PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua
permukaan sendi secara komplet / lengkap terlepasnya kompresi jaringan tulang
dari kesatuan sendi, dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya
(dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya
kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain, sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun
menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya,
sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehingga
tulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat
disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau
karena sejak lahir (kongenital).
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep medis dari dislokasi ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dislokasi ?
3. Apa satuan acara penyuluhan untuk pasien dislokasi ?
4. Apa jurnal terkait dislokasi ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari pembuatan makalah dislokasi adalah supaya mahasiswa
mampu memahami dislokasi serta mampu memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dislokasi.
1
2
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep medis dislokasi.
b. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien
dislokasi.
c. Mahasiswa mampu memahami satuan acara penyuluhan untuk pasien
dislokasi.
d. Mahasiswa mampu memahami jurnal terkait dislokasi.
3
BAB II
ISI
A. Konsep Medis
1. Definisi
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi
tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). (Pearce
EC,2010)
Dislokasi merupakan cidera sendi yang serius dan jarang terjadi. Dislokasi
terjadi bila sendi terlepas dan terpisah, dengan ujung-ujung tulang tidak lagi
menyatu. Bahu,siku,jari,pinggul, lutut, dan pergelangan kaki merupakan
sendi-sendi yang paling sering mengalami dislokasi. (Thyerson,2011)
2. Epidemiologi
Hasil subjek penelitian adalah 55 pasien yang terdiri dari 39 laki-laki dan
16 perempuan. Sebanyak 26,1% penderita berusia 14-24tahun dan 70,9%
diderita oleh laki-laki. Berdasarkan waktu kejadian dislokasi, 76,4% pasien
datang dengan dislokasi akut. Penyebab utama dislokasi adalag trauma
(90,9%). Penyebab dislokasi adalah 60% akibat trauma langsung. Dislokasi
anterior didapati paling banyak terjadi yaitu 90,9% dengan 34,5% kasus
mengalami komplikasi fraktur dislokasi. (RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang dari bulan januari 2012 sampai bulan desember 2013)
3. Anatomi Fisiologi
a. Histologi tulang
Secara hitologinya, pertumbuhn tulang dibagi menjadi 2 jenis (Arif
Musstaqin,2008) yaitu :
1) Tulang imatur, terbentuk pada perkembangan embrional dan tidak
terlihat lagi pada usia satu tahun. Tulang imatur mengandung
jaringan kolagen .
2) Tulang mtur, ada 2 jenis yaitu tulang kortikl dan tulang trabekular.
b. Komponen Penyusun Tulang
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun atas tiga sel:
4
pembuluh darah besar, dan kulit. Elastin dipecahkan oleh enzim yang
disebut elastase.
4. Etiologi
Cedera olahraga. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah
sepak bola dan hoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya;
terperosok akibat main ski, senam, volly. Permain basket dan pemain sepak
bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena
secara tidak sengaja.
Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga seperti benturan keras
pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
5. Klasifikasi
Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya (Brunner & Suddart,2002)
adalah :
a. Dislokasi congenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan
pertumbuhan,paling sering terjadi pada pinggul.
b. Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau
jaringan sekitar sendi, misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis
tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
c. Dislokasi traumatic, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan
saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat
anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena
traua yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekelilingnya dan mungkin juga merusak struktur
sendi,ligamen,syaraf, dan system vaskular. Kebanykan terjadi pada
orang dewasa.
Dislokasi berdasarkan tipe kliniknya (Brunner & Suddart 2002) adalah :
a. Dislokasi akut, umumnya terjadi pada shoulder,elbow, dan hip. Disertai
nyeri akut dan pembengkakan disekitar sendi.
b. Dislokasi berulang.Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleg
frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka
8
6. Patofisiologi
11
7. Manifestasi Klinis
a. Deformasi pada persendian
Jika sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat celah .
b. Gangguan gerakan
Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
c. Pembengkaan
Pembengkan ini bisa parah pada kasus trauma dan dapat menutupi
deformitas
d. Nyeri
Sendi bahu,sendi siku,metakarpal palangeal dan sendi pangkal paha
servikal
e. Kekakuan
(Aston, J N. 1999)
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat menunjang diagnosa adalah sebagai
berikut :
a. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif
untuk membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi
sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana
tulang dan sendi berwarna putih.
b. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat
dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan
gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
c. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet
dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif,
sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak)
12
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk
mengumpulkan data pasien dengan menggunakan tehnik wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tetapi pada pasien
dislokasi difokuskan pada :
a. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya
nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri
meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi,
pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat
memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
15
d. Pemeriksaan Fisik
1) Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang
mengalami dislokasi.
2) Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang
mengalami dislokasi.
3) Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
4) Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
e. Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan
kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah :
1) Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya
mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi yang dapat mengganggu
kenyamanan klien.
2) Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak
berada pada tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan
dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas
klien.
3) Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada
rahang sehingga klien mengalami kesulitan mengunyah dan
menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
4) Rasa aman (ansietas) : klien dengan dislokasi tentunya mengalami
gangguan rasa aman atau cemas(ansietas) dengan kondisinya.
2. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik).
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskletal.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang
ekstremitas ditandai dengan perubahan postur tubuh.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit.
16
3. Perencanaan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)
a. Definisi dislokasi
b. Etiologi dislokasi
c. Manifestasi klinis dislokasi
d. Pencegahan dislokasi
e. Penanganan dislokasi
II. Metode Penyuluhan
Ceramah, tanya jawab
III. Media
Leaflet
IV. Kegiatan Penyuluhan
V. Evaluasi
1. Evaluasi Sumatif : pasien mampu mengetahui dan memahami
dislokasi
D. Jurnal
“Upaya Meningkatkan Efektifitas Pola Napas Pada Pasien Fraktur Dislokasi
Servikal Di Rsop Surakarta”
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Sebuah sendi yang ligamen-ligamennya pernah mengalami
dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang
mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang,
pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin
awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Dan penulis juga berharap dapat menerima saran dan kritik dari
para pembaca yang dapat membangun untuk kesempurnaan makalah ini
selanjutnya.
23
DAFTAR PUSTAKA