Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

LUKA BAKAR

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

Disusun Oleh :
Nadya Nailil Ghina
NPM. 1714201110081
Kelompok 9

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2020
LEMBAR KONSUL PEMBIMBING KLINIK

Nama Mahasiswa : Nadya Nailil Ghina

NPM : 1714201110081

Judul LP : Luka Bakar

No Hari/ Materi Konsul Masukan/Saran TTD


Tanggal Pembimbing
Klinik
1. Rabu, 22 Pre conference

Juli 2020 LP luka bakar


LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Nadya Nailil Ghina


NPM : 1714201110081
Rumah Sakit : RS. Islam Banjarmasin
Judul Laporan Pendahuluan : Luka Bakar

Telah menyelesaikan laporan pendahuluan dalam kegiatan Praktik Lapangan


Keperawatan Gawat Darurat.

Banjarmasin, 22 Juli 2020

Mahasiswa Pembimbing Klinik

(Nadya Nailil Ghina) (Fauziah Rezeki, S.Kep.Ners)


Laporan Pendahuluan
Luka Bakar

A. Anatomi Fisiologi

1. Definisi kulit
Menurut Pearce (2017) kulit adalah penutup dan pelindung permukaan
tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga-
rongga dan lubang-lubang masuk.
Kulit merupakan organ terbesar yang membungkus seluruh permukaan
luar tubuh. Tebalnya kulit bervariasi mulai dari 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung jenis kelamin, umur dan letak kulit. Letak kulit tebal berada
pada punggung, bahu, telapak kaki, telapak tangan serta bokong
(Perdanakusuma dalam Maulidya, 2019).
a. Epidermis
Epidermis tersusun atas epitalium berlapis dan terdiri atas sejumlah
lapisan sel yang disusun atas dua lapis yang jelas tampak: selapis
lapisan tanduk dan selapis zona germinalis. Lapisan epidermal
tersusun atas beberapa lapisan sel yang membentuk epidermis.
- Stratum korneum, yaitu sel tipis, datar, seperti sisik dan terus
menerus dilepaskan.
- Stratum lusidium, yaitu sel yang mempunyai batas tegas tetapi
tidak ada intinya.
- Stratum granulosum, yaitu selapis sel yang jelas tampak berisi inti
dan granulosum.
- Zona germinalis, terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri atas
dua lapisan epitel yang tidak tegas.
- Sel berduri, yaitu sel dengan fibril halus yang menyambung sel
satu dengan yang lainnya, sehingga setiap sel seakan-akan tampak
berduri.
- Sel basal, sel ini secara terus-menerus memproduksi sel epidermis
baru. Sel ini disusun dengan teratur, berurutan dan rapat sehingga
membentuk lapisan pertama atau lapisan dua sel pertama dari sel
basal yang posisinya diatas papilla dermis (Pearce, 2017).
b. Dermis
Menurut Pearce (2017) korium atau dermis tersusun atas jaringan
fibrus dan jaringan ikat yang elastis. Pada permukaan dermis tersusun
papil-papil kecil yang berisi ranting-ranting pembuluh darah kapiler.
Dermis terletak dibawah lapisan epidermis. Dermis merupakan
jaringan ikat longgar dan terdiri atas sel-sel fibrinoplas yang
mengeluarkan protein kolagen dan elastin. Serabut-serabut kolagen
dan elastin tersusun secara acak, dan menyebabkan dermis terenggang
dan memiliki daya tahan. Seluruh dermis terdapat pembuluh darah,
saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta
kelenjar keringat dan sebasea. Pada dermis terdapat sel mast yang
berfungsi mengeluarkan histamin selama cidera atau peradangan dan
makrofag yang memililki fungsi memfagositosis sel-sel mati dan
mikroorganisme (Corwin dalam Maulidya, 2019).
Dermis terdiri dari dua lapisan; lapisan atas yaitu pars papilaris
(stratum papilaris), dan bagian bawah yaitu pars retikularis terdiri dari
jaringan ikat longgar yang tersusun atas serabut - serabut; serabut
kolagen, serabut elastic, dan serabut retikulus (Susanto dan Ari, 2013).
c. Subkutan
Subkutan mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang
berada di bawahnya. Lapisan subkutan mengandung jumlah sel lemak
yang beragam, bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta
berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf. Sel lemak berbentuk
bulat dengan intinya berdesakan kepinggir, sehingga membentuk
seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang
tebalnya tidak sama pada setiap tempat dan jumlah antara laki-laki dan
perempuan. Fungsi penikulus adipose adalah sebagai shok breaker atau
pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator
panas atau untuk mempertahankan suhu. Di bawah subkutan terdapat
selaput otot dan lapisan berikutnya yaitu otot (Susanto dan Ari, 2013).
2. Pelengkap Kulit
Rambut, kuku, dan kelenjar sebaseus dianggap sebagai tambahan pada
kulit. Rambut dan kuku adalah sel epidermis yang berubah.
a. Rambut
Rambut tubuh dari folikel rambut merupakan lekukan jeluk di
dalam epidermis. Folikel rambut dibatasi sel epidermis dan di atas
dasarnya terdapat papil tempat awal rambut tumbuh. Dalam keadaan
sehat, bila sehelai rambut rontok maka diganti sehelai lain yang
tumbuh dari papil yang sama. Akar rambut berada di dalam folikel.
Pada ujung paling dalam, rambut sedikit lebih tebal dan ujungnya
bulat. Bagian pangkal yang bulat ini menjepit sebuah papil pembuluh
darah, dan pertumbuhan rambut berasal dari sel lunak yang terdapat di
daerah ini. Bagian yang keluar dari permukaan adalah batang rambut.
Warna rambut disebabkan jumlah pigmen di dalam epidermis.
Terdapat kelenjar sebaseus yang mengeluarkan secret yang disebut
sebum. Sebum ini memelihara kulit supaya empuk dan halus, dan
rambut mengilat.
b. Kuku
Kuku adalah kulit yang telah berubah. Kuku tertanam di dalam
palung kuku. Dermisnya memuat garis-garis lekukan dan bukan papil-
papil seperti pada kulit. Palung kuku mendapat pelayanan persarafan
berlimpah dan mengandung banyak pembuluh darah. Bagian proksimal
kuku terletak di dalam lipatan kulit yang merupakan bagian paling tipis
dalam daerah ini. Bagian putih disebut lunula karena bentuknya seperti
setengah bulan merupakan awal kuku tumbuh maju. Badan kuku
adalah bagian yang tak ditutupi dan yang dengan kuat terikat dalam
palung kuku. Ujung distal kuku bebas dan di setiap sisi dibatasi lipatan
kulit.
3. Fungsi kulit
a. Kulit sebagai organ pengatur panas
Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan
suhu lingkungan. Hal itu dipertahankan karena penyesuaian antara
panas yang hilang dan panas yang dihasilkan, yang diatur oleh pusat
pengatur panas. Pusat ini segera menyadari bila ada perubahan pada
panas tubuh, karena suhu darah yang mengalir melalui medulla
oblongata. Suhu normal (sebelah dalam) tubuh, yaitu suhu visera dan
otak adalah 360 sampai 37,50C. Suhu kulit sedikit lebih rendah. Panas
dilepas oleh kulit dengan beberapa cara :
- Dengan penguapan, jumlah keringat yang dibuat tergantung dari
banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh dalam kulit.
- Dengan pemancaran, panas yang dilepas ke udara sekitarnya.
- Dengan konduksi, panas dialihkan ke benda yang disentuh, seperti
pakaian.
- Dengan konveksi (pengaliran) karena mengalirnya udara yang
telah panas, maka udara yang menyentuh permukaan tubuh diganti
dengan udara yang lebih dingin.
Keringat adalah sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah
pengendalian saraf simpatis. Keringat terutama berisi larutan garam
dengan konsentrasi kira-kira 1/3 dari yang ada dalam plasma. Dengan
perspirasi, hilang kira-kira 500 ccm air setiap hari. Banyaknya keringat
berkisar dari 0 sampai 2000 ccm setiap hari, tergantung pada
kebutuhan tubuh akan pengaturan suhu.
b. Kulit sebagai indra peraba
Rasa sentuhan yang disebabkan rangsangan pada ujung saraf di
dalam kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang.
Perasaan panas, dingin, sakit, semua ini perasaan yang berlainan. Di
dalam kulit terdapat tempat-tempat tertentu, yaitu tempat perabaan;
beberapa sensitif (peka) terhadap dingin, beberapa terhadap panas, dan
lain lain terhadap sakit. Perasaan yang disebabkan tekanan yang dalam,
dan perasaan yang memungkinkan seorang menentukan dan menilai
berat suatu benda, timbul pada struktur lebih dalam, misalnya pada
otot dan sendi.
c. Tempat penyimpanan
Kulit dan jaringan di bawahnya bekerja sebagai tempat
penyimpanan air; jaringan adiposa di bawah kulit merupakan tempat
penyimpanan lemak yang utama pada tubuh.
d. Beberapa kemampuan melindungi dari kulit
- Kulit relatif tak tertembus air, dalam arti menghindarkan hilangan
cairan dari jaringan dan juga menghindarkan masuknya air ke
dalam jaringan, misalnya bila tubuh terendam air.
- Epidermis menghalangi cedera pada struktur di bawahnya dan
karena menutupi ujung akhir saraf sensorik di dalam dermis, maka
kulit mengurangi rasa sakit. Bila epidermis rusak, misalnya karena
terbakar sampai derajat ketiga, proteksi ini hilang dan setiap
sentuhan terasa nyeri, dan edukasi cairan dari dermis yang
sekarang terbuka itu menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit,
dengan akibatnya pasien berada dalam bahaya dehidrasi, yang
dapat menimbulkan keadaan yang lebih parah.

B. Definisi Luka Bakar


Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi (Smeltzer dalam Nurarif, 2016).
Luka bakar atau disebut dengan kombusio adalah kerusakan jaringan yang
diantaranya disebabkan oleh zat kimia, suhu tinggi, sinar matahari, nyala api,
radiasi, dan bisa juga disebabkan oleh zat dingin seperti es kering (Ida, 2016).
Luka bakar adalah cedera yang terjadi ketika jaringan tubuh bersentuhan
langsung atau terpapar panas dari api, uap, cairan, dan benda panas, bahan
kimia, sengatan listrik, atau radiasi yang dapat mengancam keselamatan dan
memerlukan bantuan medis darurat (Zen, 2019).
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, luka bakar
adalah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
sumber panas, zat kimia, zat dingin seperti es kering, listrik, atau radiasi yang
dapat mengancam keselamatan jiwa jika tidak ditangani dengan tepat.

C. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
mungkin di pindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik.
Menurut Rahayuningsih dalam Azizah (2017) luka bakar dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain :
1. Luka bakar termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan panas atau objek – objek panas lainnya.
Penyebab paling sering karena terpajan dengan suhu panas seperti terbakar
api secara langsung atau terkena permukaan logam yang panas.
2. Luka bakar kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat
kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan
zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,
pertanian dan militer.
3. Luka bakar elektrik
Luka bakar elektrik (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan
dari energy listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh. Luka bakar ini biasanya lebih serius
dari apa yang terlihat di permukaan tubuh.
4. Luka bakar radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industry atau dari sumber radiasi untuk keperluan
terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi.

D. Klasifikasi
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan
keseriusan luka, yakni :
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
b. Luka bakar derajat II
- Derajat II dangkal (superficial)
- Derajat II dalam (deep)
c. Luka bakar derajat III
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar mayor
b. Luka bakar moderat
c. Luka bakar minor
4. Berdasarkan luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar dapat menggunakan metode
rule of nine :
a. Kepala dan leher : 9%
b. Dada depan dan belakang : 18%
c. Abdomen depan dan belakang : 18%
d. Tangan kanan dan kiri : 18%
e. Paha kanan dan kiri : 18%
f. Kaki kanan dan kiri : 18%
g. Genetalia : 1%

E. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung
atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C
tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk
tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur
yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam
hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka
bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyeluruh,
penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik.
Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidakmampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan
syok. Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem
yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh
darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein),
sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler
menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan
perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang
organ organ penting seperti otak, kardiovaskuler, hepar, traktus
gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ
multi sistem. Proses kegagalan organ multi sistem ini terangkum dalam bagan
berikut.

Bahan kimia Termis Radiasi Listrik

Luka Bakar

Biologis

Pada wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit

Kerusakan Keracunan gas Kerusakan


mukosa integritas kulit

CO mengikat Hb
Oedema laring

Hb tidak mampu
Obstruksi jalan mengikat O2
nafas

Hipoksia otak
Gagal nafas

Kekurangan
Ketidakefektifan
volume cairan
pola nafas

F. Manifestasi Klinis
1. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
- Kulit kering, hiperemi berupa eritema
- Tidak dijumpai bullae
- Nyeri karena ujung – ujung saraf sensorik teriritasi
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi
- Dijumpai bullae
- Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi
- Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
Derajat II dangkal (superficial)
- Kerusakan mengenai superficial dari dermis
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari
Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian masih utuh
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan
c. Luka bakar derajat III
- Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih
dalam
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan
- Tidak dijumpai bullae
- Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering
letaknya lebih rendah disbanding kulit sekitar
- Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar
- Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-
ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian
- Penyembuhan terjadi lama karena terjadi proses epitelisasi spontan
dari dasar luka
2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga
kategori :
a. Luka bakar mayor
- Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan
lebih dari 20% pada anak-anak
- Luka bakar fullthickness lebih dari 20%
- Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum
- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka
- Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi
b. Luka bakar moderat
- Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20%
pada anak anak
- Luka bakar fullthickness lebih dari 10%
- Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki,
dan perineum
c. Luka bakar minor
- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10% pada anak-anak
- Luka bakar fullthicknes kurang dari 2%
- Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki
- Luka tidak sirkumfer
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium : Hb, Ht, leukosit, thrombosit, gula darah, elektrolit,
kreatinin, ureum, protein, albumin, hapusan luka, urin lengkap, AGD (bila
diperlukan), dll
2. Rontgen : foto thorax, dll
3. EKG : tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
4. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar
lebih dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak
5. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya

H. Penatalaksanaan Medis
1. Pertolongan pertama
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek
torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi
oedem
c. Setelah sumber panas dihilangkan rendah daerah luka bakar dalam air
atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya
lima belas menit. Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka
bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak
seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun
d. Evaluasi awal dengan prinsip penanganan pada luka bakar seperti
penanganan pada luka akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC
(Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan pendekatan
khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder. Saat
menilai airway, perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi.
Biasanya ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang
gosong, luka bakar pada wajah, oedem oropharyngeal, perubahan
suara, perubahan status mental. Bila benar terdapat luka bakar inhalasi
dilakukan intubasi endotracheal tube. Meskipun perdarahan dan
trauma intrakavitas merupakan prioritas utama dibandingkan luka
bakar, perlu dipikirkan untuk meningkatkan jumlah cairan pengganti.
Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali
untuk menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma (Wim de
Jong dalam Nurarif, 2016).
2. Resusitasi cairan
Perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, pemberian cairan
intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat
harus ada, terutama pada bagian ekstermitas yang tidak terkena luka bakar.
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan
cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi
maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip
dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler
dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh.
Pemberian cairan paling sering adalah dengan Ringer Laktat (RL) untuk
48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5
sampai 1.5 mL/kgBB/jam. Formula yang sederhana untuk resusitasi cairan
adalah menggunakan rumus Baxter yaitu : 4cc x BB x %luka bakar.
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan
elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi deficit ion Na. Hari kedua
diberikan setengah cairan hari pertama.
3. Penggantian darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah
sel darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Karena
plasma predominan hilang pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka
bakar, tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh sebab itu,
pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan,
kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah
proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan.
4. Perawatan luka bakar
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan,
selanjutnya dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada
karakteristik dan ukuran dari luka :
a. Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya
barrier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup
dengan pemberian salep antibiotic untuk mengurangi rasa sakit dan
melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,
Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.
b. Luka bakar derajat II (superficial), perlu perawatan luka setiap harinya,
pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotic, kemudian dibalut
dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastic. Pilihan
lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat
dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft,
cadaver skin)) atau bahan sintesis (opsite, biobrane, transcyte, integra).
c. Luka derajat II (dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi
awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting).
5. Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang
berbeda dari orang normal karena umumnya penderita luka bakar
mengalami keadaan hipermetabolik. Kondisi yang berpengaruh dan dapat
memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah :
a. Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh
massa bebas lemak
b. Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar, penyakit
ginjal dan lain-lain
c. Luas dan derajat luka bakar
d. Suhu dan kelembaban ruangan (mempengaruhi kehilangan panas
melalui evaporasi)
e. Aktivitas fisik dan fisioterapi
f. Penggantian balutan
g. Rasa sakit dan kecemasan
h. Penggunaan obat-obatan tertentu dan pembedahan
6. Early Exicision and Grafting (E&G)
Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian luka
ditutup dengan cangkok kulit (autograft atau allograft), setelah terjadi
penyembuhan, graft akan terkelupas dengan sendirinya. E&G dilakukan 3-
7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya tiap harinya dilakukan eksisi
20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya. Tapi ada
juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi pada seluruh luka bakar,
tapi cara ini memiliki resiko yang lebih besar yaitu dapat terjadi hipotermi,
atau terjadi perdarahan massive akibat eksisi. Metode ini mempunyai
beberapa keuntungan dengan penutupan luka dini, mencegah terjadinya
infeksi pada luka (James H. Holmes dalam Nurarif, 2016).
7. Escharotomy
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstermitas dapat
menyebabkan iskemik distal yang progresif, terutama apabila terjadi
edema saat resusitasi cairan, dan saat adanya pengerutan keropeng. Iskemi
dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada jari-jari tangan dan kaki.
Tanda dini iskemi adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai
baal pada ujung-ujung distal. Juga luka bakar menyeluruh pada bagian
thorax atau abdomen dapat menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini
dapat dihilangkan dengan escharatomy. Dilakukan insisi memanjang yang
membuka keropeng sampai penjepitan bebas (James H. Holmes dalam
Nurarif, 2016).
8. Antibiotic
Pemberian antibiotic ini dapat secara topical atau sistemik. Pemberian
secara topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk merendam.
Contoh antibiotic yang sering dipakai berupa salep antara lain: Silver
sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-iodine, Bacitracin
(biasanya untuk luka bakar grade I), Neomycin Polymiyxin B, Nysatatin,
mupirocin, Mebo (Moist Exposed Burn Ointment).
9. Flowchart dari penanganan luka bakar
a. Earlier period (1-6 hari); blister disfungsi, kulitnya dibiarkan utuh.
Beri Mebo pada luka setebal 0,5-1 mm. Ganti dan beri lagi Mebo tiap
6 jam, hari ke 3-5 kulit penutup bulla diangkat
b. Liquefaction period (6-15 hari); angkat zat cair yang timbul diatas
luka, bersihkan dengan kasa, beri Mebo lagi setebal 1 mm.
c. Preparative period (10-21 hari); bersihkan luka seperti sebelumnya.
Beri Mebo dengan ketebalan 0,5-1 mm. Ganti dan beri lagi Mebo tiap
6-8 jam
d. Rehabilitation; bersihkan luka yang sembuh dengan air hangat. Beri
Mebo 0,5 mm, 1-2 kali/hari. Jangan cuci luka yang sudah sembuh
berlebihan. Lindungi luka yang sembuh dari sinar matahari
10. Kontrol rasa sakit
Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan opioid
dan NSAID. Preparat anestesi seperti ketamine, N2O (nitrus oxide)
digunakan pada prosedur yang dirasakan sangat sakit seperti saat ganti
balut. Dapat juga digunakan obat psikotropik seperti anxiolitik,
tranquilizer dan anti depresan. Penggunaan benzodiazepine bersama
opioid dapat menyebabkan ketergantungan dan mengurangi efek dari
opioid (James H. Holmes dalam Nurarif, 2016).

I. Pengkajian Keperawatan
1. Data biografi
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, dan informan apabila dalam melakukan
pengkajian perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya
mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2
tahun dan dewasa diatas 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap
jumlah kematian. Data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki
resiko tinggi terhadap luka bakar, agama dan pendidikan menentukan
intervensi yang tepat dalam pendekatan.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah
nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakan kerena iritasi terhadap saraf.
Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe,
time, quality (p,q,r,s,t). Sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari
setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran
pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas,
bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Gambaran keadaan klien mulai terjadinya luka bakar, penyabab lamanya
kontak, pertolongan pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama
menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat
meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi
perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari/bulan),
fase rehabilitatif (menjelang klien pulang).
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien
sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika
klien mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis,
atau penyalahgunaan obat dan alkohol.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota
keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga
mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan.
6. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi
perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah.
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien
tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga
mengalami gangguan. Hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri.
7. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body
image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami
gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan
perawatan yang lama sehingga mengganggu klien dalam melakukan
aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
8. Aktifitas/istirahat
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
9. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);
takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan
oedema jaringan (semua luka bakar).
10. Integritas ego
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda:
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
11. Eliminasi
Tanda : pengeluaran urin menurun/tidak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada
luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
12. Makanan/cairan
Tanda : oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
13. Neurosensori
Gejala : area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku;
penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas
kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan
ketajaman penglihatan (syok listrik); rupture membrane timpanik (syok
listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
14. Nyeri/kenyamanan
Gejala : berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitive untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada
luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
15. Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Tanda : serak; batuk mengii; partikel karbon dalam
sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka
bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan
dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas; gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
16. Keamanan
Tanda : kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada
beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat,
dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. Cedera api : terdapat
area cedera campuran dalam sehubungan dengan variase intensitas panas
yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung
dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior; oedema lingkar
mulut dan atau lingkar nasal. Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai
agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti
kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagan parut tebal.
Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan
kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. Cedera
listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup
dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya
fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
17. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas
sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran
bila luka bakar mencapai derajat cukup berat.
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah
sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam
pertama.
c. Pemeriksaan kepala dan leher
- Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut
setelah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan
luas luka bakar
- Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi
adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta
bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka
bakar
- Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan
bulu hidung yang rontok
- Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering
karena intake cairan kurang
- Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen
- Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan
sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
d. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk
ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi.
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya
nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakan
tempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi
sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka
baru pada muskuloskleletal, kekuatan otot menurun karena nyeri.
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa
menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan
nyeri yang hebat (syok neurogenik).
i. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas
dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran presentase luas luka bakar
menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai berikut :
Bagian tubuh 1 th 2 th Dewasa
Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstermitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18%
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ekstermitas bawah (kanan dan kiri) 27% 31% 30%
Genetalia 1% 1% 1%
Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade).
Grade tersebut ditentukan berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri
yang dirasanya dan lamanya kesembuhan luka.

J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d deformitas dinding dada, keletihan otot-
otot pernafasan, hiperventilasi.
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (evaporasi akibat
luka bakar).
3. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka.

K. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan deformitas dinding dada,
keletihan otot-otot pernafasan, hiperventilasi
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola
napas dapat teratasi dengan baik.
b. Kriteria hasil : suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea
(mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips), menunjukan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal). Tanda – tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan).
c. Intervensi :
Airway management
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas batan
- Pasang mayo bila perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan status O2
Oxygen therapy
- Bersihkan mulut, hidung, dan secret trakea
- Pertahankan jalan nafas yang paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR sebelum, selama, dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(evaporasi akibat luka bakar)
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
terpenuhinya volume cairan tubuh.
b. Kriteria hasil : mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan
BB, BJ urin normal, HT normal, TD nadi suhu tubuh dalam batas
normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
c. Intervensi :
Fluid management
- Pertahankan cairan intake dan output yang akurat
- Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
- Monitor vital sign
- Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
- Kolaborasikan pemberian cairan IV
- Monitor status nutrisi
- Dorong masukan oral
- Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Kolaborasi dengan dokter
- Atur kemungkinan transfusi
Hipovolemia management
- Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan hematocrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk menambah intake oral
- Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
- Monitor adanya tanda gagal ginjal
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terdapat
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang.
b. Kriteria hasil : integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, perfusi
jaringan baik, mampu melindungi kulit dan mempertahankan
kelembaban kulit.
c. Intervensi :
Pressure management
- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Monitor status nutrisi pasien
- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Insision site care
- Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan
pada luka yang ditutup dengan jahitan, klip atau straples
- Monitor proses kesembuhan area insisi
- Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
- Bersihkan area sekitar jahitan atau straples, menggunakan lidi
kapas steril
- Gunakan preparat antiseptic
- Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka
tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai program
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather dan Shigemi Kamitsuru. 2018. NANDA-I Diagnosis


Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Ida Mardalena. 2016. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Maulidya Eriola. 2019. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Kulit Buah Pisang Muli
(Musa acuminate Colla) Terhadap Lama Penyembuhan Luka Sayat
Pada Mencit. Skripsi. Universitas Lampung. Web :
http://digilib.unila.ac.id/58322/ (di akses pada hari senin, 20 Juli 2020
jam 06.45).
Nur Azizah. 2017. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Perawatan Luka Bakar
Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu di TK Pertiwi Karangtowo Demak.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang. Web :
http://repository.unimus.ac.id/567/2/BAB%20I.pdf (di akses pada hari
senin, 20 juli 2020 jam 07.54)
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai
Kasus. Edisi Revisi Jilid II. Yogyakarta: Mediaction.
Pearce, Evelyn C. 2017. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Susanto dan Ari. 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Zen Santosa. 2019. Mengatasi Luka Gores dan Luka Bakar. Yogyakarta: Alaf
Media.

Anda mungkin juga menyukai