HALADULolO ol
Oleh :
seorang anak , ditambah kata parere, kembali ke semula) merujuk pada masa enam
1) Tanda-tanda vital
Suhu mulut pada hari pertama meningkat 300 C sebagai akibat pemakaian energi
penurunan sistolik 20 mmHg dapat terjadi saat ini, nadi berkisar antara 60-70 kali per
menit.
2) Sistem Kordiovaskuler
3) Sistem Reproduksi
Involusi uteri terjadi setelah melahirkan tinggi fundus uteri adalah 2 jari di bawah
pusat, 1-3 hari TFU 3 jari di bawah pusat, 3-7 hari TFU 1 jari di atas sympisis lebih
a) Lochea rubra : 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua, verniks
Macam-macam episiotomi:
lebih aman.
Pengembangan defekasi secara normal lambat dalam seminggu pertama. Hal ini
ketidaknyamanan perineum.
5) Sistem muskuloskeletal
kekenyalan otot yang terlihat jelas setelah melahirkan. Dinding perut terlihat lembek
dan kendor.
6) Sistem endokrin
timbul pengaruh lactogenik dan prolaktin merangsang air susu. Produksi ASI akan
7) Sistem perkemihan
Biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2 hari post
1) Fase taking in
Ibu berperilaku tergantung pada orang lain, perhatian berfokus pada diri sendiri, pasif,
Fokus perhatian lebih luas pada bayinya, mandiri dan inisiatif dalam perawatan
3) Fase letting go
Ibu memperoleh peran baru dan tanggung jawab baru, perawatan diri dan bayinya
3. Patofisiologi
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan
persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix,
Faktor resiko yang terdiri dari: Grande multipara, jarak persalinan kurang dari 2
narkosa, kelahiran sulit atau manual dari plasenta, penyakit yang diderita (Penyakit
uteri, trauma genital (perineum, vulva, vagina, servik, atau uterus), retensio plasenta,
sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Pada atonia uterus ditandai dengan uterus
tidak berkontraksi dan lembek menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi
setelah 30 menit. Sisa plasenta ditandai dengan plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan robekan jalan lahir terjadi
perdarahan segera setelah bayi lahir, jika ditangani dengan baik dapat menimbulkan
infeksi dan syok septik, sepsis purpuralis, ruptur uterus, kerusakan otak, trombo
embolik, emboli paru. Pada kehamilan berikutnya dapat mengalami aborsi spontan,
hipoksia intra uterin, retardasi pertumbuhan intra uteri dan dampak terakhir
menimbulkan kematian.
4. Klasifikasi
Masa Nifas dibagi Menjadi 3 Periode:
1) Puerpurium Dini
Yaitu pulihnya ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama
2) Puerpurium Intermedial
3) Remote Puerpurium
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila
5. Komplikasi
a. Syok hemoragie
Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran
akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah
ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak
ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis
tubulus renal dan selanjutnya meruak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah
di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.
b. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan
hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut
menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga
c. Sindrom Sheehan
Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai
syok. Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru melahirkan
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi perawatan masa
nifas yakni memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan psikis
membantu ibu untuk dapat memberikan ASI dan memberi petunjuk kepada ibu dalam
merawat bayinya. Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai sejak plasenta lahir,
melahirkan dan infeksi. Bila ada luka robek pada jalan lahir atau luka bekas
perdarahan.
Umumnya ibu merasa sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila proses
persalinannya berlangsung cukup lama. Dahulu, ibu harus cukup beristirahat, yakni
harus tidur terlentang selama kurang lebih 8 jam setelah bersalin. Kemudian ia boleh
miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah terjadinya risiko timbunan plak di
pembuluh darah (trombosis dan tromboemboli) akibat terlalu lama tidak bergerak.
Pada hari kedua ibu baru boleh duduk, hari ketiga boleh berjalan dan hari berikutnya
boleh pulang. Tahap-tahap untuk bergerak tersebut tidak mutlak, tergantung pada
adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. Namun sekarang, setelah
melahirkan ibu dianjurkan untuk mobilisasi secara aktif seawal mungkin jika sudah
berjalan-jalan, pergi ke kamar mandi bila perlu dan istirahat kembali bila merasa
lelah. Namun sebagian besar menghendaki untuk beristirahat total ditempat tidur
selama 24 jam, terutama bila mengalami luka di jalan lahir yang cukup luas. Berbeda
halnya jika persalinan dengan cara bedah sesar yang menggunakan pembiusan
melalui tulang belakang, ibu harus tetap mengikuti tahap-tahap bergerak tersebut,
untuk menghindari efek samping obat bius berupa nyeri kepala yang hebat.
Setelah melahirkan, ibu harus segera buang air kecil sendiri. Kadang-kadang
timbul keluhan kesulitan berkemih yang disebabkan pada saat persalinan otot-otot
kandung kemih. Bila kandung kemih terisi penuh sedangkan si ibu tidak dapat buang
sehingga harus diberikan antibiotika. Dalam 3-4 hari setelah bersalin, ibu harus
sudah buang air besar. Bila ada sembelit dan tinja mengeras, dapat diberikan obat
pencahar atau dilakukan klisma (pembersihan usus). Demam dapat muncul jika tinja
Dalam hal menyusui, saat ini sedang digalakkan upaya pemberian ASI sedini
mungkin setelah bayi lahir. Bayi diletakkan tengkurap di atas dada ibu yang masih
berbaring, kemudian dalam dekapan ibu, dalam beberapa jam pertama si bayi akan
berusaha mencari puting susu ibunya dan belajar menghisap sehingga dapat
Pada ibu yang bersalin secara normal (bukan operasi), sebaiknya dianjurkan
selera makan, gangguan berkemih dan buang air besar, ASI (payudara dan puting
susu), luka jalan lahir, keputihan, riwayat demam dan perdarahan, dan pemeriksaan
e. Pembengkakan di wajah/tangan
f. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
8. Pemeriksaan Diagnostik
1) Darah: Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam postpartum (jika HB < 10 g%,
1. Pengkajian
mengumpulkan data – data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
1) Identitas Klien
a. Nama Klien
b. Umur
c. Suku / Bangsa
d. Agama
b. Keluhan utama yaitu keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat dilakukan
pengkajian
c. Riwayat kehamilan yaitu riwayat positif/negatif pasien pada saat sebelum hamil
d. Riwayat persalinan
e. Riwayat persalinan:
1. Jenis Pesalinan.
3. Placenta dilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan lengkap atau tidak, ada
4. Tali pusat
5. Perineum
6. Perdarahan
3. Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit, Pernapasan pada nifas normal 16 – 20
4. BB dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak Normalnya > 2500 gr,
6. Air ketuban: Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya putih keruh.
a. Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Nifas normal
biasanya baik.
b. Keadaan emosional
c. Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan apakah terjadi
post partum blues (depresi) pada post partum pada klien tersebut. Pada ibu nifas
e. Pemeriksaan fisik
a. Muka
c. Leher
3) Dada
6) Payudara
7) Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, pengeluaran
9) Posisi tulang belakang : normal atau tidak. Tidak normal bila ditemukan lordosis.
11) Abdomen
Bekas luka operasi: untuk mengetahui apakah pernah SC atau operasi lain.
e. Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus, konsistensi uterus,
posisi uterus. Pada ibu nifas 1 hari post partum normal TFU 2 jari di bawah pusat dan
f. Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada umumnya dan
menentukan adanya kelainan atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1 hari post
partum loceha warna merah jumlah + 50 cc, bau : dan konsistensi encer.
g. Perineum
Untuk mengetahui apakah pada perineum terdapat jahitan ataupun bekas jahitan
atau tidak. Pada nifas normal bisa ditemukan bekas jahitan. Kaji kebersihan area
perineum.
h. Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, pada ibu nifas normal
5) Reflek patella kanan & kiri: normalnya + Reflek patella negatif pada
4) Uji Diagnostik
b) Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah apabila terjadi komplikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
perineum).
3. intervensi
DX 1
perineum).
NOC :
Kontrol Nyeri
NIC:
Manajemen nyeri
2) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan.
3) Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat untuk setiap kata.
1) Kolaborasi dengan dokter dan pasien dalam memilih jenis analgetik yang
digunakan.
DX 2
jaringan.
NOC :
NIC :
Perlindungan infeksi
Perawatan perineum
5) Ajarkan klien dan orang terdekat untuk meginspeksi tanda-tanda yang tidak
Kontrol infeksi
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, V. N., & Sunarsih, T. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika
Johnson, mario dkk (2015) Nursing Outcomes Classificasion (NOC) Jakarta: EGC
Johnson, mario dkk (2015) Nursing Intervension Classificasion (NIC) Jakarta: EGC
EGC