Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN PEMASANGAN INFUS DAN

PEMBERIAN CAIRAN NACL 0,9% LOADING 500 CC


DI RUANG IGD RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis
Tahap Profesi

Pembimbing Akademik :
Ns. Nana Rochana, S.Kep., MN
Ns. Nur Hafidzah, S.Kep., M.Kep

Pembimbing Klinik :
Teguh Budianto, S.Kep., Ns

Oleh :
Syeikha Mega Surya Pramita
22020119210079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXXIV


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

Inisial pasien (Usia) : Ny. L (20 tahun)


Tanggal Masuk :13 Januari 2020
Diagnosa Medis : Anemia berat, trombositopenia berat, MDS
Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan proses penyakit (00204)

A. Diagnosa Keperawatan dan Dasar Pemikiran


1. Data Fokus
Data Subjektif
a. Ny. L mengeluh badannya sangat lemas, letih, lesu, dan sedikit pusing
Data Objektif
a. Tekanan darah 100/70 mmHg
b. Suhu 360 C
c. SpO2 96 %
d. CRT >3 detik
e. Akral dingin
f. Kesadaran somnolen
g. GCS E4M5V3
h. Konjungtiva pucat
i. Ny. L tampak lemah, lemas, tampak pucat
j. Bibir kering dan pecah-pecah
k. Balance cairan – 28 cc
2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan proses penyakit
(00204)
3. Dasar Pemikiran
Ny. L usia 20 tahun dibawa IGD RSUP Dr. Kariadi Semarang tanggal 13
Januari 2020 akibat muntah darah. Ny. L memiliki riwayat anemia berat,
trombositopenia berat, dan MDS sejak usia 15 tahun. Anemia adalah keadaan
yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah, kadar hemoglobin, dan
hematocrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan suatu penyakit tunggal,
melainkan merupakan pencerminan terhadap keadaan suatu penyakit atau
gangguan pada fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkat oksigen ke jaringan
(Smeltzer, 2001).

B. Tindakan Keperawatan yang Dilakukan


Pemasangan infus dan pemberian cairan NaCl 0,9% loading 500 cc
C. Prinsip-Prinsip Tindakan
1. Pengertian
Melakukan pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum
kedalam pembuluh vena untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan
dari tubuh agar cairan tubuh pada pasien terpenuhi.
2. Indikasi
a. Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan
pemberian obat langsung ke dalam Intra Vena
b. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus
melalui intra vena
c. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
d. Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
e. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya
pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus
intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan
pemberian obat)
f. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko
dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum
pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang
jalur infus.
g. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi
kebutuhan dengan injeksi intramuskuler.
3. Kontraindikasi
a. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan
infus.
b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
tindakan hemodialisis (cuci darah).
c. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
4. Prinsip
Prinsip pemasangan terapi intravena (infus) memperhatikan prinsip steril, hal
ini yang paling penting dilakukan tindakan untuk mencegah kontaminasi
jarum intravena (infus)
5. Keuntungan
Menyediakan jumlah cairan yang cukup untuk mempertahankan
volume intravaskular yang adekuat agar sistem kardiovaskular dalam
keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran darah yang adekuat ke
organ-organ vital.
6. Kerugian
a. Hematoma
b. Infiltrasi
c. Tromboflebitis/bengkak (inflasi pada pembuluh vena)
d. Emboli udara
e. Perdarahan
f. Reaksi alergi
7. Prosedur kerja
a. Tahap Pre Interaksi
1) Persiapan pasien
a) Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai
tindakan yang akan dilakukan
b) Posisi pasien tidur terlentang
c) Cek program terapi cairan pasien
2) Perispan alat
a) Standar infus
b) Cairan steril sesuai instruksi
c) Set infus steril
d) Albocath dengan nomor yang sesuai
e) Perlak
f) Tourniquit
g) Kapas alkohol
h) Plester
i) Gunting
j) Bengkok
k) Kassa
l) Sarung tangan
m) Salf antibiotic
b. Tahap Orientasi
1) Berikan salam, panggil nama pasien dengan namanya
2) Perkenalkan diri, jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
c. Tahap Kerja
1) Cuci tangan
2) Bebaskan lengan klien dari lengan baju
3) Letakkan tourniquit 5-15 cm diatas tempat tusukan
4) Letakkan perlak dibawah lengan pasien
5) Hubungkan cairan infuse dengan selang infuse sehingga tidak ada
udara didalamnya
6) Kencangkan klem sampai infuse tidak menetes dan pertahankan
kesterilannya sampai pemasangan pada tangan disiapkan
7) Kencangkan tourniquit
8) Anjurkan klien untuk mengepalkan tangannya palpasi dan pastikan
tekanan yang akan ditusuk
9) Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol, arah
melingkar dari dalam keluar lokasi tusukan
10) Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5 cm dibawah
tusukan
11) Pegang jarum pada posisi 30 derajat pada ven ayang akan ditusuk,
setelah pasti masuk lalu tusuk perlahan dengan pasti
12) Rendahkan posisi jarum sejajar dengan dan tarik jarum sedikit lalu
teruskan plastik i.v catether kedalam vena
13) Tekan dengan jari ujung plastic i.v catether
14) Tarik jarum infuse keluar
15) Buka klem infuse sampai sampai cairan mengalir lancar
16) Oleskan zalf antibiotik siatas penusuakn kemudian ditutup dengan
kassa steril
17) Fiksasi posisi plastic i.v catether dengan plester
18) Atur tetesan infuse sesuai ketentua, pasang stiker yang sudah diberi
tanggal
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan
2) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3) Pasien nyaman
4) Akhiri kegiatan dan bereskan alat
5) Cuci tangan
e. Dokumentasi
1) Tanggal, jam dan nama terang
2) Respon pasien terhadap prosedur

D. Analisa Tindakan Keperawatan


Tubuh manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian yang padat dan
bagian yang cair. Bagian padat terdiri dari tulang, kuku, otot, dan jaringan yang
lain. Sedangkan bagian yang cair berupa cairan intraselular dan ekstraselular.
Cairan ekstraseluler dibagi menjadi plasma darah sebanyak 5% dan cairan
interstitial sebanyak 15%. Cairan antarsel khusus disebut cairan transeluler, seperti
cairan serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum, dan lain-lainnya. Dalam
cairan ekstraseluler dan intraseluler, terdapat elektrolit-elektrolit utama yang
berbeda. Elektrolit utama dalam cairan ekstraseluler adalah natrium dan klorida,
sedangkan elektrolit utama dalam cairan intraseluler adalah kalium, magnesium,
kalsium, dan fosfat (Stoelting, 2015).
Cairan dan elektrolit sangat dibutuhkan oleh sel-sel dalam tubuh agar dapat
menjaga dan mempertahankan fungsinya, sehingga tercipta kondisi yang sehat pada
tubuh manusia (Sucandra, 2017). Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh dapat terjadi pada keadaan diare, muntah-muntah, sindrom
malabsorbsi, ekskresi keringat yang berlebih pada kulit, pengeluaran cairan yang
tidak disadari (insesible water loss) secara berlebihan oleh paru-paru, perdarahan,
berkurangnya kemampuan pada ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Dalam keadaan tersebut, pasien perlu diberikan terapi cairan
agar volume cairan tubuh yang hilang, dengan segera dapat digantikan (Sucandra,
2017). Terapi cairan merupakan terapi yang sangat mempengaruhi keberhasilan
penanganan pasien kritis. Selain dapat mengganti cairan yang hilang, terapi cairan
dapat dilakukan untuk mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung,
mencukupi kebutuhan per hari, mengatasi syok, dan mengatasi kelainan akibat
terapi lain. Administrasi terapi cairan melalui intravena adalah salah satu rute terapi
yang paling umum dan penting dalam pengobatan pasien bedah, medis dan sakit
kritis. Pemilihan pemberian terapi cairan untuk perbaikan dan perawatan stabilitas
hemodinamik pada tubuh cukup sulit. Karena pemilihannya tergantung pada jenis
dan komposisi elektrolit dari cairan yang hilang.
Banyak pasien yang membutuhkan cairan intravena memiliki kebutuhan
spesifik untuk menutupi penggantian dari deficit cairan atau kehilangan cairan atau
elektrolit serta permasalahan redistribusi cairan internal yang sedang berlangsung,
sehingga harus dihitung untuk pemilihan cairan intravena yang optimal. Cairan dan
elektrolit intravena pengganti dibutuhkan untuk mengangani deficit yang ada atau
kehilangan yang tidak normal yang sedang berlangsung. Secara umum, terapi
cairan intravena untuk penggantian harus bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
ekstra dari cairan dan elektrolit seperti kebutuhan pemeliharaan, sehingga
homeostasis dapat kembali dan terjaga. Lakukan penilaian cairan dan elektrolit
pasien dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, monitor klinis, dan pemeriksaan
laboratorium. Cari defisit, kehilangan yang sedang berlangsung, distribusi yang
tidak normal atau permasalahan kompleks lainnya. Periksa kehilangan yang sedang
berlangsung dan perkirakan jumlahnya dengan mengecek untuk muntah dan
kehilangan NG tube, diare, kehilangan darah yang berlangsung. Periksa redistribusi
dan masalah kompleks lainnya dengan memeriksa pembengkakan, sepsis berat, dan
lainnya. Berikan tambahan cairan dari kebutuhan pemeliharaan rutin, mengatur
sumber-sumber cairan dan elektrolit yang lain. Monitor dan periksa ulang pasien.
E. Bahaya yang Mungkin Muncul
1. Hematoma
2. Infiltrasi
3. Tromboflebitis/bengkak (inflasi pada pembuluh vena)
4. Emboli udara
5. Perdarahan
6. Reaksi alergi

F. Hasil yang Didapat dan Maknanya


1. Tekanan darah 100/70 mmHg
2. Suhu 360 C
3. SpO2 100 %
4. CRT >3 detik
5. Akral dingin
6. Kesadaran somnolen
7. GCS E4M5V3
8. Konjungtiva pucat
9. Ny. L masih tampak lemah, lemas, tampak pucat
10. Bibir kering dan pecah-pecah
11. Balance cairan 36 cc

G. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan (mandiri dan kolaboratif)


Mandiri
1. Pantau input dan output cairan
2. Pantai tanda – tanda vital
3. Pantau status hidrasi
Kolaboratif
1. Berikan terapi intravena maupun terapi oral

H. Evaluasi diri
Mahasiswa melakukan pemasangan infus dengan sangat hati –hati dan
didampingi oleh perawat dikarenakan pembuluh darah Ny. L sangat kecil sehingga
lebih beresiko mengalami kegagalan. Akan tetapi dengan supervisi dan arahan dari
perawat, mahasiswa mampu melkaukan pemasangan infus dengan seklai tusuk.
Mahahsiswa melakukan tindakan sesuai dengan SOP yang diterapkan diruangan.

I. Kepustakaan
Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and Electrolytes.
Dalam Handbook of Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice 3rd
ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2015; 17 : h. 341 – 49
Sucandra. (2017). Terapi Cairan. Bagian/smf ilmu anestesi dan reanimasi fk
unud/rsup sanglah
Yanita, Tetra, Dwi & Endri. (2008). Panduan Skills Lab Ketrampilan Dasar Dalam
Keperawatan: Yogyakarta.
Nama dan tanda tangan mahasiswa

(Syeikha Mega Surya Pramita)

Anda mungkin juga menyukai