Anda di halaman 1dari 9

HASIL ANALISIS BED SITE TEACHING (BST)

PRAKTIK PRE NERS RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

“PEMASANGAN INFUS”

Disusun Oleh
Nadya Nailil Ghina
NPM. 1714201110081
Kelompok 5B

PRAKTIK PRE NERS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN 2021
Analisis Tindakan Keperawatan

A. Tindakan keperawatan yang dilakukan :


Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah pemasangan infus. Pemasangan
infus adalah suatu tindakan memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama
dengan menggunakan infus set. Pemasangan infus dilakukan pada pasien
dengan dehidrasi, pasien sebelum transfusi darah, pasien pra dan pasca bedah,
pasien yang tidak bisa makan dan minum melalui mulut, dan pasien yang
memerlukan pengobatan yang pemberiannya harus dengan cairan infus.

B. Diagnosa
1. Diagnosa Medis : Anemia.
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengankutan
oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat pada keadaan tertentu dimana
ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada
dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam
diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia tapi
harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut
(Sudoyo dalam Nurarif & Hardi, 2016).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb
dan darah.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan
diet kurang.
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
d. Resiko infeksi.

C. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :


1. Persiapan alat dan bahan
- Seperangkat infus steril
- Cairan infus yang diperlukan (Asering, RL, Dekstrose 5%, Nacl 0,9%)
- Jarum infus steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
- Kapas alkohol dalam tempatnya
- Kain kassa steril dalam tempatnya
- Tourniquet
- Pengalas/perlak
- Bengkok
- Standar infus
- Sarung tangan steril
- Betadin
- Plester dan gunting perban
- Spalk dan kasa gulung bila perlu
- Tempat cuci tangan
- Alat tulis
2. Persiapan pasien dengan memberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan, jika keadaan memungkinkan
Rasional: untuk memberikan pemahaman pada pasien dan memberi
kesempatan bertanya kepada pasien kalau ada yang kurang jelas.
3. Pakaian pasien pada daerah yang akan dipasang infus harus dibuka
Rasional: untuk mempermudah tindakan di daerah yang akan dilakukan
penusukan.
4. Cek kebutuhan pasien
Rasional: untuk memastikan tindakan yang diberikan sesuai dengan
program pengobatan pasien.
5. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan pada pasien : tujuan dan prosedur
Rasional: penjelasan yang diberikan dapat meningkatkan kerjasama saat
melakukan tindakan.
6. Persiapan alat-alat sesuai kebutuhan
Rasional: melakukan persiapan alat dengan benar dapat mempercepat
pemasangan infus.
7. Alat-alat didekatkan ke pasien
Rasional: untuk mempermudah dalam pemasangan infus.
8. Botol cairan digantung pada standar infus
Rasional: untuk memperlancar jalannya air infus ke selang infus, jika infus
diletakkan rendah maka akan mengakibatkan naiknya darah dari tangan ke
bagian selang infus.
9. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan penusukan dekat
bengkok disisi penusukkan
Rasional: untuk tetap menjaga kebersihan daerah sekitar penusukan.
10. Perawat cuci tangan kemudian memakai sarung tangan
Rasional: asepsis penting untuk mencegah infeksi dan mencegah
pemajanan perawat terhadap darah pasien.
11. Tutup botol cairan di desinfeksi
Rasional: untuk mencegah perkembangan mikroorganisme pada daerah
penusukan.
12. Infuset dibuka, keluarkan selang udara lalu tusukkan ke botol infus dan
udara dalam selang dikeluarkan dengan mengalirkan cairannya
Rasional: gelembung udara yang masuk ke pembuluh darah dapat
mengalir kearah jantung atau paru-paru sehingga aliran darah bisa
terhambat.
13. Alirkan cairan sehingga mengisi setengah bagian tabung pengatur tetesan
dan selang terisi cairan, perhatikan jarum jangan sampai alat penetes
terendam
Rasional: untuk mengalirkan cairan dengan baik pastikan drip chamber
terisi cairan infus dan biarkan cairan mengalir memenuhi selang hingga
mencapai ujungnya. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan gelembung
udara yang terjebak di dalam selang.
14. Selang di klem
Rasional: tutup selang dengan klem ketika cairan infus sudah mencapai
ujung selang.
15. Daerah yang akan ditusuk dipasang tourniquet sehingga vena akan jelas
terlihat (±10 cm diatas lokasi yang akan diinfus)
Rasional: memasang tourniquet dapat mempermudah dalam menentukan
vena yang sesuai sehingga dapat meminimalisir nyeri.
16. Daerah yang akan ditusuk di desinfeksi dengan kapas alkohol
Rasional: untuk mencegah infeksi.
17. Tusukkan jarum infus kedalam vena yang dimaksud. Darah yang dihisap
sedikit untuk memastikan apakah jarum infus telah masuk kedalam vena
dengan cepat
Rasional: aliran darah menandakan jarum telah masuk vena dengan benar.
18. Lepaskan tourniquet, setelah jarum infus dipastikan masuk kedalam vena
daerah ujung jarum ditekan dan pangkal jarum dihubungkan dengan ujung
selang
Rasional: melepaskan tourniquet dapat mengurangi tekanan pada vena.
Infus harus disambungkan dengan cepat untuk mencegah terjadinya
bekuan darah dalam kanula.
19. Periksa lagi lancar tidaknya tetesan, terjadi pembengkakan atau tidak.
Apabila tidak terjadi jarum diperhatikan letaknya dengan kasa betadin dan
plester
Rasional: untuk mengetahui jika terjadi sumbatan, pembengkakan,
kemerahan, atau jika pasien merasa sakit. Kasa betadin dan plester
bertujuan untuk mencegah agar jarum tidak tertarik dan tetap berada
diposisinya.
20. Atur tetesan sesuai dengan kebutuhan
Rasional: untuk menjalankan terapi cairan sesuai dengan anjuran yang
dijadwalkan.
21. Beritahukan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai dilakukan
Rasional: beritahu pasien bahwa seluruh proses pemasangan infus telah
selesai dan anjurkan pasien untuk melaporkan jika ada tanda dan gejala
yang tidak diinginkan.
22. Rapikan alat-alat, lepas sarung tangan
Rasional: untuk menjaga kebersihan tempat tidur pasien.
23. Cuci tangan setelah melakukan tindakan
Rasional: untuk menghilangkan/mengurangi penyebaran mikroorganisme.
24. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan : jam pemasangan, jenis
cairan, jumlah tetesan/menit, nama dan paraf perawat yang memasang
Rasional: pendokumentasian penting untuk memfasilitasi perawatan dan
tujuan legal.

D. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan cara


pencegahannya :
1. Hematoma
Hematoma adalah darah yang mengumpul dalam jaringan tubuh akibat
pecahnya pembuluh darah arteri vena atau kapiler, terjadi akibat tekanan
yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau tusukan berulang pada
pembuluh darah. Pencegahan terjadinya hematoma antara lain:
a. Ganti lokasi tusukan setiap 72 jam dan gunakan set infus baru
b. Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi dan vena
yang telah rusak
c. Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat
d. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
2. Infiltrasi
Infiltrasi adalah masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh
darah. Pencegahan terjadinya infiltrasi yaitu dengan memasang tourniquet
di atas atau di daerah proksimal dari tempat pemasangan infus dan
mengencangkan tourniquet tersebut secukupnya untuk menentukan vena
penusukan yang benar.
3. Infeksi nosokomial
Infeksi nosocomial adalah suatu infeksi yang diperoleh atau dialami oleh
pasien selama dirawat di rumah sakit dan menunjukan gejala infeksi baru
setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit. Pencegahan terjadinya infeksi
nosocomial antara lain :
a. Membatasi transmisi organisme dari atau antara pasien dengan cara
mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan
aseptic, sterilisasi dan disinfektan
b. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan
c. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat dan
nutrisi yang cukup
4. Phlebitis
Phlebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia,
mekanik maupun oleh bakteri. Hal ini dikarakteristikan dengan adanya
daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah penusukan atau
sepanjang vena, pembengkakan, nyeri atau rasa keras disekitar daerah
penusukan atau sepanjang vena dan bisa keluar cairan/pus. Pencegahan
terjadinya phlebitis antara lain:
a. Menekankan pada kebersihan tangan, tehnik aseptic, perawatan daerah
infus, antisepsis kulit serta observasi dan pemantauan yang ketat untuk
mencegah dan mengatasi kejadian phlebitis
b. Penggantian kanul infus setiap 72 jam dan segera mungkin jika diduga
terkontaminasi atau adanya komplikasi
c. Gunakan balutan yang transparan sehigga mudah untuk melakukan
pengawasan
5. Emboli udara
Emboli udara adalah masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi
akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh
darah. Pencegahan terjadinya emboli udara antara lain:
a. Pastikan bahwa selang infus telah terisi oleh cairan secara keseluruhan
sebelum menyambungkannya dengan catheter
b. Pastikan untuk selalu menutup roller clamp infusan sebelum
mengganti cairan infus
c. Pastikan tidak terdapat gelembung dalam spuit obat inject yang hendak
diberikan kepada pasien
d. Jangan pernah meletakkan cairan infus diatas tempat tidur pasien,
kecuali roller clamp dalam keadaan tertutup total

E. Tujuan tindakan tersebut dilakukan :


1. Mencukupi kebutuhan cairan ke dalam tubuh pada penderita yang
mengalami kekurangan cairan
2. Memberi zat makan pada penderita yang tidak dapat atau tidak boleh
makan dan minum melalui mulut
3. Memperbaiki keseimbangan asam-basa
4. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
5. Memberi jalan masuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh
6. Memonitor tekanan vena sentral (CVP)
DAFTAR PUSTAKA

Nunung Herlina, Sitti Shoimatul A, Swanti Pandiangan, dkk. 2018. Hubungan


kepatuhan SPO pemasangang infus dengan kejadian plebitis Di RSUD A.
Wahab Sjahranie Samarinda. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1. Web :
http://journals.umkt.ac.id/index.php/jik/article/download/98/59 (di akses
pada hari Minggu, 17 Januari 2021 jam 07.11)

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai
kasus. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction.

Wayunah Wayunah, Elly Nurachmah, dan Sigit Mulyono. 2013. Pengetahuan


Perawat Tentang Terapi Infus Mempengaruhi Kejadian Plebitis dan
Kenyamanan Pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 16, No. 2. Web :
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/12 (di akses pada hari Minggu,
17 Januari 2021 jam 07.21)

Anda mungkin juga menyukai