Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR

STASE KEPERAWATAN GADAR (IGD)


Dosen Pembimbing : Adi Nurapandi,S.Kep.,Ners.,M.Kep

Oleh:

Silvya Diprila Agustini

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2023

1
A. Definisi
Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
femur (Mansjoer, 2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidajat (2004) fraktur
femur adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh benturan atau
trauma langsung maupun tidak langsung.
Fraktur femur juga didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang paha,
kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang
disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan
pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung pada paha (Helmi, 2012).

B. Klasifikasi
Menurut Helmi (2012) faktur femur terdapat letak garis fraktur seperti di
bawah ini:
1. Fraktur Intertrokhanter Femur
Merupakan patah tulang yang bersifat ekstra kapsuler dari femur, sering
terjadi pada lansia dengan kondisi osteoporosis. Fraktur ini memiliki risiko
nekrotik avaskuler yang rendah sehingga prognosanya baik.
Penatalaksanaannya sebaiknya dengan reduksi terbuka dan pemasangan
fiksasi internal. Intervensi konservatif hanya dilakukan pada penderita yang
sangat tua dan tidak dapat dilakukan dengan anestesi general.

2
2. Fraktur Subtrokhanter Femur
Penatalaksanaannya dengan cara reduksi terbuka dengan fiksasi
internaldan tertutup dengan pemasangan traksi tulang selama 6-7
minggu kemudian dilanjutkan dengan hip gips selama tujuh minggu yang
merupakan alternatif pada pasien dengan usia muda.
3. Fraktur Batang Femur
Fraktur batang femur biasanya disebabkan oleh trauma langsung,
secara klinis dibagi menjad 2 yaitu:
a. Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan jaringan
lunak, risiko infeksi dan perdarahan dengan penatalaksanaan berupa
debridement, terapi antibiotika serta fiksasi internal maupun ekternal
b. Fraktur tertutup dengan penatalaksanaan konservatif berupa
pemasangan skin traksi serta operatif dengan pemasangan plate-screw.

C. Etiologi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan
fraktur femur
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit di mana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai
keadaan tumor tulang, infeksi seperti osteomielitis

3
D. Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang
terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
pendarahan, maka volume darah menurun. COP (cardiac output) menurun
maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi
plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Di samping itu
fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi
infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas
kulit.

4
E. Pathway

5
F. Manifestasi Klinis
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang
2. Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
3. Ekimosis dari perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5. Tenderness
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior, posterior
lateral.
2. CT Scan tulang, fomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan
3. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vaskuler)
4. Hitung darah kapiler
a. Hematokrit mungkin meningkat
b. Kreatinin meningkat
c. Kadar kalium, kalsium dan Hb.

H. Penatalaksanaan Medis
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang
ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa
penyembuhan patah tulang. (Sjamsuhidajat dkk, 2011).
1. Reposisi
Tindakan reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi
dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti pada

6
fraktur radius distal. Reposisi dengan traksi dilakukan terus-menerus selama
masa tertentu, misalnya beberapa minggu, kemudian diikuti dengan
imobilisasi.
2. Imobilisasi
Pada imobilisasi dengan fiksasi dilakukan imobilisasi luar tanpa
reposisi, tetapi tetap memerlukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi
fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan fraktur tungkai bawah tanpa
dislokasi yang penting. Imobilisasi yang lama akan menyebabkan
mengecilnya otot dan kakunya sendi. Oleh karena itu diperlukan upaya
mobilisasi secepat mungkin (Nayagam, 2010).
3. Rehabilitasi
Rehabilitasi berarti upaya mengembalikan kemampuan anggota yang
cedera atau alat gerak yang sakit agar dapat berfungsi kembali seperti
sebelum mengalami gangguan atau cedera (Widharso, 2010).

I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (terputusnya
jaringan tulang dan jaringan)
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
muskuloskeletal.
d. Risiko infeksi

7
2. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rasional
No. Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1 Nyeri akut Pain level, pain control, Pain Management Paint Management:
berhubungan dengan comfort level. 1. Kaji nyeri secara komprehensif 1. Untuk mengetahui lokasi nyeri,
agen cedera fisik Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi reaksi non verbal dari bagai mana rasanya, apa yang
(terputusnya keperawatan selama (1x30 ketidaknyamanan memperparah nyeri, skala nyeri,
kontinuitas tulang menit) nyeri klien akan 3. Ajarkan teknik non farmakologi dan waktu nyeri kapan.
dan jaringan) berkurang dengan kriteria 4. Berikan kompres air dingin 2. Untuk mendeteksi nyeri secara
hasil klien akan: 5. Kolaborasikan dengan dokter tentang non verbal
1. Mampu mengenali nyeri pemberian obat analgetik 3. Teknik napas dalam dapat
(skala, intensitas, mengurangi rasa nyeri
frekuensi, dan hal yang Analgesic administration 4. Kompres air dingin dapat
memperberat nyeri) 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan merelaksasikan syaraf-syaraf
2. Mampu mengontrol nyeri derajat nyeri sebelum pemberian obat. 5. Analgetik sebagai terapi
(tahu penyebab nyeri, 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, farmakologi
mampu menggunakan dosis dan frekuensi
teknik non farmakologi 3. Cek riwayat alergi Analgesic administration
untuk mengurangi nyeri) 4. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe 1. Untuk mengetahui lokasi nyeri,
3. Melaporkan bahwa nyeri dan beratnya nyeri bagai mana rasanya, apa yang
berkurang dengan 5. Monitor TTV sebelum dan sesudah memperparah nyeri, skala nyeri,
menggunakan manajemen pemberian analgesik pertama dan waktu nyeri kapan.
nyeri 6. Berikan analgesik tepat waktu 2. Mengurangi risiko salah obat
4. Menyatakan rasa nyaman 7. Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan 3. Menghindari reaksi alergi obat
setelah nyeri berkurang gejala 4. Agar obat sesuai dengan
kebutuhan klien
5. Untuk mengetahui reaksi obat
6. Agar obat yang diberikan
memberikan efek yang terapeutik
bagi klien
7. Untuk mengetahui apakah
analgetik yang telah diberikan
sudah efektif

8
Diagnosa Rasional
No. Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
2 Kerusakan integritas Tissue Integrity Insision Site Care 1. Untuk mengetahui perkambangan
kulit berhubungan 1. Monitor proses kesembuhan area insisi dan keefektifan terapi yang telah
dengan terputusnya Setelah dilakukan tindakan 2. Anjurkan makan dengan gizi seimbang diberikan
kontinuitas jaringan. selama 3x24 jam, masalah 3. Bersihkan area sekitar jahitan atau staples, 2. Untuk mempercepat
teratasi dengan kriteria hasil: menggunakan lidi kapas steril dan kasa penyembuhan dengan nutrisi
1. Perfusi jaringan baik steril yang cukup
2. Integritas kulit yang baik 4. Gunakan preparat antiseptik sesuai 3. Mempercepat penyembuhan dan
bisa dipertahankan program mencegah infeksi
(sensasi, temperatur, 5. Ganti balutan pada interval waktu yang 4. Mempercepat penyembuhan dan
hidrasi dan pigmentasi) sesuai mencegah infeksi
5. Mempercepat penyembuhan dan
mencegah infeksi

Diagnosa Rasional
No. Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
3 Hambatan mobilitas Joint movement: active, Exercise therapy: ambulation 1. Untuk menyesuaikan terapi yang
fisik berhubungan mobility level, self care: 1. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi akan diberikan
dengan kerusakan ADLs, transfer performance. 2. Monitoring vital sign sebelum/sesudah 2. Mengetahui respon tubuh klien
muskuloskeletal. Kriteria hasil: latihan dan lihat respon pasien saat latihan terhadap latihan yang diberikan
Setelah dilakukan tindakan 3. Latih pasien dalam pemenuhan ADLs 3. Agar ADLs klien dapat terpenuhi
keperawatan (1x24 jam) secara mandiri sesuai kemampuan secara mandiri
masalah teratasi atau 4. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi 4. Agar ADLs klien dapat terpenuhi
berkurang dengan kriteria dan bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien. secara mandiri
hasil: 5. Berikan alat bantu jika klien memerlukan 5. Untuk memudahkan klien dalam
1. Klien meningkat dalam 6. Ajarkan pasien bagaimana mengubah mobilisasi
aktivitas fisik posisi dan berikan bantuan jika diperlukan 6. Untuk memudahkan klien dalam
2. Mengerti tujuan dari mobilisasi
peningkatan mobilitas
3. Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
4. Memperagakan
penggunaan alat untuk
mobilisasi (stick walker)

9
Diagnosa Rasional
No. Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
4 Risiko infeksi Immune Status, Infection Control Infection Control
Knowledge: Infection 1. Instruksikan pengunjung untuk mencuci 1. Untuk mencegah infeksi dari
Control, Risk Control tangan saat berkunjung dan setelah pengunjung
Selama dalam masa berkunjung pasien 2. Tebagai tindakan yang sesuai
perawatan diagnosa risiko 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan dengn SOP rumah sakit untuk
tidak berubah menjadi keperawatan dan gunakan sabun mencegah infeksi
aktual dengan kriteria hasil: antimikrobial untuk cuci tangan 3. Untuk mencegah infeksi dari
1. Klien bebas dari tanda 3. Pertahankan lingkungan aseptik selama lingkungan
dan gejala infeksi pemasangan alat 4. Pencegahan infeksi dengan
2. Menunjukkan 4. Berikan terapi antibiotik jika perlu terapi farmakologi
kemampuan untuk 5. Tingkatkan intake nutrisi 5. Untuk meningkatkan daya tahan
mencegah timbulnya tubuh terhadap agen-agen
infeksi Infection Protection penyebab infeksi
3. Jumlah leukosit dalam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
batas normal dan lokal Infection Protection
4. Menunjukkan perilaku 2. Monitor hitung granulosit, WBC 1. Untuk mendeteksi dini infeksi
hidup sehat 3. Batasi pengunjung 2. Untuk mengetahui apakah sistem
4. Pertahankan teknik asepsis pertahanan tubuh baik atau tidak
5. Pertahankan teknik isolasi 3. Untuk mencegah infeksi dari
6. Inspeksi kulit dan membran mukosa pengunjung
terhadap kemerahan dan panas 4. Untuk mencegah agen-agen
7. Inspeksi kondisi luka penyebab infeksi masuk ke
8. Dorong masukan cairan jaringan yang terbuka
9. Dorong masukan nutrisi yang cukup 5. Untuk mencegah agen-agen
10. Dorong istirahat penyebab infeksi masuk ke
11. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik jaringan yang terbuka
sesuai resep 6. Untuk mendeteksi dini infeksi
12. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan 7. Untuk mendeteksi dini infeksi
gejala infeksi 8. Untuk meningkatkan daya tahan
tubuh
9. Untuk meningkatkan daya tahan
tubuh
10. Untuk meningkatkan daya tahan
tubuh
11. Untuk membunuh agen-agen
penyebab infeksi dengan terapi
10
11
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk., 2000 . Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica


Aesculpalus, FKUI: Jakarta.

Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muaskuloskeletal. Salemba Medika :


Jakarta.

Nayagam S., dkk. 2010. Apley's System of Orthopaedics and Fractures 9th ed.
Liverpool: The Royal Liverpool University.

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis


ProsesProses Penyakit, Edisi 6, Volume I, Jakarta : EGC.

Sachdeva R.K. 1996. Catatan Ilmu Bedah. Ed 5, Jakarta: Hipocrates.

Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta :
EGC

16

Anda mungkin juga menyukai