Anda di halaman 1dari 7

CRITICAL INSIDENCE REPORT

PEMASANGAN INFUS

Nama Mahasiswa : IRFANI SYAFRI


NIM : R014181002

A. Pendahuluan :
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan: Pemasangan infus
Definisi tindakan : Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan
ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena untuk
menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
2. Rasional Tindakan :
a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung
air, elektrolit, vitamin, protein lemak dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral
b. Memperbaiki keseimbangan asam basa
c. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam
tubuh
Prosedur :
1) Cairan IV yang dibutuhkan
2) Infus set
3) Sarung tangan steril 1 pasang
4) IV kateter
5) Alcohol swab sekali pakai
6) Tourniquet
7) Perlak kecil dan alas
8) Plester
9) Gunting
10) Nierbeken
11) Tiang infus
No. Tindakan Rasional
1. Mengecek rekam medik pasien Untuk mengetahui pasien yang
akan di beri pemasangan infus,
jenis cairan, dan jumlah tetesan
infus.
2. Melakukan komunikasi terapeutik Untuk membina hubungan saling
kepada pasien percaya antara perawat dan pasien
3. Mengonfirmasi identitas pasien Memastikan perawat memiliki
menggunakan dua pengidentifikasi pasien yang benar dan sesuai
pasien dengan standar lembaga untuk
identifikasi pasien.
4. Menjelaskan prosedur dan tujuan Pasien diberitahu tentang apa yang
yang akan dilakukan yaitu sedang diberikan dan membantu
pemasangan infus serta meminta penurunan kecemasan.
persetujuan pasien
5. Menutup sampiran bila perlu Untuk menjaga privasi pasien dan
kenyamanan pasien
6. Mencuci tangan Kebersihan tangan mencegah
transmisi mikroorganisme.
7. Membawa alat-alat ke dekat pasien Untuk memudahkan perawat
dalam melakukan prosedur
8. Mengatur posisi pasien Memberikan posisi senyaman
mungkin bagi pasien dan tidak
menyulitkan perawat dalam
pemasangan infus
9. Memasang perlak dan alasnya di Mencegah cairan yang keluar
daerah yang akan di infus (darah) tidak menodai seprei saat
pemasangan infus
10. Membuka tutup Botol cairan dan Menghubungkan cairan dengan
tusukkan selang infus ke botol. selang infus
11. Mengalirkan cairan dengan Untuk mengeluarkan udara di
membuka klem selang infus selang infus dan mencegah
setelah dialirkan tutup kembali kontaminasi
klem infus dan melindungi
ujungnya. Gantung botol infus
pada tiang infus.
12. Menentukan ukuran kanul IV yang Untuk menyesuaikan ukuran kanul
sesuai IV dengan ukuran vena
13 Memasang tourniquet 5-15 cm di Memudahkan vena dapat terlihat
atas vena pada daerah yang akan di infus
14. Memilih vena yang besar Agar mudah dilakukan penusukan
dan tepat pada sasaran vena
tersebut.
15. Memasang sarung tangan steril Untuk menghindari terjadinya
infeksi nosokomial.

16. Mendesinfeksi area yang akan di Mematikan mikroorganisme pada


lakukan penusukan dengan area tersebut
menggunakan alcohol swab secara
sirkular. Tunggu sampai kering
17. Menginstruksikan pasien untuk Pasien merasa siap untuk
menarik napas dalam melalui dilakukan pemasangan infus
hidung dan menghembuskannya
melalui mulut karena akan
dilakukan penusukan
18. Membuka jarum kanul IV, pegang Memasukkan kanul IV secara
dengan tangan dominan, insersi tepat pada vena pasien
jarum dengan sudut 15-45 derajat
dengan lubang jarum menghadap
keatas. Menahan vena yang akan
ditusuk 2-3cm di bawah tempat
penusukan dengan tangan non
dominan. Tusuk dan masukkan
jarum perlahan-lahan
19. Bila sudah pasti masuk kedalam Memasukkan kanul IV secara
vena, menarik jarum sampai tepat pada vena pasien
dengan keluar darah kemudian
memasukkan sisa kanul secara
perlahan sampai pangkalnya
20. Melepaskan tourniquet dan Mengembalikan kondisi vena dan
sambungkan kanul IV dengan mengalirkan cairan infus ke dalam
selang infus kemudian alirkan tubuh pasien
cairan dengan membuka klem
infus
21. Melakukan fiksasi pada infus Agar tidak mudah terlepas
dengan menggunakan plester
22. Mengatur tetesan infus Untuk menyesuaikan dengan
terapi yang ditentukan
23. Mengatur posisi daerah yang di Untuk memberi kenyamanan pada
infus pasien
24. Merapikan alat (menutup jarum, Mencegah cedera akibat jarum
mengambil ) dan sampah-sampah disengaja dan menjaga tempat
lainnya pasien tetap bersih
25. Melepaskan sarung tangan dan Akan mengurangi transmisi
mencuci tangan mikroorganisme
26. Evaluasi pasien untuk efek Pengamatan memberikan langkah-
terapeutik langkah keamanan tambahan
27. Melakukan dokumentasi yang Dokumentasi jenis cairan, jumlah
telah dilakukan tetesan, waktu pemasangan,
nomor kanul IV dan respon pasien

B. Kesenjangan antara teori dan praktek :

Pemasangan infus merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien yang


memerlukan masukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah
vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set (Perry
& Potter, 2010). Teori pemasangan infus dengan tindakan yang dilakukan di
lahan tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan, jika melihat SOP (Standar
Operational Procedure) yang dipaparkan di buku atau panduan (Fundamental
of Nursing), tidak jauh berbeda dengan SOP (Standar Operational Procedure)
yang ada di lahan praktik, dan namun ada beberapa tindakan yang dilakukan
tidak sesuai dengan standar, diantaranya yaitu :
a. Berdasarkan teori, saat melakukan tindakan antiseptic sebaiknya area
yang telah desinfeksi tidak disentuh lagi agar tidak terja dikontaminasi.
Perawat menggunakan alcohol swab tidak secara sirkuler dan
dilakukan berulang-ulang dengan kapas yang sama. Selain itu, area
yang telah didesinfeksi disentuh lagi karena vena kurang jelas terlihat,
akibatnya daerah yang telah bersih tersebut, terkontaminasi lagi. Hal
ini tentunya akan mengakibatkan rentan terjadinya infeksi.
b. Teori menyatakan setiap pemasangan infus harus di pasangkan
pengalas dibawah daerah pemasangan infus agar tidak menodai seprai.
Berbeda halnya dengan di lapangan yang tidak diberikan pengalas,
sehingga cairan yang keluar (darah) menodai seprai pasien yang baru
saja diganti.
c. Berdasarkan teori, IV Catheter yang telah digunakan tidak digunakan
lagi untuk menusuk sebanyak dua kali pada pasien yang sama
seharusnya IV cateter penggunaanya hanya sekali karena bisa
menyebabkan iritasi pada vena. Pada kenyataannya, terdapat perawat
yang menggunakan IV catheter lebih dari sekali untuk menusuk
pasien.

C. Analisa berdasarkan evidence based practice :


Tindakan sterilitas penting untuk dilakukan agar mikroba tidak menyebabkan
infeksi lokal pada daerah tusukan. Adapun perawatan infus yang dapat
dilakukan yakni:
1) Melakukan penilaian atau pemantauan IV kateter
Kondisi kateter infus perlu diperhatikan untuk melihat patensi
kateter, tanda peradangan pada kulit, posisi kateter, dan kondisi
plaster fiksasi. Menurut Spencer & Gilliam (2017) pemantauan IV
kateter setidaknya dilakukan setiap hari, sedangkan The INS
Infussion Therapy Standards of Practice mengatakan bahwa pada
pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan pasien dengan
kondisi kritis setidaknya dilakukan pemantauan IV kateter setiap 1-2
jam, sedangkan pada neonatus dan pediatrik dilakukan pemantauan
setiap jam dan dilakukan pemantauan secara berkala pada pasien
yang menjalani terapi medikasi dengan komplikasi pembengkakan.
Pasien dengan pemasangan PIVC dilakukan pemantauan setiap 4
jam.
Guidelines for the Prevention of Intravascular Catheter-
Related Infections menganjurkan penggantian atau pemindahan
lokasi infus adalah 72-96 jam setelah pemasangan infus untuk
mencegah terjadinya flebitis atau apabila ditemukan adanya tanda-
tanda terjadinya flebitis [ CITATION CDC11 \l 1033 ].
2) Perawatan plester fiksasi

Plester yang berguna untuk fiksasi kateter harus tetap bersih


dan kering karena pada kondisi yang lembab pertumbuhan bakteri
dapat dengan mudah terjadi, hal ini akan mempermudah perpindahan
bakteri ke IV kateter yang dapat menyebabkan infeksi sehingga
plester fiksasi harus diganti setiap hari ataupun pada saat kotor dan
lembab. Penggunaan plaster yang transparan lebih memudahkan
untuk memantau tanda-tanda inflamasi pada IV kateter [ CITATION
Mac10 \l 1033 ].
3) Flushing dan Locking Infus
Flushing adalah melakukan injeksi NaCl 0.9% untuk membersihkan
dan maintaining patensi kateter IV. Flush dilakukan sebelum dan
sesudah pemberian obat intravena atau pada prosedur transfusi darah,
dan pengambilan sampel darah melalui IV kateter. Flushing
mencegah akumulasi endapan obat atau fibrin pada intraluminal
kateter dan membersihkan permukaan kateter mencegah melekatnya
kolonisasi bakteri pada lumen kateter. Flushing dilakukan setiap 8
jam [ CITATION Goo15 \l 1033 ].
Locking adalah menginjeksikan cairan dalam jumlah terbatas
untuk waktu yang tidak ditentukan apabila IV kateter tidak
digunakan, untuk mencegah pembentukan gumpalan/sumbatan
intraluminal kateter atau pada ujung ujung kateter yang dapat
menyebabkan infeksi. Cairan yang sering digunakan pada locking
adalah normal saline 3 ml dan heparin (flushing 1-3 ml cairan yang
mengandung 10-100 unit heparin/ml). Saline lock dan heparin lock
efektif untuk mencegah flebitis [ CITATION Egh15 \l 1033 ].

D. Daftar pustaka

CDC. (2011, April 1). 2011 Guidelines for the Prevention of


Intravascular Catheter-Related Infections . Retrieved Agustus 30,
2018, from Centers for Disease Control and Prevention:
https://www.cdc.gov/hicpac/bsi/bsi-guidelines-2011.html

Eghbali-Babadi, M., Ghadiriyan, R., & Hosseini, S. M. (2015, Oktober


20). The effect of saline lock on phlebitis rates of patients in
cardiac care units. Iranian Journal of Nursing and Midwifery
Research, 20(4), 496-501.

Goossens, G. (2015, Mei 14). Flushing and Locking of Venous Catheters:


Available Evidence and Evidence Deficit. Nursing Research and
Practice, 2015, 1-12.

Macklin, D., & Chernecky, C. (2010, Agustus 27). Improving IV


Catheter Care. (B. Schmidt, Editor) Retrieved Agustus 31, 2018,
from Patient Safety & Quality Healthcare:
https://www.psqh.com/analysis/improving-iv-catheter-care/

Potter & Perry. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta:


EGC

Anda mungkin juga menyukai