Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantong-kantong
udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa
bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, pneumonia bisa
berdampak kematian. Sebenarnya pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa
bermacam-macam dan diketahui sumber infeksinya adalah bakteri, virus, mikroplasma,
jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel (Smeltzer.2010)

Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan


pemeriksaan penunjang (Rontgen, laboratorium). Pada usia anak-anak, pneumonia
merupakan peyebab kematian terbesar terutama di negara berkembang termasuk di Indonesia.
Angka kematian pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21%.Adapun
angka kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000anak balita setiap tahunnya
(Smeltzer.2010)

Sebagian besar penyebab pneumonia adalah mikroorganisme (virus,bakteri). Dan


sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin atau sejenisnya)
dan masuknya lambung ke dalam saluran pernapasan. Berbagai penyebab pneumonia tersebut
dikelompokkan berdasarkan  golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang
menyertai (komplikasi). Mikroorganisme tersering sebagai penyebab pneumonia adalah
virus, terutama Respiratori Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40 % sedangkan golongan
bakteri yang ikut berperan terutama streptococcus pneumoniae dan haemophilus influenza
type b (Smeltzer.2010).

Peran perawat dalam pneumonia ini dapat dilakukan dengan mempertahankan


keadaan kebutuhan dasar manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses pelayanan keperawatan. Sehingga masalah yang muncul dapat
ditentukan diagnosis keperawatan. Perencanaan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai
dengan tingkat kebutuhan yang dialami. Kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya (Smeltzer.2010).

Dengan adanya pembelajaran tentang penyakit pneumonia mahasiswa mampu memahami


tentang penyakit pneumonia dengan mengetahui klarifikasi, pemberian obat, mengerti
anatomi pernapasan, maka makalah ini dapat menjadi pedoman dan reverensi mahasiswa
untuk dasar pembelajaran.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari pnumonia?
2. Bagaimana anatomi fisiologi pada paru-paru ?
3. Apa etiologi pada pasien pneumonia ?
4. Bagaiaman Klasifikasi pada pasien pneumonia ?
5. Bagaimana patofisiologi dan WOC pada pasien pneumonia?
6. Apa Gejala klinis dan diagnostic pada pneumonia?
7. Bagaimana Penatalaksanaan pada pasien pneumonia ?
8. Apa Komplikasi pada pasien pneumonia ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pneumonia ?

1.3  TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Agar Mahasiswa mampu mengerti tentang penyakit pneumonia.
2. Agar mahasiswa mampu mempelajari tentang anatomi fisiologi tentang paru – paru
yang nomal maupun paru – patu yang sudah terkena penyakit pneumonia.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan mampu belajar tentang masalah atau etiologi
tentang penyakit pneumonia.
4. Agar Mahasiswa mengetahui dan mempelajari tentang klarifikasi tentang penyakit
pneumonia.
5. Agar Mahasiswa dapat memahami tentang jalannya proses penyakit pneumonia.
6. Mahasiswa dapat mempelajari dan mampu mengetahui gejala - gejala tentang penyakit
pneumonia.
7. Mahasiswa Mampu mengetahui dan mempelajari pelataksanaan pada pasie pneumonia.
8. Agar Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang komlikasi pada pasie pneumonia.
9. Mahasiswa mampu mempelajari dan memahami tentang asuhan keperawatan pasien
pneumonia.
1.4 MANFAAT PEMBELAJARAN PENYAKIT PNEUMONIA
1. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pada penyakit pneumonia.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang perbedaan karakteristik
pasien pneumonia dalam usia anak – anak, remaja, dewasa muda dan usia lanjut.
3. Meningkatan tentang pemahaman mahasiswa tentang penyakit pneumonia.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN PNEUMONIA

Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai


mikroorganisme, termasuk bakteria, mikobakteria, jamur dan virus. Pneumonia
diklasifikasikan sebagai pneumonia didapat di komunitas (community-acquared
pneumonia[CAP]), pneumonia didapat dirumah sakit (nosokomial). Dalam
pengelompokan klasifikasi pneunomia tertentu dapat terjadi tumpang tindih, karena
pneumonia dapat terjadi pada tatana yang berbeda. Mereka yang beresiko pneumonia
sering kali menderita penyakit kronis utama, penyakit akut berat, sistem imun yang
tertekan karena penyakit atau medikasi, imobilisasi dan faktor lain yang mengganggu
mekanisme perlindungan paru normal. Dan lansia juga berisiko tinggi (Susan C.
Smeltzer, 2010).

2.2 ANATOMI FISIOLOGI PARU

Gambar : system pernafasan (Pearce, 2009)


merupakan bagian koonduksi sistem pernafasan, meskipun fungsi utama pernafasan

adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida, masih ada fungsi tambahan lain, yaitu

melindungi sistem permukaan dari kekurangan cairan dan mengubah suhu tubuh, melindungi
sistem pernafasan dari jaringan lain terhadap serangan patogenik, membentuk komunikasi

seperti berbicara, berteriak, dan komunikasi lain yang berhubungan dengan (Pearce, 2009)

Saluran pernafasan bagian atas menurut (Sitekno, 2010)

1. Hidung/Naso: Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang dipisahkan oleh septum
nasi , terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang
masuk kedalam lubang hidung.
2. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan makan. Faring terdiri atas tiga bagian,
yaitu:
a. Nasofaring : menerima udara yang masuk dari hidung.
b. Orofaring : menerima udara dari nasofaring dan makanan dari rongga mulut.
c. Laringofaring : menyalurkan makanan kekerongkongan dan udara kelaring.
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi
dengan otot, membran, jaringan ikat, dan ligamentum. Yang berfungsi menerima
udara dari faring. Tepi lubang dari pita suara asli kiri dan kanan membatasi daerah
epiglotis. Bagian atas disebut supraglotis dan bagian bawah disebut subglotis.
4. Trachea
Trachea atau batang tenggorok adalah tabung seperti pipa dan berbentuk menyerupai
huruf C. Tracea dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput.
Terletak diantara vertebrae VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea vertebra
torakalis V. Memilikipanjang sekitar 13 cm dan diameter 2,5 cm. Dinding tracea
terdiri dari empat lapisan yang terdiri dari mukosa, submukosa, tulang rawan hialin,
dan adventitia.
5. Broncus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari tracea. Bronkus memiliki
struktur yang sama dengan tracea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan
trakea dan berjalan kebawah menuju paru-paru.
6. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung
(alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel endotel, pernafasan paru-
paru (pernafasan pulmoner) merupakan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida
yang terjadi pada paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen diambil oleh sel darah
merah dibawa kejantung disampaikan keseluruh tubuh. Didalam paru-paru
karbonodiksida dikeluarkan melalui pipa broncus berakhir pada mulut dan hidung .

2.3 ETIOLOGI

Mikrorganisme etiologi pneumonia komunitas bisa bakteri, virus, jamur, dan


parasit. Terdapat sedikit perbedaan etiologi patogen penyebab di daerah negara maju
dibandingkan dengan negara berkembang di Asia terkhusus Indonesia. Bakteri batang
gram negatif (gram-negative bacili/GNB) dan Staphylococcus aureus cukup sering
didapati di negara Asia namun jarang ditemukan sebagai etiologi CAP di negara
barat. Justru bakteri batang gram negatif dan S. aureus di negara barat merupakan
etiologi hospital-acquired pneumonia (HAP). Etiologi yang paling sering terutama di
daerah Eropa dan Amerika adalah Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma
pneumoniae, Haemophilus pneumoniae, Chlamydopilla pneumoniae, Legionella
pneumophila, dan virus respiratori. Pada pasien anak, patogen etiologi CAP umumnya
tumpang tindih oleh bakteri dan virus. Kombinasi patogen kebanyakan kasus adalah
kombinasi Rhinovirus dan Streptococcus pneumoniae. Selain patogen di atas,
semakin banyak penelitian yang melaporkan bahwa etiologi CAP di Indonesia adalah
bakteri batang gram negatif. Sebuah penelitian di Semarang menunjukkan bahwa
bakteri batang gram negatif merupakan penyebab pneumonia yang sering. Dan
pneumoniae ditemui pada 15% orang tua dan 7% pada anak ( Peto L, 2014 ).

2.4 KLASIFIKASI PNEUMONIA

Klasifikasi menurut (Misnadiarly,2010):

1. Berdasarkan ciri radiologi dan gejala klinis ,dibagi atas :


a. Pneumonia tipikal ,bercirikan tanda-tanda pneumonia lobularis dengan opasitas
lobus. Pneumonia lobularis merupakan salah satu pneumonia yang terjadi pada
lobus paru biasanya menyerang pada bayi atau anak kecil.
b. Pneumonia atipikal adalah istilah nonmedis untuk menggambarkan kasus ringan
pneumonia.Pneumonia atipikal sering terjadi dari hasil infeksi paru dari
mikroorganisme bakteri yang disebut mycoplasma pneumoniae.

2. Berdasarkan faktor lingkungan :


a. Pneumonia Komunitas adalah pneumonia yang di dapat pada masyarakat.
b. Pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang didapat selama perawatan di
rumah sakit ,terutama pada usia lanjut,setelah operasi dan pada penggunaan
ventilator.
c. Pneumonia rekuens adalah yang sering terjadi berulang kali berdasarkan penyakit
paru kronik.
d. Pneumonia aspirasi adalah komplikasi dari aspirasi paru. Aspirasi paru adalah
masuknya makanan, asam lambung, air liur, atau benda asing lain ke paru yang
dapat memicu infeksi di paru.
e. Pneumonia imunocompromised adalah pneumonia yang diakibatkan oleh virus
HIV.
f. Pneumonia hipostastik adalah yang sering timbul pada dasar paru yang di
sebabkan karena pernafasan yang dangkal dan terus-menerus berada dalam posisi
yang sama
3. Berdasarkan sindrom klinis :
a. Pneumonial bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar
serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan
dan jarang disertai konsolidasi paru.
b. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.

Klasifikasi berdasarkan (Reeves,2010) :


Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum
dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan
organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-
anak atau kalangan orang tua.
2.   Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme
seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan
bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.
3.   Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.
Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut
lokasi anatominya saja.
4.  Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak

2.5 PATOFISIOLOGI
Pneumonia disebabkan oleh berbagai agen mikroba seperti virus, bakteri, jamur.
Organisme yang biasa menyebabkan pneumonia antara lain Pseudomonas aeruginosa;
Haemophilus influenzae; Staphylococcus pneumonia dan bakteri batang gram negative,
jamur, virus (paling sering terjadi pada anak-anak). Mikroorganisme masuk melalui
nasofaring dan dapat mencapai paru melalui beberapa jalur seperti ketika individu yang
terinfeksi mengalami batuk, bersin, atau berbicara, mikroorganisme dilepaskan ke dalam
udara dan terhirup oleh orang lain. Setelah terhirup reaksi inflamasi dapat terjadi di
alveoli, yang menghasilkan eksudat (cairan) yang mengganggu difusi oksigen dan
karbondioksida. Pada proses inflamasi dapat juga menyebabkan infeksi dan peningkatan
suhu tubuh. Pada saat terjadi infeksi produksi sputum akan meningkat yang
mengakibatkan akumulasi sputum dijalan nafas meningkat dan tidak dapat dikeluarkan
akibatnya individu mengalami sesak nafas (takipneu) sehingga menimbulkan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Infeksi pada paru (alveoli)
menyebabkan pertukaran gas di alveoli menurun sehingga suplai O 2 menurun dan
meningkatnya CO2 dalam paru (alveoli) menyebabkan terjadi nyeri dada, sesak,
meningkatnya aksesori (otot bantu) nafas dan masalah keperawatan yang muncul adalah
gangguan pertukaran gas. Pada saat inflamasi juga dapat meningkatkan suhu tubuh atau
hipertermi yang dapat mengakibatkan kehilangan cairan tubuh sehingga menimbulkan
masalah keperawatan resiko kekurangan volume cairan. Saat terjadi inflamasi terdapat
penumpukan eksudat dalam alveoli dan suplai O2 menurun menyebabkan hiperventilasi,
dispneu, retraksi dada/pernafasan cuping hidung sehingga masalah keperawatan yang
timbul adalah gangguan pola nafas (Susan C. Smeltzer, 2010).

WOC ( Web Of Causation)


Etiologi : virus bakteri mikroba
Masuk nasofaring

Masuk ke paru-paru (alveoli)

Proses peradangan

Infeksi Penumpukan eksudat


Suhu tubuh Terjadi infeksi pada paru-
dalam alveoli paru (alveoli)

Produksi MK Hipertermi
sputum Suplai O2
Pertukaran gas dialveoli

Kehilangan
Akumulasi cairan tubuh Hiperventilasi
sputum Suplai O2,
dijalan
nafas / C02 dalam paru
tidak bisa (alveoli)
Dispneu
mengeluar MK: Resiko
kan kekurangan
sputum volume cairan
dengan
Retraksi dada/ nafas Nyeri dada
baik
cuping hidung

Takipneu, Sesak
MK: Gangguan pola
Dispneu
nafas

Otot aksesori pernafasan


MK: Ketidak
efektifan
bersihan jalan
nafas MK: Gangguan pertukaran
gas
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis menurut(Faucu AS, 2009)

Jenis pneumonia Etiologi Faktor Resiko Tanda &  Gejala


Berdasarkan ciri   bakteri aureus   lansia dan anak- - menggigil, demam (39-
radiologis dan gejala stapilococcus, anak. 400C),
klinis, dibagi atas : organisme seperti ini - nyeri dada
a. Sindroma tipikal aeruginisa - batuk efektif
adalah infeksi pseudomonas - sputum hijau
paru-paru pada - terjadi bercak darah
kantung udara - hidung kemerahan
(alveoli), yaitu - penggunaan otot aksesoris
cairan (infiltrat)
berkumpul sp
didalam aveoli dan   
mengganggu B
pertukaran
oksigen.
b. Sindroma atipikal    virus limfadenopati, Anak – anak dan Batuk, infeksi tenggorokan, sesak
adalah infeksi mycobacterium dewasa muda nafas, demam, nyeri pleuritis.

paru-paru yang pneumonie, chlamydia


menyebabkan pneumoniae,
radang pada psitacocis, coxiella 
jaringan di sekitar burnetti, dan berbagai
alveoli dengan virus influenza A dan
akibat lebih lanjut B
adalah
mengempisnya
alveoli,
berkurangnya
suplai darah ke
alveoli, dan
mengganggu
proses pertukaran
udara.
Berdasarkan faktor - Penyebab utama   Pneumonia aspirasi - nyeri dada
lingkungan : pneumonia aspirasi lebih sering terjadi - napas pendek
adalah ketika - mengeluarkan suara mengi
Pneumonia aspirasi adalah pada orang tua atau
kemampuan - Mengeluarkan keringat
masuknya makanan, asam pertahanan paru-paru maupun muda. berlebih
terganggu dengan - Sulit menelan makanan
lambung, air liur, atau
adanya bakteri atau minuman
benda asing lainnya ke berbahaya dalam - Batuk dengan dahak
jumlah besar yang berwarna hijau
paru-paru yang dapat
masuk bersama - bau tidak sedap atau
memicu infeksi paru. Pada dengan benda asing, disertai darah,Kulit
seperti makanan, membiru (sianosis).
keadaan normal atau pada
minuman, atau air liur
aspirasi dalam jumlah ke dalam saluran
pernapasan. Penyebab
kecil, paru-paru memiliki
lainnya adalah sebagai
mekanisme pertahanan berikut:
untuk mengeluarkannya, 1.Gangguan kesadaran
, Misalnya akibat
misalnya dengan batuk. penyalahgunaan
alkohol dan obat
terlarang,
menggunakan obat
bius, stroke.
2.Gangguan menelan. 
Kkondisi ini dapat
terjadi akibat:
Kelainan pada
tenggorokan dan
kerongkongan, stroke.
3. Kondisi lainnya,
misalnya terlalu lama
berbaring,
meningkatnya usia,
penyakit paru
obstruktif kronis, dan
penggunaan nasogastr
ic tube (selang yang
dipasang di hidung
untuk pemberian
makan).

a. Pneumonia    bakteri S.pneumoniae,


   lansia dan anak-   demam tinggi, menggigil, dan
nosokomial atau hospital
H. Influenzae, anak batuk.
acquired pneumonia
(HAP) adalah Methicillin Sensitive  
pneumonia yang terjadi
Staphylococcus aureus
setelah pasien 48 jam
dirawat di rumah sakit (MSSA) dan bakteri E
dan disingkirkan semua
MDR misalnya
infeksi yang terjadi
sebelum masuk rumah Pseudomonas
sakit.
aeruginosa,
b.
Escherichia coli,
Klebsiella
pneumoniae,
Acinetobacter spp dan
Gram positif seperti
Methicillin Resistance
Staphylococcus aureus
(MRSA).

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Prosedur diagnostik bagi klien dengan pneumonia dapat mencakup yang berikut
,namun demikian tidak terbatas hanya yang tertera disini saja tetapi secara umuum
diagnostik ini sering dilakukan menurut (Faucu AS, 2009)

1. Ronsen dada untuk memastikan konsulidasi dan desifusi paru ,efusi pleura (Faucu
AS, 2009)
2. Kultur sputum adalah pemeriksaan dahak untuk mengetahui bakteri apa yang terdapat
pada dahak (Faucu AS, 2009).
3. Pemeriksaan analisis darah GDA (Gas darah arteri) atau BGA (Blood Gas Analisa)
memungkinkan untuk pengukuran pH darah (dan juga keseimbangan asam basa),
oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan
atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas
digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat
yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil
berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan
suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa
saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan
data-data laboratorium lainnya. (Faucu AS, 2009)
Asidosis adalah kondisi yang terjadi ketika kadar asam didalam tubuh sangat
tinggi. Asidosis dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Asidosis respiratorik adalah keadaan turunnya pH darah yang disebabkan oleh
proses abnormal pada paru-paru.
b. Asidosis metabolik adalah suatu keadaan dimana keasaman darah yang
berlebihan, ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
4. Hematologi ; sel darah putih (SDP) untuk pneumonia bakterialis dan ablutinin dingin
dan fiksasi komplemen untuk pemeriksaan virus (Faucu AS, 2009)
5. Torasentesis untuk mendapat spesimen cairan pleuran bila terdapat efusi pleural dan
tindakkan mengaspirasi caira pleura atau udara untuk menghilangkan tekanan dan
nyeri pada paru paru (Faucu AS, 2009)

2.8 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik menurut (Muttaqin, 2009) :
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta
nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan –
5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding
dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada
kedalam akan tampak jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin
meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau
tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung
mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan
stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit,
dan ronkhi basah pada
2.9 PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan di berikan berdasarkan etiologi dan resistensi, akan tetapi karena hal itu
perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan menurut (Riyadi
2009),:

a. Penisilin 50.000 u/kg BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg BB/hari
untuk diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti Ampicilin.
Pengobatan ini di teruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian obat kombinasi
bertujuan untuk menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis
juga untuk menghindari resistensi antibiotik.
b. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan intravena
biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl (Natrium Clorida) 0,9% dalam
perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl (Kalium Clorida) 10 mEq/500ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan
dan hipoksia maka dapat diberikan koreksi sesuai hasil pemeriksaan analisis gas darah
arteri (GDA).
d. Pemberian makanan internal bertahap melalui selang NGT pada penderita yang sudah
mengalami perbaikan sesak nafasnya.
e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat memberikan inhalasi dengan saling normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian terapi
nebulizer dengan flexsoid dengan ventolin. Selain bertujuan mempermudah
mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.

2.10 KOMPLIKASI

Pengobatan di berikan berdasarkan komplikasi, akan tetapi karena hal itu perlu waktu
dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya dib erikan menurut (Riyadi 2009) :

a. Pneumonia pneumokokus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri streptococus


pneumoniae atau bisa disebut dengan bakteri pneumokokus yang dapat menyerang
telinga,infesksi pada sinus,pneumonia atau radang paru,meningitis, dan sepsis.
b. ARDS (Acute Respiratory Disptress Syndrom) adalah suatu masalah paru yang terjadi
ketika cairan tertumpuk dalam paru menyebabkan kegagalan bernafas dan kadar
oksigen rendah di dalam darah.
c. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial (yang didapat selama perawatan di
rumah sakit ,terutama pada usia lanjut,setelah operasi dan pada penggunaan
ventilator).
d. Sepsis adalah suatu keadaan dimana terjadinya infeksi bakteri masuk ke seluruh tubuh
melalui pembuluh darah dan terjadi peradangan atau inflamasi.
e. Gagal pernafasan ,syok , dan gagal organ
Syok adalah kondisi darurat yang mengancam jiwa yang terjadi ketika tubuh tidak
mendapat aliran darah yang cukup. Gagal organ adalah tidak berfungsinya organ
tubuh.
f. Penjalaran infeksi seperti abses otak dan endokarditis.
Abses otak adalah penimbunan nanah di dalam otak serta pembengkakan pada organ
tersebut. Sedangkan endokardotis adalah suatu infeksi pada lapisan bagian dalam
jantung.
g. Abses paru adalah infeksi berupa lesi nikrotik pada jaringan paru yang terlokalisir
sehingga membentuk kavitas yang berisis nanah (pus) dalam parenkimparu pada satu
lobus atau lebih.
h. Efusi pleura adalah kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan di antara 2 lapisan
pleura.

2.10 KOMPLIKASI

Pengobatan di berikan berdasarkan komplikasi, akan tetapi karena hal itu perlu waktu
dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan menurut (Riyadi 2009) :

1. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan bakteriemi.


2. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal,gagal jantung, emboli
paru,dan infark miokard akut.
3. ARDS (Acute Respiratory Disptress Syndrom) adalah suatu masalah paru yang
terjadi ketika cairan tertumpuk dalam paru menyebabkan kegagalan bernafas dan
kadar oksigen rendah di dalam darah.
4. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial
5. Sepsis adalah kondisi medis serius dimana menjadi peradangan seluruh tubuh
disebabkan oleh infeksi.
6. Gagal pernafasan ,syok,gagal organ
7. Penjalaran infeksi (abses otak ,indokarditis)
8. Abses paru adalah infeksi berupa lesi nikrotik pada jaringan paru yang terlokalisir
sehingga membentuk kavitas yang berisis nanah (pus) dalam parenkimparu pada
satu lobus atau lebih.
9. Efusi pleura adalah kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan di antara 2
lapisan pleura.

2.11 TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.
Kebanyakan klien dengan pneumonia tidak di rawat di rumah sakit. Sebaliknya
banyak klien yang di rawat dapat atau berisiko mengalami pneumonia. Timbulnya demam
pada setiap klien yang di rawat harus mewaspadakan perawat terhadap kemungkinan
pneumonia bakterialis. Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan
pneumonia mencangkup :
1. Riwayat dan karakter awitan dan durasi batuk, demam, menggigil, nyeri dada,
produksi sputum ( jumlah, warna, dan konsistensi).
2. Riwayat pemajanan terhadap indiividu dengan infeksi
3. Tanda-tanda penyakit kronis lainnya.
4. Tanda-tanda vital: kenaikan suhu tubuh, takhikardia/takipnea.
5. Modalitas perawatan diri yang digunaakan untuk mengatasi gejala
6. Pemeriksaan pulmonal
a. Inspeksi : retraksi otot-otot aksesori, sianosis sentral, gerakan dada terbatas.
b. Palpasi : penurunan ekspansi pada area dada yang sakit, peningkatan fremitus
taktil.
c. Perkusi : pekak
d. Auskultasi : bunyi napas bronkial, inspirasi krakles(rales), penurunan fremitus
vocal (efusi pleural) egovoni (konsolidasi)
7. Temuan laboratorium.
a. Ronsen dada : gambaran difus-pneumonia atipik; gambaran lobaaris-
pneumonia tipikal.
b. Hematologi : SDP-meningkat 15.000 sampai 25.000/mm³; aglutinim
dingin-fiksasi komponen/virus atau M. pneumonia.
c. Pemeriksaan AGD: hipoksemia/respirasi alkalosis; jika penyakit kronis yang
mendasari, respirasi asidosis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
diagnose keperawatan untuk klien pneumonia dapat mencangkup diagnose sebagai
berikut:
label diagnostic faktor etiologi yang mungkin
a. Klirens jalan napas takefektif a. energi, keletihan, inflamasi
b. Intoleransi aktivitas trakheobronkhial.

c. Pertukaran gas takefektif b. Perubahan fungsi pernafasan.


c. Perubahan membrane
alveolokapilar,perubahan pengiriman
oksigen, Inflamasi pleural, batuk
d. Gangguan system pertahanan paru
e. Peningkatan kebutuhan metabolik,
anoreksia akibat proses infeksius,
sputum kurang terpajan terhadap
informasi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Meningkatkan patensi jalan napas. Membuang sekresi adalah penting karena
sekresi yang tertahan akan menganggu pertukaran gas dan dapat memperlambat
pemulihan. Perbanyak masukan cairan (2-3 L/hari), karena hidrasi yang adekuat
mengencerkan dan memudahkan pembebasan sekresi pulmonal dan juga
mengganti cairan yang hilang akibat demam, diaphoresis, dehidrasi, dan
pernapasan yang cepat.
Fisioterapi dada sangat penting dalam melepaskan dan memobilisasi sekresi.
Klien dibaringkan dalam posisi yang tepat untuk mengalirkan sekresi pada bagian
paru yang sakit (Gbr. 3-7), kemudian lakukan vibrasi dan perkusi dada. Setelah paru
di drainase selama 10 sampai 20 menit ( tergantung toleransi klien ), instruksikan
klien untuk melakukan napas dalam dan batuk. Jika klien terlalu lemah untuk batuk
dengan efektif, mucus mungkin harus dikeluarkan dengan menggunakan penghisapan
nasotrakheal atau aspirasi bronkhoskopi sesuai indikasi.
Meningkatkan istirahat dan penghematan energy. Klien yang lemah
diinstruksikan untuk istirahat dan tetap berada di tempat tidur untuk menghindari
keletihan dan kemungkinan memburuknya gejala. Atur posisi yang nyaman untuk
meningkatkan istirahat dan kemudahan bernapas (mis. Posisi semi fowler) dan ubah
posisi dengan teratur 9mis. Setiap 2 jam). Jika diberikan sedative, status mental klien
(sensorium) dievaluasi sebelum medikasi diberikan. Adanya kegelisahan, kelam
piker, dan agresi yang mungkin diakibatkan oleh hipoksia serebral adalah kasus-kasus
dimana pemberian sedative merupakan kontraindikasi.
Respons klien terhadap terapi di pantau untuk mengetahui tanda-tanda
perbaikan, seperti SPD kembali pada jumlah yang lebih normal, dan tidak demam.
Kegagalan berespons terhadap terapi seperti memburuknya kondisi klien akan
membutuhkan perubahan dalam pemilihan antibiotik yang didasarkan pada data hasil
pemeriksaan terbaru. Waspadai terjadinya super-infeksi.
Pemberian oksigen biasanya diinstruksikan bila PO 2 klien kurang dari 60
mmHg. Metode pemberian oksigen bergantung pada kondisi klien dan pada
konsentrasi oksigen yang dibutuhkan. Perawat harus sudah terbiasa dengan berbagai
metode dan alat yang digunakan untuk memberikan oksigen, dan kapan diberikan
oksigen. Perawat juga harus memriksa peralatan dengan sering untuk memastikan bah
wa alat tersebut masih berfungsi dengan baik ( ketrampilan 3-3) .
Frekuensi pernapasan klien dengan pneumonia meningkat karena dyspnea dan
demam. Kondisi ini meningkatkan kehilangan cairan takkasat mata selam ekshalasi.
Klien dapat dengan cepat mengalami dehidrasi. Oleh karenanya, memperbanyak
masukan cairan ( setidaknya 2 liter perhari) amat penting. Sering kali klien yang
mengalami kesulita bernapas juga mengalami penurunan napsu makan dan hanya
nyaman dengan minum saja, dengan demikian status nutrisi klien mengalami
perubahan, dan pemberian nutrient melalui jalur IV harus menjadi pertimbangan.
Pencegahan terjadinya infeksi nosocomial tetap menjadi perhatian penting.
Pneumonia nosocomial berkaitan dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi
( lebih dari 30%, hudak 1997). Mencuci tangan yang tepat, penanganan aseptic jalur
invasive dan peralatan penghisap ( suction) , serta disinfeksi yang tepat peralatan
pernapasan serta perkakas lainnya akan mengurangi kontaminasi dan penyebaran
infeksi silang.
Penyuluhan klien. Setelah demam mereda, anjurkan klien untuk meningkatkan
aktivitas secara bertahap. Latihan pernapasan untuk membersihkan paru-paru dan
meningkatkan ekspansi paru penting bagi klien. Perawat menganjurkan klien untuk
menghentikan merokok karena merokok akan merusak kerja siliaris trakheobronkhial,
yang merupakan pertahanan garis depan paru.
D. EVALUASI
Penatalaksanaan keperawatan tercermin pada pencapaian hasil dan tujuan
klien. Bandingkan perilaku klien setelah intervensi dengan hasil dan tujuan klien
yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketidakberhasilan dalam pencapaian hasil dan
tujuan klien mengindikasikan di perlukannya modifikasi pendekatan yang di
terapkan melalui pengkajian kembali kondisi klien, dan merevisi diagnose
keperawatan. Keberhasilan penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan
pneumonia mencakup:
1. Menunjukan peningkatan patensi jalan napas, batuk berkurang dan efektif,
produksi sputum menurun, dan bunyi paru normal
2. Hasil pemeriksaan laboratorium gas darah terakhir berada dalam batas normal
klien
3. Menunjukan penurunan intesitas nyeri atau nyeri hilang. Melakukan istirahat
dan penghematan energy dengan tetap berada di tempat tidur ketika timbul
gejala (simptomatis).

2. 12 ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Identitas Pasie ::

Nama : Ny T

Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Nganjuk

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

No.RM : 211.98677

Tanggal masuk RS : 5 September 2018

Dx. Medis : Pneumonia

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengatakan dengan keluhan batuk berdahak, sesak napas, dahaknya


sangat kental dan sulit untuk dikeluarkan, dahaknya terasa lengket di tenggorokan dan
pasien juga mengatakan kesulitan untuk bernapas.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien mengatakan bahwa pasin pernah dirawat di rumah sakit RSUD Pare dengan
keluhan yang sama

D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Pasien mengatakan bahwa keluarga tidak meliki penyakit yang sama dan keluarga
tidak memiliki penyakit Hipertensi dan DM

KASUS:

Ny.T umur 25 tahun datang ke RSUD PARE tanggal 5 September 2018


dengan keluhan batuk berdahak, sesak napas, dahaknya sangat kental dan sulit untuk
dikeluarkan, dahaknya terasa lengket di tenggorokan dan pasien juga mengatakan
kesulitan untuk bernapas. Dari hasil pemeriksaan TTV TD: 130/90 mmHg,  N :
120x/menit, RR : 32x/menit, suhu 39,2°C.  Bunyi nafas bronkial,dan terdengar ada
bunyi tambahan kreleks Pasien mengalami mual muntah dan tidak nafsu makan, dan
pasien mengeluh nyeri dada, sakit kepala. Dan dari hasil pemeriksaan diagnostik
menunjukan BGA (Ph=7,30, PO2=70, PCO2=50, BE=1,HCO3=23) dan leukosit =
14.000 10ˆ3/mikrol.

A. ANALISA DATA

Nama klien              : Ny. T


Ruang rawat             : Anggrek, RSUD PARE
Diagnosa medik       :  Pneumonia

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Inflamasi Bersihan Jalan
Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak trakeobronkial dan nafas tidak
napas farenkim paru,  efektif
 Klien mengatakan batuk dengan dahak yang pembentukkan edema
kental dan sulit untuk dikeluarkan dan peningkatan
 Klien mengatakan dahaknya terasa lengket di produksi sputum.
tengorokkan
Klien Mengatakan Kesulitan bernapas

DO:
Klien tampak kesulitan bernapas
TTV:
-          TD: 130/90 mmHg
-          N : 120x/menit
-          RR : 32x/menit
- S : 39,2°C
Pernafasan Cuping Hidung
Takipnea (+)
Dispnea (+)
Pernafasan dangkal
Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
Perfusi paru redup
Premetus menurun pada kedua paru
Bunyi nafas bronkial, kreleks (+)
Hasil Rontgen : menunjukkan infiltrasi lobaris
Pemeriksaan seputum : ditemukan kuman
stapilococcus aureus dan diplococcus
pneumonia

2. DS: Inflamasi parenkim Gangguan


 Klien mengatakan sesak nafas paru, reaksi seluler pertukaran gas
 Klien mengatakan susah bernafas terhadap sirkulasi
DO: toksin dan batuk
Terdapat tarikan otot bantu nafas menetap.
BGA
- PH = 7,30
- PO2 =70
- PCO2 =50
- BE =1
- HCO3 =23
- Leukosit = 14.000 10ˆ3/mikrol

 Akral dingin
 Kuku pucat dan sedikit sianosis
 Mukosa bibir kering dan pucat (sianosis)
 Takipnea (+)
3. DS: Proses infeksi hipertermi
Klien mengatakan badannya masih panas pneumonia yang
DO: disebabkan oleh
Klien teraba panas mikroorganisme
Muka berwarna kemerahan
Klien tampak menggigil
Suhu : 39,2°C
Leukosit : 14.000

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa data Tanggal tindakan

Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan 5 September 2018


inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi sputum
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya 5 September 2018
penumpukan cairan pada alveoli yang membuat pasien susah
untuk mengeluarkan sekret.
Hipertermia yang diakibatkan karena proses infeksi virus 5 September 2018

C. INTERVENSI

Diagnosa Tujuan Rencana


keperawatan
Bersihan jalan nafas NOC NIC
tak efektif 1. Mendemonstrasikan Airway Management
berhubungan peningkatan ventilasi 1. Posisikan pasien untuk
dengan inflamasi dan oksigenasi yang memaksimalkan ventilasi (posisi
adekuat semi fowler/ fowler)
trachea bronchial,
2. Memelihara 2. Identifikasi pasien perlunya
peningkatan kebersihan paru-paru pemasangan alat jalan nafas buatan
produksi sputum dan bebas dari tanda- 3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
tanda distress 4. Keluarkan sekret dengan batuk
pernafasan efektif
3. Mendemonstrasikan 5. Auskultasi suara nafas, catat adanya
batuk efektif dan suara tambahan
suara nafas yang 6. Lakukan nebulizing untuk
bersih, tidak ada mengencerkan sputum.
sianosis dan dyspneu 7. Berikan bronkodilator bila perlu
(mampu 8. Berikan pelembab udara
mengeluarkan 9. Atur intake untuk cairan
sputum, mampu mengoptimalkan keseimbangan.
bernafas dengan
mudah, tidak ada Respiratory Monitoring
pursed lips) 1. Monitor rata-rata, kedalaman, irama
4. Tanda tanda vital dan usaha respirasi
dalam rentang norma 2. Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipnea,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
5. Humidifikasi
6. Pantau GDA,dan foto thorax

Gangguan NOC NIC


pertukaran gas 1. Tingkat pernafasan 1. lakukan pemeriksaa tes
berhubungan baik laboratorium
dengan adanya 2. Irama pernafasan 2. monitor BGA
teratur 3. monitor TTV
penumpukan cairan
3. pH arteri normal 4. lakukan pemasangan infus
pada alveoli yang 4. perfusi jaringan 5. posisikan pasien fowler/semi
membuat pasien perifer teratur fowler
susah untuk 5. tidak terjadi 6. monitor pernafasan
mengeluarkan kegelisahan 7. ajarkan batuk efektif
sekret. 8. berikan nebulizing

Hipertermia yang NOC NIC


diakibatkan karena Fever treatment
proses infeksi virus 1. Suhu tubuh dalam 1. Monitor suhu sesering mungkin
rentang normal 2. Monitor IWL (insensible water
2. Nadi dan RR dalam loss)
rentang normal 3. Monitor warna dan suhu kulit
3. Tidak ada perubahan 4. Monitor tekanan darah, nadi dan
warna kulit dan tidak RR
ada pusing 5. Monitor BGA
6. Monitor intake dan output
7. Berikan anti piretik
8. Selimuti pasien dengan selimut
tipis
9. Kolaborasi pemberian cairan
intravena
10. Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
Temperature regulation
1. Monitor suhu

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Tanggal Jam Implementasi Paraf


Keperawatan /Nama
Bersihan jalan Rabu, 5 08.00          Mengkaji frekuensi/kedalaman
nafas tak efektif september pernapasan dan gerakan dada.
berhubungan 2018 Dengan Hasil : RR =  28x/menit, pernapasan
dengan inflamasi 08.05 cepat dan dangkal, fremitus menurun pada
trachea kedua paru.
bronchial,          Mengukur TTV
peningkatan Dengan hasil :
produksi sputum            TD : 130/90 mmHg
           N    : 120 x/menit
           RR : 28x /menit
08.10 S : 38,3°C
         Mengauskultasi area paru, mencatat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi
napas adventisius, mis, krekels, mengi
stridor.
08.15 Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels,
mengi, dan srtidor ada.
         Membantu pasien latihan napas dan
mengajarkan melakukan batuk
08.25 efektif, Dengan Hasil : Klien dapat
melakukan  batuk efektif dan mengeluarkan
dahak.
08.35          Melakukan Penghisapan  sekret sesuai
08.40 indikasi.
Dengan Hasil : sekret bisa keluar
08.50 menaawarkan air hangat
09.00      Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodolator, analgesik.
     Memberikan oksigen sesuai indikasi 1–2
liter/menit
    Mengawasi sinar X dada, GDA,
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan
infiltrasi meyebar, dan GDA tidak normal.
10.     

Gangguan Rabu,5 09.10 Mengidentifikasikan faktor yang


pertukaran gas september menimbulkan sesak misalnya: sputum
berhubungan 2018 banyak, pengobatan aerosol, .dispenea berat,
dengan adanya nyeri.
penumpukan Dengan Hasil : Klien sesak disebabkan
cairan pada sputum banyak.
alveoli yang 09.152.      Memberikan posisi fowler.
membuat pasien Dengan Hasil : Klien merasa lebih nyaman
susah untuk 3.      Menjadwalkan pengobatan pernapasan
mengeluarkan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
sekret. Dengan Hasil:                      
09.254.      Mengauskultasikan bunyi paru. Observasi
atau perkusi paru.
Dengan Hasil: Terdapat suara paru rensonan
5.
09.306.      Mengevaluasikan ukuran berat badan
dasar.
Dengan Hasil:BB : 61 Kg

Hipertermia yang Rabu,5 09.40 Memberikan tindakan nyaman misalnya,


diakibatkan september berikan kompres hangat pada lipatan
karena proses 2018 paha dan aksila, berikan pasien selimut
infeksi virus yang menyerap keringat
Dengan Hasil: Pasien sudah merasa agak
nyaman
09.45 Anjurkan pasien banyak minum air putih
dan meminum obatnya
Dengan Hasil: Pasien mematuhi anjuran
Memberikan obat antipiretik dan sesuai
indikasi. .       
09.55 Mententukan suhu tubuh dan kondisi
tubuh pasien,
Dengan Hasil : pasien mengalami
menggigil
13.00  Memantau tanda vital
Dengan hasil :
TD : 130/90 mmHg
 N    : 90 x/menit
RR : 28x /menit
S : 38,2°C
E. EVALUASI

Diagnose Tanggal Jam Perkembangan SOAP Paraf/Nama


keperawatan
Bersihan jalan Rabu, 5 13.30 S:
nafas tak September Wib  Klien mengatakan sudah
efektif 2018 dapat mengeluarkan dahak
berhubungan  Klien mengatakan
dengan sesaknya sudah berkurang
O:
inflamasi
trachea  Klien dapat mengeluarkan
dahaknya
bronchial,
 Krekels dan stredor (+)
peningkatan  Dispnea berkurang
produksi  TTV:
sputum o TD : 125/80 mmHg
o    N   : 100x/menit
o RR : 27x /menit
 Klien masih mendapat oksigen

A : Masalah teratasi sebagian : klien


dapat
          mengeluarkan dahak dengan efektif
dan
          sesak nafas berkurang.
P : Intervensi dilanjutkan :
 Kaji frekuensi kedalaman nafas
 Pantau terus TTV
 Auskultasi area paru
 Ingatkan kembali pasien untuk
latihan nafas dan batuk efektif
 Lanjutkan pemberian obat sesuai
indikasi
 Lanjutkan pemberian oksigen
sesuai indikasi
 Awasi GDA

Gangguan Rabu, 5 13.30 S :    


pertukaran gas September Wib  Klien mengatakan batuk
berhubungan 2018 berdahak
dengan adanya  Klien mengatakan dahaknya
penumpukan terasa lengket
cairan pada  ditenggorokkan
 Klien mengatakan tidak nafsu
alveoli yang
makan dan
membuat  hanya mampu menghabiskan ½
pasien susah porsi setiap
untuk  kali makan (pagi,siang dan
mengeluarkan malam)
sekret.  Klien mengatakan mual
 Klien mengatakan lemah

O:
 Klien tampak mengeluarkan
sputum saat batuk
 Klien tampak lemah
 Klien tampak hanya mampu
mengabiskan makanan ½ porsi
setiap kali makan
 Kulit klien tampak kering
 Turgor kulit buruk
BGA
 PH = 7,30
 PO2 =70
 PCO2 =50
 BE =1
 HCO3 =23
 Leukosit = 14.000 10ˆ3/mikrol
 BB : 61 kg
 TTV:
o TD : 125/80 mmhgs
o N    : 100 x/i
o RR : 27x /i
 Akral hangat
 Kuku pucat dan sedikit sianosis
 Mukosa bibir kering dan pucat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi Keperawatan dilanjutkan
 Indentifikasi mual
 Menjadwalkan pengobatan
 Memberikan makanan dengan
porsi kecil tapi sering
 Evaluasi terus status nutrisi
Hipertermia Rabu, 5 13.30 S:
yang September Wib  Klien mengatakan panas
diakibatkan 2018 berkurang
karena proses  Klien mengatakan badannya
infeksi virus masih lemah
O:              
 Klien tampak agak nyaman
 menggigil berkurang
 Dispneu berkurang
 TTV:
- TD : 125/80 mmHg
-          N    : 100 x/menit
- RR :  27x /menit
 S :38,3°
 Pasien tampak lebih nyaman
 Panas berkurang

A : Masalah teratasi sebagian : klien


mengatakan panas berkurang, klien
merasa agak nyaman.
P : Intervensi dilanjutkan :
 Kaji terus suhu pasien
 Pantau terus TTV
 Ingatkan kembali pasien untuk
latihan nafas dan batuk efektif
 Lanjutkan pemberian obat sesuai
indikasi
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
3.1.1 Pneumonia adalah Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan
berbagai mikroorganisme,termasuk bakteria,mikobakteria,jamur dan virus.
3.1.2 Paru – Paru adalah bagian koonduksi sistem pernafasan fungsi utama adalah
pertukaran oksigen dan karbondioksida.
3.1.3 Penyebab Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan
berbagai mikroorganisme,termasuk bakteria,mikobakteria,jamur dan virus.
3.1.4 Klarifikasi Pneumonia adalah tipikal ,bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris
dengan opasitas lobus atau lobularis.

3.1.5 Proses terjadinya penyakit Pneumonia adalah Reaksi inflamasi dapat terjadi di
alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu difusi oksigen dan
karbon dioksida.
3.1.6 Gejala pneumonia adalah Disters respirasi mendadak, dipsnea, sianosis, batuk,
hipoksemia dan diikuti tanda infeksi sekunder.
3.1.7 Diagnostik untuk pneumonia adalah dengan photo thorax, pengambilan sputum,
melihat hasil Gas dalam darah.
3.1.8 Pemeriksaan Fisik pada penyakit pneumonia dengan Inpeksi,Palpasi, Perkusi
dan Auskultasi.
3.1.9 Komplikasi pada penyakit pneumonia Pengobatan di berikan berdasarkan
etiologi dan resistensi
3.1.10 Asuhan Keperawatan untuk mengkaji status kesehatan pasien.
3.2 SARAN
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya
tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang
menyerang saluran pernapasan. Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi
pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidak seimbangan
antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
berakibat timbulnya infeksi penyakit. Oleh karena itu sangat di perlukan menjaga
daya tahan tubuh dengan memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh. Dan
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor-faktor pencetus
dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah parah. Penderita
pneumonia disarankan untuk menghindari merokok, tidak minum-minuman yang
mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S. C., Bare, B, G., Himkle, J. L., & Cheever, K. H. Reever, sitekno. (2010).
Brunner and Suddarth’s textbook off medical surgical nursing ( 12 th ed). Philadelphia:
Lippincott Wililiams & Wilkins.
Peto L, Nadjm B, Horby P, Ngan TTD, van Doorn R, Kinh N Van, et al. The bacterial
aetiology of adult community-acquired pneumonia in Asia: a systematic review. Trans R Soc
Trop Med Hyg. 2014 Jun 1;108(6):326–37.

Sitekno. 2010. Anatomi Dasar Tubuh Manusia. http:// anatomi-dan-fisiologi-manusia//


ShidiqWidiyanto.htm.Diakses pada tanggal 19 Agustus 2016.Pearce, Evelyn., faucu,
muttaqin, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

(Smeltzer, S.C , Bare, B, G., Hinkle, J.L.,& Cheever, K.H. (2010)). Brunner and Suddarth’s
textbook of medical surgical nursing(12 ͭ ͪ ed) .
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penaduluan dan Asuhan Keperawatan pada PNEUMONIA telah disetujui dan
disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Pare , 12 September 2018

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Diana Rachmania, S.Kep.,Ns.,M.Kep.


LEMBAR KEASLIAN MAKALAH

Dengan ini kami menyatakan bahwa :

Kami mempunyai copy dari makalah ini yang bisa kami preduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak makalah ini adalah hasil karya kami sendriri bukan
merupakan karya orang lain kecuali yang telah dituliskan dalam refensi, serta tidak ada
seorangpun yang membuat makalah ini untuk kami.

NAMA NIM TANDA TANGAN


Laila Aminatuzuriah (201701067) 1

Maheswari Kirana Putri (201701072) 2

Muhammad Efendi (201701078) 3

Noviana Sari Widyanto (201701083) 4

Pupun Gandi Anandia (201701088) 5

Risti Agustina (201701093) 6

Rosiana Pujiasih (201701098) 7

Selly Juwita Sari (201701103) 8

Sri Wahyuningtiyas Kumalasari (201701108) 9

Uria Rizki Pangestu (201701113) 10

Winda Hesty Anggraini (201701118) 11

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sanksi sesuai peraturan yang berlaku :

Pare, 12 September 2018

No Aspek Yang Bobot Nilai Kriteria Penilaian Nilai


Dinilai Maks
1 Pendahuluan 2% 2 Menjelaskan topic, tujuan dan
makalah sepervisial
2 Laporan analisis 5% 5 Laporan tugas dan serta lengkap

Masalah

3 Intervensi 16% 16 Penjelaskan teori konsep dasar


keperawatan yang keperawatan/fisiologi/patologi
diusulkan terkait analisa peran perawatdalam
intervensi sera terkait intervensi
dengan proses keperawatan
pengalaman atau realita di klirik dan
gap literature review ide logis dan
hasil pembahasan literature yang
digunakan terkini dan berkualitas
serta extensi
4 Kesimpulan 2% 2 Menyimpulkan makalah dan menulis
reflensi kritik jurnal
5 Pengurangan nilai 7.5% -7.5 Nilai akan mendapatkan
pengurangan jika criteria tidak
terpenuhi :

- Jumlah halaman < 10 atau lebih


dari 20 halaman (batas toleran 10)
- Tidak mengikuti referensi yang
benar
- Penulisan bahasa Indonesia yang
baik serta tanda baca
Nilai Maksimal 25
LEMBAR PENILAIAN MAKALAH

Presentasi kelompok ( 5%)

No Aspek yang dinilai prosentase Nilai


1 Kemampuan menemukakan 1
intisari makalah

2 Kemampuan menggunakan media 1


dan IT

3 Kontribusi yang bermanfaat bagi 2


kelompok

4 Kemampuan diskusi (responsive, 5


analisis)

Total nilai maksimum 5

Soft yang dinilai selama diskusi : team work, berfikit kritis, komunikasi.

Komentar fasilitator :

Anda mungkin juga menyukai