Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL INSIDENCE REPORT (CIR)

“PEMASANGAN INFUS”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

ANDI MAPPASALLANG R014212033


SELVIA ROSADI R014212035
ARMAWATI R014212017
AWALIYA RAMADHANI AHYAN R014212034
INDAH SUCI PERMATASARI R014212041
JUILTA ASTIWI R014212029

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

PENDAHULUAN
a. Tindakan keperawatan : Pemasangan Infus
b. Definisi tindakan : Pemasangan infus adalah memasukkan
jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk dilewati cairan
infus/pengobatan (Rahayu & Harnanto, 2016).
- Tujuan:
1. Mempertahankan, mengganti, serta menjaga keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh.
2. Memperbaiki asam basa tubuh.
3. Memelihara nutrisi.
4. Memberikan obat-obatan intravena ke dalam tubuh.
5. Memonitor hemodinamik tubuh.
6. Merupakan akses dalam keadaaan darurat.
7. Memonitor tekanan vena sentral (central venous pressure-CVP).
- Lokasi pemasangan infus
Tempat atau lokasi vena yang sering digunakan pada pemasangan
infus adalah vena supervisial atau perifer kutan terletak di dalam fasia
subcutan dan merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena.
1. Vena supervisial dorsalis pada tangan, ditemukan pada dorsum
manus, mengalir masuk ke atas bagian lateral vena sefalika,
sedangkan bagian medial masuk ke vena basilica, vena ini
menuju permukaan anterior lengan bawah kemudian berjalan
ke atas menuju lengan atas.
2. Vena sefalika pada tangan, berakhir dengan menembus faia
profunda pada trigonum denum pektorale dan bermuara pada
vena aksilaris.
3. Vena basilica; dari dorsum manus sisi medial lengan bawah
menembus fasia profunda. Pada pertengahan lengan atas
bercabang menjadi vena kubitis melalui vena basilica, dan vena
sefalika, lalu bermuara ke vena aksilaris.
4. Vena kubital median, merupakan vena yang berasal dari vena
lengan bawah dan umumnya terbagi dalam dua pembuluh
darah, satu berhubungan dengan vena basilica dan yang lainnya
berhubungan dengan vena sefalika. Vena ini biasanya
digunakan untuk pengambilan sampel darah.
5. Vena radialis, merupakan vena yang terdapat pada lenga atas
yang bersatu dengan vena ulnaris, kedua vena ini bersatu di
siku dan menjadi vena brakialis; kemudian menjadi vena
aksilaris dan akhirnya vena subklavia
6. Vena savena magna; mengangkut darah dari ujung medial
arkus venosus dorsalis pedis lalu berjalan naik ke depan
maleolus medialis kemudian ke belakang lutut melalui sisi
medial paha pada fasia profunda dan bergabung dengan vena
fermoralis yang berhubungan dengan vena savena magna
dengan vena profunda sepanjang sisi medial betis

c. Prinsip dan rasional tindakan


- Pertahankan sterilitas
Rasional : karena darah merupakan salah satu media transmisi
mikroorganisme dalam proses infeksi
- Memilih pembuluh darah
Rasional : pilih vena yang besar, lurus, panjang (sesuaikan dengan
abocath) dan pilih vena bagian yang distal (bawah) lebih dahulu

d. Alat dan Bahan


Adapun peralatan yang perlu dipersiapkan untuk tindakan
keperawatan pemasangan infus intravena antara lain (Ariningrum &
Subandono, 2018) :
1. Cairan yang diperlukan, sesuaikan cairan dengan kebutuhan
pasien.

2. Saluran infus (infus set) : infus set dilengkapi dengan saluran


infus, penjepit selang infus untuk mengatur kecepatan tetesan.
Jenis infus set berdasarkan penggunaannya :
a. Macro drip set

b. Micro drip set

c. Tranfusion Set

Gambar 1. Infus set


3. Kateter intravena (IV catheter) :
Penggunaan ukuran kateter intravena tergantung dari pasien dan tujuan terapi
intravena itu sendiri.

Gambar 3. Ukuran Kateter intravena

4. Desinfektan : kapas alkohol, larutan povidone iodine 10%

5. Kassa steril, plester, kassa pembalut

6. Torniket

7. Gunting

8. Bengkok

9. Tiang infus

10. Perlak kecil

11. Bidai, jika diperlukan (untuk pasien anak)

12. Sarung tangan steril yang tidak mengandung bedak

13. Masker

14. Tempat sampah medis


PRINSIP DAN RASIONAL TINDAKAN

No Prosedur Tindakan Rasional Tindakan

1 Mencuci tangan Mencegah penyebaran


mikroorgansime
2 Menyiapkan peralatan Memastikan botol tidak bocor,
pemasangan infus: mengecek warna cairan dan tanggal
bungkus/botol cairan kadaluarsa

3 Mengucapkan salam terapeutik Untuk membina hubungan saling


percaya terhadap pasien sehingga
pasien dapat bekerjasama selama
proses tindakan
4 Jelaskan tujuan dan prosedur Untuk memastikan informed
tindakan yang akan dilakukan consent dan memperoleh kerja
kepada pasien maupun keluarga sama dengan pasien maupun
pasien keluarga pasien

5 Menyiapkan peralatan Mempermudah tindakan yang


pemasangan infus ke dekat akan dilakukan
pasien
6 Atur posisi yang nyaman bagi Membuat keadaan pasien rileks
pasien
7 Memakai sarung tangan Mencegah transmisi
mikroorganisme

8 Memasang alas dibawah tangan Menjaga kebersihan daerah


yang akan dipasang infus dan sekitar penusukan
dekatkan bengkok pada klien

9 Membuka infus set dan Mempermudah tindakan yang


meletakannya pada bak akan dilakukan
instrumen steril

10 Tutup botol cairan didesinfeksi Mencegah transmisi


dengan swab antiseptic lalu mikroorganisme
tusukkan set infus

11 Alirkan cairan ke selang infus Untuk memastikan tidak ada


berakhir di bengkok untuk udara pada selang infus
mengeluarkan udara dan mengisi
selang infus (pastikan selang
infus tidak berisi udara)

12 Pastikan roller selang infus Agar cairan tidak mengalir terus


dalam keadaan menutup (ke arah
bawah)

13 Menggantung selang infus pada Mempermudah tindakan yang


standar infus akan dilakukan

14 Menentukan area vena yang Vena yang sesuai akan


akan di tusuk mengurangi nyeri pada vena

15 Buka abocath dari Mempermudah tindakan yang


pembungkusnya akan dilakukan

16 Potong 3 lembar hypafix Mempermudah tindakan yang


akan dilakukan

17 Pasang torniquet 5-15 cm di atas Untuk mempermudah


tempat penusukan menemukan vena yang akan
ditusuk

18 Desinfeksi vena dengan tehnik Mencegah penyebaran


yang benar dengan memakai mikroorganisme
swab antiseptic dengan cara:

▪ Memutar (sirkuler), atau


▪ Ke bawah dengan satu
kali usapan

19 Menusukkan abocath ke vena Cara ini dapat mengurangi trauma


dengan lubang jarum saat memasukkan jarum
menghadap keatas dengan sudut
15-45o. Pastikan darah mengaliri
jarum dan abocath

20 Torniquet dilepas jika darah Mengurangi tekanan pada vena


sudah masuk

21 Keluarkan jarum dan tekan Untuk memberikan pasien cairan


pangkal abocath untuk sesuai kebutuhan
mencegah darah keluar dan
masukkan ujung selang infus set
ke abocath, buka klem dan
alirkan cairan

22 Fiksasi dengan cara kupu-kupu. Agar jarum tidak lepas dan tetap
Meletakkan hypafix dengan cara berada pada posisinya
terbalik dibawah selang infus,
kemudian disilangkan

23 Menuliskan tanggal pemasangan Sebagai penanda kapan tindakan


infus dan jam pada hypafix di lakukan
terakhir

24 Menutup jarum dan tempat Mencegah perkembangan


tusukan dengan kassa dan di mikroorganisme pada daerah
hypafix penusukan

25 Mengatur/menghitung jumlah Menjalankan terapi cairan sesuai


tetesan sesuai program medis dengan anjuran
dan menuliskan pada botol infus
lamanya pemberian cairan/jam,
frekuensi, cairan ke berapa serta
banyaknya tetesa/menit yang
diberikan

26 Membereskan alat dan Menjaga kebersihan tempat tidur


merapikan pasien pasien

27 Melepas sarung tangan dan Mencegah transmisi


mencuci tangan mikroorganisme

28 Dokumentasi Mencatat tanggal, hari, jam, dan


tindakan yang telah dilakukan
kepada pasien

(Tim Profesi Ners, 2019)


 Kesenjangan yang ditemukan antara teori dan praktik :
Secara umum, perawat telah melakukan tindakan pemasangan infus
dengan baik, namun kami merasa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya sebagai berikut:

No Kesenjangan Hal yang sebaiknya dilakukan

1. Tidak menggunakan Penggunaan bengkok saat prosedur


bengkok pemasangan infus diharapkan menjadi wadah
atau tempat untuk membuang bahan atau
cairan bekas pakai pasien agar kebersihan alat
dan lingkungan pasien tetap terjaga serta
mencegah terjadinya infeksi nosokomial.

2. Tidak menggunakan Pengunaan perlak dalam prosedur


perlak saat insersi pemasangan infus berfungsi untuk menyerap
dan menahan darah/cairan saat dilakukan
insersi pada vena pasien.

3. Teknik Desinfeksi daerah penusukan secara tidak


desinfeksi tidak sirkular (gerakan dari atas ke bawah)
dilakukan secara memungkinkan mikroorganisme dapat
sirkular masuk melalui cara pemasangan dan
desinfeksi yang tidak benar.

 Analisis tindakan berdasarkan Evidence-based Practice

Bengkok atau nierbeken adalah wadah instrumen dan disposible yang

digunakan oleh tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan invasif seperti

pemasangan infus (Royal Australian College of General Practitiners, 2014).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di rumah sakit, diamati bahwa

perawat tidak menggunakan bengkok/nierbeken dalam melakukan prosedur

pemasangan infus. Hasil ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Dewi
(2017), mengemukakan bahwa bengkok menempati urutan tertinggi kedua setelah

perlak yang menjadi alat atau instrumen kesehatan yang tidak disiapkan oleh

petugas kesehatan saat melakukan pemasangan infus dengan persentase sebesar

(49,01%). Urgensi penggunaan bengkok merupakan hal yang penting dilakukan

dalam prosedur tindakan yakni sebagai wadah untuk membuang sampah medis

yang berasal dari pemasangan infus seperti jarum abocath agar kebersihan alat dan

lingkungan permukaan pasien tetap terjaga serta mencegah terjadinya infeksi

silang (Melania et al., 2020).

Perlak atau Underpad adalah sebuah alat atau instrumen yang digunakan

ketika melakukan tindakan invasif seperti pemasangan infus, dimana alat ini

berfungsi sebagai alas untuk mencegah darah atau cairan jatuh ke kasur atau lantai

sehingga tidak terjadi kontaminasi. Berdasarkan hasil observasi di Rumah Sakit,

diamati bahwa perawat tidak menggunakan perlak atau underpad dalam

melakukan prosedur pemasangan infus. Hasil sejalan dengan penelitian yang

dilakukan (Nugrahaningrum, 2012), bahwa mayoritas perawat tidak menggunakan

perlak saat tindakan pemasangan infus dan membuat tempat tidur pasien

terkontaminasi dengan darah. Linen dengan kontaminasi darah maupun cairan

tubuh pasien sangat berpotensi menjadi sumber infeksi bagi petugas maupun

lingkungan pasien.

Desinfeksi adalah istilah umum tindakan atau upaya destruktif membunuh

mikroba pathogen dengan memanfaatkan bahan kimia, baik yang ada pada

jaringan hidup maupun yang ada benda mati (Darmadi, 2008). Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan, ditemukan ketika perawat melakukan tindakan


desinfeksi pada area pemasangan infus, alcohol swab yang digunakan itu di usap

berulang kali dengan gerakan naik turun secara berulang pada area tersebut tanpa

mengganti dengan alcohol swab yang baru sehingga dapat beresiko terjadinya

infeksi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Uliyah & Hidayat,

2018), memaparkan bahwa hampir sebagian besar perawat dalam melakukan

pemasangan infus mempunyai keterampilan yang bagus, namun tidak dilakukan

sesuai prosedur secara benar, seperti melakukan desinfeksi daerah penusukan

tidak secara sirkular (dari atas kebawah) atau dari dalam keluar, sehingga

memungkinkan mikroorganisme masuk melalui cara pemasangan inf`us dan

disinfeksi tidak benar.


DAFTAR PUSTAKA
….

Ariningrum, D., & Subandono, J. (2018). Buku Pedoman Keterampilan Klinis Pemasangan
Infus. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Darmadi. (2008). Infeksi nosokomial: Problematika dan pengendaliannya. Jakarta : Salemba


Medika.

Dewi, N. W. S. (2017). Studi Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemasangan


infus pada pasien dewasa di IGD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari.

Melania, M. Y., Tat, F., & Tahu, S. K. (2020). Hubungan kepatuhan perawat dalam
implementasi SPO pemberian cairan / elektrolit dengan kejadian felbitis di RSUD
RSUD S.K. Lerik kota Kupang. CHMK Nursing Scientific Journal, 4(September).

Nugrahaningrum. (2012). Penanganan bahaya infeksi di Instalasi Laundry RSUD Dr.


Moewardi Surakarta. . Jurnal Kesehatan.

Royal Australian College of General Practitiners. (2014). Infection prevention and control
standards for general practice and other office based and community-baed practice (5th
ed.). Healthy Profession, Healthy Australia.

Rahayu, S., & Harnanto, A. M. (2016). Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia 2. Jakarta
Selatan: Pusdik SDM Kesehatan, Badan Pengembangan dan Perberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan.

Tim Profesi Ners. (2019). SOP Keterampilan Klinik Profesi Keperawatan Dasar. Fakultas
Keperawatan Universitas Hasanuddin.

Uliyah, M., & Hidayat, A. A. A. (2018). Praktikum keterampilan dasar praktik klinik aplikasi
dasar-dasar praktik kebidanan. Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai