PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantong-kantong
udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa
bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, pneumonia bisa
berdampak kematian. Sebenarnya pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa
bermacam-macam dan diketahui sumber infeksinya adalah bakteri, virus, mikroplasma,
jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel (Smeltzer.2010)
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari pnumonia?
2. Bagaimana anatomi fisiologi pada paru-paru ?
3. Apa etiologi pada pasien pneumonia ?
4. Bagaiaman Klasifikasi pada pasien pneumonia ?
5. Bagaimana patofisiologi dan WOC pada pasien pneumonia?
6. Apa Gejala klinis dan diagnostic pada pneumonia?
7. Bagaimana Penatalaksanaan pada pasien pneumonia ?
8. Apa Komplikasi pada pasien pneumonia ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pneumonia ?
adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida, masih ada fungsi tambahan lain, yaitu
melindungi sistem permukaan dari kekurangan cairan dan mengubah suhu tubuh, melindungi
sistem pernafasan dari jaringan lain terhadap serangan patogenik, membentuk komunikasi
seperti berbicara, berteriak, dan komunikasi lain yang berhubungan dengan (Pearce, 2009)
1. Hidung/Naso: Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang dipisahkan oleh septum
nasi , terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang
masuk kedalam lubang hidung.
2. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan makan. Faring terdiri atas tiga bagian,
yaitu:
a. Nasofaring : menerima udara yang masuk dari hidung.
b. Orofaring : menerima udara dari nasofaring dan makanan dari rongga mulut.
c. Laringofaring : menyalurkan makanan kekerongkongan dan udara kelaring.
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi
dengan otot, membran, jaringan ikat, dan ligamentum. Yang berfungsi menerima
udara dari faring. Tepi lubang dari pita suara asli kiri dan kanan membatasi daerah
epiglotis. Bagian atas disebut supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis.
4. Trachea
Trachea atau batang tenggorok adalah tabung seperti pipa dan berbentuk menyerupai
huruf C. Tracea dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput.
Terletak diantara vertebrae VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea vertebra
torakalis V. Memilikipanjang sekitar 13 cm dan diameter 2,5 cm. Dinding tracea
terdiri dari empat lapisan yang terdiri dari mukosa, submukosa, tulang rawan hialin,
dan adventitia.
5. Broncus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari tracea. Bronkus memiliki
struktur yang sama dengan tracea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan
trakea dan berjalan kebawah menuju paru-paru.
6. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung
(alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel endotel, pernafasan paru-
paru (pernafasan pulmoner) merupakan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida
yang terjadi pada paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen diambil oleh sel darah
merah dibawa kejantung disampaikan keseluruh tubuh. Didalam paru-paru
karbonodiksida dikeluarkan melalui pipa broncus berakhir pada mulut dan hidung .
2.3 ETIOLOGI
2.5 PATOFISIOLOGI
Pneumonia disebabkan oleh berbagai agen mikroba seperti virus, bakteri, jamur.
Organisme yang biasa menyebabkan pneumonia antara lain Pseudomonas aeruginosa;
Haemophilus influenzae; Staphylococcus pneumonia dan bakteri batang gram negative,
jamur, virus (paling sering terjadi pada anak-anak). Mikroorganisme masuk melalui
nasofaring dan dapat mencapai paru melalui beberapa jalur seperti ketika individu yang
terinfeksi mengalami batuk, bersin, atau berbicara, mikroorganisme dilepaskan ke dalam
udara dan terhirup oleh orang lain. Setelah terhirup reaksi inflamasi dapat terjadi di
alveoli, yang menghasilkan eksudat (cairan) yang mengganggu difusi oksigen dan
karbondioksida. Pada proses inflamasi dapat juga menyebabkan infeksi dan peningkatan
suhu tubuh. Pada saat terjadi infeksi produksi sputum akan meningkat yang
mengakibatkan akumulasi sputum dijalan nafas meningkat dan tidak dapat dikeluarkan
akibatnya individu mengalami sesak nafas (takipneu) sehingga menimbulkan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Infeksi pada paru (alveoli)
menyebabkan pertukaran gas di alveoli menurun sehingga suplai O 2 menurun dan
meningkatnya CO2 dalam paru (alveoli) menyebabkan terjadi nyeri dada, sesak,
meningkatnya aksesori (otot bantu) nafas dan masalah keperawatan yang muncul adalah
gangguan pertukaran gas. Pada saat inflamasi juga dapat meningkatkan suhu tubuh atau
hipertermi yang dapat mengakibatkan kehilangan cairan tubuh sehingga menimbulkan
masalah keperawatan resiko kekurangan volume cairan. Saat terjadi inflamasi terdapat
penumpukan eksudat dalam alveoli dan suplai O2 menurun menyebabkan hiperventilasi,
dispneu, retraksi dada/pernafasan cuping hidung sehingga masalah keperawatan yang
timbul adalah gangguan pola nafas (Susan C. Smeltzer, 2010).
Proses peradangan
Produksi MK Hipertermi
sputum Suplai O2
Pertukaran gas dialveoli
Kehilangan
Akumulasi cairan tubuh Hiperventilasi
sputum Suplai O2,
dijalan
nafas / C02 dalam paru
tidak bisa (alveoli)
Dispneu
mengeluar MK: Resiko
kan kekurangan
sputum volume cairan
dengan
Retraksi dada/ nafas Nyeri dada
baik
cuping hidung
Takipneu, Sesak
MK: Gangguan pola
Dispneu
nafas
Prosedur diagnostik bagi klien dengan pneumonia dapat mencakup yang berikut
,namun demikian tidak terbatas hanya yang tertera disini saja tetapi secara umuum
diagnostik ini sering dilakukan menurut (Faucu AS, 2009)
1. Ronsen dada untuk memastikan konsulidasi dan desifusi paru ,efusi pleura (Faucu
AS, 2009)
2. Kultur sputum adalah pemeriksaan dahak untuk mengetahui bakteri apa yang terdapat
pada dahak (Faucu AS, 2009).
3. Pemeriksaan analisis darah GDA (Gas darah arteri) atau BGA (Blood Gas Analisa)
memungkinkan untuk pengukuran pH darah (dan juga keseimbangan asam basa),
oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan
atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas
digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat
yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil
berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan
suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa
saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan
data-data laboratorium lainnya. (Faucu AS, 2009)
Asidosis adalah kondisi yang terjadi ketika kadar asam didalam tubuh sangat
tinggi. Asidosis dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Asidosis respiratorik adalah keadaan turunnya pH darah yang disebabkan oleh
proses abnormal pada paru-paru.
b. Asidosis metabolik adalah suatu keadaan dimana keasaman darah yang
berlebihan, ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
4. Hematologi ; sel darah putih (SDP) untuk pneumonia bakterialis dan ablutinin dingin
dan fiksasi komplemen untuk pemeriksaan virus (Faucu AS, 2009)
5. Torasentesis untuk mendapat spesimen cairan pleuran bila terdapat efusi pleural dan
tindakkan mengaspirasi caira pleura atau udara untuk menghilangkan tekanan dan
nyeri pada paru paru (Faucu AS, 2009)
a. Penisilin 50.000 u/kg BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg BB/hari
untuk diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti Ampicilin.
Pengobatan ini di teruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian obat kombinasi
bertujuan untuk menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis
juga untuk menghindari resistensi antibiotik.
b. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan intravena
biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl (Natrium Clorida) 0,9% dalam
perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl (Kalium Clorida) 10 mEq/500ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan
dan hipoksia maka dapat diberikan koreksi sesuai hasil pemeriksaan analisis gas darah
arteri (GDA).
d. Pemberian makanan internal bertahap melalui selang NGT pada penderita yang sudah
mengalami perbaikan sesak nafasnya.
e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat memberikan inhalasi dengan saling normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian terapi
nebulizer dengan flexsoid dengan ventolin. Selain bertujuan mempermudah
mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.
2.10 KOMPLIKASI
Pengobatan di berikan berdasarkan komplikasi, akan tetapi karena hal itu perlu waktu
dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya dib erikan menurut (Riyadi 2009) :
2.10 KOMPLIKASI
Pengobatan di berikan berdasarkan komplikasi, akan tetapi karena hal itu perlu waktu
dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan menurut (Riyadi 2009) :
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.
Kebanyakan klien dengan pneumonia tidak di rawat di rumah sakit. Sebaliknya
banyak klien yang di rawat dapat atau berisiko mengalami pneumonia. Timbulnya demam
pada setiap klien yang di rawat harus mewaspadakan perawat terhadap kemungkinan
pneumonia bakterialis. Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan
pneumonia mencangkup :
1. Riwayat dan karakter awitan dan durasi batuk, demam, menggigil, nyeri dada,
produksi sputum ( jumlah, warna, dan konsistensi).
2. Riwayat pemajanan terhadap indiividu dengan infeksi
3. Tanda-tanda penyakit kronis lainnya.
4. Tanda-tanda vital: kenaikan suhu tubuh, takhikardia/takipnea.
5. Modalitas perawatan diri yang digunaakan untuk mengatasi gejala
6. Pemeriksaan pulmonal
a. Inspeksi : retraksi otot-otot aksesori, sianosis sentral, gerakan dada terbatas.
b. Palpasi : penurunan ekspansi pada area dada yang sakit, peningkatan fremitus
taktil.
c. Perkusi : pekak
d. Auskultasi : bunyi napas bronkial, inspirasi krakles(rales), penurunan fremitus
vocal (efusi pleural) egovoni (konsolidasi)
7. Temuan laboratorium.
a. Ronsen dada : gambaran difus-pneumonia atipik; gambaran lobaaris-
pneumonia tipikal.
b. Hematologi : SDP-meningkat 15.000 sampai 25.000/mm³; aglutinim
dingin-fiksasi komponen/virus atau M. pneumonia.
c. Pemeriksaan AGD: hipoksemia/respirasi alkalosis; jika penyakit kronis yang
mendasari, respirasi asidosis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
diagnose keperawatan untuk klien pneumonia dapat mencangkup diagnose sebagai
berikut:
label diagnostic faktor etiologi yang mungkin
a. Klirens jalan napas takefektif a. energi, keletihan, inflamasi
b. Intoleransi aktivitas trakheobronkhial.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Meningkatkan patensi jalan napas. Membuang sekresi adalah penting karena
sekresi yang tertahan akan menganggu pertukaran gas dan dapat memperlambat
pemulihan. Perbanyak masukan cairan (2-3 L/hari), karena hidrasi yang adekuat
mengencerkan dan memudahkan pembebasan sekresi pulmonal dan juga
mengganti cairan yang hilang akibat demam, diaphoresis, dehidrasi, dan
pernapasan yang cepat.
Fisioterapi dada sangat penting dalam melepaskan dan memobilisasi sekresi.
Klien dibaringkan dalam posisi yang tepat untuk mengalirkan sekresi pada bagian
paru yang sakit (Gbr. 3-7), kemudian lakukan vibrasi dan perkusi dada. Setelah paru
di drainase selama 10 sampai 20 menit ( tergantung toleransi klien ), instruksikan
klien untuk melakukan napas dalam dan batuk. Jika klien terlalu lemah untuk batuk
dengan efektif, mucus mungkin harus dikeluarkan dengan menggunakan penghisapan
nasotrakheal atau aspirasi bronkhoskopi sesuai indikasi.
Meningkatkan istirahat dan penghematan energy. Klien yang lemah
diinstruksikan untuk istirahat dan tetap berada di tempat tidur untuk menghindari
keletihan dan kemungkinan memburuknya gejala. Atur posisi yang nyaman untuk
meningkatkan istirahat dan kemudahan bernapas (mis. Posisi semi fowler) dan ubah
posisi dengan teratur 9mis. Setiap 2 jam). Jika diberikan sedative, status mental klien
(sensorium) dievaluasi sebelum medikasi diberikan. Adanya kegelisahan, kelam
piker, dan agresi yang mungkin diakibatkan oleh hipoksia serebral adalah kasus-kasus
dimana pemberian sedative merupakan kontraindikasi.
Respons klien terhadap terapi di pantau untuk mengetahui tanda-tanda
perbaikan, seperti SPD kembali pada jumlah yang lebih normal, dan tidak demam.
Kegagalan berespons terhadap terapi seperti memburuknya kondisi klien akan
membutuhkan perubahan dalam pemilihan antibiotik yang didasarkan pada data hasil
pemeriksaan terbaru. Waspadai terjadinya super-infeksi.
Pemberian oksigen biasanya diinstruksikan bila PO 2 klien kurang dari 60
mmHg. Metode pemberian oksigen bergantung pada kondisi klien dan pada
konsentrasi oksigen yang dibutuhkan. Perawat harus sudah terbiasa dengan berbagai
metode dan alat yang digunakan untuk memberikan oksigen, dan kapan diberikan
oksigen. Perawat juga harus memriksa peralatan dengan sering untuk memastikan bah
wa alat tersebut masih berfungsi dengan baik ( ketrampilan 3-3) .
Frekuensi pernapasan klien dengan pneumonia meningkat karena dyspnea dan
demam. Kondisi ini meningkatkan kehilangan cairan takkasat mata selam ekshalasi.
Klien dapat dengan cepat mengalami dehidrasi. Oleh karenanya, memperbanyak
masukan cairan ( setidaknya 2 liter perhari) amat penting. Sering kali klien yang
mengalami kesulita bernapas juga mengalami penurunan napsu makan dan hanya
nyaman dengan minum saja, dengan demikian status nutrisi klien mengalami
perubahan, dan pemberian nutrient melalui jalur IV harus menjadi pertimbangan.
Pencegahan terjadinya infeksi nosocomial tetap menjadi perhatian penting.
Pneumonia nosocomial berkaitan dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi
( lebih dari 30%, hudak 1997). Mencuci tangan yang tepat, penanganan aseptic jalur
invasive dan peralatan penghisap ( suction) , serta disinfeksi yang tepat peralatan
pernapasan serta perkakas lainnya akan mengurangi kontaminasi dan penyebaran
infeksi silang.
Penyuluhan klien. Setelah demam mereda, anjurkan klien untuk meningkatkan
aktivitas secara bertahap. Latihan pernapasan untuk membersihkan paru-paru dan
meningkatkan ekspansi paru penting bagi klien. Perawat menganjurkan klien untuk
menghentikan merokok karena merokok akan merusak kerja siliaris trakheobronkhial,
yang merupakan pertahanan garis depan paru.
D. EVALUASI
Penatalaksanaan keperawatan tercermin pada pencapaian hasil dan tujuan
klien. Bandingkan perilaku klien setelah intervensi dengan hasil dan tujuan klien
yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketidakberhasilan dalam pencapaian hasil dan
tujuan klien mengindikasikan di perlukannya modifikasi pendekatan yang di
terapkan melalui pengkajian kembali kondisi klien, dan merevisi diagnose
keperawatan. Keberhasilan penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan
pneumonia mencakup:
1. Menunjukan peningkatan patensi jalan napas, batuk berkurang dan efektif,
produksi sputum menurun, dan bunyi paru normal
2. Hasil pemeriksaan laboratorium gas darah terakhir berada dalam batas normal
klien
3. Menunjukan penurunan intesitas nyeri atau nyeri hilang. Melakukan istirahat
dan penghematan energy dengan tetap berada di tempat tidur ketika timbul
gejala (simptomatis).
2. 12 ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Identitas Pasie ::
Nama : Ny T
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Nganjuk
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
No.RM : 211.98677
Pasien mengatakan bahwa pasin pernah dirawat di rumah sakit RSUD Pare dengan
keluhan yang sama
Pasien mengatakan bahwa keluarga tidak meliki penyakit yang sama dan keluarga
tidak memiliki penyakit Hipertensi dan DM
KASUS:
A. ANALISA DATA
DO:
Klien tampak kesulitan bernapas
TTV:
- TD: 130/90 mmHg
- N : 120x/menit
- RR : 32x/menit
- S : 39,2°C
Pernafasan Cuping Hidung
Takipnea (+)
Dispnea (+)
Pernafasan dangkal
Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
Perfusi paru redup
Premetus menurun pada kedua paru
Bunyi nafas bronkial, kreleks (+)
Hasil Rontgen : menunjukkan infiltrasi lobaris
Pemeriksaan seputum : ditemukan kuman
stapilococcus aureus dan diplococcus
pneumonia
Akral dingin
Kuku pucat dan sedikit sianosis
Mukosa bibir kering dan pucat (sianosis)
Takipnea (+)
3. DS: Proses infeksi hipertermi
Klien mengatakan badannya masih panas pneumonia yang
DO: disebabkan oleh
Klien teraba panas mikroorganisme
Muka berwarna kemerahan
Klien tampak menggigil
Suhu : 39,2°C
Leukosit : 14.000
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
O:
Klien tampak mengeluarkan
sputum saat batuk
Klien tampak lemah
Klien tampak hanya mampu
mengabiskan makanan ½ porsi
setiap kali makan
Kulit klien tampak kering
Turgor kulit buruk
BGA
PH = 7,30
PO2 =70
PCO2 =50
BE =1
HCO3 =23
Leukosit = 14.000 10ˆ3/mikrol
BB : 61 kg
TTV:
o TD : 125/80 mmhgs
o N : 100 x/i
o RR : 27x /i
Akral hangat
Kuku pucat dan sedikit sianosis
Mukosa bibir kering dan pucat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan
Indentifikasi mual
Menjadwalkan pengobatan
Memberikan makanan dengan
porsi kecil tapi sering
Evaluasi terus status nutrisi
Hipertermia Rabu, 5 13.30 S:
yang September Wib Klien mengatakan panas
diakibatkan 2018 berkurang
karena proses Klien mengatakan badannya
infeksi virus masih lemah
O:
Klien tampak agak nyaman
menggigil berkurang
Dispneu berkurang
TTV:
- TD : 125/80 mmHg
- N : 100 x/menit
- RR : 27x /menit
S :38,3°
Pasien tampak lebih nyaman
Panas berkurang
3.1 KESIMPULAN
3.1.1 Pneumonia adalah Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan
berbagai mikroorganisme,termasuk bakteria,mikobakteria,jamur dan virus.
3.1.2 Paru – Paru adalah bagian koonduksi sistem pernafasan fungsi utama adalah
pertukaran oksigen dan karbondioksida.
3.1.3 Penyebab Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan
berbagai mikroorganisme,termasuk bakteria,mikobakteria,jamur dan virus.
3.1.4 Klarifikasi Pneumonia adalah tipikal ,bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris
dengan opasitas lobus atau lobularis.
3.1.5 Proses terjadinya penyakit Pneumonia adalah Reaksi inflamasi dapat terjadi di
alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu difusi oksigen dan
karbon dioksida.
3.1.6 Gejala pneumonia adalah Disters respirasi mendadak, dipsnea, sianosis, batuk,
hipoksemia dan diikuti tanda infeksi sekunder.
3.1.7 Diagnostik untuk pneumonia adalah dengan photo thorax, pengambilan sputum,
melihat hasil Gas dalam darah.
3.1.8 Pemeriksaan Fisik pada penyakit pneumonia dengan Inpeksi,Palpasi, Perkusi
dan Auskultasi.
3.1.9 Komplikasi pada penyakit pneumonia Pengobatan di berikan berdasarkan
etiologi dan resistensi
3.1.10 Asuhan Keperawatan untuk mengkaji status kesehatan pasien.
3.2 SARAN
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya
tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang
menyerang saluran pernapasan. Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi
pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidak seimbangan
antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
berakibat timbulnya infeksi penyakit. Oleh karena itu sangat di perlukan menjaga
daya tahan tubuh dengan memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh. Dan
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor-faktor pencetus
dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah parah. Penderita
pneumonia disarankan untuk menghindari merokok, tidak minum-minuman yang
mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S. C., Bare, B, G., Himkle, J. L., & Cheever, K. H. Reever, sitekno. (2010).
Brunner and Suddarth’s textbook off medical surgical nursing ( 12 th ed). Philadelphia:
Lippincott Wililiams & Wilkins.
Peto L, Nadjm B, Horby P, Ngan TTD, van Doorn R, Kinh N Van, et al. The bacterial
aetiology of adult community-acquired pneumonia in Asia: a systematic review. Trans R Soc
Trop Med Hyg. 2014 Jun 1;108(6):326–37.
(Smeltzer, S.C , Bare, B, G., Hinkle, J.L.,& Cheever, K.H. (2010)). Brunner and Suddarth’s
textbook of medical surgical nursing(12 ͭ ͪ ed) .
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penaduluan dan Asuhan Keperawatan pada PNEUMONIA telah disetujui dan
disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Kami mempunyai copy dari makalah ini yang bisa kami preduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak makalah ini adalah hasil karya kami sendriri bukan
merupakan karya orang lain kecuali yang telah dituliskan dalam refensi, serta tidak ada
seorangpun yang membuat makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sanksi sesuai peraturan yang berlaku :
Masalah
Soft yang dinilai selama diskusi : team work, berfikit kritis, komunikasi.
Komentar fasilitator :