melipat tangan Anda selama dua
menit
4 : mampu duduk dengan aman selama dua menit
3 : mampu duduk selama dua menit di bawah pengawasan
2 : mampu duduk selama 30 detik
1 : mampu duduk selama 10 detik
0 : tidak mampu duduk tanpa bantuan selama 10 detik
4) Berdiri ke duduk
Instruksi: silahkan duduk
4 : duduk dengan aman dengan pengguanaan minimal tangan
3 : duduk menggunakan bantuan tangan
2 : menggunakan bantuan bagian belakan kaki untuk turun
1 : duduk mandiri tapi tidak mampu mengontrol pada saat dari
berdiri ke duduk
0 : membutuhkan bantuan untuk duduk
5) Berpindah
Instruksi: buatlah kursi bersebelahan. Minta klien untuk
berpindah ke kursi yang memiliki penyangga tangan kemudian
ke arah kursi yang tidak memiliki penyangga tangan
4 : mampu berpindah dengan sedikit penggunaan tangan
3 : mampu berpindah dengan bantuan tangan
2 : mampu berpindah dengan isyarat verbal atau pengawasan
1 : membutuhkan seseorang untuk membantu
0 : membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi
6) Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup
Instruksi: tutup mata Anda dan berdiri selama 10 detik
4 : mampu berdiri selama 10 detik dengan aman
3 : mampu berdiri selama 10 detik dengan pengawasan
2 : mampu berdiri selama 3 detik
1 : tidak mampu menahan mata agar tetap tertutup tetapi tetap
berdiri dengan aman
0 : membutuhkan bantuan agar tidak jatuh
7) Berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki rapat
Instruksi: rapatkan kaki Anda dan berdirilah tanpa berpegangan
4 : mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit
3 : mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit dengan
pengawasan
2 : mampu merapatkan kaki tetapi tidak dapat bertahan selama
30 detik
1 : membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi yang
diperintahkan tetapi mampu berdiri selama 15 detik
0 : membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak
dapat bertahan selama 15detik
10) Melihat ke belakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri
Instruksi: tengoklah ke belakang melewati bahu kiri. Lakukan kembali ke arah kanan
4 : melihat ke belakang dari kedua sisi
3 : melihat ke belakang hanya dari satu sisi
2 : hanya mampu melihat ke samping tetapi dapat menjaga
keseimbangan
1 : membutuhkan pengawasan ketika menengok
0 : membutuhkan bantuan untuk mencegah ketidakseimbangan
atau terjatuh
A. KESIMPULAN
Berg Balance Scale adalah Tes klinis yang banyak digunakan untuk mengukur
kemampuan keseimbangan statis dan dinamis seseorang yang terdiri dari 14 perintah yang
dinilai dengan menggunakan skala ordinal (Langley & Mackintosh, 2007).
Dengan tujuan, untuk mengukur keseimbangan baik secara statis maupun dinamis pada
lansia dan menentukan risiko jatuh pada lansia (rendah, sedang, atau tinggi).
B. SARAN
Hendaknya BBT ini lebih banyak digunakan bagi bidang keperawatan untuk
mengatasi gangguan keseimbangan tubuh yang sering dialami lansia. Diharapkan
perawat dapat memberikan tindakan ini kepada lansia dengan gangguan keseimbangan
tubuh secara mandiri. Jika klien lebih dari 1 orang diharapkan perawat menggunakan
asisten untuk membantu.
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA, NIC
dan NOC Jilid 1. Jakarta: Trans Info Medika
Kholifah, S.N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Maryam, R.S, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan pada Lansia. Jakarta: Trans Info Media
Masniah. (2016). SOP Balance Exercise. Artikel Ilmiah. Diunduh dari www.scribd.com ,
tanggal 12 juni 2020.
.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi edisi 10. Jakarta: EGC.
NHS Choice. Exercises For Older People. Artikel Ilmiah. Diunduh dari
www.nhs.uk/exercise-for-older-people, tanggal 13 Juni 2020