Anda di halaman 1dari 4

WEB OF CAUTION (WOC)

FRACTURE

Arranged By :
Sinta Widhi Kurniawati
P1337420922076

NERS PROFESSIONAL STUDY PROGRAM


NURSING MAJOR
HEALTH POLYTECHNIC MINISTRY OF HEALTH SEMARANG
2022
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang disertai dengan luka sekitar jaringan lunak,
kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah dan luka organ tubuh (Smeltzer, 2001).
Fraktur adalah retak/patah tulang yang disebabkan oleh trauma dengan tekanan berlebih pada
FRAKTUR tulang (Sjamsuhidajat&Jong, 2005).

Klasifikasi Penatalaksanaan Pemeriksaan Penunjang

Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur 1. Proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi, Menurut Istianah (2017) Pemeriksan
tertutup dan fraktur terbuka. misalnya menggunakan mitela. Diagnostik sebagai berikut
1. Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih 2. Imobilisasi luar tanpa reposisi, biasanya 1. Foto rontgen (X-ray) untuk
utuh diatas lokasi cedera dilakukan pada patah tulang tungkai bawah menentukan lokasi dan luasnya
2. Fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit tanpa dislokasi. fraktur.
diatas cedera tulang. Kerusakan jaringan dapat 3. Reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti 2. Scan tulang, temogram, atau scan
sangat luas pada fraktur terbuka, yang dibagi dengan imobilisasi, biasanya dilakukan pada CT/MRIB untuk memperlihatkan
berdasarkan keparahannya patah tulang radius distal fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
(Black dan Hawks, 2014) 4. Reposisi dengan traksi kerusakan jaringan lunak.
5. Reposisi secara non-operatif diikuti dengan 3. Anteriogram dilakukan untuk
pemasangan fiksator tulang secara operatif memastikan ada tidaknya kerusakan
Etiologi 6. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi vaskuler.
interna yang biasa disebut dengan ORIF (Open 4. Hitung darah lengkap
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Reduction Internal Fixation).
Kristiyanasari (2010) dapat dibedakan menjadi : 7. Eksisi fragmen patahan tulang dengan prostesis
1. Cedera Traumatik : Cedera Langsung dan (Sjamsuhidajat dkk, 2010). Komplikasi
Cedera Tak Langsung
2. Cedera Patologik : Tumor Tulang, Infeksi Menurut Black dan Hawks (2014)
seperti ostemielitis, dan Rakhitis komplikasi yg bisa terjadi adalah:
1. Cedera syaraf
2. Sindrom kompartemen
Manifestasi Klinis 3. Kontraktur Volkman
4. Sindroma emboli lemak
Manifestasi Klinis menurut Black dan Hawks 5. Kaku sendi atau artritis
(2014) adalah deformitas, pembengkakan, memar, 6. Penyatuan terhambat
spasme otot, nyeri, kehilangan fungsi, dan syok 7. Sindroma nyeri regional kompleks
SDKI : Nyeri Akut SDKI : Ansietas
SIKI : Tingkat Nyeri SLKI : Tingkat Ansietas
SLKI : Manajemen Nyeri SIKI : Reduksi Anxietas
Observasi WOC FRAKTUR Observasi
1. Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, 1. Identifikasi saat tingkat anxietas
kualitas, intensitas nyeri berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
2. Identifikasi skala nyeri 2. Identifikasi kemampuan mengambil
3. Identifikasi respon nyeri non verbal keputusan
Terapeutik 3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non
Trauma pada tulang kecelakaan Tekanan yang berulang (kompresi) Kelemahan tulang abnormal (osteoprosis)
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk verbal)
mengurangi rasa nyeri (mis. Teknik Terapeutik
napas dalam) 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
2. Control lingkungan yang memperberat menumbuhkan kepercayaan
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, 2. Temani pasien untuk mengurangi
pencahayaan, kebisingan) FRAKTUR
kecemasan, jika memungkinkan Pahami
3. Fasilitasi istirahat dan tidur situasi yang membuat anxietas
Edukasi 3. Diskusikan perencanaan realistis
1. Anjurkan memonitor nyeri secara tentang peristiwa yang akan datang
mandiri Edukasi
Jepitan saraf skiatika Tulang menembus Cemas terhadap
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk Jaringan yang Terbukanya barier 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
mengurangi rasa nyeri pembuluh darah kondisi tubuh ditembus oleh pertahanan yang mungkin dialami Informasikan
Kolaborasi fragmen sekunder secara factual mengenai diagnosis,
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu pengobatan, dan prognosis
D.0080 2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
Terputusnya Kerusakan jalur saraf
SDKI : Gangguan Mobilitas Fisik D.0012 Risiko Ansietas pasien, jika perlu
kontinuitas jaringan D.0129 Kontaminasi
SIKI : Mobilitas Fisik Perdarahan 3. Anjurkan melakukan kegiatan yang
Gangguan dengan lingkungan
SLKI : Dukungan Mobilisasi tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
Integritas luar
Observasi 4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
Kemampuan pergerakan Kulit/jaringan
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan Menekan saraf persepsi
fisik lainnya perasa nyeri otot sendi 5. Latih kegiatan pengalihan, untuk
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan mengurangi ketegangan Latih
D.0142 Risiko
pergerakan penggunaan mekanisme pertahanan
Infeksi
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan Stimulasi diri yang tepat
D.0054 Gangguan
darah sebelum memulai mobilisasi neurotransmitter nyeri 6. Latih teknik relaksasi
Mobilitas Fisik
4. Monitor kondisi umum selama Kolaborasi
melakukan mobilisasi Kolaborasi pemberian obat anti anxietas,
Terapeutik jika perlu
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat Pelepasan mediator
bantu (pagar tempat tidur) prostaglandin
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
SDKI : Risiko Infeksi
3. Libatkan keluarga untuk membantu Respon nyeri hebat SIKI : Tingkat Infeksi
pasien dalam meningkatkan pergerakan dan akut
SLKI : Pencegahan Infeksi
Edukasi
Observasi
1. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Monitor tanda gejala infeksi lokal dan
2. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
sistemik
harus dilakukan (duduk ditempat tidur, D.0077 Nyeri Akut Terapeutik
duduk disisi tempat tidur, pindah dari
1. Ganti balut luka secara teratur (3harix1)
tempat tidur ke kursi)
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
SDKI : Risiko Perdarahan 3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
SIKI : Tingkat Perdarahan SDKI : Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berisiko tinggi
SLKI : Pencegahan Perdarahan SLKI : Inegritas Kulit dan Jaringan Edukasi
Observasi SIKI : Perawatan Luka Edukasi 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1. Monitor tanda dan gejala perdarahan Observasi 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 2. Ajarkan cara memeriksa luka
2. Monitor nilai hematokrt/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah 1. Monitor karakteristik luka (drainase, warna, ukuran, bau) 2. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri 3. Ajarkan pasien dan keluarga tenteng cara
3. Monitor koagulasi (PT, PTT, fibrinogen, platelet) 2. Monitor tanda-tanda infeksi Kolaborasi mengganti balutan luka oprasi
Terapeutik Terapeutik 1. Kolaborasi prosedur debridement, jika perlu 4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
1. Pertahankan bed rest selama perdarahan 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan 2. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
2. Batasi tindakan invasif, jika perlu 2. Pasang balutan sesuai jenis luka
3. Gunakan kasur pencegah dekubitus 3. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai
Edukasi kondisi pasien
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan 4. Berikan terapi TENS, jika perlu
2. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk mengurangi konstipasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1
Cetakan III, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1
Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1
Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Medika.
Istianah, Umi. (2017). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta :
Nuha Medika. Mitayani.
Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth.
Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai