REPRODUKSI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Alat kelamin atau sistem reproduksi merupakan bagian yang pening untuk
dikaji pada wanita. Berbagai masalah yang berkaitan dengan sistem reproduksi
wanita dapat terjadi misalnya masalah yang berkaitan dengan kontrasepsi,
kehamilan, gangguan menstruasi maupun menopause.
Sistem reproduksi wanita terdiri dari dua bagian utama aitu alat kelamin luar
dan dalam yang berkembang dan berfungsi sesuai dengan pengaruh hormon-
hormon yang juga mempengaruhi fertilitas, kehamilan, melahirkan, dan
kemampuan mencapai kepuasan sexual. Alat kelamin luar terdiri dari mons pubis,
klitoris, labia mayora, labia minora, dan beberapa struktur yang berkaitan
(kelenjar bartholini, skene’s,dan meatus uretra) alat kelamin dalam terrdiri dari
vagina uteruss, ovarium dan tuba falopii.
TINJAUAN PUSTAKA
SISTEM GENITOURINARIA
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu wawancara kepada klien yang ditujukan
untuk mengetahui secara dini penyakit yang kemungkinan di derita oleh klien.
Anamnesis merupakan suatu proses pengumpulan data adalah mengumpulkan
informasi yang sistematik tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien.
Data dikumpulkan dari klien (autoanamnesa) atau dari orang lain (alloanamnesa),
yaitu dari keluarga, orang terdekat, masyarakat.
Data yang diperoleh dari proses anamnesis merupakan data subjektif. Data
Subjektif menunjukkan persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan.
Klien mengungkapkan persepsi dan perasaan subjektif seperti harga diri atau
nyeri. Data subjektif adalah informasi yang diucapkan oleh klien kepada perawat
selama wawancara atau pengkajian keperawatan, yaitu komentar yang didengar
oleh perawat. Data subjektif biasa disebut ”gejala”. Data subjektif atau gejala
adalah fenomena yang dialami oleh klien dan mungkin suatu permulaan kebiasaan
dari sensasi normal klien. Contoh : saya merasa sakit dan perih ketika buang air
kecil, perut saya terasa melilit, badan saya sakit semua, dll.
a. Keluhan utama dan riwayat penyakit
a. Tanda dan gejala utama pada klien dengan gangguan sistem perkemihan
adalah pola berkemih, nyeri dan perubahan urin.
b. Sangat penting juga untuk mengkaji gejala awal, faktor presipitasi, seting
seputar masalah (aktivitas dan kondisi lingkungan), pola umum dan
episode penyakit (akut, kronis dan intermitten), dan apakah klien pernah
mengalami hal yang serupa.
b. Keluhan Miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi keluhan iritasi,
obstruksi, inkontinensia dan enuresis. Keluhan iritasi meliputi urgensi,
polakisuria, nokturia dan disuria; sedangkan keluhan obstruksi meluiputi
hesitansi, harus mengejan saat miksi, pancaran urine melemah, intermitensi dan
menetes serta masih terasa ada sisa urine sehabis miksi. Keluhan iritasi dan
obstruksi dikenal sebagai lower urinary tract syndrome.
a. Gejala Iritasi
Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing hingga terasa sakit, akibat
hiperiritabilitas dan hiperaktivitas buli-buli sehingga inflamasi, terdapat
benda asing di dalam buli-buli, adanya obstruksi intravesika atau karena
kelainan buli-buli nerogen. Frekuensi, atau polaksuria, adalah frekuensi
berkemih yang lebih dari normal (keluhan ini paling sering ditemukan pada
pasien urologi). Hal ini dapat disebabkan karena produksi urine yang
berlebihan atau karena kapasitas buli buli yang menurun. Nokturia adalah
polaksuria yang terjadi pada malam hari. Pada malam hari, produksi urin
meningkat pada pasien-pasien gagal jantung kongestif dan edema perifer
karena berada pada posisi supinasi. Pada pasien usia tua juga dapat
ditemukan produksi urine pada malam hari meningkat karena kegagalan
ginjal melakukan konsenstrasi urine.
b. Gejala Obstruksi
Normalnya, relaksasi sfingter uretra eksterna akan diikuti pengeluaran urin.
Apabila terdapat obstruksi intravesika, awal keluarnya urine menjadi lebih
lama dan sering pasien harus mengejan untuk memulai miksi. Setelah urine
keluar, seringkali pancarannya lemah dan tidak jauh, bahkan urine jatuh
dekat kaki pasien. Di pertengahan miksi seringkali miksi berhenti dan
kemudian memancar lagi (disebut dengan intermiten), dan miksi diakhiri
dengan perasaan masih terasa ada sisa urine di dalam buli buli dengan masih
keluar tetesan urine (terminal dribbling). Apabila buli-buli tidak mampu lagi
mengosongkan isinya, akan terasa nyeri pada daerah suprapubik dan diikuti
dengan keinginan miksi yang sakit (urgensi). Lama kelamaan, buli-buli isinya
makin penuh hingga keluar urin yang menetes tanpa disadari yang dikenal
sebagai inkontinensia paradoksa. Obstruksi uretra karena striktura uretra
anterior biasanya ditandai dengan pancaran kecil, deras, bercabang dan
kadang berputar putar.
c. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk menahan urine
yang keluar dari buli buli, baik disadari ataupun tidak disadari. Terdapat
beberapa macam inkontinensia urine, yaitu inkontinensia true atau continuous
(urine selalu keluar), inkontinensia stress (Tekanan abdomen meningkat),
inkontinensia urge (ada keinginan untuk kencing) dan inkontinensia
paradoksa (Buli-buli penuh).
d. Hematuria
Hematuria adalah didapatkannya darah atau sel darah merah di dalam urine.
Hal ini perlu dibedakan dengan bloody urethral discharge, yaitu adanya
perdarahan per uretram yang keluar tanpa proses miksi. Porsi hematuria perlu
diperhatikan apakah terjadi pada awal miksi (hematuria inisial), seluruh
proses miksi (hematuria total) atau akhir miksi (hematuria terminal).
Hematuria dapat disebabkan oleh berbagai kelainan pada saluran kemih,
mulai dari infeksi hingga keganasan.
e. Pneumaturia
Pneumaturia adalah berkemih yang tercampur dengan udara, dapat terjadi
karena adanya fistula antara buli-buli dengan usus, atau terdapat proses
fermentasi glukosa menjadi gas karbondioksida di dalam urine, seperti pada
pasien diabetes mellitus.
f. Hematospermia
Hematospermia atau hemospermia adalah adanya darah di dalam ejakulat,
biasa ditemukan pada pasien usia 30-40 tahun. Kurang lebih 85-90%
mengeluhkan hematospermia berulang. Hematospermia paling sering
disebabkan oleh kelainan pada prostat dan vesikula seminalis. Paling banyak
hematospermia tidak diketahui penyebabnya dan dapat sembuh sendiri.
Hematospermia sekunder dapat disebabkan oleh paska biopsi prostat, adanya
infeksi vesikula seminalis atau prostat, atau oleh karsinoma prostat.
g. Cloudy Urine
Cloudy urine adalah urine bewarna keruh dan berbau busuk akibat adanya
infeksi saluran kemih.
3. Nyeri
Nyeri yang disebabkan oleh kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia
dirasakan sebagai nyeri lokal (nyeri yang dirasakan di sekitar organ tersebut)
atau berupa referred pain (nyeri yang dirasakan jauh dari tempat organ yang
sakit). Inflamasi akut pada organ padat traktus urogenitalia seringkali
dirasakan sangat nyeri, hal ini disebabkan karena regangan kapsul yang
melingkupi organ tersebut. Maka dari itu, pielonefritis, prostatitis, maupun
epididimitis akut dirasakan sangat nyeri, berbeda dengan organ berongga
sperti buli-buli atau uretra, dirasakan sebagai kurang nyaman/discomfort.
a. Nyeri Ginjal
Nyeri ginjal terjadi akibat regangan kapsul ginjal. Regangan kapsul ini dapat
terjadi pada pielonefritis akut yang menumbulkan edema, pada obstruksi
saluran kemih yang menjadi penyebab hidronefritis, atau pada tumor ginjal.
b. Nyeri Kolik
Nyeri kolik terjadi pada spasmus otot polos ureter karena gerakan
peristaltik yang terhambat oleh batu, bekuan darah atau corpus alienum lain.
Nyeri ini sangat sakit, namun hilang timbul bergantung dari gerakan
perilstaltik ureter. Nyeri tersebut dapat dirasakan pertama tama di daerah sudut
kosto-vertebra, kemudian menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio
inguinal hingga ke daerah kemalian. Sering nyeri ini diikuti keluhan pada
sistem pencernaan, seperti mual dan muntah.
c. Nyeri Vesika
Nyeri vesika dirasakan pada daerah suprasimfisis. Nyeri terjadi akibat
overdistensi vesika urinaria yang mengalami retensi urin atau terdapatnya
inflamasi pada buli buli. Nyeri muncul apabila buli-buli terisi penuh dan nyeri
akan berkurang pada saat selesai miksi. Stranguria adalah keadaan dimana
pasien merasakan nyeri sangat hebat seperti ditusuk-tusuk pada akhir miksi
dan kadang disertai hematuria.
d. Nyeri Prostat
Nyeri prostat disebabkan karena inflamasi yang mengakibatkan edema
kelenjar postat dan distensi kapsul prostat. Lokasi nyeri sulit ditentukan,
namun umunya diaraskan pada abdomen bawah, inguinal, perineal,
lumbosakral atau nyeri rektum. Nyeri prostat ini sering diikuti keluhan miksi
seperti frekuensi, disuria dan bahkan retensi urine.
e. Nyeri testis atau epididimis
Nyeri dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa nyeri primer (yakni
berasal dari kelainan organ di kantong skrotum) atau refered pain (berasal dari
organ di luar skrotum). Nyeri akut primer dapat disebabkan oleh toriso testis
atau torsio apendiks testis, epididimitis/orkitis akut, atau trauma pada testis.
Inflamasi akut pada testis atau epididimis menyebabkan pergangan pada
kapsulnya dan sangat nyeri. Nyeri testis sering dirasakan pada daerah
abdomen, sehingga sering dianggap disebabkan kelainan organ abdominal.
Blunt pain disekitar testis dapat disebabkan varikokel, hidrokel, maupun
tumor testis.
f. Nyeri penis
Nyeri yang dirasakan pada penis yang sedang flaccid (tidak ereksi) biasanya
merupakan refered pain dari inflamasi pada mukosa buli buli atau ueretra,
terutama pada meatus uretra eksternum. Nyeri pada ujung penis dapat
disebabkan parafimosis atau keradangan pada prepusium atau glans penis.
Sedangkan nyeri yang terasa pada saat ereksi mungkin disebabkan oleh
penyakit Peyronie atau priapismus (ereksi terus menerus tanpa diikuti ereksi
glans).
d. Itching secara general dan iritasi kulit mungkin juga terjadi karena adanya
penumpukan zat-zat toxic sebagai akibat menurunnya fungsi ginjal
sehingga tidak dapat mengekskresi sampah metabolisme.
e. Tanyakan pula adanya gangguan pada meatus uretra yaitu tentang sekresi
dan drainase. Tanyakan pula pada klien perempuan tentang drainase pada
traktus urinaria seperti infeksi jamur atau penyakit akibat hubungan
seksual. Menstruasi juga perlu dikaji, karena saat menstruasi erytrosite
akan bercampur urin sehingga mengaburkan hasil pemriksaan. Perawat
harus hati-hati dalam mengambil specimen urin saat pasien mengalami
menstruasi.
7. Riwayat keluarga
a. Kaji tentang keadaan anomalies pada tractus urinaria pada anggota
keluarga yang lain contohnya polycistic ginjal.
c. Kaji pula tentang konsep diri pasien dalam menghadapi penyakitnya saat
ini.
Inspeksi :
Langkah pertama pada pemeriksaan pasien dengan gangguan sistem
perkemihan adalah inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual
dan merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien.
Secara formal, pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk
melihat pasien secara seksama, persisten dan tanpa terburu-buru, sejak detik
pertama bertemu, dengan cara memperoleh riwayat pasien dan, terutama,
sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan.
Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman untuk
mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan memvalidasi apa yang dilihat oleh mata
dan dikaitkan dengan suara atau bau yang berasal dari pasien. Pemeriksa
kemudian akan mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang diterima oleh
semua indera tersebut, baik disadari maupun tidak disadari, dan membentuk opini,
subyektif dan obyektif, mengenai pasien, yang akan membantu dalam membuat
keputusan diagnosis dan terapi. Pemeriksa yang telah melakukan observasi selama
bertahun-tahun (ahli) melaporkan bahwa mereka seringkali mempunyai persepsi
intuitif mengenai sumber/penyebab masalah kesehatan pasien segera setelah
melihat pasien. Inspeksi pada sistem perkemihan meliputi :
Palpasi
a. Palpasi Ginjal Kanan
1. Letakkan tangan kiri anda di belakang pasien, paralel pada costa ke-12,
dengan ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral. Angkat, dan
cobalah mendorong ginjal kanan ke depan (anterior).
2. Letakkan tangan kanan anda dengan lembut pada kuadran kanan atas, di
sebelah lateral dan sejajar terhadap otot rektus (muskulus rektus abdominis
dekstra)
3. Mintalah penderita untuk bernapas dalam. Pada waktu puncak inspirasi,
tekanlah tangan kanan anda dalam-dalam ke kuadran kanan atas, di bawah
arcus costa, dan cobalah untuk “menangkap” ginjal diantara kedua tangan
anda.
4. Mintalah penderita untuk membuang napas dan menahan napas. Pelan-
pelan, lepaskan tekanan tangan kanan anda, dan rasakan bagaimana ginjal
akan kembali ke posisi pada waktu ekspirasi. Apabila ginjal teraba
(normalnya jarang teraba), tentukan ukurannya, contour, dan ada/tidaknya
nyeri tekan.
Gambar . Teknik palpasi bimanual pada ginjal kanan
Perkusi
Perkusi langsung dan tak langsung juga dapat dilakukan dengan kepalan
tangan. Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang
dominan yang kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi langsung
kepalan bermanfaat untuk toraks posterior, terutama jika perkusi jari tidak
berhasil. Pada perkusi tak langsung dengan kepalan, plessimeter menjadi tangan
yang pasif, diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter (kepalan dari tangan yang
dominan) mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat untuk menilai, misalnya,
nyeri tekan costovertebral angle (CVA) ginjal.
Pada pemeriksaan fungsi sistem perkemihan pada saat dilakukan perkusi
mungkin akan dirasakan nyeri pada lokasi yang sakit. Sehingga perlu
diperhatikan dalam melakukan tindakan perkusi agar dilakukan dengan hati-hati
dengan memperhatikan ekspresi klien.
Gambar Perkusi kepalan tangan.
(A) Perkusi tak langsung pada daerah costovertebral (CVA).
(B) Perkusi langsung pada CVA.
Prosedur Perkusi Pada Ginjal
Prosedur Temuan
1. Pasien dalam posisi terlungkup Normal tidak menghasilkan nyeri
atau posisi duduk perkusi tekan bila ada nyeri tekan diduga ada
dilakukan dari arah belakang inflamasi akut
karena posisi ginjal berada
didaerah belakang.
2. Letakan tangan kiri diatas CVA
dan lakukan perkusi diatas
tangan kiri dengan
menggunakan kepalan tangan
untuk mengevaluasi nyeri tekan
ginjal
Auskultasi
Pemeriksaan Temuan
P Inspeksi
1. Perhatikan bagian abdomen bagian Normalnya kandungan kemih terletak
bawah, kandungan kemih adalah organ dibwah simpisis pubis. tetapi setelah
berongga yang mampuh memebesar membesar organ ini dapat dilihat
untuk mengumpulkan dan distensi pada area supra pubis
mengeluarkan urin yang dibuat ginjal
2. 2. Didaerah supra pubis apakah adanya
distensi Bila kandungan kemih penuh maka
Perkusi akan terdengar bunyi dullness atau
1. Pasien dalam posisi terlentang, redup
perkusi dilakukan mengetukan pada
daerah kandung kemih daerah supra
pubis Pada kondisi normal urin dapat
palpasi dikeluarkan secara lengkap dan
1. Lakukan palpasi kandungan kemih kandungan kemih tidak teraba. Bila
pada daerah supra pubis ada obstruksi dibawah ada produksi
urin normal maka urin tidak dapat
dikeluarkan pada kandung kemih
sehingga akan terkumpul pada
kandung kemih. Hal ini
mengakibatkan distensi kandungan
kemih yang bisa dipalapasi didaerah
supra pubis
a. Karakteristik urin
1. jumlah perhari
oliguri : 100-400cc/hari
anuri : urin output sampai 100cc/hari
total anuri : urin output 0cc/hari
polyuria : urin output lebih dari 1500cc/hari
2. dysuria sakit pada saat mengeluarkan urin
3. warna (merah,kuning)
4. baunya
5. pola buang air kecil yang mengalami perubahan
6. kemampuan mengontrol buang aur kecil
Urgency : tiba-tiba sangat mendesak ingin BAK
Hesistensy : kesulitan pada saat memulai dan mengakiri BAK
Dribling : urin keluar secara menetes
Incontinensia urin : urin keluar dengan sendirinya tidak bisa dikontrol
Retensi urin : Urin tidak bisa dikeluarkan
7. Nocturia bak pada malam hari
Pada laki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan
memakai sarung tangan untuk membuka meatus urinary.
Pada wanita posisi dorsal recumbent, buka labia dengan memakai sarung
tangan. Perhatikan meatus urinary
Inspeksi pada meatus urethra apakah ada kelainan sekitar labia. Untuk warna
apakah ada kelainan pada orifisiumuretra pada laki-laki dan juga lihat cairan yang
keluar.
Prosedur Temuan
H. Pemeriksaan Diagnostik
○ urin midstream
○ urin 24 jam
○ residual urin
b. Pemeriksaan urin
I) urinalisis, untuk melihat:
- pH urin
- spesific gravity
V) Level BUN juga dapat dijadikan acuan untuk memonitor fungsi renal
saat penderita menggunakan obat yang dapat meraacuni ginjal
misalnya aminoglycosides.
II) Kadar kreatinin adalah konstan dan tidak dipengaruhi oleh beberapa
variabel lain sehingga jika ada peningkatan kadar kreatinin serum di
dalam darah, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi gangguan
ekskresi.
III) Berarti dapat pula disimpulkan telah terjadi insufisiensi fungsi renal.
Jadi peningkatan kadar kreatin merupakan indikator pasti kerusakan
ginjal.
Serum kreatinin
f. Uric acid (asam urat) (normal 2-7 mg/dL)
I) Peningkatan kadar asam uran diakibatkan karena beberapa penyakit
metabolisme seperti gout. Hal ini perlu dikaji karena
peningkatannya bisa menyebabkan terbentuknya calculi.
g. Lain-lain
I) Plain abdominal X-Ray: Digunakan untuk pemeriksaan calculi
V) Uroflowmetry
X) Uretrografi
SISTEM REPRODUKSI
1. ANAMNESA
Keluhan utama pasien wanita yang pergi ke dokter ginekologi atau poli
kandungan adalah :
2. Perdarahan pervaginam.
3. Tumor abdomen atau payudara.
4. Kehamilan
Riwayat Kesehatan
b. periode menstruasi,
c. menggunakan kontrasepsi,
e. menggunakan alkohol,
Riwayat perkembangan
Hal yang harus diperiksa atau dilihat pada saat melakukan pemeriksaan genitalia
eksternal pria adalah:
a. inspeksi kulit dan rambut disekitar genitalia: bertujuan untuk melihat
perubahan warna, bercak kemerahan dan sebagainya
b. inspeksi penis dan skrotum:
- pasien telah sirkumsisi atau belum
- ukuran penis dan skrotum (bandingkan kiri dan kanan)
- adanya lesi
- bentuk penis (phimosis)
c. inspeksi meatus eksternal uretra
- letak muara eksternal (normalnya terletak ditengah gland penis)
- adanya cairan abnormal yang keluar dari muara (discharge)
d. Skrotum
- adanya lesi atau perubahan warna
- pembengkakan
- memeriksa bagian posterior skrotum
Prosedur Pemeriksaan
INSPEKSI
PALPASI
1. Lakukan palpasi penis untuk mengetahui adanya nyeri tekan, benjolan, dan
kemungkinan adanya cairan kental yang keluar
2. Palpasi skrotum dan testis dengan menggunakan jempol dan tiga jari
pertama. Palpasi tiap testis dan perhatikan ukuran, konstitensi, bentuk, dan
kelicinannya. Testis normalnya teraba elastis.licin, tidak ada benjolan atau
massa, dan berukuran sekitar 2-4 cm
3. Palpasi epidemis yang memanjang dari puncak testis ke belakang. Normalnya
epididimis teraba lunak
4. Palpasi saluran sperma dengan jempol dan jari telunjuk. Saluran sperma
biasanya ditemukan pada puncak bagian lateral skrotum dan teraba lebih
keras daripada epidedimis
1. Persiapan pasien
2. Anjurkan pasien membuka celana
3. Meminta klien untuk menaruh kedua tumit pada dudukan. Jika Tidak ada
dudukan, membantu klien menaruh kedua kakinya di tepi luar ujung meja.
Tutupi bagian klien yang tidak diamati dengan selimut atau kain
4. Mencuci Tangan dengan air sabun sampai bersih dan dikeringkan dengan
kain dan kering, atau dianginkan
5. Memakai Sepasang sarung tangan periksa yang baru
6. Menyentuh Paha sebelah dalam sebelum menyentuh daerah genital klien
7. Ambil kapas, basahi dengan larutan antiseptik kemudian usapkan pada
daerah vulva dan perineum.
8. Mulai Amati kulit dan area pubis, perhatikan adanya lesi, eritema, fisura,
leukoplakia, dan ekskorasi. Kemudian amati rambut pubis, perhatikan
distribusi dan jumlahnya, dan bandingkan sesuai usia perkembangan pasien.
9. Dengan memisahkan labia mayora dengan dua jari, amati bagian dalam labia
mayora, labia minora, klitoris, dan meatus uretra. Perhatikan setiap ada
pembengkakan, ulkus, rabas atau nodular
10. Meminta klien untuk mengejan ketika menahan labia dalam posisi terbuka.
Periksa Apakah terdapat benjolan pada dinding anterior atau posterior vagina
11. Memeriksa Kelenjar Skene Untuk melihat adanya keputihan dan nyeri.
Dengan Telapak tangan menghadap ke atas, masukkan jari telunjuk ke dalam
vagina lalu dengan lembut mendorong ke atas mengenai uretra dan menekan
kelenjar pada kedua sisi kemudian langsung ke uretra.
12. Memeriksa Kelenjar Bartholin Untuk melihat apakah ada nyeri dan
pembesaran. Masukkan Jari telunjuk ke dalam vagina di sisi bawah mulut
vagina dan meraba dasar masing-masing labia majora. Dengan menggunakan
jari dan ibu jari, mempalpasi setiap sisi untuk mencari apakah ada benjolan
atau nyeri.
1. Atur posisi pasien secara tepat dan pakai sarung tangan steril
2. Lumasi jari telunjuk dengan air steril, masukkan ke dalam vagina, dan
identifikasi kelunakan serta permukaan serviks. Tindakan bermanfaat untuk
mempergunakan dan memilih speculum yang tepat. Keluarkan jari bila sudah
selesai
3. Siapkan speculum dengan ukuran dan bentuk yang sesuai dan lumasi dengan
air hangat terutama bila akan mengambil specimen
4. Letakkan dua jari pada pintu vagina dan tekankan ke bawah kearah perianal
5. Yakinkan bahwa tidak ada rambut pubis pada pintu vagina dan masukkan
speculum dengan sudut 45° dan hati-hati dengan menggunakan tangan yang
satunya sehingga tidak menjepit rambut pubis atau labia.
6. Bila spekulum sudah berada di vagina, keluarkan dua jari, dan putar speculum
kearah posisi horizontal dan pertahankan penekanan pada sisi bawah
posterior
7. Buka bilah speculum, letakkan serviks dan kunci bilah sehingga tetap
membuka
8. Bila serviks sudah terlihat, atur lampu untuk memperjelas penglihatan dan
amati ukuran, laserisasi, erosi, nodular, massa, rabas, dan warna serviks.
Normalnya bentuk serviks melingkar atau oval pada nulipara, sedangkan pada
para membentuk celah.
9. Bila diperlukan specimen sitologi, ambil dengan cara usapan menggunakan
aplikator dari kapas
10. Bila sudah selesai, kendurkan sekrup speculum,, tutup speculum, dan keluar
secara perlahan-lahan.
11. Lakukan palpasi secara bimanual bila diperlukan dengan cara memakai
sarung tangan steril, melumasi jari telunjuk dan jari tengah, kemudian
memasukkan jari tersebut ke lubang vagina dengan penekanan ke arah
posterior, dan meraba dinding vagina untuk mengetahui adanya nyeri tekan
dan nodular
12. Palpasi serviks dengan dua jari anda dan perhatikan posisi, ukuran,
konsistensi, regularitas, mobilitas, dan nyeri tekan. Normalnya serviks dapat
digerakkan tanpa terasa nyeri
13. Palpasi uterus dengan cara jari-jari tangan yang ada dalam vagina
menghadap ke atas. Tangan yang ada diluar letakkan di abdomen dan
tekankan ke bawah. konsistensi Palpasi uterus untuk mengetahui ukuran,
bentuk dan mobilitasnya
14. Palpasi ovarium dengan cara menggeser dua jari yang ada dalam vagina ke
formiks lateral kanan. Tangan yang ada di abdomen tekankan ke bawah ke
arah kuadran kanan bawah. Palpasi ovarium kanan untuk mengetahui ukuran,
mobilitas, bentuk, konsistensi, dan nyeri tekan (normalnya tidak teraba)
ulangi sebelahnya.
BAB III
PROSEDUR PEMERIKSAAN
Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan klien bertanya atau
melakukan sesuatu sebelum kegiatan
dilakukan
2. Menanyakan keluhan utama klien, kaji riwayat
penyakit dan riwayat penyakit dahulu serta
riwayat penyakit keluarga
3. Jaga privacy klien
4. Memulai dengan cara yang baik
5. Gunakan sarung tangan bersih
6. Atur posisi yang nyaman bagi klien, posisikan
klien terlentang
7. Berdiri disisi kanan klien
8. Minta klien membuka pakaian atas,bantu jika
perlu
9. Buat klien dalam kondisi relaks dengan
menekukkan lutut, mengajak bicara
10. Persiapan sebelum melakukan palpasi
(mengesekkan kedua telapak tangan untuk
menghangatkan)
Inspeksi
1. Atur posisi pasien dengan tidur terlentang,
minta klien membuka bajunya.
2. Perhatikan sekitar abdomen klien. Lakukan
inspeksi pada abdominal jika terdapat massa di
abdominal atas, massa keras dan padat
kemungkinan terjadi keganasan atau infeksi
perinefritis.
Palpasi Ginjal Kanan
1. Letakkan tangan kiri anda di belakang
penderita (dinding posterior), paralel pada
costa ke-12, dengan ujung jari anda menyentuh
sudut kostovertebral. Angkat, dan cobalah
mendorong ginjal kanan ke depan (anterior).
2. Letakkan tangan kanan anda dengan lembut
pada kuadran kanan atas, di sebelah lateral dan
sejajar terhadap otot rektus (muskulus rektus
abdominis dekstra)
3. Mintalah penderita untuk bernapas dalam.
Pada waktu puncak inspirasi, tekanlah tangan
kanan anda dalam-dalam ke kuadran kanan
atas, di bawah arcus costa, dan cobalah untuk
“menangkap” ginjal diantara kedua tangan
anda.
4. Mintalah penderita untuk membuang napas
dan menahan napas. Pelan-pelan, lepaskan
tekanan tangan kanan anda, dan rasakan
bagaimana ginjal akan kembali ke posisi pada
waktu ekspirasi.
5. Apabila ginjal teraba (normalnya jarang
teraba), tentukan ukurannya, contour, dan
ada/tidaknya nyeri tekan.
Auskultasi :
1. Dengan menggunakan stetoskop kita dapat
mendengar apakah ada bunyi desiran pada aorta
dan arteri renalis
2. Gunakan sisi bel stetoskop, pemeriksa
mendengarkan bunyi desiran di daerah epigastrik
di area ini kita bisa mendengarkan bunyi aorta.
3. Dengar pula pada daerah kuadran kiri dan kanan
atas karena pada area ini terdapat arteri renalis kiri
dan kanan
4. Tulislah hasil pemeriksaan pada pada lembar
kerja.
5. Posisikan klien dalam posisi yang nyaman
6. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah
7. Cuci tangan
1. Inspeksi
terdapat massa di abdominal atas, massa keras dan padat kemungkinan
terjadi keganasan atau infeksi perinefritis.
2. Palpasi
Pada keadaan normal ginjal tidak teraba, apabila ginjal teraba dan
mendasar dengan kenyal, kemungkinan adanya polikistik maupaun
hidroneposis
PALPASI
Kesimpulan