Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN DASAR

MINGGU 1
ANALISA TINDAKAN
“PEMASANGAN INFUS”

OLEH:

DESRIYANI SAPUTRI
C05171322
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
A. Deskripsi kasus

Seorang pasien laki-laki bernama Tn. M berusia 40 tahun di rawat Pusat


Jantung Paru lantai 4 ruangan Atrium 420 bed 5 dengan diagnosa medis Rupture av
shunt regionantebratal dextra.
Hasil Pengkajian : Pasien tampak pucat dan pasien tampak lemas disertai
membrane mukosa kering, akral teraba dingin dan turgor kulit yang buruk. Pasien
dipersiapkan untuk pemberian transfusi darah dengan infus pump.
Tindakan Keperawatan : Pemasangan Infus

 Nama : Tn.M

 Usia : 40 tahun

 Diagnosa medis : Rupture av shunt regionantebratal dextra

 Tanggal dilakukan : 30 Juli 2022

B. Diagnosa Keperawatan

1) Data Objektif
 Pasien tampak lemas

 Turgor kulit buruk

 Mukosa kering

 Akral dingin

2) Data subjektif

 Keluarga pasien mengatakan nyeri pada bagian tangan kanan

C. Diagnosa Keperawatan

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


D. Tujuan tindakan
- Meningkatkan volume darah sirkulasi
E. Prosedur dan rasional tindakan

Alat dan bahan pemasangan infus :


a. Cairan infus NaCl 0,9%
b. Abbocath 20 G
c. Infus set

d. Alkohol swab
e. Handscoeen disposibel
f. Tourniquet
g. Hypafix
h. Kasa
i. Perlak/pengalas
j. Bengkok
k. Standar infus

No Prosedur Tindakan Rasional Tindakan

1. Mencuci tangan Kebersihan tangan mencegah transmisi


mikroorganisme.

2. Melakukan komunikasi terapeutik Untuk membina hubungan saling


kepada pasien percaya antara perawat dan pasien
3. Mengonfirmasi identitas pasien Memastikan perawat memiliki pasien
menggunakan dua pengidentifikasi yang benar dan sesuai dengan standar
Pasien lembaga untuk identifikasi pasien.
4. Melakukan kontrak waktu, tempat, dan Memudahkan perawat dalam
topic melakukan rencana tindakan
selanjutnya dan memberi kesiapan
pada pasien kapan dan dimana
tindakan ingin dilakukan
5. Menjelaskan prosedur dan tujuan yang Menjelaskan prosedur dan tujuan yang
akan dilakukan yaitu pemasangan infus akan dilakukan yaitu pemasangan infus
serta meminta persetujuan pasien serta meminta persetujuan pasien
6. Membawa peralatan pemasangan infus Untuk memudahkan perawat dalam
kedekat pasien melakukan prosedur
7. Mengatur posisi pasien Memberikan posisi senyaman mungkin
bagi pasien dan tidak menyulitkan
perawat dalam pemasangan infus
8. Memasang perlak dan alasnya di daerah Mencegah cairan yang keluar (darah) Tidak dilakukan
yang akan di infus agar tidak menodai seprei saat
pemasangan infus
9. Membuka tutup botol cairan dan Menghubungkan cairan dengan selang
tusukkan selang infus ke botol. infus
10. Mengalirkan cairan dengan membuka Untuk mengeluarkan udara di selang
klem selang infus setelah dialirkan tutup infus dan mencegah kontaminasi
kembali klem infus dan melindungi
ujungnya. Gantung botol infus pada
tiang infus.
11. Menentukan ukuran abocath yang Untuk menyesuaikan ukuran abocath
Sesuai dengan ukuran vena
12. Memasang tourniquet 5-15 cm di atas Memudahkan vena dapat terlihat pada
Vena daerah yang akan di infus
13. Memilih vena yang lurus dan tidak Agar mudah dilakukan penusukan dan
becabang tepat pada sasaran vena tersebut.
14. Memasang sarung tangan steril Untuk menghindari terjadinya infeksi
nosokomial.
15. Mendesinfeksi area yang akan di lakukan Menjauhkan mikrooganisme dari pusat Melakukan desinfeksi tidak secara
penusukan dengan menggunakan penusukan sirkular
alcohol swab secara sirkular. Tunggu
sampai kering
16. Menginstruksikan pasien untuk menarik Pasien merasa siap untuk dilakukan
napas dalam melalui hidung dan pemasangan infus
menghembuskannya melalui mulut
karena akan dilakukan penusukan
17. Membuka jarum abbocath, pegang dengan Memasukkan abbocath secara tepat
tangan dominan, insersi jarum dengan pada vena pasien
sudut 15-450 dengan lubang jarum
menghadap keatas. Menahan vena yang
akan ditusuk 2-3 cm di bawah tempat
penusukan dengan tangan non dominan.
Tusuk dan masukkan
jarum perlahan-lahan
18. Bila sudah pasti masuk kedalam vena, Memasukkan abbocath secara tepat
menarik jarum sampai dengan keluar pada vena pasien
darah kemudian memasukkan sisa kanul
secara perlahan sampai pangkalnya
19. Melepaskan tourniquet dan sambungkan Mengembalikan kondisi vena dan
abbocath dengan selang infus kemudian mengalirkan cairan infus ke dalam
alirkan cairan dengan membuka klem tubuh pasien
Infus
20. Melakukan fiksasi pada infus dengan Agar tidak mudah terlepas
menggunakan plester
21. Mengatur tetesan infus Untuk menyesuaikan dengan terapi
yang ditentukan
22. Mengatur posisi daerah yang di infus Untuk memberi kenyamanan pada
Pasien
23. Merapikan alat (menutup jarum, dan Mencegah cedera akibat jarum
mengambil sampah-sampah lainnya) disengaja dan menjaga tempat pasien
tetap bersih
24. Melepaskan sarung tangan dan mencuci Akan mengurangi transmisi
Tangan mikroorganisme
25. Evaluasi respon pasien Mengetahui perasaan pasien setelah
dilakukan tindakan
26. Melakukan dokumentasi yang telah Dokumentasi jenis cairan, jumlah
dilakukan tetesan, waktu pemasangan, nomor
kanul IV dan respon pasien, sebagai
pertanggung jawaban atau bukti
perawat telah melakukan tindakan
F. Prinsip tindakan yang wajib di kerjakan (Must to do)

a. Pemilihan lokasi penusukan/ penempatan jarum abocath. Dalam pemasangan


abocath diperlukan skill yang memadai dan pemilihan lokasi dimana abocath
yang dipasang pada daerah lekukan sering mengakibatkan phlebitis bila pasien
banyak gerak (Amirullah, 2017).

b. Pada saat melakukan fiksasi pastikan kanula abbocath tidak mudah bergeser
atau tercabut. Penggunaan kanula akibat fiksasi yang tidak kuat menyebabkan
pergerakan pada kanula sehingga membuat pembuluh darah menjadi iritasi
(NingTias L. A, 2016)

c. Pastikan selang infus tidak terdapat udara atau selang yang tertekuk yang dapat
memicu terjadinya emboli udara yaitu penyumbatan yang tiba-tiba dari
pembuluh darah vena oleh bekuan darah atau benda asing lain seperti udara ke
dalam aliran darah. Hal ini ditandai dengan palpitasi, kelemahan, dispnea,
takipnea dan sianosis. (Paturungi. E, 2013).

G. Analisa berdasarkan EBP


Pada pelaksanakan pemasangan infus perawat harus melakukan teknik aseptik
dalam melakukan pemasangan infus dan pemberian terapi melalui selang infus dengan
menggunakan desinfektan, teknik aspetik yaitu melakukan desinfektan dengan baik dan
benar pada area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol/alcohol swab, dapat
mencegah terjadinya flebitis (Melania, Tat, & Tahu, 2020). Perawat harus melakukan
teknik aseptik dalam melakukan pemasangan infus dan pemberian terapi melalui selang
infus dengan menggunakan desinfektan untuk mengurangi mikroorganisme pada daerah
penusukan yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada luka bekas penusukan.
Perlu dilakukan apusan antiseptik untuk membersihkan sisi insersi dengan
menggosokkan apusan dan biarkan hingga antiseptik mengering dan jangan menyentuh
area yang telah dibersihkan jika menggunakan teknik steril, anti septik harus dibiarkan
dengan sendirinya mengering untuk mengurangi jumlah mikroba dengan efektif, Jika
jari menyentuh area yang telah dibersikan, maka area tersebut perlu dibersikan lagi
(Potter & Perry, 2010).
Desinfeksi adalah istilah umum dari tindakan atau upaya destruktif membunuh
mikroba pathogen dengan memanfaatkan bahan kimia, baik yang ada pada jarigan hidup
maupun yang ada pada benda mati. Menurut (Potter & Perry, 2010) juga teknik
desinfeksi pada area yang akan dipasang infus dengan cara membersihkan tempat
insersi dengan kuat, terkonsentrasi dan dengan gerakan sirkuler dari tempat insersi ke
daerah luar dengan menggunakan larutan yodium-providon dan dibiarkan kering
sendiri. Namun, masih banyak perawat yang melakukan kesalahan ketika melakukan
desinfeksi karena kesecenderungan melakukan desinfeksi dengan gerakan naik turun
secara berulang. Hal ini memungkinkan daerah yang sebelumnya dibersihkan kembali
terkontaminasi akibat gerakan yang berulang (Hutapea, Pertiwi, Manik, & Patrisia,
2019).
Desinfektan dengan alkohol swab yang tidak dilakukan dengan tepat dapat
menyebabkan terjadinya flebitis. Flebitis adalah peradangan pada tunika intima vena
yang merupakan komplikasi dari pemberian terapi intravena (IV). Flebitis juga diduga
sebagai dampak dari kurangnya hygiene pada area pemasangan infus akibat dari
kontaminasi terhadap kuman dan bakteri. flebitis bakterial (bacterial phlebitis) yang
disebabkan oleh infeksi bakteri yang diakibatkan ketidakadequatan teknik aseptik
selama pemasangan kanul kateter (Melania, Tat, & Tahu, 2020).
Selain itu, tidak ada ketersediaan perlak. Selain faktor fasilitas RS yang belum
memadai, perawat tidak memperhatikan persiapan alat tersebut. Hal ini dikarenakan
perawat menganggap bahwa dalam kondisi pemasangan infus tidak memerlukan alat
tersebut akibat sudah menjadi pekerjaan rutin biasa. Sehingga merasa tidak perlu
mempersiapkan semua alat sesuai prosedur atau SOP (Herlina, Shoimatul, Pandiangan,
& Syam, 2018).

H. Daftar Pustaka

Amirullah, A., Erika, K. A., & Patellongi, I. (2018). Evaluasi Teknik Pemasangan
Infus dan Insiden Phlebitis di RSUD HA. Sulthan Daeng Radja Bulukumba.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(1), 53-41.

Herlina, N., Shoimatul, S., Pandiangan, S., & Syam, F. (2018, Juni). Hubungan
kepatuhan SPO pemasangan infus dengan kejadian plebitis di RSUD A. Wahab
Sjahranie Samarinda 2015. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(1), 60-69.

Hutapea, S., Pertiwi, Y., Manik, M., & Patrisia, I. (2019). Gambaran Pelaksanaan
Standar Prosedur Operasional Pemasangan Akses Intravena oleh Perawat di Satu
Rumah Sakit Swasta Indonesia Bagian Tengah. Nursing Current, 7(2), 68-77.

Melania, M. Y., Tat, F., & Tahu, S. K. (2020, September). Hubungan Kepatuhan
Perawat Dalam Implementasi SOP Pemberian Cairan/Elektrolit Melalui
Intravena (IVFD) dengan Kejadian Flebitis di RSUD S.K. Lerik Kota Kupang.
CHMK Nursing Scientific, IV(3), 289-295.
NingTias, L. A. (2016). Korelasi Kepatuhan Kewaspadaan Universal Pada
Pemasangan Infus Dengan Kejadian Plebitis Di RSUD Dr. Soedarso
Pontianak. Jurnal ProNers, 4(1).
Paturungi, E. (2013). Analisis Kinerja Perawat Dalam Pengendalian Kejadian
Flebitis di Ruang rawat inap RSUD Syeikh Yusuf Kabupaten Gowa. Doctoral
dissertation, Universitas Hassanuddin.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan (7 ed.). Singapore:
Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai