Anda di halaman 1dari 5

RESUME TINDAKAN PEMASANGAN INFUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu: Novi Indriani, M. Tr. Kep

Disusun Oleh :
Samsul munajat
P20620122031
Tingkat 2-A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TASIKMALAYA
2024
A. PENGERTIAN TINDAKAN
Pemberian cairan intravena (infus) adalah memasukan cairan atau obat langsung ke
dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus
set (Potter & Perry, 2016). Teknik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet yang
kaku, seperti angiokateter atau dengan jarum yang di sambungkan. Terapi intravena atau
yang biasa disebut dengan terapi infus merupakan metode yang efektif untuk mensuplai
cairan, elektrolit, nutrisi, dan obat melalui pembuluh darah atau intravaskular (Mubarak,
2018). Kateterisasi vena adalah pembuatan jalur vena untuk pemberian cairan, darah atau
obat, dan suntikan berulang (Mansjoer, 2014).
Pemberian cairan intravena adalah pemberian cairan atau darah langsung ke dalam vena
yang dapat dikerjakan dengan 2 cara yaitu tanpa membuat luka sayat, jarum infus (ujung
tajam) ditusukkan langsung ke dalam vena, cara kedua adalah dengan menyayat kulit untuk
mencari vena dan melubangi vena setelah itu jarum infus dimasukkan. Terapi intravena
adalah kemampuan untuk mendapat akses ke sistem vena guna memberikan cairan dan obat
merupakan keterampilan perawat. Tanggung jawab ini termasuk memilih vena, jenis kanula
yang sesuai, dan mahir dalam teknik penusukan vena. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pemasangan infus termasuk jenis larutan yang akan diberikan, lamanya
terapi intravena yang diharapkan, keadaan umum pasien, dan vena yang digunakan.
Keterampilan orang yang melakukan pemasangan infus juga merupakan pertimbangan
penting (Latief,2015).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037)
Nausea (D.0076)

C. TUJUAN PEMASANGAN INFUS


1. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral
2. Memperbaiki keseimbangan asam-basa
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
5. Memonitor tekanan vena sentral (CVP)
6. Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan diistirahatkan

D. INDIKASI TINDAKAN
1. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids)
2. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas
3. Pemberian kantong darah dan produk darah
4. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu)
5. Pra dan pasca bedah
6. Dipuasakan
7. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
engan resiko pendarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok,
juga untuk memudahkan pemberian obat)
8. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps
(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

E. PRINSIP DAN RASIONAL TINDAKAN


1. Pada klien yang sangat muda dan manula mempunyai vena yang mudah “kabur”. Jadi
perawat harus berhati-hati terhadap kedua kelompok tersebut. Pada klien dengan
obesitas umumnya juga sulit ditemukan vena supervisial. Gunakan spalk untuk
membantu fiksasi infus.
2. Jika memungkinkan, tanya klien lokasi penusukan yang diinginkan
3. Pilih lokasi penusukan yang paling memungkinkan:
a) Hindari penusukan pada kulit yang teerdapat luka, kulit sensasi (misalnya
hemiparesis setelah stroke). Terkadang perawat perlu untuk melakukan palpasi
untuk menentukan lokasi penusukan.
b) Hindarkan penusukan pada pergelangan tangan dan lengan tangan atas
c) Pilih terlebih dahulu bagian distal
d) Hindarkan menusuk dibagian tangan dominan
e) Billa klien pernah dilakukan mastektomi, maka hindarkan penusukan di sisi
ekstremitas yang dilakukan mastektomi
4. Ukuran jarum kateter vena abbocath untuk anak-anak adalah 22-24 sedangkan pada
klien dewasa adalah 24-26 agar mengurangi trauma penusukan dan aliran infus cukup
sesuai kebutuhan.
5. Gunakan sudut 5-15 derajat pada saat penusukan untuk klien manula karena letak vena
lebih superfisial.
6. Lakukan pengawasan terhadap pemberian terapi cairan infus setelah pemasangan infus.
7. Perawat harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran infus,
seperti posisi lengan, posisi dan kepatenan abocath, ketinggian botol infus, dan ukuran
abocath. Instruksikan klien untuk memberitahu perawat jika terdapat tanda dan gejala
inflamasi dan flebitis, seperti kemerahan bengkak dan nyeri pada lokasi penusukan
infus. Minta klien juga untuk memberitahukan jika terdapat darah diselang infus atau
aliran infus menjadi terlalu lambat atau terlalu cepat dari biasanya.

F. PERAWATAN PASIEN TERPASANG INFUS


1. Ajarkan klien untuk meninggikan botol infus jika klien berpindah tempat, misalnya ke
toilet. Minta klien agar tidak membuat lokasi penusukan infus menjadi basah terkena
air.
2. Minta klien juga untuk memakai pakaian yang mudah untuk dipakain dan dilepaskan,
seperti kemeja
3. Meminta klien untuk tidak menekan/menekuk bagian yang terpasang infus
4. Mengganti infus setelah 2-3 hari terpasang
5. Monitor setiap hari apabila terdapat adanya tanda-tanda infeksi

G. PROSEDUR PEMASANGAN INFUS


a. Alat dan Bahan
1. set infus, IV kateter (adsyte) sesuai ukuran
2. cairan infus
3. alkohol swab
4. tegaderm / iv dressing
5. tourniquet
6. gunting
7. mikropore / plester
8. bengkok
9. handscoon

b. Prosedur Kerja
1. Bawa peralatan ke dekat pasien
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada keluarga/pasien
3. Jaga privasi pasien
4. Cuci tangan dan pakai handscoon
5. Sediakan cairan yang akan dipasang
6. Pasang pengalas di bawah tangan yang akan di infus
7. Cari lokasi vena yang tepat
8. Pasang turniquet sekitar 10 cm dari vena yang akan ditusuk
9. Lakukan desinfeksi dengan alkohol swab
10. Masukkan IV kanula dengan sudut 45 derajat
11. Setelah darah keluar turunkan IV kanula 30 derajat
12. Kemudian masukkan sedikit IV kanula kemudian tarik madrain
13. Lalu masukkan IV kanula secara perlahan
14. Lepaskan torniquet, sambil memegang ujung dengan sayap IV kanula
15. Keluarkan madrain dan buang ke dalam sharp box
16. Sambungkan set infus dengan IV kanula
17. Jalankan cairan infus sesuai kebutuhan, pastikan bahwa penyambungan antara IV
kanula dan set infus sudah kuat
18. Lakukan fiksasi dengan transparan IV dressing (tegaderm)
19. Rapikan pasien dan peralatan
20. Pastikan selang infus sudah difiksasi dengan aman
21. Atur tetesan infus sesuai kebutuhan
22. Dokumentasikan tindakan dan hasil tindakan yang dilakukan pada catatan
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, Ratna.2019. Prosedur Klinik Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
TIM.
Dougherty; Bravery, K; Gabriel, J; Kayley, J; Scales, K ; & Inwood, S. 2014. Standards For
Infussion therapy. The RCN IV Therapy Forum.
Hinlay. 2016. Terapi intravena pada pasien di Rumah Sakit. Yogyakarta : Nuha Medika.
Latief, A; Hassan, R; Alatas, H. 2015. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Jilid 1. Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI.
Masjoer, A. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1.Jakarta : Media Aeculapius.
Mubarak, W.I. (2018). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Praktek. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2016).Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &. Praktek.
Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC.
.

Anda mungkin juga menyukai