Anda di halaman 1dari 19

HIV (HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS)

OLEH:

Desriyani Saputri
R014221056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

1
A. Definisi HIV
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan jenis retrovirus
yang mempunyai kekhasan pada gejala dalam menginfeksi sel-seldari
system kekebalan tubuh dengan cara merusak atau menghancurkan
limfosit T-helper atau disebut dengan limfotropik. HIV adalah virus
yang menyerang sel darah putih yang menyebabkan penurunan
antibodi. Sedangkan, Acuired Immunedeficiency Syndrome merupakan
gejala penyakit yang timbul akibat penurunan antibodi akibat HIV
(Rahima, Irawan, Fauzia, Hartinah, & Fadilah, 2019). Perjalanan
penyakit HIV tergolong unik karena memiliki masa inkubasi yang
sangat panjang yaitu mulai dari stadium I window periode 1-6 bulan,
stadium II HIV Asimptomatik 5-10 tahun, stadium III HIV dengan
gejala penyakit >1 bulan, stadium IV AIDS dengan CD4 < 200 1-2
tahun.
B. Etiologi
Penyebab utama HIV adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV).
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1) Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
2) Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala
flulikes illness.
3) Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala
tidak ada.

2
4) Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala
demam,keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah,
rash, limfadenopati, lesi mulut.
5) AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan
tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita.
Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi HIV.
3. Orang yang ketagian obat intravena
4. Partner seks dari penderita AIDS
5. Penerima darah atau produk darah (transfusi)
C. Patofisiologi
Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu
singkat, virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya
terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih
yang 14 disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel
yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus
yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang
disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker
atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama
sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel
CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan
dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B,
makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu
menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga
terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi

3
dan kanker. Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T
penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang
sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa
bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%.
Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain
karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah.
Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu
meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam
darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita.
Perusakan sel CD4+ dan 15 penularan penyakit kepada orang lain terus
berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang
rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang stadium. Jika
kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan
terhadap infeksi. Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi
limfosit B (limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan
produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk
melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak
banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik.
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam
mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang. perjalanan
penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya
26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif.
(Hidayati et al., 2019).
D. Manifestasi Klinis
1) Gejala Mayor :
- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
- Demensia / HIV ensefalopati
2) Gejala Minor :

4
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata
- Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
- Kandidias orofaringeal
- Herpes simpleks kronis progresif
- Limfadenopati generalisata
- Retinitis virus sitomegalo

E. Penatalaksanaan
1) Penatalaksaan Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :
a) Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan
menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
b) Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk
penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat
ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase.
AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 >
500 mm3
c) Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan
aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus /
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini
adalah : - Didanosin - Ribavirin - Diedoxycytidine - Recombinant
CD 4 dapat larut
d) Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan
vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit

5
khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang
proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman
dan keberhasilan terapi AIDS.
2) Penatalaksanaan diet untuk penderita HIV/AIDS (UGI:2012) adalah
 Tujuan Umum Diet Penyakit adalah: Memberikan intervensi gizi
secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan
gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
 Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
a) Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
b) Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang
terlihat pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia,
perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan
menelan.
c) Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
d) Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama
jaringan otot).
e) Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang
adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang
diberikan.
 Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:
a) Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan
faktor stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan
energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1°C.
b) Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan
mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein
disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
c) Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis
lemak disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada
malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang
(Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak
omega 3) diberikan bersama minyak MCT dapat memperbaiki
fungsi kekebalan.

6
d) Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka
Kecukupan Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, 25
B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila
perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis
harus dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh.
e) Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
f) Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan
gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan
diberikan bertahap dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi
cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi
thick fluid) dan cair (thin fluid).
g) Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu
diganti (natrium, kalium dan klorida).
h) Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal
ini sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan,
dengan melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi
penurunan berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian
makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama atau
makanan selingan.
i) Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering
j) Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara
mekanik, termik, maupun kimia.
F. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian Komprehensif (Lewis D. , 2014):
1) Subjektif:
a) Keluhan utama
b) Riwayat penyakit sebelumnya termasuk gejala-gejala yang pernah
di alami (identifikasi gejala di setiap sistem).
c) Kaji perilaku berisiko pasien Seperti penggunaan obat, kekerasan
dalam keluarga, penggunaan alkohol
d) Kaji faktor risiko penyebab terjadinya HIV

7
- Riwayat transfusi darah
- Riwayat Penggunaan peralatan penggunaan obat dengan orang
lain (sharing equipment)
- Riwayat seksual : Berapa banyak pasangan yang berbeda yang
anda kenal dalam waktu dekat ini? Apakah anda melakukan seks
dengan laki-laki atau perempuan (keduanya)? Laki-laki/
perempuan: melalui vagina, anus, oral (insertive atau receptive
- Pernahkan mengalami penyakit menular seksual (Baimana
mendapatkannya?
e) Kaji riwayat penggunaan kontrasespsi------ Papsmear
f) Kaji penggunaan obat termasuk apakah alergi atau tidak
g) Kaji efek samping penggunaan obat
h) Kaji adanya penyakit kronis termasuk management yang
komprehensif (screening TB)
i) Gejala umum seperti nyeri
Respon positif dapat diikuti dengan wawancara mendalam terhadap
pasien terkait faktor risiko yang teridentifikasi.

2) Objektif
a) Pengkajian fisik secara umum
Apakah terlihat Sakit?, postur tubuh, kondisi umum,kondisi umum,
berat badan, cara berpakaian, penglihatan dan pendengaran, kondisi
mental (orientasi, suasana hati, memori, prilaku) kondisi abnormal
(suara, gerakan, bau).
b) Data dasar
- Tinggi badan pada saat kunjungan pertama kali
- Berat badan (BMI)----MUAC—Mic Upper Arm Circumstances
(LiLA jika hamil) identifikasi penurunan berat badan
- TTV
c) JACCOL (Jaundice, Anemia, Cyanosis, Clubbing, Oedema,,
Limphadenophaty)
d) Pemeriksaan setiap sistem:

8
- Kulit: Lesi, perubahan warna kulitmucosa biasanya ada blister.
- Kepala dan leher: Pembesaran kelenjar thyroid
- Mata: konjungtivitis
- THT : Oral candidiasis, ulcer, kemerahan pada tenggorokan, ada
pus dari hidung /telinga, masalah pada kanal telinga
- Kardiovaskuler: murmur, Peningkatan JVP
- Respirasi: Pergerakan dada tidak simestis, bunyi pernafasan:
wheezing krepitasi.
- Payudara: M/L mengalami abnormalitas
- Genitourinari: ulserasi, kutil, discharge, perdarahan, pembesaran
kelenjar limfe
- Abdomen: ada massa tau tidak, tenderness, pembesaran hati
- Muskuloskeletal/neurologis: Kekuatan neuropati perifer, refleks.
e) Pemeriksaan laboratorium
- Fungsi immune: CD 4
- Skrining infeksi
- Fungsi ginjal
- Fungsi hati
- Hb dan lekosit termasuk diferensiasi
- Cholesterol dan triglyceride
- Viral load
- Electrolit
- TB: sputum, genexpert

9
G. WOC 1. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi HIV.
2. Orang yang ketagian obat intravena
Hubungan seks berisiko
3. Penerima darah atau produk darah
1. perilaku seks menyimpang misalnya lelaki homoseksual atau biseks.
(transfusi)
2. Partner seks dari penderita AIDS
4. Needle stik Injury
3. berganti ganti pasangan
5. penggunaan Narkoba suntik bergantian
6. jarum bekas tato
sperma dari penderita yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh pasangan
melalui membrane mukosa oral, anal, vaginal yang mengalami lesi saat
berhubungan

Transmisi HIV ke dalam tubuh melalui darah, cairan vagina/sperma ASI / cairan tubuh ibu yg infeksius

Pengikatan gp120 HIV dengan reseptor membran T Helper + CD4

Fusi / peleburan membran virus dengan membran sel T Helper + CD 4

Enzim reverse transcriptase


RNA HIV  cDNA

Enzim integrase

Transkripsi mRNA dan translasi menghasilkan protein struktural virus

Enzim protease
Merangkai RNA virus dengan protein-protein yang baru dibentuk

10
Terbentuk virus - virus HIV yang baru dalam tubuh

Reaksi antigen Pelepasan mediator


Replikasi perkembangan HIV dalam cairan tubuh antibodi kimiawi (pirogen)
Ansietas
NOC: Tingkat Depresi (1208)
NIC: Peningkatan Koping Perubahan status kesehatan hipotalamus
penurunan system imun progresif
(5230)
INFEKSI OPORTUNISTIK Peningkatan suhu thermostat

Gastrointestinal
Respiratori Demam
Dermatolog Neurologi
Infeksi salmonella i
Infeksi jamur Infeksi paru (TBC, Hipertermi
Terdapat ruam, Menyerang SSP,
Candida pada pneumonia) NOC: Kontrol Risiko
bakteri hidup vesikula, kulit kering perifer, autonom
saprofit menjadi organ pencernaan menetap di : Hipertermia (1922)
dan pecah-pecah NIC: Pengaturan
saproba saluran cerna kerusakan Suhu (3900)
hifa hidup (plak) di Neuropati perifer
Gangguan Citra membrane alveolar
hifa menempel pada saluran pencernaan Tubuh
lambung (plak) perforasi NOC: Citra Tubuh kelemahan, mati
saluran rongga peningkatan sekresi mucus
gaster, (1200) rasa ekstremitas,
mulut,lidah, esofagus peradangan saluran cerna tukak NIC: Peningkatan
akibat multiplikasi bakteri hipotensi ortostatik
lambung Citra Tubuh (5220) obstruksi jalan napas
Kerusakan membrane dan atau jamur
mukosa oral, kerusakan penurunan fungsi
pada N. glosofaringeus Nyeri Akut keseimbangan penurunan suplai O2 ke paru
dan N. Vagus peningkatan sekresi nyeri kuadran NOC : Kontrol Nyeri
mekanika tubuh
cairan lambung kiri atas NIC : Manajemen Nyeri
peningkatan RR, Dispnea
disfagia, gangguan dalam Risiko Jatuh
hiperperistaltik, Diare NOC : tingkat Jatuh
pengecapan (rasa), sekresi NIC : Manajemen Ketidakefektifan Pola Napas
makanan cepat SLKI : Eliminasi Fekal
saliva menurun terjadi terdorong ke usus besar SIKI : Manajemen Diare lingkungan NOC: Status Pernafasan (0415)
dalam waktu lama NIC: Monitor Pernafasan (3350)

penurunan nafsu makan, Ketidakseimbangan nutrisi: kurang terjadi dalam waktu


Intoleransi aktivitas
mulut bau, penurunan BB dari kebutuhan tubuh lama : mudah lelah, Risiko Luka Tekan
NOC: Toleransi Terhadap
NOC: Status Nutrisi : Asupan kelemahan, keletihan, Aktivitas (0005) SLKI: Integritas Jaringan: Kulit &
Nutrisi (1009) umum, anemia, NIC :Terapi Aktivitas Jaringan 11
NIC: Manajemen Nutrisi (1100) massa otot menurun (4301) SIKI: Pencegahan Luka Tekan
12
b. Rencana Asuhan Keperawatan
DIAGNOSA OUTCOME INTERVENSI
1. Hipertermi Kontrol Risiko : Pengaturan Suhu (3900)
Domain 11, kelas 6 Hipertermia (1922) Aktivitas-aktivitas :
Batasan karakteristik : 1. Mengidentifikasi 1. Monitor suhu paling
1. Gelisah faktor risiko tidak setiap 2 jam,
2. Kulit terasa hangat hipertermia sesuai kebutuhan
Faktor yang berhubungan : - 2. Mengenali faktor 2. Monitor suhu dan
Penyakit ririsko individu warna kulit
terkait hipertermia 3. Monitor dan laporkan
3. Mengidentifikasi adanya tanda dan
tanda dan gejala gejala dari hipotermia
hipertermia 4. Informasikan
4. Memonitor mengenai indikasi
lingkungan terkait adanya hipotermia
faktor yang dan penanganan
meningkatkan suhu emergensi yang tepat,
tubuh sesuai kebutuhan
5. Mempertahankan 5. Gunakan matras
keutuhan kulit pendingin, selimut
6. Mnyesuaikan suhu yang mensirkulasikan
untuk air, mandi air hangat,
menghangatkan kantong es batu
tubuh bantalan jel, dan
katerisasi pendingin
intravaskuler untuk
menurunkan suhu
tubuh, sesuai
kebutuhan
6. Sesuaikan suhu
lingkungan untuk
kebutuhan pasien.
2. Ansietas Kontrol Kecemasan Diri Pengurangan Kecemasan
Domain 9, kelas 2 (1402) (5820)
Batasan karakteristik : 1. Memantau intensitas Aktivitas-aktivitas :
Perilaku kecemasan 1. Gunakan pendekatan
1. Gelisah 2. Mengurangi yang tenang dan
2. Insomnia penyebab kecemasan meyakinkan
3. Mengekspresikan 3. Merencanakan 2. Berada di sisi klien
kekhawatiran karena strategi koping untuk untuk meningkatkan
perubahan dalam situasi yang rasa aman dan
peristiwa hidup menimbulkan stress mengurangi
Afektif 4. Menggunakan teknik ketakutan

13
4. Distress relaksasi untuk 3. Dorong keluarga
5. Kesedihan yang mengurangi untuk mendampingi
mendalam kecemasan klien dengan cara
6. Putus asa 5. Mempertahankan yang tepat
7. Sangat khawatir hubungan sosial 4. Puji/kuatkan perilaku
Faktor yang berhubungan : 6. Mempertahankan yang baik secara
8. Ancaman kematian tidur adekuat tepat
9. Perubahan besar (mis: 7. Mengandalkan 5. Identifikasi pada saat
status ekonomi, respon kecemasan terjadi perubahan
lingkungan, status tingkat kecemasan
kesehatan, fungsi peran, 6. Berikan aktivitas
status peran) pengganti yang
bertujuan untuk
mengurangi tekanan
7. Atur penggunaan
obat-obatan untuk
mengurangi
kecemasan secara
tepat
8. Kaji untuk tanda
verbal dan non verbal
kecemasan.
3. Ketidakseimbangan Status Nutrisi : Asupan Manajemen Nutrisi (1100)
nutrisi: kurang dari Nutrisi (1009) Aktivitas-aktivitas :
kebutuhan tubuh 1. Asupan kalori 1. Tentukan status gizi
Domain 2, kelas 1 2. Asupan protein pasien dan
Batasan karakteristik : 3. Asupan lemak kemampuan pasien
1. Diare 4. Asupan karbohidrat untuk memenuhi
2. Penurunan berat badan 5. Asupan vitamin kebutuhan gizi
dengan asupan makanan 6. Asupan mineral 2. Berikan pilihan
adekuat > 10 % dalam 7. Asupan zat besi makanan sambil
sebulan 8. Asupan kalsium menawarkan
Faktor yang berhubungan : bimbingan terhadap
3. Kurang asupan makanan pilihan makanan
yang lebih sehat jika
diperlukan
3. Anjurkan pasien
terkait dengan
kebutuhan makanan
tertantu berdasarkan
perkembangan atau
usia (mis:
peningkatan kalsium,
protein, cairan, dan
kalori untuk wanita
menyusui,

14
peningkatan asupan
serat untuk mencegah
konstipasi pada orang
dewasa yang lebih
tua)
4. Monitor kalori dan
asupan makanan
5. Anjurkan pasien
untuk memantau
kalori dan intake
makanan (mis: buku
harian makanan).
4. Nyeri Akut Kontrol Nyeri (1605) Manajemen Nyeri (1400)
Domain 12, kelas 1 1. Mengenali kapan Aktivitas-aktivitas :
Batasan karakteristik : nyeri terjadi 1. Gali pengetahuan dan
1. Fokus menyempit 2. Menggunakan kepercayaan pasien
(mis:persepsi waktu, tindakan pencegahan mengenai nyeri
proses berpikir, interaksi 3. Menggunakan 2. Pertimbangkan
dengan orang dan tindakan pengaruh budaya
lingkungan) pengurangan nyeri terhadap respon nyeri
2. Mengekspresikan tanpa analgesic 3. Tentukan akibat dari
perilaku (mis:gelisah, 4. Menggunakan pengalaman nyeri
merengek, menangis, analgesic yang terhadap kualitas
waspada) direkomendasikan hidup pasien (mis,
Faktor yang berhubungan : 5. Menggunakan tidur, nafsu makan,
3. Agens cedera biologis sumber daya yang pengertian, perasaan,
(mis,infeksi, iskemia, tersedia hubungan, performa
neoplasma) 6. Mengenali apa yang kerja dan tanggung
terkait dengan gejala jawab peran)
nyeri 4. Ajarkan prinsip-
7. Melaporkan nyeri psirnsip manajemen
yang terkontrol nyeri
5. Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasika
n tindakan penurunan
nyeri nonfarmakologi
sesuai kebutuhan.
5. Ketidakefektifan pola Status Pernafasan (0415) Monitor Pernafasan (3350)
nafas 1. Frekuensi pernafasan Aktivitas-aktivitas :
Domain 4, kelas 4 2. Irama pernafasan 1. Monitor kecepatan,
Batasan karakteristik : 3. Kedalaman inspirasi irama, kedalaman dan
1. Pola napas abnormal 4. Suara auskultasi kesulitan bernafas

15
(mis, irama, frekuensi, nafas 2. Monitor pola nafas
kedalaman) 5. Kepatenan jalan (mis: bradipnue,
Faktor yang berhubungan : nafas hiperventilasi,
2. Ansietas 6. mendesah pernafasan kusmaul,
3. Keletihan pernafasan 1:1,
apneustik, repirasi
biot, dan pola ataxic)
3. Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan
dan kekurangan
udara pada pasien
4. Monitor keluhan
sesak nafas pasien,
termasuk kegiatan
yang meningkatkan
atau memperburuk
sesak nafas tersebut
5. Berikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan
(mis:nebulizer)
6. Intoleransi aktivitas Toleransi Terhadap Terapi Aktivitas (4301)
Domain 4, kelas 4 Aktivitas (0005) : Aktivitas-aktivitas :
Batasan karakterisitik : 1. Frekuensi pernafasan 1. Bantu klien untuk
1. Keletihan ketika beraktivitas mengeksplorasi
2. Respon tekanan darah 2. Warna kulit tujuan personal dari
abnormal terhadap 3. Kemudahan dalam aktivitas-aktivitas
aktivitas melakukan aktivitas yang biasa dilakukan
Faktor yang berhubungan : hidup harian (misalnya bekerja)
3. Gaya hidup kurang gerak (Activities of Daily dan aktivitas yang
Living/ ADL) disukai
2. Dorong aktivitas
kreatif
3. Instruksikan klien
dan keluarga untuk
mempertahankan
fungsi dan kesehatan
terkait peran dalam
beraktivitas secara
fisik, sosial, spiritual,
dan kognisi.
4. Berikan kesempatan
keluarga untuk
terlibat dalam
aktivitas dengan cara
yang tepat

16
5. Monitor respon
emosi, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap
aktivitas.
7. Gangguan citra tubuh Citra Tubuh (1200) Peningkatan Citra Tubuh
Domain 6, kelas 3 1. Gambaran internal (5220)
Batasan karaktersitik : diri Aktivitas-aktivitas :
1. Gangguan pandangan 2. Kesesuaian anatara 1. Gunakan bimbingan
tentang tubuh seseorang realitas tubuh dan antisipasi
(mis, penampilan, ideal tubuh dengan menyiapkan pasien
struktur, fungsi) penampilan tubuh terkait dengan
2. Menolak menerima 3. Sikap terhadap perubahan-perubahan
perubahan penggunaan strategi citra tubuh yang telah
3. Peresaan negative untuk meningkatkan diprediksikan
tentang tubuh penampilan 2. Bantu pasien untuk
4. Perubahan lingkungan 4. Kepuasan dengan mendiskusikan
sosial penampilan tubuh perubahan-perubahan
Faktor yang berhubungan : 5. Sikap terhadap bagian tubuh
5. Penyakit penggunaan strategi disebabkan adanya
6. Perubahan persepsi diri untuk meningkatkan penyakit atau
7. Program pengobatan fungsi tubuh pembedahan, dengan
6. Penyesuaian cara yang tepat
terhadap perubahan 3. Bantu pasien
fungsi tubuh memisahkan
7. Penyesuaian penampilan fisik dari
terhadap perubahan perasaan berharga
status kesehatan secara pribadi,
dengan cara yang
tepat
4. Monitor apakah
pasien bisa melihat
bagian tubuh mana
yang berubah
5. Tentukan persepsi
pasien dan keluarga
terkait dengan
perubahan citra diri
dan realitas
6. Gunakan latihan
membuka diri dengan
kelompok remaja
atau yang lain yang
sangat kesal pada
atribut fisik yang
normal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, C. W., W, M. A., & Pujiastuti, P. (2016). Gambaran Status Kebersihan Rongga
Mulut dan Status Gingiva pasien RSGM Universitas Jember Tahun 2015. E-Jurnal
Pustaka Kesehatan, 4(3), 525–532.
Aptriani R, Fridayenti, Barus A. Gambaran Jumlah CD4 pada Pasien HIV/AIDS di Klinik VCT
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode Januari-Desember 2013. J Online Mhs.
2014;1(2):1–12.
Chindo, N. A. (2015). Benefits of Aloe Vera Subtanceas Anti-Inflamatory of Stomatitis. Indian
Journal of Dermatology, 4(3), 84.
Emaliyawati, E. (2019). Interaksi Pasien, Keluarga Dan Petugas Kesehatan Dalam Perawatan
Akhir-Hidup Pasien Sakit Terminal. 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Enfermagem,et al . (2019). Original Article Nursing Interventions for Patients With Acute Pain.
13(3), 632–639.
Ernawati, & Armiyati, Y. (2013). Analisis Kebutuhan Perawatan Di Rumah Untuk Penderita
Hiv / Aids Anak ( An Analysis Caring for Children HIV / Aids Infected at Home ). Jurnal
Keperawatan Komunitas.
Gauchan, S. (2019). Pain Assessment in Emergency Department of Teaching Hospital in
Lalitpur. Journal of Karnali Academy of Health Sciences, 2(3), 209–213.
https://doi.org/10.3126/jkahs.v2i3.26657
Hakim, L., Ramadhian, M. R., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2015). Kandidiasis Oral Oral
Candidiasis. 4, 53–57.
Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Praktik Kebutuhan Dasar Manusia (1st ed.). Health Book
Publishing. https://play.google.com/books/reader?id=aUkTEAAAQBAJ&pg=GBS.PA76
Hidayati,et al . (2019). Manajemen Hiv/Aids Terkini, Komprehensif, Dan Multidisiplin (A. N.
Hidayati (ed.); 1st ed., Vol. 148). Airlangga University Press.
http://repository.unair.ac.id/95080/3/Manajemen HIV %26 AIDS.pdf
Ibrahim K, H YK, Rahayuwati L, Nurmalisa BE, Fitri SUR. Hubungan antara Fatigue ,
Jumlah CD4 , dan Kadar Hemoglobin pada Pasien yang Terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ). J Keperawatan Padjadjaran. 2017;5:271–80.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). laporan Perkembangan HIV-AIDS.
Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). General situation of HIV/AIDS and HIV test. In Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Kemenkes RI, 1–12.
Lefta, Y., Arafat, R., & Syahrul, S. (2021). The Influence of Oral Hygiene Education on The
Oral Health Status of Patients Suffering from HIV/AIDS. Indonesian Contemporary
Nursing Journal (ICON Journal), 5(2), 68–78. https://doi.org/10.20956/icon.v5i2.9597

18
Lukisari, C., Setyaningtyas, D., & Djamhari, M. (2010). Penatalaksanaan kandidiasis oral
disebabkan Candida tropicalis pada anak dengan gangguan sistemik. Journal of
Dentomaxillofacial Science, 9(2), 78. https://doi.org/10.15562/jdmfs.v9i2.236
Nurhayati, Azzam, R., & Mustikasari. (2021). Faktor demografi, faktor penyakit, dan faktor
psikologis terhadap makna spiritual pengalaman sakit pada odha. Jurnal Keperawatan
Silampari, 3(2), 6. https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/1917/1291
Pardede, J. A., Hutajulu, J., & Pasaribu, P. E. (2020). Harga diri dengan depresi pasien
HIV/AIDS. Jurnal Media Keperawatan : Politeknik Kesehatan Makassar, 11(01), 39–45.
Puspitasari, et al. (2016). Prediktor Mortalitas Pasien HIV/AIDS Rawat Inap. Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia, 3(1), 22. https://doi.org/10.7454/jpdi.v3i1.29
Salami, S., Muvira, A. A., & Yualita, P. (2021). Studi Kualitatif Strategi Koping Penderita HIV
AIDS di Kota Bandung. Faletehan Health Journal, 8(1), 22–30.
Tandijono, P. L. (2020). Cognitive Behavioral Therapy (CBT) Dan Edukasi Untuk Mengatasi
Nyeri Kronis. ALOMEDIKA. https://www.alomedika.com/cognitive-behavioral-therapy-
cbt-dan-edukasi-untuk-mengatasi-nyeri-kronis
Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi,Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (Edisi 2). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
NasionalIndonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai