DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
CV RADIUS
MADIUN
ISBN 978-602-73544-6-3
2016
2
PENDEKATAN CLINICAL PATHWAY
DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT
(APLIKASI DALAM PRAKTIKUM LABORATORIUM MAHASISWA KEPERAWATAN)
Penulis :
Hammad, S.Kep, Ns., M.Kep
Penerbit:
RADIUS
Madiun, 2016
i
PENDEKATAN CLINICAL PATHWAY DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(APLIKASI DALAM PRAKTIKUM LABORATORIUM MAHASISWA
KEPERAWATAN)
Penulis :
Hammad, S.Kep, Ns., M.Kep.
ISBN 978-602-73544-6-3
Editor:
Dr. Yessy Dessy Arna, S.Kp., M.Kep.Sp.Kom
Penerbit:
RADIUS
Jl. Gegonomulyo J-5, Madiun, Jawa Timur
Telepon: 085646641008, 085853252665, 081554257919
E-mail: cvradius@gmail.com
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur ke Hadirat Allah SWT dan juga Salam Kepada Sayyidina
Rasulullah SAW atas selesainya penyusunan Buku Panduan Praktek Gawat Darurat untuk
Mahasiswa Keperawatan berdasarkan Clinical Pathway yang telah baku dan digunakan di
berbagai institusi pelayanan kegawadaruratan di berbagai negara.
Clinical Pathway dalam Keperawatan Gawat Darurat merupakan algoritma atau
urutan-urutan tindakan yang harus diikuti dalam suatu tindakan keperawatan. Kasus gawat
darurat memerlukan kedisiplinan tenaga kesehatan atau penolong dalam mengikuti
algoritma ini karena dengan mengikuti algoritma ini kemungkinan pasien untuk tertolong
akan lebih besar dan di sisi lain merupakan etik legal yang akan melindungi tenaga
keperawatan/kesehatan/penolong dari kelalaian dan sanksi hukum. Clinical Pathway ini
juga dibuat tidak sembarangan tetapi melibatkan para ahli/pakar di bidangnya dan
berdasarkan hasil kajian riset selama bertahun-tahun.
Buku panduan ini dibuat dengan tujuan memudahkan mahasiswa dan dosen dalam
melakukan tindakan keperawatan gawat darurat di laboratorium praktek keperawatan
sehingga mempunyai kesamaan persepsi dan langkah – langkah tindakan gawat darurat.
Selain juga memudahkan dalam memberikan penilaian terhadap keberhasilan mahasiswa
dalam melakukan tindakan dan sebagai pedoman dosen dalam keperluan evaluasi
pembelajaran.
Akhir kata buku ini merupakan edisi pertama yang masih harus banyak
disempurnakan dan mempunyai banyak kelemahan. Saran dan kritik membangun sangat
diperlukan dalam pengembangan buku panduan ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
RESUSITASI JANTUNG PARU DEWASA
Pengertian
Indikasi
1
Clinical Pathway CPR :
2
Perbedaan penting urutan CPR dalam AHA (2010) dan AHA (2015):
3
Perbedaan Pertolongan CPR di Rumah Sakit dan Luar Rumah Sakit :
4
Prosedur Tindakan
TandaTangan Pembimbing........................................Tanggal...................
5
RESUSITASI JANTUNG PARU PADA BAYI / ANAK
Pengertian
Paediatric Arrest / Apnea adalah kondisi dimana bayi/anak mengalami henti jantung dan
atau henti nafas baik diakibatkan kondisi saat bayi lahir atau kondisi tertentu yang
mengakibatkan gangguan pada sistem pernafasan dan jantung. Pertolongan secara
langsung dengan tepat dan cepat akan dapat menyelamatkan bayi/anak dari gangguan lebih
lanjut sistem cardiorespiratory (ERC,2015).
Indikasi
- henti nafas
- henti jantung
6
Clinical Pathway CPR :
7
2. Algoritma Pertolongan Paediatric Arrest dari European Resuscitation Council
(2015)
8
Alat dan Bahan dalam Tindakan CPR Bayi/Anak :
Prosedur Tindakan
9
Melaksanakan kompresi dengan
tehnik tepat.
Bayi : dengan 2-3 jari/ibujari ;
kedalaman 1 1/2 inci (4 cm)
Anak : dengan 1 telapak tangan ;
kedalaman sekitar 2 inci (5 cm)
Melakukan tindakan chin lift,
finger sweep
Tidak melakukan head tilt, neck lift
10
PENGGUNAAN AUTOMATED EXTERNAL DEFIBRILATOR (AED)
Pengertian
Defibrilasi merupakan salah satu tahap penting dalam urutan tindakan kegawatdaruratan
untuk resusitasi korban serangan jantung mendadak ( Sudden Cardiac Attack ) . urutan ini ,
atau ' rantai hidup ' , dimulai dengan memanggil layanan darurat sesegera mungkin . Tahap
kedua adalah menyediakan cardiopulmonary dasar resusitasi ( kompresi dada diselingi
dengan napas penyelamatan ) untuk menjaga korban hidup sampai Tahap ketiga (
defibrilasi ) dapat dilakukan . Defibrillator eksternal otomatis ( AED ) merupakan tindakan
paling penting dalam menyelematkan pasien SCA . Perangkat ini sekarang tersedia secara
luas dan diletakkan di tempat – tempat umum seperti di bandara penerbangan, pelabuhan,
terminal bis dan tempat umum lainnya (Resuscitation Council UK, 2015).
Sumber : http://onemedhealthcare.com
Tujuan
Menghilangkan aritmia ventrikel yang spesifik pada henti jantung dan kelainan organic
jantung lainnya
11
Indikasi
1. Fibrilasi ventrikel
2. Takikardia ventrikel tanpa denyut
Kontraindikasi
1. Intoksikasi digitalis.
Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan kardioversi sinkron, Stimulasi
cepat atrium dengan pemacu temporer(TPM) dapat merubah atritmia supraventrikular.
2. Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang profilaktik Temporer Pace
Maker (TPM).
3. Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus
4. Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun.
5. Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuinidin profilaktik.
6. Post operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM dapat
menghentikan takiaritmia..
Prinsip Prosedur
1. Pemilihan besarnya energi dan mode pengoperasian
2. Pengisian energi (charge) pada kapasitor
3. Pembuanganenergidarikapasitorkepasien (discharge).
Metode Defribilator
1. Asinkron
Pemberian shock listrik jika jantung sudah tidak berkontraksi lagi, secara manual setelah
pulsa R.
2. Sinkron
Pemberian shock listrik harus disinkornkan dengan signal ECG dalam keadaan berfibrasi,
jadi bila tombol discharge ditekan kapanpun maka akan membuang setelah pulsa R secara
otomatis.
12
CLINICAL PATHWAY
13
Sumber : European Resuscitation Council (2015)
14
Alat dan Bahan
1. Defibrilator eksternal otomatis atau defibrillator standar dengan pemantau jantung
2. Elektroda EKG
3. Jel kondutif, bantalan jel dua uh atau elektroda defibrillator berperekat sekali pakai.
Prosedur Pelaksanaan
1 Start CPR
2 Beri Oksigen 100 %
3 PAsang Monitor EKG
2 Kaji gelombang EKG : Shockable/Non Shockable
3 Gelombang EKG PEA/Asystol : tidak shockable ; lakukan
CPR 2 menit / 5 siklus
Berikan Efinefrin setiap 3-5 menit
4 Gelombang EKG VF/VT : shockable 120 J ;
lanjutkan lakukan CPR 2 menit / 5 siklus
15
lanjutkan ke prosedur PEA/Asystole
17 ROSC : rujuk ke Post Cardiac Arrest Care / ICCU/ICU
Tanda Tangan
Peserta…………………………..Tanggal……………………………
….
Tanda Tangan
Pembimbing……………………..Tanggal………………………….....
...
16
PENANGANAN CHOKING PADA BAYI /ANAK
Pengertian
Tersedak (choking) pada anak merupakan suatu kondisi masuknya benda asing
dalam jalan nafas atas sehingga menimbulkan gawat nafas ; Ketika benda asing
memasuki saluran napas anak bereaksi segera dengan batuk dalam upaya untuk
mengusir itu . Batuk spontan cenderung lebih efektif dan lebih aman daripada
manuver penyelamat mungkin melakukan . Namun, jika batuk tidak hadir atau tidak
efektif , dan objek -benar menghalangi jalan napas , anak akan menjadi sesak napas
cepat dimana kondisi ini sangat berbahaya dan dalam waktu cepat akan
mengakibatkan kematian (Resuscitation Council, 2015).
Penanganan tersedak untuk bayi tentunya berbeda dengan anak yang berusia lebih
dari 1 tahun. Kita tidak bias melakukan penekanan perut (Heimlich Manuever) pada
bayi karena akan mencederai organ dalam yaitu hati. Penanganan tersedak untuk
17
bayi terdiri atas kombinasi penekanan data (chest thrust) dan tepukan punggung
(back slap)
Tujuan
Mengeluarkan benda asing yang masuk kedalam jalan nafas bayi
Indikasi
Pada bayi dibawah 1 tahun yang tersedak benda asing kedalam jalan nafas
Assess severity
18
Prosedur Pelaksanaan
Selama mendemontrsikan keterampilannya NILAI
apakah peserta melakukan 1 2 3 4
A.Fase Orientasi
1 Amankan pasien ; Call for help
2 Mengkaji : menanya pasien (BSCC : Breathe,
Speak, Cry, Cough)
B. Fase Kerja
1 Membuka pakaian bayi/anak
2 Menggendong bayi posisi telungkup diatas
pangkuan : kepala lebih rendah dari kaki :
menyangga kepala dan rahang bayi tanpa
menekan lehernya
3 Memberi 5 x tepukan dipunggung antara dua
tulang belikat
4 Membalik posisi bayi sehingga terlentang
dengan kepala lebih rendah dari kakinya
5 Melakukan chest thrust dengan 2 jari
menekan pada tengah sternum sebanyak 5
kali (pada bayi > 1 tahun dengan menekan
abdominal).
6 Melakukan berulang langkah 3-5 sampai
benda assing keluar
C. Fase Terminasi
1 Menilai respon pasien
2 Mamasang oksigen kalau perlu
3 dokumentasi
NILAI TOTAL
Tanda Tangan
Peserta……………………………………..Tanggal………………….
Tanda Tangan
Pembimbing………………………….……Tanggal…………………
19
PENANGANAN TERSEDAK (CHOKING) PADA ORANG DEWASA
Pengertian
Tersedak (choking) adalah penyebab paling umum keempat kematian yang tidak disengaja
selain cedera yang diakibatkan sumbatan pada jalan nafas. Kematian ini biasanya yang
memuncak pada ekstrem usia, dengan anak-anak dan orang tua memiliki tingkat terbesar
dari tersedak fatal. Obstruksi pada jalan ini merupakan “True Emergency” pada orang
dewasa dan mengakibatkan kematian sebanyak 3.3 %. Penggunaan Haemlich Manuver
seringkali berhasil mengatasi masalah ini (Soroudi, 2007).
Tujuan
Membebaskan jalan nafas dari benda asing yang mengakibatkan sumbatan jalan nafas
parsial /total
Indikasi
Masalah pada BSC = Breath, Communication, Cough akibat benda asing menyumbat
saluran nafas.
20
Clinical Pathway Choking pada Dewasa
21
Prosedur Tindakan
Ibu Hamil :
• Letakkan lengan di bawah ketiak korban
melingkari dada
• Buat kepalan dengan satu tangan
• Letakkan sisi ibu jari kepalan di tengah-tengah
tulang dada
Genggamlah kepalan tangan dengan tangan yang
lainnya
Bayi :
22
atau berlutut.
Buka pakaian bayi.
Gendong bayi dengan posisi wajah ke
bawah telungkup di atas pangkuan tangan
Anda. Buat kepala bayi lebih rendah dari
kakinya. Sangga kepala dan rahang bawah
bayi menggunakan tangan Anda (hati-hati
untuk tidak menekan leher bayi, karena ini
akan menyebabkan tersumbatnya saluran
napas.
Berikan 5 kali tepukan di punggung
(tepuklah dipunggung, antara 2 tulang
belikat bayi, JANGAN menepuk di
tengkuk!). Gunakan pangkal telapak tangan
Anda ketika memberikan tepukan.
Setelah memberikan 5 kali tepukan
punggung, sanggalah leher belakang bayi
Anda dengan tangan dan balikkan tubuh
bayi sehingga dalam posisi terlentang. Buat
posisi kepala bayi lebih rendah dari
kakinya.
Lakukan 5 kali penekanan dada (lokasi
penekanan sama dengan posisi penekanan
dada pada proses CPR yaitu di tengan-
tengan tulang dada/ di bawah garis imajiner
antara 2 puting susu bayi). Hanya gunakan2
jari saja (jari telunjuk dan jari tengah untuk
melakukan chest thrust.
Ulangi langkah No. 4,5,6 di atas sampai
benda asing keluar dari mulut bayi atau bayi
menjadi tidak sadar
23
SYOK ANAFILAKTIK
Pengertian
Syok Anafilaktik merupakan suatu keadaan yang mengancam jiwa yang diakibatkan
adanya reaksi aleri terhadap bahan – bahan allergen dan berhubungan dengan adanya
hipotensi pada korban/pasien (Couwel, et.al; 2006). Anafilaksis adalah , berpotensi fatal ,
reaksi sistem multiorgan akut yang disebabkan oleh pelepasan mediator kimia dari sel mast
dan basofil . Bentuk klasik melibatkan sensitisasi sebelum alergen dengan reexposure
kemudian, menghasilkan gejala melalui mekanisme imunologi (Mustafa, et.al 2016) .
Penyebab
Tujuan
24
Indikasi
25
Alat dan Bahan
Prosedur Tindakan
26
PENANGANAN SERANGAN ASMA BERAT
Pengertian
Serangan Asma adalah kondisi dimana terjadi penyempitan bronkus karena terjadinya
udem pada bronkus yang diakibatkan berbagai factor (paling sering alergi). Pasien dengan
asma sering ke unit gawat darurat untuk pengobatan eksaserbasi akut.. Pengobatan pasien
dengan asma harus mencakup eksaserbasi akut, manajemen jangka panjang dari obat
controller, dan mengendalikan pemicu di lingkungan rumah. Saat serangan akut asma
sangat berbahaya kalau tidak ditangani dengan baik karena dapat mengakibatkan kepada
gagal nafas dan kemudian henti nafas yang bisa berakhir kepada kematian. Sehingga Unit
gawat Darurat menjadi tempat rujukan utama pada kondisi kekambuhan serangan asma
(Johnson, et.al, 2016).
Tanda dan Gejala Asma
1. Sesak / kesulitan bernafas
2. Wheezing, Stridor, Batuk
3. Sulit Bicara
4. Pasien tampak gelisah
5. Berat : penurunan kesadaran
27
Kondisi-kondisi pasien yang beresiko mengalami Kematian saat serangan Asma (NIH,
2016) :
28
Clinical Pathway pada Serangan Asma :
Sumber : UC Davis Health Center Asthma Exacerbation dalam Kivler, et.al (2016)
29
Prosedur Tindakan
No Selama mendemostrasikan keterampilannya, apakah peserta Nilai
melakukan 1 2 3 4
Alternatif :
30
PEMASANGAN NECKCOLAR
Pengertian
Cervical collar brace atau Neck Collar merupakan metode pertolongan gawat darurat
dengan memasang suatu bantalan di bagian leher ; dimana tindakan ini merupakan
tindakan utama/prioritas pertama dalam pertolongan terhadap pasien yang diduga
mengalami cedera servikal untuk mencegah pergerakan berlebih dan komplikasi yang lebih
serius (Hsing Lin, 2011).
Sumber : https://www.drugs.com
Tujuan
Indikasi
Digunakan pada pasien yang mengalami trauma leher, fraktur tulang servik. C collar di
pasangkan untuk pasien 1 kali pemasangan. Penggunaan ulang C Collar tidak sesuai
dengan standar kesehatan dan protap
31
Clinical Pathway :
No SPINAL
Use PARTIAL
PRECAUTIONS and review the
YES patient
32
Alat dan Bahan
Prosedur Pelaksanaan
Tanda Tangan
Peserta………………………………………..Tanggal……………………………………
Tanda Tangan
Pembimbing………………………………………..Tanggal……………………
33
PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN
Pengertian
Pemeriksaan tingkat kesadaran merupakan hal yang sangat essensial dalam pengkajian
keperawatan terhadap pasien karena melambangkan aktifitas hemosfer dan fungsi serebri
yang dapat dinilai baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengkajian pada kejadian
terjadinya Cedera Kepala sangat penting dinilai keseluruhan dari item pengkajian GCS ini
karena dapat berpengaruh terhadap kondisi pasien berikutnya (Morton : 2013)
34
Metoda lain adalah menggunakan system AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar
baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri
(pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang
nyeri (unresponsive).
Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil yang
kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya apakah
baik (alertness), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan tidak ada
respon (unresponsiveness).
Penilaian tingkat kesadaran dengan Kuantitatif menggunakan GCS (Gasglow Coma Scale)
Tingkat kesadaran secara kualitatif dapat dibagi menjadi kompos mentis, apatis, somnolen,
stupor, dan koma.
1. Kompos mentis berarti keadaan seseorang sadar penuh dan dapat menjawab
pertanyaan tentang dirinya dan lingkungannya.
2. Apatis berarti keadaan seseorang tidak peduli, acuh tak acuh dan segan berhubungan
dengan orang lain dan lingkungannya.
3. Somnolen berarti seseorang dalam keadaan mengantuk dan cenderung tertidur, masih
dapat dibangunkan dengan rangsangan dan mampu memberikan jawaban secara
verbal, namun mudah tertidur kembali.
4. Sopor/stupor berarti kesadaran hilang, hanya berbaring dengan mata tertutup, tidak
menunjukkan reaksi bila dibangunkan, kecuali dengan rangsang nyeri.
5. Koma berarti kesadaran hilang, tidak memberikan reaksi walaupun dengan semua
rangsangan (verbal, taktil, dan nyeri) dari luar. Karakteristik koma adalah tidak adanya
arousal dan awareness terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Pada pasien koma
terlihat mata tertutup, tidak berbicara, dan tidak ada pergerakan sebagai respons
terhadap rangsangan auditori, taktil, dan nyeri.
35
Tujuan
Indikasi
1. Pasien stroke
2. Pasien cedera
3. Pasien post kejang
4. Pasien post operasi
36
CLINIKAL PATHWAY DALAM PENGKAJIAN TINGKAT KESADARAN
37
Alat dan Bahan
Alat Tulis
2 Bingung (confused) 4
Menanyakan dimana ia berada, kapan
opname di Rumah sakit (dapat
mengucapkan kalimat, namun ada
disorientasi waktu dan tempat)
3 Tidak tepat 3
Dapat mengucapkan kata-kata, namun
tidak berupa kalimat dan tidak tepat
4 Mengerang 2
Mengeluarkan suara yang tidak punya
arti, tidak mengucapkan kata, hanya
suara mengerang
38
1 Menurut perintah 6
Misalnya menyuruh klien
mengangkat tangan
NILAI TOTAL
39
PENGAMBILAN DARAH ARTERI
Pengertian
Pengambilan Gas darah arteri ( ABG ) adalah tes darah yang dilakukan dengan mengambil
darah dari arteri , melalui pembuluh darah arteri . Hal ini dilakukan untuk mendapat data
akurat dari kadar oksigen dan karbon dioksida , yang kemudian memungkinkan pasien
oksigen yang akan dibawa tepat . Keterampilan ini adalah salah satu yang harus dikuasai
oleh perawat emergensi diruang gawat darurat atau perawatan kritis (John A, 2008 ;
Jevon.P, Ewens.B , 2007). Sampel dapat diperoleh baik melalui kateter yang ditempatkan
di arteri , atau dengan menggunakan jarum suntik untuk menusuk arteri . Jarum suntik ini
adalah pra - heparinized dan ditangani untuk meminimalkan paparan udara yang akan
mengubah nilai-nilai gas darah (WHO, 2010).
Tujuan
Pemeriksaan Kadar O2, CO2, pH dan Base Excess
Efek samping Pengambilan Darah Arteri (WHO, 2010) :
1. Arterialspasme
2. Haematoma
3. Vasovagal response
4. Penurunan Tekanan Darah, berkeringan dan Pucat
Prosedur Tindakan
B. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam teraupetik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tindakan yang
akan dilaksanakan
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien dan keluarga
5. Selama komunikasi gunakan bahasa yang jelas
6. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya
7. Jaga privacy klien
8. Memperlihatkan kesabaran,empathy,sopan dan perhatian
9. Membuat kontak waktu dan tempat yang akan dilakukan
10. Memberikan inform consent
C. Persiapan Alat :
1. Spuit 20,23,25 ukuran2,5 ml
40
2. Alkohol
3. Heparin 5000 unit
4. Tempat sample darah
5. Tempat plastik
6. Label pasien
7. Kasa 2 lembar
8. GUnting , plester
D. Fase Kerja
Petunjuk Pengambilan :
1. Lokasi pengambilan sampel : Arteri Radialis, Brachialis, Inguinalis
dan Dorsalis pedis
2. Darah Yang diambil 2 cc ditambah 1 Strip
3. Yang harus diisi dalam blanko pemeriksaan : Identitas pasien, Suhu
tubuh pasien, Hb terakhir dan kalau pasien menggunakan oksigen catat
jumlah O2 yang digunakan serta cara pemberiannya dan Jenis
permintaan.
Teknik Pengambilan :
1. Lakukan Allens test : tekan Arteri Radialis dan Ulnaris bersamaan
selama sekitar 15 detik.Lepaskan, bila telapak tangan tangan
kemerahan tes positif. Negatif bila telapak tangan pucat atau
keputihan. Lakukan di tempat lain.
2. Bentangkan duk pengalas.
3. Posisi pasien : arteri radialis dengan posisi semifowler, Arteri Dorsalis
pedis dengan posisi flat atau semifowler , arteri Brakialis posisi
semifowler dengan lengan hyperekstensi, dan Arteri Femoralis posisi
pasien flat.
4. Sedot heparin cair sebanyak 1 cc dan kmudian keluarkan. Heparin
hanya membasahi dinding disposible. Tidak ada sisa o,1 cc dalam
disposible, kecuali yang ada didalam jarum.
5. Raba Nadi dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.
6. Pastikan tempat dari nadi yang diraba.
7. Desinfeksi daerah tersebut
8. Desinfeksi kedua jari
9. Pegang disposible seperti memegang pensil.
10. Raba kembali Nadi dengan menggunakan kedua yang telah
didesinfeksi
11. Tusukan jarum dengan posisi :
a. Arteri Dorsalis Pedis : 30 derajat
b. Arteri Radialis : 45 derajat
c. Arteri Brakialis : 60 derajat
d. Arteri Femoralis : 90 derajat
12. Biarkan Darah sendiiri mengalir ke dalam jarum. Bila tidak
naik/keluar, hisap pelan-pelan. Ambil 1 cc
13. Cabut jarum dan tusukkan pada karet penutup ; atau masukkan ke
tempat penampungan darah.
14. Tekan daerah penusukan dengan menggunakan kassa alkohol selama
kurang lebih10 menit.
15. Beri etiket dan bawa ke laboraotirum. Bila jauh masukkan dalam
kantung es.
2. Fase terminasi
1. Evaluasi Subjektif
2. Evaluasi objektif
41
3. Rencana tindak lanjut
4. Kontak yang akan datang (topik,waktu,tempat)
NILAI TOTAL
sumber : http://www.osceskills.com
42
Ilustrasi Posisi Pengambilan Darah :
sumber : http://www.osceskills.com
43
REFERENSI
http://www.nhlbi.nih.gov/health-pro/resources/lung/naci/discover/asthma-severity.htm
http://onemedhealthcare.com/products.php?ID=247&action=detail
https://www.resus.org.uk/quality-standards/acute-care-quality-standards-for-cpr/.Akses
tanggal 14 September 2016.
http://www.redcross.org/take-a-class/cpr/perfoming-cpr/cpr-steps. Akses tanggal 10
September 2016.
John A ( 2008). Perawatan Gawat Darurat. EGC, Jakarta
Jevon.P, Ewens.B (2007). Pemantauan Pasien Kritis. Erlangga. Jakarta
44
Johnson, L.Chambers P., and Dexheimer1 J.W. (2016). Asthma-related emergency
department use: current perspectives. Open Access Emer Medicine. 2016;
8: 47–55.
Kivler. C, Kenyon. N.J, Louie. S (2016). Omalizumab in Difficult-to-Control Asthma:
Allergic or Not? Consultant: Volume 56 - Issue 2
Michael Jay, (2008), Manual Kedokteran Darurat.EGC Jakarta
Morton, Patricia Gonce, Dkk. (2013). Keperawatan Kritis:Pendekatan Asuhan Holistik.
Edisi 8 volume 2. EGC Jakarta
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2003). Asma ; Pedoman Diagnosis dan Penanganan
di Indonesia.
RS Haji Jakarta (2015). Panduan Basic Trauma Life Support (BTCLS). Jakarta.
RS Haji Jakarta (2016). Materi Pelatihan ICU Dasar.Jakarta.
Roger F. Johnson, .; R. Stokes Peebles Jr. (2004), Anaphylactic Shock: Pathophysiology,
Recognition, and Treatment .Semin Respir Crit Care Med. 2004; 25 (6):
695-703. Thieme Medical Publishers
Sacco Rl, Adams R, Abers G et.al.Guidelines for Prevention of Stroke in patiens with
ischemic stroke or transient ischemic attack.Stroke Journal.2006;37:577-
617
Soroudi.A., et.al (2007). Adult Foreign Body Airway Obstruction in the Prehospital
Setting. Prehospital Emergency Care Journal. Volume 11 Issue 1.
WHO (2010). WHO Guidelines on Drawing Blood: Best Practices in Phlebotomy. Arterial
blood sampling
45
BIODATA PENULIS
5. Agama Islam
8. No telp : a rumah -
b. Hp 085249309863
9. E-Mail hammad.martapura@gmail.com
46