Nim : C01418001
HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi
memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.
2. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari
sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated Virus (LAV)
atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus
(retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunokleat
(DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu (Nurrarif & Hardhi, 2015).Penyebab adalah golongan
virus retro yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS
terdiri dari lima fase yaitu:
a. Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala
b. Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like illness
c. Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala tidk ada
d. Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, berat
badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut
e. AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi
neurologis.
3. Patofisiologi
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan. Seiring pertambahan replikasi
virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel limfosit CD 4+ akan terus menurun. Umumnya, jarak
antara infeksi HIV dan timbulnya gejala klinis pada AIDS berkisar antara 5 – 10 tahun. Infeksi
primer HIV dapat memicu gejala infeksi akut yang spesifik, seperti demam, nyeri kepala,
faringitis dan nyeri tenggorokan, limfadenopati, dan ruam kulit. Fase akut tersebut dilanjutkan
dengan periode laten yang asimtomatis, tetapi pada fase inilah terjadi penurunan jumlah sel
limfosit CD 4+ selama bertahun –tahun hingga terjadi manifestasi klinis AIDS akibat defisiensi
imun (berupa infeksi oportunistik). Berbagai manifestasi klinis lain dapat timbul akibat reaksi
autoimun, reaksi hipersensitivitas, dan potensi keganasan (Kapita Selekta, 2014 ).
4. Manifestasi Klinik
Penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu:a. Penderita
asimtomatik tanpa gejala yang terjadi pada masa inkubasi yang berlangsung antara 7 bulan
sampai 7 tahun lamanyab. Persistent generalized lymphadenophaty (PGL) dengan gejala
limfadenopati umumc. AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala lelah, demam, dan gangguan
sistem imun atau kekebaland. Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis
yang berat berupa diare kronis, pneumonitis interstisial, hepatomegali, splenomegali, dan
kandidiasis oral yang disebabkan oleh infeksi oportunistik dan neoplasia misalnya sarcoma
kaposi. Penderita akhirnya meninggal dunia akibat komplikasi penyakit infeksi sekunder
(Soedarto, 2009).
5. Pemeriksaan penunjang
a. Obat-obat untuk infeksi yang berhubungan dengan infeksi HIV.
Penalaksanaan sarkoma kaposi biasanya sulit karena beragamnya gejala dan sistem organ yang
terkena. Tujuan terapinya adalah untuk mengurangi gejala dengan memperkecil ukuran lesi
pada kulit, mengurangi gangguan rasa nyaman yang berkaitan dengan edma serta ulserasi, dan
mengendalikan gejala yang berhubungan dengan lesi mukosa serta organ viseral. Hingga saat
ini, kemoterapi yang paling efektif tampaknya berupa ABV
e. Terapi antiretrovirusSaat ini terdapat empat preparat yang sudah disetujui oleh FDA untuk
pengobatan HIV, keempat preparat tersebut adalah; zidovudin,dideoksinosin, dideoksisitidin
dan stavudin. Semua obat ini menghambat kerja enzim reserve trancriptase virus dan
mencegah virus reproduksi HIV dengan cara meniru salah satu substansi molekuler yang
dugunakan virus tersebut untuk membangun DNA bagi partikel-partikel virus baru. Dengan
mengubah komponen struktural rantaii DNA, produksi virus yang baru akan dihambat.
6. Pengobatan
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada adalah
antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan untuk
retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan virus. Obat-obatan yang termasuk
antiretroviral yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine. Obat infeksi oportunistik adalah
obat yang digunakan untuk penyakit yang muncul sebagai efek samping rusaknya kekebalan
tubuh. Yang penting untuk pengobatan oportunistik yaitu menggunakan obat-obat sesuai jenis
penyakitnya, contoh: obat-obat anti TBC, dll (Hasdianah dkk, 2014)
7. Komplikasi
Secara umum, komplikasi HIV tidak terjadi jika jumlah CD4 tubuh lebih tinggi dari 500 sel per milimeter
kubik. Kebanyakan komplikasi yang mengancam jiwa terjadi ketika jumlah CD4 turun di bawah 200 sel
per milimeter kubik. Penyakit IO mungkin tidak berdampak pada seseorang dengan sistem kekebalan
tubuh yang sehat, namun bisa berdampak buruk bagi ODHIV yang tidak mendapat perawatan.
Ada 20 penyakit IO yang dinyatakan sebagai penyakit penyakit HIV (atau terdefinisi AIDS) stadium 3:
1. KandidiasisIni adalah infeksi jamur umum yang diakibatkan oleh jamur Candida. Ini dapat diobati
dengan obat antijamur setelah pemeriksaan visual sederhana.
2. Koksidioidomikosis Infeksi yang disebabkan oleh jamur Coccidoides, ini dapat menyebabkan
pneumonia jika tidak ditangani dengan tepat.
3. Kriptokokosis Infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans. Infeksi jamur ini sering
masuk melalui paru-paru. Ini dapat dengan cepat menyebar ke otak, sering menyebabkan meningitis
kriptokokus. Jika tidak diobati, infeksi jamur ini seringkali berakibat fatal.
4. Kriptosporidiosis Penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Cryptosporidium parvum. Parasit ini
hidup di sistem pencernaan manusia dan hewan, serta menyebar melalui feses (tinja). Lumrahnya
ditandai dengan diare yang parah dan kram perut.
5. Sitomegalovirus Virus global yang umum ini menyerang sebagian besar orang dewasa selama hidup
mereka. Seringkali disertai dengan infeksi mata atau gastrointestinal.
6. Ensefalopati Terkait HIV Ini sering disebut sebagai demensia terkait HIV. Ini dapat didefinisikan
sebagai kondisi otak degeneratif yang mempengaruhi orang dengan jumlah CD4 kurang dari 100.
7. Herpes Simpleks (kronis) dan Herpes Zoster Herpes simplex menghasilkan luka merah dan
menyakitkan yang muncul di mulut atau area genital. Herpes zoster hadir dengan lepuh menyakitkan
pada permukaan kulit kasar. Meskipun tidak ada obat untuk keduanya, obat-obatan tersedia untuk
meringankan beberapa gejala.
8. Pencegahan
1. Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik seks melalui vagina atau melalui
dubur. Bila memilih kondom berpelumas, pastikan pelumas yang berbahan dasar air. Hindari
kondom dengan pelumas yang berbahan dasar minyak, karena dapat membuat kondom bocor.
Untuk seks oral, gunakan kondom yang tidak berpelumas.
3. Beri tahu pasangan bila Anda positif HIV, agar pasangan Anda menjalani tes HIV.
4. Diskusikan kembali dengan dokter bila Anda didiagnosis positif HIV dalam masa kehamilan,
mengenai penanganan selanjutnya dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan
dari ibu ke janin.
5. Bagi pria, disarankan bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
Segera ke dokter bila menduga baru saja terinfeksi virus HIV, misalnya karena berhubungan
seks dengan penderita HIV. Dokter dapat meresepkan obat post-exposure prophylaxis (PEP),
untuk dikonsumsi selama 28 hari. Obat PEP adalah kombinasi 3 obat antiretroviral, yang dapat
mencegah perkembangan infeksi HIV. Meskipun demikian, terapi dengan PEP harus dimulai
maksimal 3 hari setelah infeksi virus terjadi