Disusun oleh :
Kelompok 3
Agith fachriane Satria Irawan (C1AA19003)
Kemala Putri Atriyanti (C1AA19045)
Muhamad Akbar (C1AA19059)
Riska Ajkianti (C1AA19087)
SalsaShafira Milatillah (C1AA19091)
Tia Isma Aulia (C1AA19109)
Villyani Delvia Rizki (C1AA19111)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Laporan
Konsep Dasar Bed Preparation : Konsep Time, Konsep Debridement”. untuk memenuhi
salah satu tugas Perawatan Luka dengan tepat sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
Dalam pembuatan makalah ini, kami tidak luput dari berbagai macam kendala. Namun
berkat ketabahan dan kerja keras yang di iringi dengan doa yang tulus kepada Allah SWT.
Kendala tersebut sedikit demi sedikit dapat kami atasi. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih ada beberapa kekurangan dan kesalahan, maka dari itu kami mengharapkan
saran dan kritiknya untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penulisan hal semacam
ini di masa-masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN .1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
A. ManajemenPerawatanLuka………………………………………………………3
B. Would Bed Preparation........................................................................................8
C. Perubahan Fisiologis Warna Dasar Luka………………..………………………9
D. TIME management………………………………………………………………12
E. Penilaian dan Penentuan kebutuhan akan CSWD………..…………………..15
F. Definisi Debridement………...…………………………………………………..18
G. Etiologi Debridement…………………………………………………………….18
H. Indikasi dan Kontrindikasi…………….………………………………………..18
I. Penatalaksanaan/Jenis-jenis tindakan……………………………………...…..19
J. Pathway.............................................................................................................22
BAB III PENUTUP…..................................................................................................................27
A. Kesimpulan.................................................................................................................27
B. Saran.........................................................................................................................27
Daftar Pustaka...........................................................................................................................28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik luka akut
maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan
prevalensi pasien dengan luka adalah 3,50 per 1000 populasi penduduk.
Mayoritas luka pada penduduk dunia adalah luka karena pembedahan/trauma
(48,00%), ulkus kaki (28,00%), luka dekubitus (21,00%). Sebuah asosiasi luka di
Amerika melakukan penelitian tentang insiden luka di dunia berdasarkan etiologi
penyakit. Diperoleh data untuk luka bedah ada 110,30 juta kasus, luka trauma
1,60 juta kasus, luka lecet ada 20,40 juta kasus, luka bakar 10 juta kasus, ulkus
dekubitus 8,50 juta kasus, ulkus vena 12,50 juta kasus, ulkus diabetik 13,50 juta
kasus, amputasi 0,20 juta pertahun, karsinoma 0,60 juta pertahun, melanoma 0,10
juta, komplikasi kanker kulit ada sebanyak 0,10 juta kasus (Diligence, 2009). Di
Indonesia, berdasarkan data riskesdas (2013), proporsi jenis luka atau macam luka
1
2 yang didominasi akibat trauma adalah luka lecet/memar (70,90%), terkilir
(27,5%), dan luka robek (23,2%).
2
e. Mengetahui bagaimana peran dan fungsi perawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
untuk merawat luka yaitu teknik steril dan teknik bersih. Teknik steril
yang telah disterilkan sehingga tidak ada bakteri atau partikel virus yang
lingkungan luar yang tidak steril. Sedangkan teknik bersih adalah teknik
3
Pengkajian yang tidak tepat dapat menyebabkan penyembuhan
hidup bagi pasien (Ousey& Cook, 2011) untuk itu dibutuhkan suatu alat
menggunakan TIME.
mempersiapkan dasar luka dari adanya infeksi, benda asing, atau jaringan
mati menjadi merah terang dengan proses epitelisasi yang baik. TIME
dikenalkan oleh Prof. Vincent Falanga pada tahun 2003 yang disponsori
oleh produk Smith dan Nephow dalam penelitian ini sehingga keluar
TIME.
epitelisasi.
3
1. Tissue Management (manajemen jaringan)
Tujuan dari manajemen jaringan yaitu untuk mengangkat
dasar luka sehingga dapat dipilih jenis debridement yang akan dilakukan.
baik. Untuk mendapatkan dasar luka yang baik (tidak ada lagi jaringan
4
Debridement enzimatik adalah metode yang menggunakan
lembab.
jaringan mati yaitu sekitar dua minggu (14hari) dan tentunya tanpa faktor
5
pemeriksaan penunjang diagnostik menunjukan leukosit dan makrofag
lebih besar dari sebelumnya. Cairan yang berlebih pada luka kronik dapat
pada jaringan. Banyaknya cairan luka (eksudat) pada luka kronik dapat
luka (moist wond healing). Luka kering atau luka tanpa eksudat hingga
6
sedang hingga banyak, tidak dianjurkan lagi menggunakan balutan yang
membuat luka barudi kulit yang sehat. Eksudat cairan yang sangat korosif
dapat berlangsung secara efektif. Tepi luka yang siap melakukan proses
penutupan (epitelisasi) adalah tepi luka yang halus, bersih, tipis, menyatu
tepi luka. Tepi luka yang tebal disebabkan oleh proses epitelisasi yang
7
dan menebal. Dasar luka yang belum menyatu dengan tepi luka
Jika di tepi luka masih ada jaringan mati (nekrosis) jaringan tersebut
(hipermoist) yang seimbang. Jika tinggi luka dengan tepi luka sama
(menyatu), proses epitelisasi dapat terjadi dengan baik dan rata. Jika
dasar luka belum menyatu dengan tepi luka, namun proses epitelisasi
telah terjadi, hal ini dapat menyebabkan luka sembuh dengan permukaan
yang tidak rata. Tepi luka juga harus lunak, jika tidak, epitel akan
lingkungan luka yang optimal dengan dasar luka yang stabil, vaskularisasi
penyembuhan luka.
1. Hitam (black).
dengan warna dasar hitam beresiko mengalami deep tissue injury atau
utuh. Luka terlihat kering, namun sebetulnya itu bukan jaringan sehat
9
2. Kuning (Yellow).
Tujuan perawatan sama dengan luka dasar warna kuning, yaitu
lunak berbentuk seperti nanah beku pada permukaan kulit yang sering
sekali bagi klinisi luka untuk melakukan pengkajian yang tepat. Pada
beberapa kasus, kita akan menemukan bentuk slough yang keras yang
3. Merah (red).
luka hingga luka dapat menutup. Hati- hati dengan warna dasar luka
merah yang tidak cerah atau berwarna pucat karena kemungkinan ada
10
Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah
merah tua atau terang dan selalu tampak lembap merupakan luka bersih
(Kartika,2015).
4. Merahmuda (pink).
Saat ini persiapan dasar luka (3M) pada perawatan luka luka kronik adalah:
1. Mencuci luka
Mencuci luka:
11
c. Hati-hati terhadap tekanan tinggi, gunakan jarum suntik nomor 18.
D. TIME management
Arti secara harfiah manajemen adalah Ilmu dan seni dalam merencanakan,
tujuan sedangkan luka merupakan suatu gangguan yang tidak terbatas hanya pada
kerusakan kulit tetapi berupa gangguan pada aspek biologis, psikologis, sosial dan
tubuh. Falanga dan Sibbald (2004) telah menjelaskan tentang konsep persiapan
dasar luka. Konsep yang digunakan untuk mempersiapkan dasar luka adalah
melihat warna dasar luka untuk melakukan langkah-langkah persiapan dasar luka
dengan metode TIME. Warna dasar luka merah atau red menunjukkan luka
dan infark. Tujuan perawatan yang dapat dilakukan adalah mengatasi eksudat, dan
berwarna hitam atau black adalah luka yang telah nekrotik. Tujuan dari perawatan
12
memperbaiki sirkulasi ke seluruh permukaan luka (Poerwantoro, 2013).
Manajemen jaringan luka (pada dasar luka berwarna merah) dengan cara
menghilangkan jaringan Nekrotik dan Slough agar dasar luka dapat jelas terlihat
Terjadinya Autolisis, yaitu proses penghancuran sel yang dilakukan oleh enzim
dari dalam sel itu sendiri yang berujung pada kematian sel. Manajemen Jaringan
a. Autolytic Debridement.
Maggots atau belatung berasal dari larva lalat lucilia sericata yang mensekresikan
enzim yang dapat memecah jaringan nekrotik menjadi semi-liquid form (lunak)
sehingga dapat dicerna oleh belatung dan hanya meninggalkan jaringan yang
c. Enzymatik debridement.
13
d. Mechanical debridement.
pada luka dan setelah itu diangkat. Cara ini dapat mengangkat slough dan eschar
ketika balutan luka diganti namun efek negatifnya menimbulkan nyeri pada
pasien dan dapat merusak jaringan yang baru. Irigasi dengan tekanan tinggi juga
dapat digunakan dan efektif untuk jumlah bakteri pada luka dibanding dengan
e. Surgical debridement.
debridement yang paling cepat namun tidak cocok untuk semua jenis luka
(utamanya luka dengan perfusi jelek). Diantara kelima cara manajemen jaringan
di atas, yang terbaik adalah autolytic debridement hanya saja memerlukan waktu
yang lama.
yang layak , menggunakan pisau bedah, gunting atau kuret untuk dibuat tempat
tidur luka bersih; melibatkan sedikit atau tidak ada rasa sakit dan pendarahan,
14
E. Penilaian dan Penentuan kebutuhan akan CSWD
1. Kekhawatiran klien
3. Jika luka ada di tungkai bawah, tentukan tungkai bawah sehubungan dengan
penyembuhan
a. Ukur tekanan ABI 2 dan jari kaki bila tersedia jika klien memiliki tanda
monofilament.
4. Penilaian Luka:
a. Lokasi luka.
15
h) Peri-luka kulit.
a. Pada klien dengan diabetes dan / atau kompromi arterial, bukti nyata
infeksi lokal dapat diredam atau tidak ada karena aliran darah arterial terganggu, menumpulkan
b. Jika tidak jelas apakah infeksi lokal akan sembuh setelah debridemen,
amati luka untuk menentukan apakah infeksi sembuh atau jika diperlukan
antibiotik.
Faktor lain yang dapat menghambat penyembuhan luka adalah Inflamasi dan
infeksi, sehingga perlu dilakukan pengkajian apakah luka mengalami infeksi atau
tidak, bila terjadi infeksi maka infeksi harus di atasi dengan menggunakan balutan
yang dapat
infeksi sedangkan luka yg tidak infeksi, luka perlu di cegah agar tidak terjadi
infeksi. Selain itu perlu di perhatikan pula waktu inflamasi (peradangan), inflamasi
16
a. Topical/ systemic
b. Antimicrobials
c. Anti-inflammatories
d. Protease inhibition
dengan cara menggunakan balutan dengan daya serap tinggi untuk luka hiper
mengalami dehiderasi.
1. Untuk luka dengan eksudat yang sangat banyak, gunakan balutan yang
memiliki daya serap yang tinggi. Contohnya alginate, foams, dan hydrofiber dressing. Bila tidak
2. Untuk luka dengan eksudat yang produktif seperti sinus dan fistula, dapat
digunakan ‘system kantong’ untuk menampung eksudat. ‘system kantong’ dapat mencegah
resiko kontaminasi kulit sekitar luka (yang mungkin masih sehat) dari eksudat, volume dan
warna eksudat dapat dipantau, dan bau eksudat dapat dikontrol. Untuk aplikasi ‘system kantong’
dapat digunakan stoma bag, urostomy bag, fistula bag, atau bila tidak ada dapat digunakan
‘parcel dressing’.
Yang paling penting adalah perawatan kulit sekitar luka. Eksudat yang berlebihan
dapat menimbulkan maserasi atau dermatitis irritant (Cutting & White, 2002).
17
F. Definisi Debridement
Debridement merupakan suatu tindakan eksisi yang bertujuan untuk
membuang jaringan nekrosis maupun debris yang menghalangi proses
penyembuhan luka dan potensial terjadi atau berkembangnya infeksi sehingga
merupakan tindakan pemutus rantai respon inflamasi sistemik dan maupun
sepsis (Chadwick, 2012).
G. Etiologi Debridement
Penyebab debridement dilakukan adalah ketika ada ulkus,jaringan
nekrotik, yang dapat menghambat proses penyembuhan luka sehingga akan
menyebabkan perkembangan infeksi. (Mutaqqin, 2008)
H. Tujuan Debridement
Menurut OTA (2010) tujuan dilakukan tindakan debridement yaitu :
a. Ekstensi dari luka akibat trauma untuk identifikasi zona cidera (injury
zone)
b. Deteksi dan membuang benda-benda asing terutama yang organik
c. Deteksi dan membuang jaringan yang tidak viable
d. Reduksi kontaminasi bakteri
e. Membuat luka baru yang resisten terhadap kontaminasi bakteri
I. Indikasi dan Kontrindikasi
1. Indikasi
Indikasi dilakukannya tindakan debridement menurut Majid (2011)
sebagai berikut :
1) Luka dengan proses pemulihan lambat disertai fraktur tulang akibat
kecelakaan atau trauma. Jenis fraktur ini biasanya merusak kulit
sehingga luka terus mengeluarkan darah dan hematoma. Jika kondisi
fraktur sangat parah dan memerlukan pencangkokan tulang,
debridemen akan dilakukan untuk membersihkan dan mempersiapkan
area fraktur untuk prosedur cangkok.
18
a.Pasien yang terdiagnosis osteomielitis. Kondisi ini ditandai dengan
tulang yang meradang akibat infeksi. Kondisi ini jarang terjadi di
negara maju dan umumnya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus yang dapat menyebar hingga sumsum tulang.
b. Pasien yang terdiagnosis pertumbuhan lesi jinak pada tulang. Dalam
kasus tertentu, pencangkokan tulang diperlukan untuk
menyempurnakan pengobatan, dan debridemen tulang merupakan salah
satu proses yang harus dijalani.
c.Pasien diabetes dengan luka terbuka pada tangan atau kaki yang
beresiko mengalami infeksi. Infeksi kaki cukup umum di antara pasien
diabetes, umumnya memerlukan perawatan khusus dan agresif untuk
menyelamatkan anggota tubuh dari amputasi total.
d. Korban kebakaran, terutama dengan cedera yang agak dalam
2. Kontraindikasi
Kontraindikasi dilakukannya tindakan debridement menurut Majid (2011)
sebagai berikut :
a.Kondisi fisik yang tidak memungkinkan
b. Gangguan pada proses pembekuan darah
c.Tidak tersedia donor yang cukup untuk menutup
permukaan terbuka (raw surface) yang timbul
J. Penatalaksanaan/Jenis-jenis tindakan
Jenis- jenis debridement (Vowden and Vowden, 2011)
a. Debridement Autolitik
Autolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi,
melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridement
Autolitik bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan.
Proses ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen Autolitik dapat
dilakukan dengan menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang
mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan nekrotik.
19
Debridement Autolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid, hidrogel atau
transparent films.
1. Indikasi
Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit sampai sedang.
2. Keuntungan
a) Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya.
b) Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh
sendiri untuk membersihkan luka debris nekrotik .
c) Efektif dan mudah
d) Sedikit atau tanpa nyeri.
3. Kerugian
a) Tidak secepat debridement surgikal.
b) Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi.
c) Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif
b. Debridement Enzymatik
Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal
untuk merangsang debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis,
debridement enzimatik dilakukan setelah debridement surgical atau
debridement otolitik dan mekanikal. Debridement enzimatik
direkomendasikan untuk luka kronis.
1) Indikasi
a) Untuk luka kronis
b) Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik.
c) Pembentukan jaringan parut
2) Keuntungan
a) Kerjanya cepat
b) Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan
yang tepat.
20
3) Kerugian
a) Mahal
b) Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik.
c) Memerlukan balutan sekunder
d) Dapat terjadi inflamasi dan rasa
tidaknyaman.
c. Debridement Mekanik
Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti
anyaman yang melekat pada luka. Lapisan luar dari luka
mengering dan melekat pada balutan anyaman. Selama proses
pengangkatan, jaringan yang melekat pada anyaman akan
diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-viable, sementara
beberapa yang lain viable.
Debridement ini nonselektif karena tidak membedakan
antara jaringan sehat dan tidak sehat. Debridement mekanikal
memerlukan ganti balutan yang sering. Proses ini bermanfaat
sebagai bentuk awal debridement atau sebagai persiapan untuk
pembedahan. Hidroterapi juga merupakan suatu tipe
debridement mekanik.Keuntungan dan risikonya masih
diperdebatkan.
1) Indikasi
Luka dengan debris nekrotik moderat.
2) Keuntungan
Materialnya murah (misalnya tule)
3) Kerugian
a) Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan
sehat atau jaringan penyembuhan
b) Proses penyembuhan lambat
c) Nyeri
d) Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga
penyebaran melalui air dapat menyebabkan kontaminasi
atau infeksi. Disinfeksi tambahan dapat menjadi sitotoksik.
21
d. Debridement Surgikal
Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan
avital dengan menggunakan skalpel, gunting atau instrument
tajam lain Debridement surgikal merupakan standar perawatan
untuk mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan debridement
surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya bagian avital
yang dibuang. Debridement surgikal dengan cepat mengangkat
jaringan mati dan dapat mengurangi waktu. Debridement
surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien atau di dalam
ruang operasi setelah pemberian anestesi.
Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau
lebih pucat(tahap awal), bisa juga lebih kehitaman (tahap
lanjut), konsistensi lebih lunak dan jika di insisi tidak/sedikit
mengeluarkan darah. Debridement dilakukan sampai jaringan
tadi habis, cirinya adalah kita sudah menemulan jaringan yang
sehat dan perdarahan lebih banyak pada jaringan yang dipotong.
1) Indikasi
a) Luka dengan jaringan nekrotik yang luas
b) Jaringan terinfeksi.
2) Keuntungan
a) Cepat dan selektif
b) Efektif
3) Kerugian
a) Nyeri
b) Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi
22
K. Pathway
Gambar2.1:Kerangka Teori
Luka
Akut Kronis
TreatmentPerawatan
Luka
Akut Kronis
Moist BWAT
WoundHea TIME
ling Debridement
TIME
modifikasiBate
s-Jensen
Pengetahuan
Perawat
Dokumentasi
keperawatan
Sumber:ModifikasidariSchultz etal(2005).
iii
BAB III
TINJAUANPUSTAKA
A. Kesimpulan
Internasional Wound Bed Preparation Advisory Board (IWBPAB)
banyak mengembangkan konsep persiapan dasar luka Menurut Schultz
(2003) dalam Arisanty 2013, persiapan dasar luka adalah penatalaksanaan
luka sehingga dapat meningkatkan penyembuhan dari dalam tubuh sendiri
atau memfasilitasi efektifitas terapi lain. Metode ini bertujuan
mempersiapkan dasar luka dari adanya infeksi, benda asing, atau jaringan
mati menjadi merah terang dengan proses epitelisasi yang baik. TIME
dikenalkan oleh Prof. Vincent Falanga pada tahun 2003 yang disponsori
oleh produk Smith dun Nephow dalam penelitian ini sehingga keluar
TIME. T tissue management (manajemen jaringan), I infection or
inflammation control (pengendalian infeksi), M moisture balance
(keseimbangan kelembaban), dan E edge of wound (pinggiran luka untuk
mendukung proses epitelisasi).
Perawatan luka yang optimal memiliki peran penting dalam proses
penyembuhan luka agar dapat berlangsung dengan baik dan dalam waktu
yang singkat sehingga tidak menurunkan produktivitas dan meningkatkan
biaya perawatan luka. Penanganan umum luka terdiri dari preparasi bed
luka dan penutupan luka. Preparasi bed luka dilakukan melalui
debridement, kontrol bakteri, dan pengelolaan eksudat luka. Penutupan
luka dilakukan bila luka telah terpraparasi dengan baik dan dapat
dilakukan per-sekundam, perprimam, skin graft, flap, serta dengan
menggunakan sel punca. Penilaian luka, penentuan tindakan, dan
pemilihan dressing pada perawatan luka dengan diagnosis apapun
dilakukan berdasarkan kondisi dan problem luka. Kondisi luka dapat
diidentifikasi melalui warna dan permukaan luka
iv
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa
keperawatan agar lebih bisa memahami mengenai laporan konsep dasar
bed preparation : konsep time, konsep debridement.
v
Daftar Pustaka
Gosyen Publising
Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Imunologi. Jakarta: Salemba Medika
NANDA. alih bahasa Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti. 2012. NANDA
International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
OTA Open Fracture Study Group. A New Classification Scheme for Open Fractures. J
Orthop Trauma. 2010; 24 (8) 457-65
Vowden, K & Vowden, P. 2011. Debridement made easy. Wounds UK. 7 (4).1-4.
vi