Anda di halaman 1dari 29

1

MODUL PRAKTIKUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN
BNECANA II

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
2020
2

HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mata Kuliah :KEPERAWATAN GADAR DAN MANAJEMEN BENCANA II


Nomor Kode/SKS : SKS (1 SKS T, 1 SKS P, 1 SKS K)

Bidang Ilmu : Ilmu Keperawatan

Status Mata Kuliah : Wajib

Program Studi : DIII Keperawatan

Fakultas : Sains dan Teknologi

Universitas : Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Tim Penyusun : Ns.Abd Gani Baeda.S.Kep.,M.Kep (Ketua)

Ns. Heriviyatno., S.Kep., MN

Bangu.AMK.,S.Pd.,M.A.Hed

Kolaka, ................... 2020

Menyetujui Mengetahui
Ka. Prodi DIII Keperawatan Ketua TIM Penyusun

Ns. Rosani Naim, S.Kep.,M.Kep Ns. Abd. Gani Baeda S. Kep. , M. Kep
NIP. 19800308 200212 2 005 NIP/NIDN.
3

KATA PENGANTAR

Asalamualaikum Wr. Wb,


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan terselesaikannya
modul parktikum Keperawatan Gawat Darurat ini. Perawat memiliki peran penting dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien baik dalam keadaan sehat, sakit, maupun gawat darurat. Guna
mendapatkan kompetensi tersebut maka perawat harus memiliki kemampuan kognitif, psikomotor, dan
afektif yang baik terkait keperawatan. Pendidikan berkelanjutan merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan mendapatkan kemampuan tersebut. Pendidikan berkelanjutan memberikan pada perawat
akan ilmu dan pengetahuan yang terkini.
Modul ini berisikan panduan praktikum keterampilan laboratorium Keperawatan Gawat Darurat
berdasarkan kurikulum Kurikulum KKNI Apdate tahun 2018 dan diambil dari berbagai sumber literatur
baik dari buku maupun internet yang bertujuan untuk membantu dan mempermudah mahasiswa
Keperawatan belajar keterampilan keperawatan di Laboratorium Keperawatan. Namun kami menyadari
bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sumbang saran dan kritikan yang
membangun demi sempurnanya buku ini sangat kami harapkan dari pembaca.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya buku panduan ini, kami
menyampaikan banyak terima kasih. Semoga modul panduan ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengethauan khususnya bidang Keperawatan.

Kolaka, Pebruari 2020

Bangu
4

DAFTAR ISI
5

KEGIATAN PRAKTIKUM 1: PRAKTIKUM RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) DEWASA

TINJAUAN MATA KULIAH

A. Deskripsi Mata Kuliah


Mata Kuliah ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Gangguan Sistem tt
tubuh   dan Penatalaksanaan Trauma Kegiatan belajar dilakukan melalui kuliah, diskusi, lab praktek klinik
dan penugasan.
B. Mata Kuliah Prasyarat (Jika ada)
C. Tujuan Praktikum
1. Tujuan umum:
Untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam melakukan bantuan hidup dasar pada
penderita gawat darurat.
2. Tujuan khusus:
Setelah mempelajari kegiatan praktikum 1 (unit 1) ini, diharapkan Anda dapat:

a. Menyebutkan pengertian BHD


b. Menyebutkan Indikasi dan Kontra indikasi BHD
c. Menjelaskan prosedur BHD
d. Mendemonstrasikan BHD
D. Kompetensi Dasar
Mampuh mencegah berhentinya sistem pernafasan atau sistem peredaran darah. Memberikan
bantuan external terhadap sistem pernafasan atau sistem peredaran darah melalui Resusitasi jantung
Paru (RJP) dan Menyelamatkan nyawa korban.
E. Lama Pelaksanaan Parktikum dan Bobot sks
Bobot SKS: 1 SKS = 160 menit perminggu
F. Bahan Kajian

1. Bantuan Hidup Dasar (BHD)


Bantuan hidup dasar (BHD) adalah serangkaian tindakan untuk menyelamatkan korban
gawat darurat baik pada korban gangguan jantung maupun trauma. Rangkaiannya bantuan hidup
dasar disingkat menjadi DR-ABC (Danger, Response, Airway control, Breathing support, Chest
compression) pada korban trauma, sedangkan pada pasien yang dipastikan memiliki penyakit
jantung atau mengalami gangguan jantung diubah menjadi DR-CAB.
2. Airway control
Tindakan ini berfokus pada penyelamatan atau pembebasan jalan napas dari
sumbatannya. Sumbatan jalan napas dapat berupa benda asing ataupun lidah. Pada pasien atau
korban tidak sadarkan diri lidah berisiko menutup jalan napas sehingga dapat mengakibatkan
kurangnya oksigen yang masuk kedalam paru. Pembebasan jalan napas akibat dari menutupnya
lidah pada jalan napas dapat dilakukan teknik Head Tilt - Chin Lift. Tidakan ini dilakukan pada
korban yang
6

Gambar 1. Head tilt-chin lift

Gambar 2. Jaw thrust manouver


7

tidak mengalami cidera servical. Pada korban dengan cidera servical pembebasan jalan
napas dapat dilakukan dengan teknik jaw thrust maneuver.

Pada pembebasan jalan napas yang diakibatkan oleh benda asing teknik yang dapat
dilakukan yakni cross finger untuk membuka mulut dan finger sweep untuk membersihkan
atau mengeluarkan benda asing yang terdapat pada rongga mulut. Selain dirongga mulut,
benda asing juga dapat masuk hingga laring sehingga

Dapat dilakukan yaitu heimlich manuvoer untuk korban


. Pada orang
kondisi normal,yang
tersebut chestda
thrust
pada korban yang sedang hamil atau atau bayi tindakan ini tidak dianjurkan, dan back blow
dilakukan pada korban bayi.

3. Breathing support
Pemberian dukungan pernapasan dapat dilakukan melalui mulut ke mulut secara langsung
(mouth to mouth), mulut ke masker (mouth to mask), dan dengan menggunakan bag valve
mask. Pemberian bantuan napas secara langsung melalui mulut ke mulut memiliki resiko yang
tinggi untuk tertular penyakit dibandingkan dengan prosedur yang lain sehingga AHA tidak
merekomendasikannya. Dukungan napas atau disebut rescue breathing, menurut AHA tahun
2015 menjelaskan pada korban atau pasien henti napas diberikan dengan hitungan 10-

Gambar 3. Bantuan napas (mouth to mouth). Gambar 4. Bantuan napas (mouth to mask)
8

12 kali permenit dan dilakukan selama 2 menit sehingga bantuan napas diberikan 20-24 kali
perdua menit.

4. Chest compression
Tindakan kompresi dada bertujuan untuk mengembalikan sirkulasi darah ketika jantung
berhenti berdetak. Kompresi dada dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intrathorakal dan
menyebabkan tekanan secara langsung pada jantung. Hal tersebut akan mengakibatkan aliran
darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke organ vital

Dada (centre of chest). Untuk mendapatkan tekanan kompresi yang efektif dapat
dilakukan dengan memberikan beban tekanan berasal dari bahu bukan siku, posisi tangan
tegak lurus dengan korban, dan siku tidak boleh menekuk. Kedalamam kopresi dada yakni
tidak boleh kurang dari 5 cm dan tidak boleh lebih dari 6 cmdengan perbandingan kopresi
dada dan bantuan napasan adalah 30 : 2 yang artinya setiap 30 kompresi dada diikuti 2

Ventilasi (dukungan pernapasan) selama siklus atau 2 menit. Kecepatan kopresi


dada tidak boleh kurang dari 100 kali permenit dan tidak boeh lebih dari 120 permenit,
sehingga rata-rata kecepatan kompresi dada adalah 110 kali permenit.
9

5. Tindakan RJP yang berkualitas


AHA pada tahun 2015 menjelaskan bahwa untuk mendapatkan RJP yang berkualitas
harus memenuhi kritieria berikut:
a. Kecepatas kompresi tidak boleh kurang dari 100 x permenit dan tidak boleh lebih
dari 120 kali permenit.
b. Kedalaman kompresi tidak boleh kurang dari 5 cm dan tidak boleh lebih dari 6 cm
(2 - 2,5 inc)
c. Rekoil sempurna, pengembangan dada setelah kompresi harus kembali secara
sempurna.
d. Minimalkan interupsi

6. Indikasi penghentian RJP


Secara pasti tidak ada batasan waktu untuk penghentian tindakan RJP, akan tetapi jika
terdapat kriteria berikut RJP dapat dihentikan:
a. Penolong sudah lelah
b. Korban muncul tanda-tanda kematian
c. Korban sudah menunjukkan respon
d. Keluarga menolak untuk dilakukan tindakan RJP
7. Indikasi

a. Henti Napas : Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban/ pasien
b. Henti Jantung: Pernapasan yang terganggu (tersengal sengal)
merupakan tanda awal akan terjadi henti jantung.
8. Kontraindikasi

a. DNAR (do not attempt resuscitation)

b. Tidak ada manfaat fisiologis karena fungsi vital telah menurun

c. Ada tanda kematian yang reversibel (rigormotis (kaku mayat), dekapitasi,


dekomposisi, atau pucat)
9. Prosedur RJP
Berikut ini merupakan rekomendari berdasarkan American Heart
Association (AHA) 2015 untuk pemberian RJP dewasa.
a. C-A-B sebagai pengganti A-B-C untuk RJP dewasa, anak dan bayi. Pengecualian hanya
untuk RJP neonatus
b. Tidak ditekankan lagi looking, listening, feeling. Kunci untuk menolong korban henti jantung
10

adalah aksi (action) tidak lagi penilaian (assesment)


c. Tekan lebih dalam (Push Hard). Dulu antara 3-5 cm. Saat ini AHA menganjurkan penekanan
dada sampai 5-6 cm
d. Tekan lebih cepat (push fast). Untuk frekuensi penekanan, dulu AHA menggunakan kata-
kata sekitar 100x/m. Saat ini AHA menganjurkan frekuensi 100-120x/m.
e. Full recoil beri kesempatan dada mengembang dengan sempurna.
f. Kenali tanda-tanda henti jantung akut
g. Jangan berhenti memompa/menekan dada semampunya (no interupstion), sampai AED
dipasang dan menganalisis ritme jantung.
h. Untuk awam, AHA tetap menganjurkan: Hands only CPR untuk yang tak terlatih

10. Berikut merupakan penjelasan lengkap algoritma BHD AHA 2015 update.
a. Cek respon pasien
Cek kesadaran korban, panggil korban dengan tepuh bahu korban dengan gantle

dan mantap.

Gambar 6: Cek Kesadaran

a. Panggil bantuan/aktifkan EMS

Berteriaklah minta tolong atau aktifkan EMS dan minta untuk dibawakan

Automatic External Defibrilation (AED).


11

Gambar 7: Meminta Pertolongan

b. Cek nafas dan cek nadi karotis < 10 detik

Periksa ada tidaknya nafas atau hanya nafas gasping yang terlihat. Cek segera
nadi karotis pastikan < 10 detik.

Gambar 8: Memeriksa Nadi Karotis


12

c. Lakukan RJP

Segera lakukan RJP jika tidak ada nadi atau Anda ragu-ragu dengan:

1) 30 kompresi : 2 ventilasi (satu atau dua penolong)

2) Kecepatan 100-120 kali/menit (push fast)

3) Kedalaman 2 inch (5 cm) – 2.4 inch (6 cm) (push hard)

4) Recoil penuh dengan tidak ada interupsi

Gambar 9: RJP Pada Dewasa

d. Lakukan kejut jantung (AED)

Segera pasang AED jika tersedia dan perhatikan setiap perintah dan hasil
analisis irama yang muncul pada AED.
13

Gambar10: Pemberian AED

e. Posisi pemulihan

Jika denyut nadi ada, berikan posisi pemulihan.

Gambar 11: Posisi Pemulihan


Instruksi Kerja Resusitasi Jantung Paru Dewasa

NO ASPEK YANG DINILAI BOBO NILAI


T 0 1
A. FASE ORIENTASI
1. Mengucapkan Salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan dan prosedur kepada keluarga (Informe 2
Consent)
4 Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1 Nilai kondisi korban ≤ 10 detik
a. Periksa kemungkinan tidak berespon "touch and talk" 6
14

b. Periksa ada tidaknya pernapasan (pernapasan 6


gasping = tidak ada napas)
2 Aktifkan EMS atau memanggil bantuan ≤ 10 detik 7
3 Periksa nadi karotis (tidak lebih dari 10 detik), jika 7
tidak teraba anggap tidak ada nadi
4 Mulai untuk RJP berkualitas (High Quality CPR)
a. Posisikan kedua tangan dan jari pada tengah dada 5
b. Kompresi 100-120 kali permenit 6
c. Kedalaman 2 inchi (5 cm) – 2 . 4 inch (6 cm) untuk dewasa 6
d. Biarkan dada mengembang dengan sempurna
(complete chest recoil) setelah diberikan kompresi 5
e. Minimalkan interupsi dalam kompresi 5
5 Segera gabungkan CPR dengan AED 7
6 Jaga keefektifan pernapasan
a. Buka jalan nafas adekuat 5
b. Berikan satu kali nafas tiap 5-6 detik (10-12 kali dalam satu 5
menit)
7 Lakukan prosedur hingga pasien sadar atau EMS datang dan
5
pasien di rujuk ke RS
C. FASE TERMINASI
1. Menyampaikan hasil anamnesa dan dokumentasi 5
2. Melakukan evaluasi 2
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut 2
Total 100

Tugas – Tugas

1. Kapan waktu yang paling tepat untuk melakukan pengkajian keamanan lingkuan
sekitar dan menyatakan bahwa lingkungan sekitar aman sebelum memberikan
pertolongan adalah…
A. Saat pertama kali menemukan pasien
B. Sesaat setelah menghubungi pelayanan gawat darurat (EMS)
C. Setelah mendapatkan AED
D. Setelah mengkaji nadi karotis pasien

2. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengkaji respon tingkat kesadaran


pasien yang diduga mengalami henti jantung..
A Menekan pangkal kuku jari pasien dengan ujung jari tangan penolong
B Berteriak keras keras di dekat telinga pasien hingga pasien terbangun
C Menggoyangkan bahu pasien dan menanyakan “Bapak/ ibu, apakah anda baik baik
saja??”
15

D Menekan sternum (tulang dada/taju pedang) pasien dengan buku jari tangan
3. Bagaimana tanda-tanda yang dapat diamati oleh penolong pada pasien
yang diduga mengalami henti jantung..
A Pasien tampak pucat dan mengeluh nyeri dada
B Pasien tampak menyeringai dan memegang dada kirinya
C Pasien tampak tidak berespon ATAU tampak tidak bernafas
D Pasien tampak berkeringat dan mengeluh kepalanya pusing
16

4. Tindakan pengkajian tanda henti jantung hendaknya dilakukan oleh penolong dalam
durasi...
A 1 sd 2 menit C 10 sd 30 detik
B 30 sd 60 detik D <10 detik
5. Tindakan segera yang harus dilakukan setelah penolong memastikan bahwa pasien
mengalami henti jantung pada RJPdewasa dengan satu penolong adalah…
A. Memulai CPR B. Menghubungi pelayanan gawat darurat
C Memindahkan pasien D Mencari AED
6. Dimana letak pengkajian denyut nadi pada pasien yang mengalami henti jantung
dilakukan..
A Nadi Radialis C Nadi Femoralis
B Nadi Brachialis D Nadi Carotis
7. Posisi penolong yang paling tepat saat melakukan tindakan kompresi dada
pada RJP dewasa dengan satu penolong setelah pasien dalam posisi
terbaring terlentang berada di...
A. Di atas kepala pasien
B. Di samping lengan kanan atau kiri pasien
C. Di atas tubuh pasien
D. Di samping kaki kanan atau kiri pasien

8. Titik kompresi/Landmark tumit tangan yang tepat saat melakukan tindakan kompresi dada
pada Adult CPR terletak pada..
A. Dada sebelah kiri dari sterrnum (tulang dada/taju pedang)
B. Setengah bagian atas dari sterrnum (tulang dada/taju pedang)
C. Dada sebelah kanan dari sternum (tulang dada/taju pedang)
D. Setengah bagian bawah dari sternum (tulang dada/taju pedang)

9. Perbandingan jumlah kompresi dan ventilasi yang diberikan kepada pasien dewasa pada
setiap siklus adalah ..
A 15 : 1 C 30 : 1
B 15 : 2
D 30 : 2
13

10. Rate/ laju yang tepat saat memberikan Adult CPR adalah ..
A >120x/menit
C 80 x/menit
B 100-120 x/ menit
D 100x/menit

Kunci JAWABAN
1. A
2. C
3. C
4. D
5. A
6. D
7. B
8. D
9. D
10. D

Modul Praktikum Keperawatan Gawat Page


Darurat 13
14

TATA TERTIB PRAKTIKUM

A. Petunjuk Penggunaan Modul Praktikum


1. Pahami tujuan pembelajaran sebagai target yang akan dicapai
2. Pelajari kasus yang tersedia dan pastikan bahwa Anda telah memahami
3. Baca petunjuk pratikum dengan teliti
4. Baca setiap langkah yang tercantum dalam instruksi kerja atau prosedur pelaksanaan
5. Siapkan peralatan dan bahan sesuai kebutuhan untuk setiap tindakan/keterampilan yang akan
dipraktikkan.
6. Perhatikan demonstrasi dari tutor dengan baik
7. Praktikkan/demonstrasikan setlap tindakan sesuai dengan prosedur
8. Catat kesulitan yang Anda alami dan diskusikan dengan teman atau tutor.

B. Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum


1. Mahasiswa wajib datang 15 menit sebelum pembelajaran praktik laboratorium dimulai.
2. Harus berpakaian sopan, jaket dan tas ditaruh ke dalam locker.
3. Harus melepas sepatu atau mengganti sepatu dengan sandal yang dibawa sendiri dan sepatu
ditaruh di rak.
4. Harus berlaku tertib, dan jujur dalam seluruh kegiatan praktik laboratorium.
5. Wajib membina kerjasama dengan instruktur/tutor, laboran, dan peserta.
6. Wajib menjaga peralatan/phantom laboratorium (dilarang mencoret-coret).
7. Peminjaman alat-alat dilakukan secara tertulis dengan mengisi formulir peminjaman yang telah
disediakan.
8. Mahasiswa wajib mengajukan bon pinjam alat-alat kepada petugas laboratorium, yang telah
ditandatangani oleh dosen pengampu minimal 2 hari sebelum pelaksanaan praktik laboratorium.
9. Pada waktu menerima alat hendaknya diperiksa kondisi dan jumlahnya.
10. Batas waktu peminjaman alat 3 hari dan bila masih diperlukan dapat diperpanjang satu kali.
11.  Mahasiswa wajib mengembalikan alat-alat yang telah dipakai kepada petugas laboratorium dalam
keadan bersih, kering, utuh, lengkap, kecuali barang habis pakai.
12. Peserta pratikum dilarang merokok, makan dan minum, membuat kericuhan selama kegiatan
praktikum dan di dalam ruang laboratorium.
13. Dilarang menyentuh, menggeser dan menggunakan peralatan di laboratorium yang tidak sesuai
dengan acara praktikum mata kuiah yang diambil.
14. Membersihkan peralatan yang digunakan dalam praktikum maupun penelitian dan
mengembalikannya kepada petugas laboratorium
15.  Membaca, memahami dan mengikuti prosedur operasional untuk setiap peralatan dan kegiatan
selama praktikum dan di ruang laboratorium
16. Selama kegiatan praktikum, TIDAK BOLEH menggunakan handphone untuk pembicaraan
dan/atau SMS.
15
16

KEGIATAN PRAKTIKUM 2: PRAKTIKUM TRIASE

TINJAUAN MATA KULIAH

A. Deskripsi Mata Kuliah


Mata Kuliah ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Gangguan Sistem tt
tubuh   dan Penatalaksanaan Trauma Kegiatan belajar dilakukan melalui kuliah, diskusi, lab praktek klinik
dan penugasan.
B. Mata Kuliah Prasyarat (Jika ada)
C. Tujuan Praktikum
1. Tujuan umum:
Untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam melakukan tindakan triage.
2. Tujuan khusus:
Setelah mempelajari kegiatan praktikum 2 (unit 2) ini, diharapkan Anda dapat:

a. Mahasiswa mampu memahami konsep triage


b. Mahasiswa mampu memahami prosedur triage
c. Mahasiswa mampu melakukan tindakan triage dengan tepat

G. Kompetensi Dasar
Memberikan penanganan tepat pada korban dalam jumlah yang banyak, menurunkan angka
kematian dan kecacatan maupun resiko cedera bertambah parah.

H. Lama Pelaksanaan Parktikum dan Bobot sks


Bobot SKS: 1 SKS = 160 menit perminggu
I. Bahan Kajian
a. Prioritas I (prioritas tertinggi) warna merah untuk berat.
Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, mempunyai
kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada
jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak,
syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat III > 25%.
b. Prioritas II (medium) warna kuning.
Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu
singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah tulang besar,
combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola
mata.
c. Prioritas III (rendah) warna hijau.
Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan
bersifat terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan.
17

d. Prioritas 0 warna Hitam.


Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh
henti jantung kritis, trauma kepala berat. (Mosby, 2008).

MERAH PRIORITAS 1

KUNING PRIORITAS 2
HIJAU
PRIORITAS 3

HITAM
PRIORITAS 4

Gambar: Klasifikasi Triase berdasarkan Prioritas

Sistem Klasifikasi

Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf, atau tanda. Adapun klasifikasinya sebagai berikut:
1. Prioritas 1 (Emergensi)

a. Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi


segera
b. Pasien dibawa ke ruang resusitasi

c. Waktu tunggu 0 (Nol)

2. Prioritas 2 (Urgent)

a. Pasien dengan penyakit yang akut

b. Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki

c. Waktu tunggu 30 menitArea Critical care


18

3. Prioritas 3 (Non Urgent)

a. Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal

b. Luka lama

c. Kondisi yang timbul sudah lama

d. Area ambulatory / ruang P3

4. Prioritas 0 atau 4 (Kasus kematian)

a. Tidak ada respon pada segala rangsangan

b. Tidak ada respirasi spontan

c. Tidak ada bukti aktivitas jantung

d. Hilangnya respon pupil terhadap cahaya

J. Prosedur

1. Penderita datang diterima petugas atau paramedis IGD.

2. Diruang triage dilakukan pengkajian dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas)
untuk menentukan derajat kegawatannya. Tindakan ini dilakukan oleh paramedis yang
terlatih atau dokter.
3. Namun bila jumlah penderita atau korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triage
dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna.

5. Penderita atau korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna :


merah, kuning, hijau, dan hitam.
6. Penderita atau korban kategori triage merah dapat langsung diberikan pengobatan
diruang tindakan IGD. Apabila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita atau
korban dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
7. Penderita atau korban dengan kategori triage kuning yang memerlukan tindakan
medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah
pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.
19

8. Penderita atau korban dengan kategori triage hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan,
atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita atau korban dapat
diperbolehkan untuk pulang.
9. Penderita atau korban kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar
jenazah.

INSTRUKSI KERJA TRIASE

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


0 1
A. FASE ORIENTASI
1. Mengucapkan Salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Kontrak waktu 2
4. Menjelaskan tujuan 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Primary Survey : Mengkaji ABCDE 13
2. Secondary SurveyHistory AMPLE: Riwayat alergi, riwayat 13
medikasi, riwayat penyakit sebelumnya, last meal eaten,
Kronologi Kejadian: Menanyakan keluhan utama, lokasi keluhan
(nyeri), pola, onset, frekuensi, karakteristik, usaha pengobatan.
3. Melakukan observaspenampilan umum pasien./ keadaan umum 10
4. TTV: Temperatur, Nadi, pernapasan, tekanan darah, 10
Menentukan pemeriksaan lanjutan: EKG/Gula darah/Urin
5. lengkap/Pemeriksaan darah/Rontgen 10
6. Penentuan prioritas: Merah/Kuning/Hijau/Hitam 16
7. Menentukan transportasi yang akan digunakan: Kursi roda/bed 10
C. FASE TERMINASI
1. Menyampaikan hasil anamnesa dan dokumentasi 4
2. Melakukan evaluasi 2
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut 2
4. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Menjaga keamanan pasien 2
3. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
20

Pretest - Posttes

1. Sebuah kondisi yang berpotensi mengancam nyawa bila tidak segera ditangani dalam
jangka waktu singkat dan Penanganan atau pemindahan bersifat jangan terlambat
termasuk ke dalam kategori label triage....
a. Merah
b. Kuning
c. Hijau
d. Biru
e. Hitam
2. Prinsip triase yang harus diketahui oleh seorang tenaga kesehatan adalah....
a. Triase harus segera dilakukan dan tepat waktu
b. Keputusan diambil berdasarkan kebiasaan
c. Pengkajian dilakukan berdasarkan kebutuhan
d. Intervensi berdasarkan pengalaman
3. Seorang laki-laki (30 tahun) daibawa ke IGD post kecelakaan lalu lintas tunggal. Hasil
pengkajian terdapat darah keluar dari lubang telinga pasien, cedera kepala dan GCS
pasien 8.
Pada prioritas berapa pasien anda tempatkan?
a. Merah
b. Kuning
c. Hijau
d. Hitam
e. Biru
4. Seorang wanita (30 tahun) dibawa ke IGD post kecelakaan motor menabrak pembatas
jalan. Hasil pengkajian jalan nafas paten, frekuensi nafas 38 kali/menit, akral teraba
dingin, tekanan darah 80/50mmHg, nadi 120 kali permenit.
Pada prioritas berapa pasien anda tempatkan?
a. Merah
b. Kuning
c. Hijau
d. Hitam
e. Biru

5. Dari kasus di bawah ini, mana psien yang harus diletakan pada prioritas 1?
21

a. Pasien (30 th) dengan luka bakar pada tangan kanan


b. Pasien anak (4 tahun) dengan diare, BAB 5 kali
c. Pasien dengan fraktur femur tertutup
d. Pasien bayi (1 th) dengan demam 40º C
e. Pasien anak (3 th) dengan muntah 6 kali di rumah

JAWABAN PRETEST-POSTEST 2

1. A
2. A
3. A
4. A
5. D

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. 2015. Fokus Utama Pembaruan Pedoman


American Heart Association 2015 untuk CPR dan ECC.
https://eccguidelines.heart.org/wp-content/uploads/2015/10/2015-AHA-
Guidelines-Highlights-Indonesian.pdf
Kurniati A, Trisyani Y, Ikaristi SMT. (2018). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy. Elsevier:
Jakarta.

Mark S. (2015). American Heart Association Guidelines Update for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation

Sheehy’s. (2010). Emergency Nursing Principles and Practice; sixth Edition. Mosby
Elsevier

ALSG, . 2015. Emergency Triage: Telephone Triage and Advice. Hoboken: Wiley.

Brouhard, Rod. 2019. Fundamental Techniques for Splinting Extremity Fractures.


https://www.verywellhealth.com/techniques-for-splinting- fractures-4125414
22

Greven, Ruth. 1999. fundamental of nursing: human health and function, Philadelphia:
lippincott. bahasa Cristantie Effendy, Jakarta: EGC

Rockville, MD: Agency for Healthcare Research and Quality. Hospital care for children.
2016. Primary survey or initial assessment . http://www.ichrc.org/chapter-1101-
primary-survey-or-initial-assessment Hudak & Gallo. 2011. Keperawatan Kritis
Pendekatan Holistik. Edisi 8. EGC: Jakarta
Kartika, N., Dewi. 2013. Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakatra: Salemba
Medika
J. T., Raya, J., ... Thys, D. M. 2007. Clinical anesthesiology. New York: McGraw-Hill.
Morrison, William. 2018. How to Makea Splint.
https://www.healthline.com/health/how-to-make-a-splint

U.S Departement of Health and Human Sevices. 2019. START Adult Algorithm. Dari:
https://chemm.nlm.nih.gov/startadult.htm

Perry, Potter. 2005. Fundamental of nursing Edisi 4. Volume 1 & 2. Jakarta : EGC.
Reichman, E (a). 2013. Emergency medicine procedures. New York: McGraw- Hill
Education/Medical.

Reichman, E (b). 2018. Emergency Medicine Procedures. Place Of Publication Not


Identified: Mcgraw-Hill Education.

Weatherspoon, Deborah. 2016. Heimlich Maneuver.


https://www.healthline.com/health/heimlich-maneuver "jaw thrust." A Dictionary of
Nursing.Retrieved July 11, 2019 from Encyclopedia.com:
https://www.encyclopedia.com/caregiving/dictionari es-thesauruses-pictures-and-
press-releases/jaw-thrust "head tilt/chin lift." A Dictionary of Nursing. . Retrieved
July 11, 2019 from Encyclopedia.com:
https://www.encyclopedia.com/caregiving/dictionari es-thesauruses-pictures-and-
press-releases/head-tiltchin-lift
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai