Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BREATHING MANAGEMENT

Dosen Fasilitator :

Nasrul Hadi Purwanto, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :

Ani Navita Aprilia (0119004)

Nuriyatul Ilmiah (0119024)

Ulfatul Izzah (0119049)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..…………...……………………....................i

DAFTAR ISI..…………...…………………… ..…………...………..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah…..................................................................2

1.3 Tujuan………………..…………...……………………...........2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Breathing......................................................................3


2.2 Pengelolaan Fungsi Pernafasan (Breathing Management)........3
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................10
3.2 Saran..........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan Kegawat Daruratan yaitu bentuk pelayanan yang memiliki tujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah kerusakan sebelum tindakan selanjutnya
dan menyembuhkan penderita pada kondisi yang berguna bagi kehidupan. Karena sifat
pelayanan gawat darurat yang cepat dan tepat, maka sering dimanfaatkan untuk
memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan bagi
penderita dan keluarga yang menginginkan pelayanan secara cepat. Oleh karena itu
diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan yang bagus dalam mengaplikasikan
asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan
baik aktual atau potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak
atau tidak diperkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan.
Keperawatan diberikan untuk semua usia dan sering dengan data dasar yang sangat
mendasar, tindakan yang diberikan harus cepat dan dengan ketepatan yang tinggi
(Maryuani, 2009). Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang
mengacam hidup pasien, banrulah selanjutnya dilakuan survei sekunder. Tahapan
pengkajian primer meliputi : A: airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga
jalan nafas disertai kontrol servikal; B: breathing, mengecek permafasan dengan tujuan
mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C: circulation,mengecek sistem sirkulasi
disertai kontrol pendarahan; D: disability, mengecek status neurologis: E: ekposure,
enviromental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia (holder. 2002).
Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan secara kondisi yang mengancam
nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang
singkat (kurang dari 10 detik) difokuskan pada airway breathing circulation (ABC).
Karena kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi
ini yang dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder
akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat
jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan
segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak
permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian, Oleh karena itu pengkajian

1
primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efesien
(Mancini.2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Definisi Breathing Management?
2. Bagaimana Breathing Management?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Breathing Management
2. Untuk Mengetahui Breathing Management

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Breathing


Bernapas adalah usaha seseorang secara tidak sadar atau otomatis untuk melakukan
pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru
(RJP). Untuk menilai seseorang bemafas secara normal dapat dilihat dari berapa kali
seseorang bernapas dalam satu menit, secara umum:
a. Frekuensi atau jumlah pernapasan
1. Dewasa 12-20x/menit,
2. Anak 20-30x/menit,
3. Bayi 30-40x/menit.
b. Dada mengembang secara simetris,
Pemafasan dikatakan tidak baik atau tidak normal jika terdapat keadaan berikut
ini:
1. Ada tanda-tanda sesak napas: peningkatan frekuensi napas dalam satu
menit.
2. Ada napas cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak saat napas).
3. Ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot
perut).
4. Warna kebiruan pada sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan.
5. Tidak ada gerakan dada
6. Tidak ada suara napas
7. Tidak dirasakan hembusan napas
8. Pasien tidak sadar dan tidak bernafas

2.2 Pengelolaan Fungsi Pernafasan (Breathing Management)


Terdiri dari 2 tahap:
1. Memastikan korban tidak bernapas
2. Memberikan bantuan napas
A. Pengelolaan Fungsi Pernafasan (Breathing Management) Dengan Pernafasan
Buatan
a) Pengertian : Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pemafasan
buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2.

3
b) Tujuan : Menjamin pertukaran udara di paru-paru secara normal.
c) Diagnosis Ditegakkan bila pada pemeriksaan dengan menggunakan metode Look
Listen Feel (lihat kembali pengelolaan jalan nafas) tidak ada permafasan dan
pengelolaan jalan nafas telah dilakukan (jalan nafas aman).
d) Tindakan
- Tanpa Alat: Memberikan permafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut
ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan awal dan diselingi ekshalasi.
- Dengan Alat: Memberikan pernafasan buatan dengan alat “Ambu bag” (self
inflating bag) yang dapat pula ditambahkan oksigen. Dapat juga diberikan dengan
menggunakan ventilator mekanik (ventilator/respirator).
e) Pemeriksaan pernafasan
- Look-Lihat : Gerak dada, Gerak cuping hidung (flaring nostril)
- Listen-Dengar: Suara nafas, suara tambahan
- Feel-Rasakan: Udara nafas keluar hidung-mulut
- Palpasi-Raba: Gerakan dada, simetris? Perkusi-Ketuk. Redup? Hipersonor?
Simetris?
- Auskultasi (menggunakan stetoskop): Suara nafas ada? Simetris? Ronki atau
whezing?
- Menilai pemafasan
1) Ada napas? Napas normal atau distres
2) Ada luka dada terbuka atau menghisap?
3) Ada Pneumothoraks tension?
4) Ada Patah iga ganda (curiga Flail Chest) ?
5) Ada Hemothoraks?
6) Ada emfisema bawah kulit?
- Tanda distres nafas
1) Nafas dangkal dan cepat
2) Gerak cuping hidung (flaring nostril)
3) Tarikan sela iga (retraksi)
4) Tarikan otot leher (racheal tug)
5) Nadi cepat
6) Hipotensi
7) Vena leher distensi
8) Sianosis (tanda lambat)

4
f) Pemberian nafas buatan
1) Diberikan sebanyak 12-20 kali/menit sampai dada nampak terangkat.
2) Diberikan bila nafas abnormal, tidak usah menunggu sampai apnea dulu
3) Berikan tambahan oksigen bila tersedia.
4) Jika udara masuk ke dalam lambung, jangan dikeluarkan dengan menekan
lambung karena akan berisiko aspirasi.
5) Nafas buatan dilakukan dengan in-line immobilisation (fiksasi kepala-leher)
agar tulang leher tidak banyak bergedilak
1. Pernapasan Buatan Mulut-Mulut
Pernapasan buatan langsung mulut ke mulut memiliki resiko yang tinggi.
Kemungkinan kontak dengan cairan tubuh korban termasuk muntahan yang sangat
besar. Untuk melakukan pernapasan buatan mulut ke mulut gunakanlah alat
pelindung barrier device, face shield. Alat pelindung ini berupa sebuah lembaran
dari plastik tipis dan lentur menutupi wajah korban terutama bagian mulut korbán,
dilengkapi dengan katup satu arah sehingga cairan tubuh korban tidak mengenai
perawat. Bisa dilipat sehingga praktis dibawa kemana-mana.
Langkah-langkah memberikan pernapasan buatan mulut ke mulut:
1) Pastikan keamanan diri dan lingkungan, kemudian aktifkan SPGDT.
2) Baringkan korban pada posisi terlentang.
3) Atur posisi penolong dengan berlutut tepat disamping kepala korban.
4) Lakukan langkah-langkah pengelolaan airway.
5) Gunakan alat pelindung; barrier device, face shield.
6) Penolong menarik napas dalam saat akan memberikan napas buatan, agar
volume tidal terpenuhi.
7) Jepit lubang hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk penolong.
8) Tutupi mulut korban dengan mulut penolong. Mulut penolong harus dapat
menutupi keseluruhan mulut korban agar tidak terjadi kebocoran.
9) Berikan hembusan napas 2 kali, sambil tetap menjaga terbukanya airway.
10) Beri jarak untuk ekspirasi. Waktu yang diperlukan untuk tiap hembusan
1,5-2 detik. Volume udara yang diberikan sebesar volume tidal yaitu 10
mL/ kgBB atau 700-1000 mL, atau sampai dengan dada korban terlihat
mengembang. Hati-hati, jangan terlalu kuat atau terlalu banyak karena
dapat melukai paru-paru korban atau masuk ke lambung.

5
11) Lakukan evaluasi ulang A dan B. Jika saat melakukan pemapasan buatan
dirasakan ada tahanan atau terasa berat, atau dada tidak naik turun dengan
baik, perbaiki tehnik membuka airway korban misalnya perbaiki posisi
kepala. Jika setelah posisi diperbaiki masih terasa berat, curigai adanya
sumbatan airway. Lakukan tindakan membebaskan jalan napas.
12) Bila tidak ada gangguan lain, teruskan pernapasan buatan dengan
kecepatan 12-15 kali/ menit

Gambar Barrier Device Gambar Tekhnik Pemberian Pernapasan Mulut-Mulut


Menggunakan Barrie Device

2. Pernapasan Buatan Mulut-Hidung


Tehnik pernapasan buatan mulut ke hidung dilakukan jika tidak
memungkinkan melakukan permapasan mulut ke mulut, misal jika mulut korban
yang terkatup rapat dan tidak bisa dibuka (trismus), atau mulut korban mengalami
cedera berat. Langkah-langkah yang đilakukan sama seperti pernapasan buatan
mulut ke mulut. Perbedaannya adalah pemapasan buatan dilakukan ke hidung
korban. Pada tehnik ini mulut korban yang harus ditutup.

3. Pernapasan Buatan Mulut-Stoma / Lubang Trakeostomi


Tindakan ini dilakukan pada korban yang pernah mengalami tindakan
pembuatan lubang pemapasan di leher, karena masuknya udara pernapasan bukan

6
melalui mulut atau hidung. Udara akan masuk melalui lubang buatan di leher yang
disebut stoma. Langkah-langkah melakukan pernapasan buatan mulut ke stoma
pada dasanya sama dengan mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pernapasan
Buatan Mulut-Masker/ Sungkup Muka Tehnik pernapasan buatan mulut ke
masker lebih efektif dan lebih aman dibanding cara-cara pemapasan yang telah
dijelaskan sebelumnya. Masker yang digunakan mempunyai katup satu arah
sehingga cairan maupun udara ekspirasi yang keluar dari korban memiliki
kemungkinan yang kecil untuk mengenai penolong. Masker menutupi hidung dan
mulut korban, sehingga tidak ada kontak/hubungan langsung antara penolong
dengan korban. Efektivitas didapatkan karena masker yang digunakan akan
menutupi baik mulut maupun hidung korban dan lebih terkontrol.
Masker yang baik untuk pernapasan buatan memiliki ukuran yang sesuai,
terbuat dari bahan transparan/ tembus pandang, juga dilengkapi katup satu arah
atau dapat dihubungkan dengan katup satu arah pada bagian atasnya. Masker
tersedia dengan berbagai ukuran. Kesesuaian ukuran penting agar masker dapat
melekat erat pada wajah sehingga tidak terjadi kebocoran, bahan transparan
memungkinkan penolong dapat melihat adanya cairan mapun muntahan yang
keluar dari korban.

Langkah-langkah pernapasan buatan mulut ke masker:


1) Pastikan keamanan diri dan lingkungan, kemudian aktifkan SPGDT.
2) Baringkan korban pada posisi terlentang,
3) Atur posisi penolong. Bila penolong hanya sendirian, berlutut disamping
kepala korban, bila penolong lebih dari satu orang, mintalah salah satu
penolong untuk memegangi masker dan berlutut di atas kepala korban
menghadap ke kaki korban.
4) Lakukan langkah-langkah pengelolaan airway.
5) Pasang masker yang ukurannya sesuai dengan korban. Masker yang
ukurannya sesuai akan menutupi bagian hidung dan mulut korban
sekaligus. Masker pernapasan buatan berbentuk menyerupai buah jambu
air yang terbelah dua sama besar, ada bagian yang menyempit dan ada
bagian yang melebar.
6) Posisikan bagian yang menyempit di bagian hidung korban, dan bagian
yang melebar di bagian dagu.

7
7) Pertahankan posisi masker dan rapatkan. Posisi masker mempengaruhi
dalam keberhasilan pernapasan buatan. Mempertahankan posisi masker
bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu: Pertahankan posisi masker dengan
posisi kedua tangan seperti saat melakukan jaw thrust atau triple airway
manauver. Kedua ibu jari menahan masker bagian hidung, sementara jari-
jari lainnya menahan bagian dagu dan merapatkannya dengan menahan
masker bagian ralang bawah korban, sambil melakukan tindakan membuka
airway. Pertahankan posisi masker dengan salah satu tangan menahan
bagian hidung, tangan lainnya menahan bagian dagu sambil membuka
airway korban.
8) Penolong menarik napas dalam saat akan memberikan napas buatan, agar
volume tidak terpenuhi.
9) Berikan hembusan napas 2 kali, sambil tetap menjaga terbukanya airway,
Beri kesempatan untuk ekspirasi. Waktu yang diperlukan untuk tiap
hembusan 1,5-2 detik. Volume udara yang diberikan sebesar volume tidal
10 mL/ KGBB, atau sampai dengan dada korban terlihat mengembang.
10) Lakukan evaluasi ulang A dan B. Jika saat melakukan pernapasan buatan
dirasakan ada tahanan atau terasa berat, atau dada tidak naik turun dengan
baik, perbaiki posisi kepala korban. Perbaiki tehnik membuka airway
korban. Jika setelah posisi diperbaiki masih terasa berat, curigai adanya
sumbatan airway. Lakukan tindakan membebaskan jalan napas,
11) Bila tidak ada gangguan lain, teruskan permapasan buatan dengan
kecepatan 12-15 kali menit.

8
4. BVM (Bag Valhe Mask)
Pernapasan buatan yang dilakukan dengan bantuan BVM lebih dianjurkan,
karena memiliki lebih banyak keuntungan. Selain keuntungan seperti yang
didapatkan dengan menggunakan masker, BVM memberikan oksigen dengan
konsentrasi yang lebih tinggi pada korban karena dapat dihubungkan dengan
sumber oksigen, BVM dianjurkan digunakan olch dua orang penolong. Sesuai
namanya bag valve mask (BVM) terdiri dari kantung, katup satu arah, dan
masker/ sungkup muka. Isi kantung sekitar 1600 ml dan dapat dihubungkan
dengan sumber oksigen.
Masker pada BVM memiliki bentuk yang sama seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Masker tersedia dalam berbagai ukuran untuk dewasa, anak, dan
bayi.
Perhatikan:
1) Pemompaan udara pernapasan dilakukan saat korban inspirasi.
2) Pemberian bantuan napas disesuaikan dengan kebutuhan korban.
3) Perhatikan volume tidal dan frekuensi napas yang dibutuhkan korban.
4) Pemasangan masker harus sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan korban
dan ketat.
5) Bila korban memiliki gigi palsu, biarkan gigi palsu tersebut tetap pada
tempatnya, karena akan mempermudah dicapainya posisi masker yang
ketat.
6) Namun bila gigi tersebut lepas, segera keluarkan dari mulut korban dan
amankan. Lepasnya gigi palsu merupakan ancaman terjadinya sumbatan
jalan napas. Lakukan penilaian berkala keberadaan gigi palsu selama
menolong korban.
A. Persiapan Alat
a. BVM (Ambubag)
b. Handscoon bersih
c. Handsrub
d. Oksigen
C. Prosedur
1. Siapkan dan dekatkan alat
2. Atur posisi pasien yaitu tempat yang aman, datar, dan keras

9
3. Perawat cuci tangan dan pakai handscoon bersih
4. Perawat memeriksa nadi dan pernapasan maksimal selama 10 detik
5. Bila nadi teraba dan pernafasan tidak ada maka lakukan bantuan
nafas
6. Atur posisi kepala yaitu head tilt chin lif bila tidak ada trauma
leher, Bila ada trauma leher dengan cara jaw thrust maneuver.
Meletakkan masker menutup mulut dan hidung pasien. Ibu jari dan
jari telunjuk membentuk huruf C sedangkan jari-jari lainnya
7. Memegang rahang bawah sekaligus membuka jalan napas dengan
membentuk huruf E
8. Memompa udara dengan cara tangan satu memegang bag sambil
memompa udara dan yang satunya memegang dan memfiksasi
masker pada saat memegang masker.
9. Dewasa : Berikan nafas sebanyak 10-12 x per menit dengan jeda
setiap pompa 5-6 detik,
Pada bavi : Berikan nafas sebanyak 20 x per menit dengan jeda
setiap pompa 3 detik.
10. Setelah 1 menit, evaluasi pernafasan. Apabila nafas tidak ada
lakukan bantuan nafas sesuai langkah no 11 Namun bila nafas ada
maka berikan posisi recoveri (sesuai kondisi).
11. Bila sudah selesai, buka sarung tangan.
12. Rapikan pasien dan alat
13. Perawat cuci tangan
14. Dokumentasi respon dan prosedur
15. Penampilan tenang dan komunikasi terapeutik

10
Ambubag (bag-vatve-masker) Cara Menggunakan Ambubag Cara
Menggunakan Ambubag

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bernapas adalah usaha seseorang secara tidak sadar atau otomatis untuk
melakukan pernafasan.Tahapan pengkajian primer meliputi : A: airway, B: breathing,
C: circulation, D: disability, E: ekposure. Pengelolaan Fungsi Pernafasan (Breathing
Management) Dengan Pernafasan Buatan memiliki tujuan Menjamin pertukaran udara
di paru-paru secara normal. Cara pemberiannya dapat melalui :

1. Pernapasan Buatan Mulut-Mulut


2. Pernapasan Buatan Mulut-Hidung
3. Pernapasan Buatan Mulut-Stoma / Lubang Trakeostomi
4. BVM (Bag Valhe Mask)

3.2 Saran

Keterampilan dalam keperawatan gawat darurat harus terus menerus


dikembangkan. Meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan secara maksimal. Kemampuan breathing management harus terus menerus
dilatih sebagai bagian dari kompetensi perawat tanggap darurat.

12
Daftar Pustaka

Advanced Paediatric Life Support. 3rd ed. London: BMJ Books 2001: Chapters 4 (Basic life
support); 5 (Advanced support of the airway and ventilation): 22 (Practical procedures:
airway and breathing).

John, A, Boswick, (1997). Perawatan Gawat Darurat. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta

Mancini MR, Gale AT.(2011). Emergency care and the law. Maryland: Aspen Publication.

Maryuani, Anik & Yulianingsih, (2009). Asuhan kegawatdaruratan. Jakarta : Trans Info
Media Medis.

Purwadianto, Agus, dkk, (2000). Kegawatdaruratan Medik. Jakarta: Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai