Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


DENGAN POST PARTUM
DI RUANG VK PUSKESMAS KUNIR
KABUPATEN LUMAJANG

HALADULolO ol
Oleh :

Yunfika Khariqul Addah


NIM.14201.10.18096

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2019
1.    Definisi

Masa pascapartum adalah suatu masa antara pelahiran sampai organ-organ

reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. Istilah puerperium (puer,

seorang anak , ditambah kata parere, kembali ke semula) merujuk pada masa enam

minggu antara terminasi persalinan dan kembalinya organ reproduksi ke kondisi

sebelum hamil. (Reeder, Martin, Koniak-Griffin, 2011)

2.      Adaptasi fisiologi dan psikologis post partum

a.    Adaptasi fisiologi post partum 

1)   Tanda-tanda vital

Suhu mulut pada hari pertama meningkat 300 C sebagai akibat pemakaian energi

saat melahirkan, dehidrasi maupun perubahan hormonik, tekanan darah stabil,

penurunan sistolik 20 mmHg dapat terjadi saat ini, nadi berkisar antara 60-70 kali per

menit.

2)      Sistem Kordiovaskuler

Cardiac output setelah persalinan meningkat karena darah sebelumnya dialirkan

melalui utero plasenta dikembalikan ke sirkulasi general. Volume darah biasanya

berkurang 300-400 ml selama proses persalinan spontan. Trombosit pada hari ke 5

s.d 7 post partum, pemeriksaan homans negatif.

3)      Sistem Reproduksi

Involusi uteri terjadi setelah melahirkan tinggi fundus uteri adalah 2 jari di bawah

pusat, 1-3 hari TFU 3 jari di bawah pusat, 3-7 hari TFU 1 jari di atas sympisis lebih

dari 9 hari TFU tidak teraba.

Macam-macam lochea berdasarkan jumlah dan warnanya:

a)    Lochea rubra : 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua, verniks

kaseosa, rambut lanugo, sisa mikonium, sisa darah.

b)   Lochea Sanguinolenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah kecoklatan.

c)    Lochea Serosa : 7-14 hari berwarna kekuningan.


d)   Lochea Alba : setelah hari ke-14 berwarna putih.

Macam-macam episiotomi:

e)    Episiotomi mediana, merupakan insisi paling mudah diperbaiki, lebih sedikit

pendarahan penyembuhan lebih baik.

f)    Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak digunakan karena

lebih aman.

g)   Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan relaksasi

introitus, perdarahan lebih banyak dan sukar direparasi.

4)      Sistem gastro intestinal

Pengembangan defekasi secara normal lambat dalam seminggu pertama. Hal ini

disebabkan karena penurunan mortilitas usus, kehilangan cairan dan

ketidaknyamanan perineum.

5)      Sistem muskuloskeletal

Otot dinding abdomen teregang bertahap selama hamil, menyebabkan hilangnya

kekenyalan otot yang terlihat jelas setelah melahirkan. Dinding perut terlihat lembek

dan kendor.

6)      Sistem endokrin

Setelah persalinan penaruh supresi esterogen dan progesteron berkurang maka

timbul pengaruh lactogenik dan prolaktin merangsang air susu. Produksi ASI akan

meningkat setelah 2 s.d 3 hari pasca persalinan.

7)      Sistem perkemihan

Biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2 hari post

partum. Penimbunan cairan dalam jaringan selama berkemih dikeluarkan melalui

diuresis yang biasanya dimulai dalam 12 jam setelah melahirkan.

b.      Adaptasi psikologi post partum 

1)   Fase taking in
Ibu berperilaku tergantung pada orang lain, perhatian berfokus pada diri sendiri, pasif,

belum ingin kontak dengan bayinya, berlangsung 1-2.

2)   Fase taking hold

Fokus perhatian lebih luas pada bayinya, mandiri dan inisiatif dalam perawatan

bayinya, berlangsung 10 hari.

3)   Fase letting go

Ibu memperoleh peran baru dan tanggung jawab baru, perawatan diri dan bayinya

meningkat terus, menyadari bahwa dirinya terpisah dengan bayinya.

3. Patofisiologi

Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus

masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum

spongiosum sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.

Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan

menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga

perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan

menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang

banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska

persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix,

vagina dan perinium.

Faktor resiko yang terdiri dari: Grande multipara, jarak persalinan kurang dari 2

tahun, persalinan dengan tindakan: pertolongan dukung, tindakan paksa, dengan

narkosa, kelahiran sulit atau manual dari plasenta, penyakit yang diderita (Penyakit

jantung, DM dan kelainan pembekuan darah) dapat menyebabkan terjadinya atonia

uteri, trauma genital (perineum, vulva, vagina, servik, atau uterus), retensio plasenta,

sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Pada atonia uterus ditandai dengan uterus

tidak berkontraksi dan lembek menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi

plasenta terbuka sehingga menyebabkan perdarahan. Pada genetalia terjadi robekan


atau luka episiotomi, ruptur varikositis, laserasi dinding servik, inversi uterus

menyebabkan perdarahan. Pada retensio plasenta ditandai plasenta belum lahir

setelah 30 menit. Sisa plasenta ditandai dengan plasenta atau sebagian selaput

(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan robekan jalan lahir terjadi

perdarahan segera setelah bayi lahir, jika ditangani dengan baik dapat menimbulkan

komplikasi. Tetapi, apabila perdarahan tidak ditangani dengan baik dapat

menimbulkan komplikasi : dehidrasi, hipovolemik, syok hipovolemik, anemia berat,

infeksi dan syok septik, sepsis purpuralis, ruptur uterus, kerusakan otak, trombo

embolik, emboli paru. Pada kehamilan berikutnya dapat mengalami aborsi spontan,

hipoksia intra uterin, retardasi pertumbuhan intra uteri dan dampak terakhir

menimbulkan kematian.
4.      Klasifikasi
Masa Nifas dibagi Menjadi 3 Periode:

1)      Puerpurium Dini

Yaitu pulihnya ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama

islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja selama 40 hari.

2)      Puerpurium Intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu

3)      Remote Puerpurium

Adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila

selama kehamilan atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

5. Komplikasi

a. Syok hemoragie

Akibat terjadinya perdarahan, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran

akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah

ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemia berat. Apabila hal ini tidak

ditangani dengan cepat dan tepat, maka akan menyebabkan kerusakan atau nekrosis

tubulus renal dan selanjutnya meruak bagian korteks renal yang dipenuhi 90% darah

di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak terselamatkan.

b. Anemia

Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan

hemostasis dalam darah, juga termasuk hematokrit darah. Anemia dapat berlanjut

menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga

akan berdampak juga pada asupan ASI bayi.

c. Sindrom Sheehan

Hal ini terjadi karena, akibat jangka panjang dari perdarahan postpartum sampai

syok. Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis

kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisi dapat mempengaruhi sistem endokrin.


6.      Perawatan masa nifas

Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru melahirkan

sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi perawatan masa

nifas yakni memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan psikis

berlangsung dengan normal, mengamati proses kembalinya rahim ke ukuran normal,

membantu ibu untuk dapat memberikan ASI dan memberi petunjuk kepada ibu dalam

merawat bayinya. Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai sejak plasenta lahir,

dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan setelah

melahirkan dan infeksi. Bila ada luka robek pada jalan lahir atau luka bekas

guntingan episiotomi, dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-

baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam

sesudah melahirkan, khususnya untuk mengatasi kemungkinan terjadinya

perdarahan.

Umumnya ibu merasa sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila proses

persalinannya berlangsung cukup lama. Dahulu, ibu harus cukup beristirahat, yakni

harus tidur terlentang selama kurang lebih 8 jam setelah bersalin. Kemudian ia boleh

miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah terjadinya risiko timbunan plak di

pembuluh darah (trombosis dan tromboemboli) akibat terlalu lama tidak bergerak.

Pada hari kedua ibu baru boleh duduk, hari ketiga boleh berjalan dan hari berikutnya

boleh pulang. Tahap-tahap untuk bergerak tersebut tidak mutlak, tergantung pada

adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. Namun sekarang, setelah

melahirkan ibu dianjurkan untuk mobilisasi secara aktif seawal mungkin jika sudah

memungkinkan. Sesudah bersalin, bila ibu menghendaki, maka diperkenankan untuk

berjalan-jalan, pergi ke kamar mandi bila perlu dan istirahat kembali bila merasa

lelah. Namun sebagian besar menghendaki untuk beristirahat total ditempat tidur

selama 24 jam, terutama bila mengalami luka di jalan lahir yang cukup luas. Berbeda
halnya jika persalinan dengan cara bedah sesar yang menggunakan pembiusan

melalui tulang belakang, ibu harus tetap mengikuti tahap-tahap bergerak tersebut,

untuk menghindari efek samping obat bius berupa nyeri kepala yang hebat.

Setelah melahirkan, ibu harus segera buang air kecil sendiri. Kadang-kadang

timbul keluhan kesulitan berkemih yang disebabkan pada saat persalinan otot-otot

kandung kemih mengalami tekanan oleh kepala janin, disertai pembengkakan

kandung kemih. Bila kandung kemih terisi penuh sedangkan si ibu tidak dapat buang

air kecil, sebaiknya dilakukan pemasangan kateter (selang kencing), untuk

mengistirahatkan sementara otot-otot tersebut, yang berikutnya diikuti dengan latihan

berkemih. Ketidakmampuan berkemih dapat menyebabkan terjadinya infeksi,

sehingga harus diberikan antibiotika. Dalam 3-4 hari setelah bersalin, ibu harus

sudah buang air besar. Bila ada sembelit dan tinja mengeras, dapat diberikan obat

pencahar atau dilakukan klisma (pembersihan usus). Demam dapat muncul jika tinja

tertimbun lama di usus besar.

Dalam hal menyusui, saat ini sedang digalakkan upaya pemberian ASI sedini

mungkin setelah bayi lahir. Bayi diletakkan tengkurap di atas dada ibu yang masih

berbaring, kemudian dalam dekapan ibu, dalam beberapa jam pertama si bayi akan

berusaha mencari puting susu ibunya dan belajar menghisap sehingga dapat

merangsang produksi ASI.

Pada ibu yang bersalin secara normal (bukan operasi), sebaiknya dianjurkan

untuk kontrol kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Pemeriksaan meliputi keluhan,

selera makan, gangguan berkemih dan buang air besar, ASI (payudara dan puting

susu), luka jalan lahir, keputihan, riwayat demam dan perdarahan, dan pemeriksaan

organ kandungan. Pemeriksaan tersebut tidak merupakan pemeriksaan terakhir,

terlebih jika ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan.  (Fredy Dinata, 2011)

7.      Tanda-tanda bahaya postpartum

a. Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak


b. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk

c. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung

d. Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan

e. Pembengkakan di wajah/tangan

f. Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan

g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit

h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama

i. Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki

j. Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri

k. Merasa sangat letih/nafas terengah-engah

8.      Pemeriksaan Diagnostik

1)   Darah: Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam postpartum (jika HB < 10 g%,

dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit dan trombosit.

2)   Klien dengan dower kateter diperlukan cultur urine.

KONSEP DASAR ASUHAN  KEPERAWATAN

1.    Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dengan

mengumpulkan data – data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai

permasalahan yang ada.

1)        Identitas Klien

a. Nama Klien

b. Umur

c. Suku / Bangsa

d. Agama

e. PekerjaanAlamat: Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal.

2)        Anamnesa (Data Subjektif)


a.    Tanggal / jam

b.    Keluhan utama yaitu keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat dilakukan

pengkajian

c.    Riwayat kehamilan yaitu riwayat positif/negatif pasien pada saat sebelum hamil

dan sesudah hamil

d.   Riwayat persalinan

e.    Riwayat persalinan:

1. Jenis Pesalinan.

2. Komplikasi dalam persalinan

3. Placenta dilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan lengkap atau tidak, ada

kelainan atau tidak, ada sisa placenta atau tidak.

4. Tali pusat

5. Perineum

6. Perdarahan

f.     Proses persalinan Bayi

1. Tanggal lahir: untuk mengetahui usia bayi

2. Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.

3. Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit, Pernapasan pada nifas normal 16 – 20

x/menit, suhu normalnya 360 C

4. BB dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak Normalnya > 2500 gr,

BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.

5. Cacat bawaan : bayi normal atau tidak

6. Air ketuban: Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya putih keruh.

Banyaknya normal atau tidak. Normalnya 500-1000 cc.

3)  Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

a. Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Nifas normal

biasanya baik.
b. Keadaan emosional

c. Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan apakah terjadi

post partum blues (depresi) pada post partum pada klien tersebut. Pada ibu nifas

normal keadaan emosional stabil.

d. Tanda Vital: 36,40C sampai 37,40C.

e. Pemeriksaan fisik

a.         Muka

1) Kelopak mata : ada edema atau tidak

2) Konjungtiva : Merah muda atau pucat

3) Sklera : Putih atau tidak

b.   Mulut: Lidah bersih

1). Gigi : ada karies atau tidak ada.

c.   Leher

1) Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak

2) Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.

3) Dada

4) Jantung : irama jantung teratur.

5) Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak.

6) Payudara

7) Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, pengeluaran

colostrum (Mochtar, 1990 : 102).

8) Punggung dan pinggang

9) Posisi tulang belakang : normal atau tidak. Tidak normal bila ditemukan lordosis.

10) CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.

11) Abdomen

Bekas luka operasi: untuk mengetahui apakah pernah SC atau operasi lain.

e.         Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus, konsistensi uterus,

posisi uterus. Pada ibu nifas 1 hari post partum normal TFU 2 jari di bawah pusat dan

kontraksinya baik. Konsistensinya keras dan posisi uterus di tengah.

f.          Pengeluaran lochea

Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada umumnya dan

menentukan adanya kelainan atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1 hari post

partum loceha warna merah jumlah + 50 cc, bau : dan konsistensi encer.

g.         Perineum

Untuk mengetahui apakah pada perineum terdapat jahitan ataupun bekas jahitan

atau tidak. Pada nifas normal bisa ditemukan bekas jahitan. Kaji kebersihan area

perineum.

h.         Kandung kemih

Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, pada ibu nifas normal

kandung kemih tidak teraba.

i.           Extremitas atas dan bawah

1)   Edema         : ada atau tidak

2)   Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak

3)   Kemerahan : ada atau tidak

4)   Varices : ada atau tidak

5)   Reflek patella kanan & kiri: normalnya + Reflek patella negatif pada

hypovitaminase B1 dan penyakit urat syarat (Mochtar, 1998 : 102)

4)        Uji Diagnostik

a)         Darah: pemeriksaan Hb. HB ibu nifas normal: Hb normal 11 gram %

b)        Golongan darah

Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah apabila terjadi komplikasi.
2.      Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (ruptur perineum/insisi

perineum).

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kursng pengetahuan,

terputusnya kontinuitas jaringan.

3. intervensi

DX 1

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (ruptur perineum/insisi

perineum).

NOC :

Kontrol Nyeri

1) Melaporkan nyeri yang terkontrol.

2) Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri.

3) Ekspresi nyeri wajah normal.

4) Nyeri yang dilaporkan ringan.

NIC:

Manajemen nyeri

1) Lakukan pengkajian nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik, kualitas, intensitas,

atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.

2) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan

dirasakan.

3) Ajarkan teknik nonfarmakologi (distraksi dan relaksasi).

4) Monitor tanda-tanda vital.


Terapi relaksasi

1) Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi.

2) Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien.

3) Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat untuk setiap kata.

Kontrol pemberian analgetik

1) Kolaborasi dengan dokter dan pasien dalam memilih jenis analgetik yang

digunakan.

DX 2

Resiko infeksi berhubungan dengan kursng pengetahuan, terputusnya kontinuitas

jaringan.

NOC :

Status maternal post partum

1) Penyembuhan perineum ditingkatkan.

2) Infeksi dipertahankan pada keriteria tidak ada.

3) Keseimbangan alam perasaan bsik.

NIC :

Perlindungan infeksi

1) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi.

2) Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup.

3) Ajarkan klien dan keluarga cara menghindari infeksi.

Perawatan perineum

1) Bantu klien membersihkan luka perineum.


2) Jaga agar daerah perineum tetap kering.

3) Berikan pembalut yang sesuai untuk menyerap cairan.

4) Inspeksi kondisi robekan.

5) Ajarkan klien dan orang terdekat untuk meginspeksi tanda-tanda yang tidak

normal pada perineum.

Kontrol infeksi

1) Kolaborasi pemberian antibiotik yang sesuai.

4.      Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap proses

keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan

keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan

5.      Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau

tidak.      

DAFTAR PUSTAKA

Dinata, F. (2011). perawatan masa nifas. RS AZRA, 11.

Dewi, V. N., & Sunarsih, T. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta:

Salemba Medika
Johnson, mario dkk (2015) Nursing Outcomes Classificasion (NOC) Jakarta: EGC

Johnson, mario dkk (2015) Nursing Intervension Classificasion (NIC) Jakarta: EGC

Reeder, Martin, Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas volume 2. Jakarta:

EGC

wahyuningsih, s. (2019). Asuhan Keperawatan Post Partum. Jember.

Diagnosa keperawatan yang Mungkin Muncul

Anda mungkin juga menyukai