Anda di halaman 1dari 6

PEMASANGAN IV CATHETER (INFUS)

A. Tindakan
Tindakan yang dianalisa adalah tindakan pemasangan infus pada “Tn H dengan
diagnosa medis stroke non hemoragik.

B. Justifikasi terhadap tindakan


Tindakan ini dilakukan untuk mempertahankan cairan dan elektrolit pasien dan
sebagai jalur masuk pemberian obat kepada pasien.

C. Teori singkat tindakan


Pemasangan infus intravena (intravenous fluids infusion) adalah tindakan yang
dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan atau obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set
(Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015).
SOP Pemasangan infus (Jacob, Rekha, & Tarachnand, 2014) :
Tujuan pemasangan infus:
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral.
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa.
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh.
5. Memonitor tekan Vena Central (CVP).
6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan
Langkah-langkah pemasangan infus:
1. Mencuci tangan
2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
3. Mengisi selang infus
4. Membuka plastik infus set dengan benar
5. Tetap melindungi ujung selang steril
6. Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus mengarah
keatas
7. Menggantung cairan infus di standar cairan infus
8. Mengisi cairan infus set dengan cara menekan (tapi jangan sampai terendam)
9. Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
10. Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan kesterilan
11. Cek adanya udara dalam selang
12. Pakai sarung tangan bila perlu
13. Memilih vena yang tepat dan benar menggunakan penlight
14. Memasang tourniquet
15. Desinfeksi vena dengan alcohol swab dari atas kebawah dengan sekali hapus
16. Buka abocath dan mengecek apakah ada kerusakan atau tidak
17. Menusukan abocath pada vena yang telah dipilih
18. Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan
cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
19. Memberikan plester pada ujung abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk
fiksasi
20. Memberi plester dengar benar dan mempertahankan keamanan abocath agar tidak
tercabut
21. Mengatur cairan tetesan infus sesuai kebutuhan pasien
Indikasi pemasangan infus yaitu sebagai berikut.
1. Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat
langsung ke dalam Intravena
2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid,
digoxin)
3. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui
Intra vena
4. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
5. Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
6. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi
besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika
terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
7. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps
(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
8. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan
injeksi intramuskuler.
Daerah Pemasangan Infus

Kontraindikasi pemasangan infus yaitu sebagai berikut.


1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infuse.
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) untuk tindakan hemodialisis (cuci
darah).
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

D. Hasil tindakan
Hasil dari tindakan yaitu terpasangnya infus Sodium Clorida 0,9% 20 TPM, dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada klien serta
sebagai transportasi obat dapat tercapai. Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan
tindakan adalah selang infus tidak berisi udara dengan ujung dalam kondisi steril dan posisi
jarum saat menusuk menghadap ke atas. Mempertahankan posisi 15o-30o pada saat
penusukan dimulai dan apabila sudah masuk kedalam vena posisi jarum harus sejajar
dengan kulit untuk mengurangi risiko tusukan terhambat. Selain itu, menggunakan teknik
one hand saat menutup jarum untuk menghindari tertusuk jarum.

Tindakan yang dilakukan dimulai dengan persiapan alat yang akan digunakan,
setelah itu ke pasien. Menyambungkan infus set dengan konekta dan Sodium Clorida 0,9%
lalu mengalirkan cairan tersebut agar infus set berisi cairan dan memperhatikan jika ada
udara pada infuset. Selanjutnya, menginspeksi atau mencari vena pasien yang
memungkinkan untuk dilakukan pemasangan infus dengan menggunakan penlight atau
dengan pencahayaan yang cukup agar vena dapat jelas dilihat. Setelah vena tealh terlihat,
usap terlebih dahulu dengan alkohol swab dengan tehnik sekali usap lalu dekatkan IV
Catheter ke pasien dengan posisi jarum saat menusuk menghadap ke atas, dengan posisi
15o-30o tusuk vena pasien yang telah di usap menggunakan alkohol swab. Setelah terdapat
darah dalam IV Catheter dan kondisi vena baik (tidak bengkak) maka dorong abocath
secara perlahan dan sambungkan infus set dengan IV Catheter lalu alirkan cairannya.
Selanjutnya fikasasi untuk mempertahankan posisi abocath. Karena banyaknya pergerakan
yang tidak terkontrol oleh pasien sehingga dibutuhkan kasa gulung untuk memfiksasi lebih
kuat pada daerah pemasangan.

E. Analisa tindakan
Pemasangan infus yang dilakukan di rumah sakit dengan teori secara umum telah
sesuai. Alat-alat yang digunakan lengkap, prosedur telah sesuai, dan prinsip-prinsip dalam
pemasangan infus juga diperhatikan sehingga aman (safety) bagi pasien dan petugas
kesehatan. Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang
sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini resiko tinggi terjadinya infeksi yang akan
menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus
akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah
ditetapkan, sehingga kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan infus
dapat dikurangi, bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008).

F. Hambatan
Selama tindakan pemasangan infus dilakukan, tidak ada kendala yang dapat
menghambat proses tindakan dari peralatannya karena telah disediakan selengkapnya.
Hanya karena pergerakan tidak terkontrol pada bagian tubuh sisi kanan pasien sehingga
membutuhkan beberapa orang untuk memegang sehingga tidak mengganggu proses
pemasangan infus yang dilakukan.
G. Kesimpulan dan saran
Pemasangan infus adalah hal dasar yang perlu dilakukan pada pasien yang sedang
menjalani perawatan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolitnya. Tindakan
pemasangan infus yang dilakukan di rumah sakit pada Tn H sesuai dengan teori, baik
komunikasi terapeutik, peralatan yang digunakan, maupun prosedur yang dilakukan
sehingga untuk kedepannya diharapkan prosedur tersebut tetap dipertahankan dan dapat
ditingkatkan. Perawat juga perlu memerhatikan teknik aseptik agar mengurangi risiko
terjadinya plebitis pada pasien.
Daftar Pustaka
Annamma, J., R, R., & Jadhav Sonali Tarachand. (2014). Buku Ajar : Clinical Nursing
Proceding jilid dua. Jakarta: Binarupa Aksara.
Mubarak, I, Indrawati,L, & Susanto,J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika.
Priharjo, R. (2008). Konsep dan Perspektif Praktik Keperawatan Profesional Edisi 2. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai