Anda di halaman 1dari 28

BERG BALANCE TEST

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata kuliah Keperawatan Gerontik

Di Susun Oleh:

Fathin Azizah .M (2720170040) Anggri Gustina (2720170081)

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
JAKARTA TIMUR
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan penyusun panjatkan karena atas rahmat dan hidayahNyalah
penyusun dapat menyelesaikan makalah mata kuliah gerontik dengan pembahasan “BERG
BALANCE TEST” dengan tepat waktu. Selain itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Dosen, yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun dalam menyusun
makalah ini.

Mungkin pada makalah yang penyusun buat masih jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu penyusun mohon maaf dan tentu saja saran dan masukan dari pembaca sangat penyusun
perlukan, guna membarikan penyusun motivasi sehingga kedepannya, agar penyusun dapat
membuat makalah yang lebih baik dari yang sekarang. Penyusun menyucapkan terima kasih
kepada Dosen serta kepada teman-teman yang memberikan masukan dan saran yang sangat
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Jakarta Timur, 13 Juni 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil proyeksi penduduk 2010-2035, Indonesia akan memasuki periode lansia , 10%
penduduk akan berusia 60 tahun ke atas. Adapaun sebaran penduduk lansia tertinggi adalah
di DI Yogyakarta dengan persentase 13,4% (Info Datin Kemenkes RI , 2016). Banyaknya
jumlah lansia di Yogyakarta tentunya banyak juga permasalahan yang ditemukan pada lanisa
tersebut akibat dari proses penuaan yang dialami.

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides dalam Aspiani, 2014). Proses menua dialami oleh manusia secara alamiah
sejak mereka lahir. Menurut Apriyani, 2014 fungsi tubuh mencapai puncaknya pada umur 20-
30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat `tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh
beberapa saat kemudian menurut sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur.

Perubahan fungsi fisiologis biasanya dialami oleh lansia. Perubahan fungsi fisiologis
ini antara lain penurunan kekuatan otot, kontraksi otot, elastisitas otot, fleksibilitas otot,
kecepatan gerak dan waktu reaksi gerakan yang lambat. Keadaan yang seperti ini
mengakibatkan penurunan keseimbangan pada lansia. Penurunan keseimbangan yang
dialami oleh lansia mengakibatkan beberapa risiko antara lain ketidakpercayaan diri lansia
dalam beraktivitas mengakibatkan intoleransi aktivitas pada lansia, risiko jatuh, cidera
kepala, cidera muskuloskeletal dan beberapa kecelakaan yang diakibatkan oleh jatuh.

Berdasarkan survei di Amerika Serikat, sekitar 30% lansia umur lebih dari 65 tahun
jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang (Annafisah dkk,
2013). Penurunan keseimbangan pada orang tua dapat diperbaiki dengan berbagai latihan
keseimbangan. Komponen keseimbangan dalam latihan akan menurunkan insisdensi jatuh
pada lanjut usia sebesar 17%. (Darmojo dalam Annafisah dkk , 2013).
Salah satu latihan keseimbangan yang dapat dilakukan adalah balance exesice.
Balance exercise merupakan aktivitas fisik yang dilakukan untuk meningkatkan kestabilan
tubuh dengan meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah. (Nyman dalam Masitoh,
2013). Balance exercise dilakukan dalam 3 kali dalam seminggu selama 5 minggu adalah
frekuensi yang optimal, dan dapat meningkatkan keseimbangan postural lansia dan mencegah
timbulnya jatuh (Skelton dalam Masitoh, 2013).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimanakah
penerapan balance exercise pada lansia dengan gangguan keseimbangan ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum
Menerapkan balance exercise pada lansia dengan gangguan keseimbangan tubuh.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik lansia dengan gangguan keseimbangan


b. Menggambarkan skor keseimbangan pada saat sebelum dan sesudah dilakukan
balance exercise.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia

1. Pengertian lansia

Lansia adalah tahapan dimana individu ada pada usia tertentu, yang dikategorikan sebagai
berikut: lansia awal (young old) antara 65 sampai 74 tahun, lansia pertengahan (middle old)
antara 75 sampai 84 tahun dan lansia akhir ( oldold) 85 tahun atau lebih (Miller, 2012).

2. Klasifikasi Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2006), lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun

b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun

c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

3. Tipe Lansia

Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan jaman,


mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari pekerjaan,
bergaul dengan teman dan memenuhi undangan

c. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut

d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan
apa saja

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tidak
acuh

A. Perubahan pada sistem muskuloskeletal

Perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi penurunan kekuatan otot yang


disebabkan oleh penurunan massa otot, ukuran oto mengecil dan penurunan massa otot
lebih banyak terjadi pada ekstremitas bawah, sel otot yang mati digantikan oleh jaringan
ikat dan lemak, kekuatan atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun dengan
bertambahnya usia, kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang sebesar 40% antara usia
30-80 tahun (Padila, 2013).

Perubahansistem musculoskeletal menurut Pudjiastuti & Utomo, 2003:

1) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)

Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago, dan
jaringan pengikat mengalami perubahan bentangan cross linking yang tidak
teratur.Bentangan yang tidak teratur dan hubungan penurunan hubungan tarikan linier
pada jaringan kolagen merupakan salah satu alas an penuruna mobilitas pada jaringan
tubuh.Setelah kolagen mencapai puncak fungsi dan daya mekaniknya karena penuaan,
tensile streght dan kekakuan dari kolagen menurun menyebabkan fleksibilitas pada
lansia sehingga menimbulkan nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan
kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok, dan berjalan, dan
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2) Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi sehingga
permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi cenderung kearah progresif. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif dan
rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu
berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan, kekakuan,
nyeri, keterbatasan gerak, dan terganggunya aktivitas sehari-hari.

3) Tulang

Berkurangnya kepadatan tulang menyebabkan jumlah tulang spongiosa berkurang dan


tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan lain terjadi penurunan estrogen sehingga
produksi osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan calsium sehingga tulang
menjadi keropos. Berkurangnya jaringan dan ukuran tulang secara keseluruhan
menyebabkan kekuatan dan kekakuan tulang menurun. Dampak berkurangnya
kepadatan tulang mengakibatkan osteoporosis, dan timbul nyeri, deformitas, dan
fraktur.

4) Otot

Perubahan morfologis otot terjadi penurunan jumlah serabut otot, atrofi beberapa
serabut otot dan fibril menjadi tidak teratur, dan hipertropi pada beberapa serabut otot
yang lain, berkurangnya 30% masa otot, peningkatan jaringan lemak dan penghubung,
degenerasi myofibril. Dampak perubahan morfologis tersebut penurunan kekuatan
otot, penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi, dan penurunan kemampuan
fungsional otot. Kekuatan, ketahanan dan koordinasi otot akan mengalami penurunan.
Kekuatan otot akan menurun secara bertahap, dan pada usia 80 tahun penurunan
kekuatan otot sekitar 30%-50%, terutama terjadi pada ekstremitas bawah (Miller,
2012).

5) Sendi

Jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament, dan fasia mengalami penurunan
elastisitas dan daya lentur. Terjadi degenerasi, erosi, dan kalsifikasi pada kartilago dan
kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak
sendi. Kelainan akibat perubahan sendi, antara lain; osteoarthritis, arthritis
rheumatoid, Gout, dan pseudogout. Kelainan tersebut menimbulkan gangguan berupa
bengkak, nyeri, kekauan sendi, keterbatasan ruang gerak sendi, gangguan jalan, dan
keterbatasan aktivitas.

B. Keseimbangan Tubuh Lansia

1. Definisi Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi atas dasar


dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak. Keseimbangan terbagi menjadi 2 yaitu
statis dan dinamis (Abrahamova & Hlavacka, 2008). Keseimbangan dapat diartikan
juga sebagai kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi (center of gravity)
atas dasar dukungan bidang tumpu (base of support) (Mauk, 2010).

2. Mekanisme Keseimbangan Postural

Mekanisme keseimbangan postural yaitu visual, vestibular, proprioceptive. Pada


lansia mengalami perubahan struktur mata yaitu atropi dan hialinisasi pada muskulus
siliaris yang dapat meningkatkan amplitudo akomodasi. Hal ini dapat meningkatkan
ambang batas visual sehingga dapat mematahkan impuls afferen yang kemudian dapat
menurunkan visual manula, dan pada akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan
postural. Terjadi perubahan lapang pandang, penurunan tajam penglihatan, sensitivitas
penglihatan kontras akibat berkurangnya persepsi kontur dan jarak. Penurunan tajam
penglihatan terjadi akibat katarak, degenerasi makuler, dan penglihatan perifer
menghilang (Gunarto, 2005). Reseptor visual ini memberikan informasi tentang
orientasi mata dan posisi tubuh atau kepala terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
Gangguan keseimbangan akan tampak lebih jelas lagi jika impuls afferen untuk visual
ditiadakan, misalnya pada saat mata tertutup, maka kehilangan ayunan tubuh (sway)
menjadi berlebihan (Suhartono, 2005).

Sistem vestibular meliputi organ-organ di dalam telinga bagian dalam. Proses


degeneratif di dalam otolit sistem vestibuler dapat menyebabkan vertigo posisisonal
dan ketidakseimbangan waktu berjalan (Gunarto, 2005). Organ vestibular
memberikan informasi ke CNS tentang posisi dan gerakan kepala serta pandangan
mata melalui reseptor makula dan krista ampularis yang terdapat di telinga dalam
(Suhartono, 2005). Gangguan fungsi vestibular dapat menyebabkan vertigo atau
gangguan keseimbangan.
Susunan proprioseptif ini memberikan informasi ke CNS tentang posisi tubuh
terhadap kondisi di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen badan badan itu
sendiri (internal) melalui reseptor-reseptor yang ada dalam sendi, tendon, otot,
ligamentum dan kulit seluruh tubuh terutama yang ada pada kolumna vertebralis dan
tungkai. Informasi itu dapat berupa tekanan, posisi sendi, tegangan, panjang, dan
kontraksi otot (Suhartono, 2005). Manula mengalami penurunan proprioseptif
(Pudjiastuti, 2003). Hal ini dapat meningkatkan ambang batas rangsang muscle
spindle, sehingga dapat mematahkan umpan balik afferen dan secara berurutan dapat
mengubah kewaspadaan tentang posisi tubuh keadaan ini dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan postural (Suhartono, 2005).

3. Pengelompokan Keseimbangan

Keseimbangan dikelompokkan dalam dua tipe yaitu keseimbangan statis yang


berperan mempertahankan posisi tubuh pada saat tidak bergerak atau berubah.
Contohnya pada saat berdiri dengan bertumpu pada satu kaki, berdiri di atas papan
keseimbangan dan keseimbangan dinamis yang menggambarkan kemampuan
mempertahankan keseimbangan dimana tubuh selalu bergererak atau berubah,
contohnya keseimbangan pada saat berjalan. Keseimbangan dinamis melibatkan
kemampuan kontrol tubuh karena tubuh bergerak dalam ruang ( Howe et al., 2008).

Pengukuran Keseimbangan Tubuh

a. Berg Balance scale (BBS)

1). Pengertian Tindakan Berg Balance Scale

Tes klinis yang banyak digunakan untuk mengukur kemampuan keseimbangan statis
dan dinamis seseorang yang terdiri dari 14 perintah yang dinilai dengan menggunakan
skala ordinal (Langley & Mackintosh, 2007).

2). Tujuan
Untuk mengukur keseimbangan baik secara statis maupun
dinamis pada lansia dan menentukan risiko jatuh pada lansia
(rendah, sedang, atau tinggi)
3). Interpretasi hasil
Rentang nilai 0-4, dimana 0 berarti lansia tidak mampu
melakukan dan 4 berarti lansia mampu melakukan tanpa
bantuan. Skor maksimum adalah 56. Dengan hasil untuk nilai
0-20 resiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat bantu
jalan berupa kursi roda, nilai 21-40 resiko jatuh sedang dan
perlu menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat kruk dan
walker dan nilai 41-56 resiko jatuh rendah dan tidak
memerlukan alat bantu.
4). Alat dan bahan yang digunakan
a). Stopwatch atau jam tangan
b). Penggaris atau penanda dengan penanda 5 cm, 12,5 cm, dan
25 cm
c). Kursi dengan penyangga lengan dan kursi tanpa penyangga
lengan.
d). Objek untuk diambil dari lantai
e). Blok injakan kaki (step tool)
f). Form penilaian Berg balance scale waktu tes dilakukan 15
– 20 menit.
5). Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran ini
a). Hitung tanda-tanda vital untuk mengetahui tekanan darah.
Apabila tekanan darah tinggi tidak boleh dilakukan
penilaian Berg Balance Scale
b). Tanyakan apakah lansia merasa pusing. Apabila lansia
merasa pusing, penilaian ini tidak bisa dilakukan.
c). Tes dilakukan pada lingkungan yang aman. Klien harus
sadar dan mampu mengerti perintah yang diberikan. Tes
bisa dihentikan jika lansia merasa pusing atau tidak kuat
d). Prinsip tindakan ini dimulai dari gerakan yang paling
mudah.
e). Dokumentasikan nama, tanggal, waktu, jam dan respon
lansia
Para peneliti menyatakan bahwa Berg balance scale adalah alat yang
terbaik untuk memprediksi resiko jatuh pada lansia (Vincent, 2007).
Indikator Berg Balance Scale berdasar Canadian centre for activity
and aging tahun 2007 adalah sebagai berikut :
1) Duduk ke berdiri
Instruksi: tolong berdiri, cobalah untuk tidak menggunakan
tangan sebagai sokongan
4: mampu berdiri tanpa menggunakan tangan
3 : mampu untuk berdiri namun menggunakan bantuan tangan
2 : mampu berdiri menggunakan tangan setelah beberapa kali
mencoba
1 : membutuhkan bantuan minimal untuk berdiri
0 : membutuhkan bantuan sedang atau maksimal untuk berdiri
2) Berdiri tanpa bantuan
Instruksi: berdirilah selama dua menit tanpa berpegangan
4 : mampu berdiri selama dua menit
3 : mampu berdiri selama dua menit dengan pengawasan
2 : mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan
1 : membutuhkan beberapa kali untuk mencoba berdiri selama
30 detik tanpa bantuan
0 : tidak mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan
3) Duduk tanpa sandaran punggung tetapi kaki sebagai tumpuan di
lantai
Instruksi: duduklah sambil melipat tangan Anda selama dua
menit
4 : mampu duduk dengan aman selama dua menit
3 : mampu duduk selama dua menit di bawah pengawasan
2 : mampu duduk selama 30 detik
1 : mampu duduk selama 10 detik
0 : tidak mampu duduk tanpa bantuan selama 10 detik
4) Berdiri ke duduk
Instruksi: silahkan duduk
4 : duduk dengan aman dengan pengguanaan minimal tangan
3 : duduk menggunakan bantuan tangan
2 : menggunakan bantuan bagian belakan kaki untuk turun
1 : duduk mandiri tapi tidak mampu mengontrol pada saat dari
berdiri ke duduk
0 : membutuhkan bantuan untuk duduk
5) Berpindah
Instruksi: buatlah kursi bersebelahan. Minta klien untuk
berpindah ke kursi yang memiliki penyangga tangan kemudian
ke arah kursi yang tidak memiliki penyangga tangan
4 : mampu berpindah dengan sedikit penggunaan tangan
3 : mampu berpindah dengan bantuan tangan
2 : mampu berpindah dengan isyarat verbal atau pengawasan
1 : membutuhkan seseorang untuk membantu
0 : membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi
6) Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup
Instruksi: tutup mata Anda dan berdiri selama 10 detik
4 : mampu berdiri selama 10 detik dengan aman
3 : mampu berdiri selama 10 detik dengan pengawasan
2 : mampu berdiri selama 3 detik
1 : tidak mampu menahan mata agar tetap tertutup tetapi tetap
berdiri dengan aman
0 : membutuhkan bantuan agar tidak jatuh
7) Berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki rapat
Instruksi: rapatkan kaki Anda dan berdirilah tanpa berpegangan
4 : mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit
3 : mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit dengan
pengawasan
2 : mampu merapatkan kaki tetapi tidak dapat bertahan selama
30 detik
1 : membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi yang
diperintahkan tetapi mampu berdiri selama 15 detik
0 : membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak
dapat bertahan selama 15detik

8) Meraih ke depan dengan mengulurkan tangan ketika berdiri


Instruksi: letakkan tangan 90 derajat. Regangkan jari Anda dan raihlah semampu Anda
(penguji meletakkan penggaris untuk mengukur jarak antara jari dengan tubuh)
4 : mencapai 25 cm (10 inchi)
3 : mencapai 12 cm (5 inchi)
2 : mencapai 5 cm (2 inchi)
1 : dapat meraih tapi memerlukan pengawasan
0 : kehilangan keseimbangan ketika mencoba/memerlukan
bantuan

9) Mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri


Instruksi: Ambilah sepatu/sandal di depan kaki Anda 4 : mampu mengambil
dengan mudah dan aman
3 : mampu mengambil tetapi membutuhkan pengawasan
2 : tidak mampu mengambil tetapi meraih 2-5 cm dari benda
dan dapat menjaga keseimbangan
1 : tidak mampu mengambil dan memerlukan pengawasan
ketika mencoba
0 : tidak dapat mencoba/membutuhkan bantuan untuk mencegah
hilangnya keseimbangan atau terjatuh

10) Melihat ke belakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri
Instruksi: tengoklah ke belakang melewati bahu kiri. Lakukan kembali ke arah kanan
4 : melihat ke belakang dari kedua sisi
3 : melihat ke belakang hanya dari satu sisi
2 : hanya mampu melihat ke samping tetapi dapat menjaga
keseimbangan
1 : membutuhkan pengawasan ketika menengok
0 : membutuhkan bantuan untuk mencegah ketidakseimbangan
atau terjatuh

11) Berputar 360 derajat


Instruksi: berputarlah satu lingkaran penuh, kemudian ulangi
lagi dengan arah yang berlawanan
4 : mampu berputar 360 derajat dengan aman selama 4 detik
atau kurang
3 : mampu berputar 360 derajat hanya dari satu sisi selama
empat detik atau kurang
2 : mampu berputar 360 derajat, tetapi dengan gerakan yang
lambat
1 : membutuhkan pengawasan atau isyarat verbal
0 : membutuhkan bantuan untuk berputar

12) Menempatkan kaki secara bergantian pada sebuah pijakan ketika


berdiri tanpa bantuan
Instruksi: tempatkan secara bergantian setiap kaki pada sebuah
pijakan. Lanjutkan sampai setiap kaki menyentuh pijakan
selama 4 kali.
4 : mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 pijakan dalam 20
detik
3 : mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 kali pijakan > 20
detik
2 : mampu melakukan 4 pijakan tanpa bantuan
1 : mampu melakukan >2 pijakan dengan bantuan minimal
0 : membutuhkan bantuan untuk mencegah jatuh/tidak mampu
melakukan

13) Berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainnya


Instruksi: tempatkan langsung satu kaki di depan kaki lainnya.
Jika merasa tidak bisa, cobalah melangkah sejauh yang Anda
bisa
4 : mampu menempatkan kedua kaki (tandem) dan menahan
selama 30 detik
3 : mampu memajukan kaki dan menahan selama 30 detik
2 : mampu membuat langkah kecil dan menahan selama 30 detik
1 : membutuhkan bantuan untuk melangkah dan mampu
menahan selama 15 detik
0 : kehilangan keseimbangan ketika melangkah atau berdiri

14) Berdiri dengan satu kaki


Instruksi: berdirilah dengan satu kaki semampu Anda tanpa
berpegangan
4 : mampu mengangkat kaki dan menahan >10 detik
3 : mampu mengangkat kaki dan menahan 5-10 detik
2 : mampu mengangkat kaki dan menahan >3 detik
1 : mencoba untuk mengangkat kaki, tidak dapat bertahan
selama 3 detik tetapi dapat berdiri mandiri
0 : tidak mampu mencoba

Rentang nilai BBS


0 – 20 Resiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat bantu
jalan berupa kursi roda.
21 – 40 Resiko jatuh sedang dan perlu menggunakan alat bantu
jalan seperti tongkat, kruk, dan walker.
41 – 56 Resiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat bantu.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berg Balance Scale adalah Tes klinis yang banyak digunakan untuk mengukur
kemampuan keseimbangan statis dan dinamis seseorang yang terdiri dari 14 perintah yang
dinilai dengan menggunakan skala ordinal (Langley & Mackintosh, 2007).
Dengan tujuan, untuk mengukur keseimbangan baik secara statis maupun dinamis pada
lansia dan menentukan risiko jatuh pada lansia (rendah, sedang, atau tinggi).

B. SARAN
Hendaknya BBT ini lebih banyak digunakan bagi bidang keperawatan untuk
mengatasi gangguan keseimbangan tubuh yang sering dialami lansia. Diharapkan
perawat dapat memberikan tindakan ini kepada lansia dengan gangguan keseimbangan
tubuh secara mandiri. Jika klien lebih dari 1 orang diharapkan perawat menggunakan
asisten untuk membantu.
DAFTAR PUSTAKA

Annafisah, Z. & Rosdiana, I. (2013). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Keseimbangan


Tubuh Diukur Menggunakan Romberg Test pada Lansia Sehat. Jurnal Kedokteran, Vol. 4.

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA, NIC
dan NOC Jilid 1. Jakarta: Trans Info Medika

Bulechek, G. dkk. (2013). Nurshing Interventions Clasification (NIC), 6th edition.


Yogyakarta: Mocomedia

Kholifah, S.N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Maryam, R.S, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan pada Lansia. Jakarta: Trans Info Media

Masniah. (2016). SOP Balance Exercise. Artikel Ilmiah. Diunduh dari www.scribd.com ,
tanggal 12 juni 2020.

.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi edisi 10. Jakarta: EGC.

NHS Choice. Exercises For Older People. Artikel Ilmiah. Diunduh dari
www.nhs.uk/exercise-for-older-people, tanggal 13 Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai