Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
A. Latar Belakang
Fenomena bullying yang terjadi di masyarakat dianggap sebagai suatu hal
yang umum terjadi pada anak-anak. Bullying merupakan suatu perilaku yang
merujuk pada sifat yang negatif dan agresif oleh seseorang atau sekelompok
orang yang dilakukan secara berulang kali yang menyalahgunakan
ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan untuk menyakiti targetnya (korban)
secara mental maupun secara fisik (Wiyani & Novan Ardy, 2013). Perilku
bullying ini sering terjadi pada anak usia sekolah dasar, menengah maupun atas.
Bullying yang dilakukan oleh masing-masing anak juga berbeda.
Salah satu bentuk dari bullying yang secara tidak sadar dan sering dilakukan
oleh anak-anak usia sekolah adalah bullying verbal. Bullying verbal berarti
bahwa tindakan tersebut dapat menyakiti seseorang dengan ucapan, misalnya
mengejek, mencaci, menggosip, memaki, membentak, dan sebagainya.
Sebagian besar anak-anak melakukan bullying di wilayah tempat tinggalnya dan
di sekolah. Penyebab yang mendasari seorang anak menjadi pelaku bullying
dikarenakan dengan melakukan tindakan bullying tersebut maka anak akan
merasa puas dan terdapat suatu keyakinan dalam diri pelaku bahwa perilaku
bullying sah untuk dilakukan. Selain itu terdapat pula faktor individual, hubungan
keluarga, kelompok teman sebaya dan sekolah yang berkontribusi terjadinya
perilaku bullying. Faktor lain yaitu karena kriteria korban yang menjadi sasaran
pelaku bullying memiliki karakteristik yang terlihat lebih cemas daripada siswa
secara umum (Fatimatuzzahro Adinar, 2017).
Perilaku bullying memiliki dampak, baik itu bagi korban maupun pelaku.
Dampak negatif jangka pendek dari korban bullying ini dapat menimbulkan
perasaan tidak aman, terisolasi dari lingkungan, perasaan harga diri yang
rendah dan menarik diri. Dampak negatif jangka panjang korban bullying adalah
korban akan menderita masalah emosional dan perilaku, mengalami gangguan
psikologis yang berat seperti depresi atau menderita stres yang dapat berakhir
dengan bunuh diri (Pambudhi dkk, 2015). Anak – anak yang mengalami bullying
akan beranggapan bahwa dirinya tidak berharga sehingga mereka akan selalu
menyalahkan dirinya sendiri. Dampak bullying tidak hanya pada korban, tetapi
pelaku bullying juga akan merasakan dampaknya yaitu memiliki kekurangan
dalam kemampuan empati seperti ketidakmampuan untuk menghargai
emosional dan perilaku mereka terhadap perasaan orang lain. Selain itu pada
pelaku juga akan menumbuhkan perasaan yang arogan dan merasa lebih kuat
dari yang lain sehingga pelaku menjadi pribadi yang tidak mengenal tenggang
rasa dengan sesama (Andina,2014).
Bullying yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan efek yang serius
terhadap kesehatan mental pada anak. Dampak negatif dari bullying pada anak,
baik itu yang menjadi pelaku maupun korban adalah dapat memicu munculya
depresi, kecemasan, penyalahgunaan zat, fungsi sosial rendah, rendahnya
prestasi akademik dan kurang perhatian. Dampak lebih parah dari bullying
adalah dapat emningkatkan resiko bunuh diri untuk korban maupun pelaku
(Tsitsika et al, 2014). Pemberian intervensi sangat diperlukan untuk menangani
kasus bullying agar tidak berkelanjutan
Terdapat beberapa tindakan atau intervensi yang dilakukan untuk mengatasi
atau mengurangi tindakan bullying pada anak yaitu salah satunya dengan art
therapy / terapi seni. Art therapy / terapi seni dapat mengurangi tindakan atau
tingkah laku bullying dan meningkatkan kehidupan sosial pada anak (Yan et al.,
2019). Art therapy dapat diterapkan untuk mengurangi kecemasan pada anak
dengan masalah bullying (Safaria dan Yunita, 2014). Art therapy / terapi seni
yang digunakan untuk mengurangi bullying adalah dengan cara menggambar
dengan beberapa ketentuan topik antara lain menggambar potret diri sendiri,
menggambar kelompoknya, menggambar seseorang atau sesuatu yang
membuat diri sendiri merasa lebih hangat atau nyaman, menggambar kekuatan
atau kelebihan dirinya, menggambar cita-cita atau mimpi yang akan dicapainya,
menggambar temannya (Yan et al., 2019). Kejadian bullying erat kaitannya
dengan kehidupan berkelompok yang dijalani oleh masing-masing anak,
sehingga penting dalam art therapy ini diberikan topik menggambar
kelompoknya, sehingga dapat diketahui kondisi dari lingkungan bermain masing-
masing anak.
Hasil pengkajian yang dilakukan di RW I Kelurahan Pedalangan didapatkan
hasil bahwa terdapat 8 dari 30 anak mengalami masalah pertemanan, dimana
masalah yang ditemukan adalah terkait bullying (saling mengejek). Sebanyak 23
anak paling sering mengalami bullying di sekolah. Respon anak saat
mendapatkan perilaku bullying sangat beragam, diantaranya marah sebanyak 5
anak, sakit hati 7 anak, sedih 14 anak dan merasa biasa saja sebanyak 4 anak.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan atau intervensi untuk mengatasi
permasalan bullying pada anak di RW. 01 Kelurahan Pedalangan dengan
menggunakan art therapy.
B. Tujuan Intervensi
1. Tujuan Umum
Anak dapat mengurangi tindakan atau tingkah laku bullying kepada orang lain
2. Tujuan Khusus
a. Anak mampu menyalurkan ekspresi melalui gambar
b. Anak mampu menggambarkan kondisi lingkungan
bermainnya/kelompoknya
c. Anak mampu meningkatkan komunikasi dengan orang lain
d. Anak mampu meningkatkan kehidupan sosial atau kemampuan
interpersonal
C. Rencana Pelaksanaan
1. Sasaran Kegiatan
Anak dengan masalah bullying di RW. 01 Kelurahan Pedalangan Kecamatan
Banyumanik, Semarang.
2. Waktu dan Tempat
a. Hari, tanggal : Minggu, 1 Desember 2019
b. Waktu : 16.00 – 17.00 WIB
c. Tempat : Rumah Ibu Saparmi RT 06 RW. 01 Kelurahan
Pedalangan
3. Prosedur Intervensi
Setiap anak diberikan atau membawa peralatan menggambar seperti
pensil, bolpoin, dan pensil warna/crayon/spidol warna beserta kertas untuk
menggambar
Anak diberikan waktu untuk mulai menggambar
Gambar yang diinstruksikan adalah menggambar kelompok
bermain/belajarnya
Anak kemudian menceritakan gambar yang telah digambarkan kepada
teman-temannya
4. Setting Tempat
Keterangan :
: Leader : Observer
: Anak : Fasilitator
5. Uraian Tugas
a. Leader : Banis Rihadatul Afifah
b. Fasilitator :
Indah Sulistyowati
Agustin
Lailatuz Zulia Ifianti
Fatia Zulfa
Banis Rihadatul Afifah
Astri Artanti
Syeikha Mega Surya P.
Noviana Rohmah
Handika Kiswantoro
c. Observer : Febri Lestari
Keterangan
Leader Memimpin jalannya kegiatan
Menjelaskan tata cara atau prosedur kegiatan (art therapy)
Memberikan reinforcement positif kepada anak
Menyimpulkan kegiatan
Fasilitator Memfasilitasi proses atau jalannya kegiatan
Mendampingi anak-anak selama proses kegiatan art
therapy berlangsung
Memotivasi anak-anak untuk kesuksesan kegiatan art
therapy
Observer Mengobservasi proses atau jalannya kegiatan
Mencatat jumlah anak yang hadir dalam kegiatan
Melakukan pendokumentasian kegiatan art therapy
D. Evaluasi
1. Evaluasi Persiapan
No Penilaian Iya Tidak
1. Pre planning kegiatan disetujui H-1 sebelum
pelaksanaan kegiatan / art therapy
2. Perlengkapan yang digunakan, seperti pensil,
bolpoin, peralatan menggambar lainnya (pensil
warna/crayon/spidol warna disiapkan H-1
sebelum pelaksanaan kegiatan / art therapy
2. Evaluasi Proses
No Penilaian Iya Tidak
1. Mahasiswa dan anak-anak datang sesuai dengan
kontrak yang disepakati
2. Anak-anak yang hadir atau yang ikut kegiatan art
therapy 55% dari total anak dengan
permasalahan bullying
3. Mahasiswa bertugas sesuai dengan job desk
masing-masing
4. Alat dan media dapat digunakan dengan efektif
3. Evaluasi Hasil
No Penilaian Iya Tidak
1. Anak mampu mengikuti instruksi atau cara yang
disampaikan selama kegiatan art therapy
2. Anak terlibat aktif dalam kegiatan dan mampu
menyampaikan apa yang telah digambar
E. Lampiran
Jurnal Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Safaria, T., Yunita, A. (2014). The Efficacy of Art Therapy to Reduce Anxiety Among
Bullying Victims. International Journal of Research Studies in Psychology, 3 (4):
77-88
Yan, H., et al. (2019). School Bullying Among Left-Behind Children : The Efficacy of
Art Therapy on Reducing Bullying Victimization. Frontiers in Psychiatry, 10 (40):
1-7
Andina, E. (2014). Budaya Kekerasan Antar Anak Di Sekolah Dasar. Jurnal Info
Singkat Kesejahteraan Sosial, 6 (9), 9-12.
Fatimatuzzahro, Adinar. (2017). Efektivitas Terapi Empati Untuk Menurunkan
Perilaku Bullying Pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Empati, 7 (3), 362 –
378.
Pambudhi Dkk. (2015). Efektivitas Group Cognitive Behavior Therapy (Gcbt) Dalam
Menurunkan Kecemasan Mengahadapi Pelaku Bullying Ditinjau Dari Harga Diri
Pada Korban Bullying. Jurnal JIPT, 3 (1), 18-31.
Tsitsika, A.K et al. (2014). Bullying behavior in children and adolescent and on going
story. Frontiers in Public Health, 2, 1-4.
Wiyani, Novan Ardy. (2013). Save Our Children From School Bullying. Jogjakarta :
Ar- Ruzz Media.