B. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Pereda Nyeri :
Jenis obat analgesic : morfin (), fentanyl (), tramadol (), ketorolac (),
2) Obat antiinflamasi nonsteroid
Obat anti radang jenis OAINS : dexametason (), ibuprofen (), meloxicam (),
cataflam ()
3) Antibiotic
4) Vaksin Tetanus
b. Penatalaksanaan Operatif
Prinsip penanganan fraktur secara umum, menurut Brunner and Sudarth (2002)
:
1) Imobilisasi : pemasangan spalk/pembidaian untuk mengurangi
pergerakan daerah fraktur
2) Reposisi : mengembalikan posisi tulang sesuai dengan anatomi
dengan fiksasi interna seperti pasang plat screw dan fiksasi eksterna
seperti pemaangan gips.
3) Rehabilisasi : mengembalikan fungsi dari tulang yang patah dengan
fisioterapi.
B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari Bahasa Yunani an "tidak, tanpa" dan
aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi
digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat
anestasi umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga
menghilangka kesadaran. Pada operasi operasi daerah tertentu seperti perut, maka
selain hilangnya rasa sakit dan kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot yang
optimal agar operasi dapat berjalan dengan lancar (Ibrahim, 2000).
1. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
Anestesi umum atau pembiusan artinya hilang rasa sakit di sertai
hilang kesadaran. Ada juga mengatakan anestesi umum adalah keadaan
tidak terdapatnya sensasi yang berhubungan dengan hilangnya kesdaran
yang reversibel (Neal, 2006).
Anestesi Umum adalah obat yang dapat menimbulkan anestesi
yaitu suatu keadaan depresi umum dari berbagai pusat di sistem saraf
pusat yang bersifat reversibel, dimana seluruh perasaan dan kesadaran
ditiadakan sehingga lebih mirip dengan keadaan pinsan. Anestesi
digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan
pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi
refleks terhadap manipulasi pembedahan serta menimbulkan pelemasan
otot (relaksasi). Anestesi umum yang kini tersedia tidak dapat
memenuhi tujuan ini secara keseluruhan, maka pada anestesi untuk
pembedahan umumnya digunakan kombinasi hipnotika, analgetika, dan
relaksasi otot (Kartika Sari, 2013).
b. Regional Anestesi
Anestesi lokal adalah obat yang merintangi secara reversibel
penerusan impuls saraf ke sistem saraf pusat pada kegunaan lokal
dengan demikian dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas
atau dingin (Kartika Sari, 2013).
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat
yang diinginkan (misalnya, adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea
mata). Obat anestesi (misalnya, lidokain) menghambat konduksi saraf
sampai obat terdifusi ke dalam sirkulasi. Klien akan kehilangan rasa
nyeri dan sentuhan, aktivitas motorik, dan otonom (misalnya,
penggosongan kandung kemih). Anestesi lokal umumnya digunakan
dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari. Untuk menghilangkan
rasa nyeri pascaoperatif, dokter dapat memberi anestesi lokal pada area
pembedahan.
2. Teknik Anestesi
a. General Anestesi
1) Anestesi Inhalasi
Suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh
hilangnya rasa nyeri diseluruh tubuh akibat pemberian obat anestesi.
Rees dan Gray membagi anestesi menjadi 3 (tiga) komponen yaitu :
a) Hipnotika : pasien kehilangan kesadaran
b) Anestesia : pasien bebas nyeri
c) Relaksasi : pasien mengalami kelumpuhan otot rangka
2) Anestesi Volatile
Anestetik yang menguap (volatile anesthetic) mempunyai 3 sifat dasar
yang sama yaitu berbentuk cairan pada suhu kamar, mempunyai sfat
anestetik kuat pada kadar rendah dan relatif mudah larut dalam lemak,
darah dan jaringan. Kelarutan yang baik dalam darah dan jaringan
dapat memperlambat terjadinya keseimbangan dan terlawatinya
induksi, untuk mengatasi hal ini diberikan kadar lebih tinggi dari kadar
yang dibutuhkan. Bila stadium yang diinginkan sudah tercapai kadar
disesuaikan untuk mempertahankan stadium tersebut. Untuk
mempercepat induksi dapat diberika zat anestetik lain yang kerjanya
cepat kemudian baru diberikan anestetik yang menguap.
3) Anestesi Intravena
Anestesia intrvena adalah teknik anestesia dimana obat-obat anestesia
diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik
atau analgetik maupun pelumpuh otot (Ting, 2007).
Indikasi Anestesi Intravena
a) Obat induksi anesthesia umum
b) Obat tunggal untuk anestesi pembedahan singkat
c) Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat
d) Obat tambahan anestesi regional
e) Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan SSP (SSP sedasi)
Pelepasan Kurang
Menembus Mediator Terpapar
Pelepasan
Kulit Nyeri Truma Informasi Tindakan Pemasangan
Mediator Deformitas Prosedur Anestesi
(Fraktur (Histamin, Arteri/Vena Pemengenai Invasive Plat Distensi
Inflamasi
Terbuka) Prostaglandin, Prosedur
Dll) Pembedahan
Ancaman
Disangkap Kematian
Gangguan General Risiko Cedera
Luka Reseptor Nyeri Vasodilatasi Perdarahan Perdarahan SAB
Fungsi Anestesi Termal
Perifer
Kerusakan Hambatan
Impuls Ke Peningkatan Tidak Krisis Tidak Deeppresed
Integritas Mobilitas Penurunan
Otak Aliran Darah Terkontrol Situasional Terkontrol SSP
Kulit Fisik Motoric
Gangguan
Kehilangan Sensorik /
Kerusakan Peningkatan Kelemahan Persepsi
Volume Kehilangan Penurunan
Pertahanan Persepsi Nyeri Permeabilitas Ansietas Anggota
Cairan Cairan Kesadaran
Perimer Kapiler Gerak
Berlebihan
Prosedur
Port The Kebocoran Pemindahan Disorientasi
Resiko Syok / Transport
Enrty Nyeri Akut Cairan Ke Resiko Syok Apses
Hipovolemik
Kuman Interstisiel
Risiko Cedera
Risiko Kamar Operasi Risiko Pemasangan
Oedema Akibat Posisi
Infeksi Cedera Endotracheal
Perioperatif
Menekan Gangguan
Pembuluh Suhu Ruangan Rendah Ventilasi
Darah Kapiler Spontan
Inefektif
Perfusi
Linen Pasien Tipis
Jaringan
Perifer
Kesadaran
Terjaga
Terbukanya
Daerah
Genetalia
Kurangnya
Privasi
Gangguan
Rasa
Nyaman
D. Tinjauan Teori ASKAN Pre Intra Pasca Anestesi dan Pembedahan Umum
1. Pengkajian
a. Data Subjektif :
- Klien mengeluh nyeri pada daerah trauma, bila digerakkan terasa
sangat nyeri setelah mengalami kecelakaan/jatuh/trauma benturan
terhadap benda
- Klien mengatakan skala nyeri 3 setelah dilakukan pengukuran NRS
(Numeric Rating Scale)
b. Data Objektif
- Klien tampak meringis, kesakitan, bengkak pada daerah trauma dan
pada hasil Ro terlihat ada perubahan posisi anatomis tulang
- Terdengar suara krepitasi pada daerah nyeri yang dirasakan pasien
- Tanda – tanda vital pasien dominan meningkat
3. Rencana Intervensi
N Masalah Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi
O Anestesi Hasil
1 Ansietas Setelah dilakukan 1. Observasi TTV klien
tindakan anestesi 2. Kaji tingkat pemahaman
selama 1 x 30 menit klien dan orang terdekat
diharapkan cemas tentang diagnosa/penyakit
berkurang dengan 3. Dorong klien untuk
kriteria hasil : mengungkapkan ansietas
- Klien tampak tenang dan mengekspresikan
perasaannya
- Klien mengatakan 4. Berikan kesempatan klien
rasa takutnya untuk bertanya dan
berkurang menjawab tentang peyakit
- Klien mengatakan dengan jujur
siap untuk dilakukan 5. Berikan penguatan atau
operasi semangat dalam
- TTV klien kembali penyembuhan klien baik
batas normal dari keluarga maupun para
petugas kesehatan
7. Delegasi pemberian
analgetik
sesuai indikasi.(fentanyl 1-2
mcg/kgBB)
3 Resiko Setelah dilakukan 1. Lakukan perawatan pen
infeksi tindakan anestesi steril
selama 1 x 30 menit dan perawatan luka sesuai
diharapkan tidak ada protokol
tanda-tanda infeksi
dengan kriteria hasil : 2. Ajarkan klien untuk
Klien mencapai mempertahankan sterilitas
penyembuhan luka insersi pen.
sesuai waktu, bebas
drainase purulen atau 3. Kolaborasi pemberian
eritema dan demam antibiotika dan toksoid tetanus
sesuai indikasi.
2 Nyeri akut 1.
a. Wajah pasien tampak tenang
b. TTV pasien dalam batas
normal
c. Skala nyeri pasien berkurang
d. Pasien dapat melakukan
latihan gerak pasif/aktif.
e. Pasien dapat melakukan teknik
manajemen nyeri (latihan
napas dalam, imajinasi visual,
aktivitas dipersional)